Anda di halaman 1dari 2

IV.

Hasil pengamatan

NO EVALUASI AWAL STADIUM III


1. RESPIRASI
- Frekwensi (….. kali/mnt) 40 x 4 = 160 55 x 4 = 220
2. MATA
- Gerak Mata ( + / - ) + +
- Lebar Pupil (dlm cm) 1 cm 1 cm
- Reflek Pupil ( + / - ) + +
- Reflek Kornea ( + / - ) + +
3. OTOT
- Tonus ( + / - ) + _
- Gerak (hiperaktif / N) N N
4. RESPON NYERI ( + / - ) + -
5. SALIVA ( N / hiper ) N N
6. MUNTAH ( ada / tdk ) tdk tdk

CATATAN

- Mulai meneteska eter : Pk. 13.13


- Tercapai Stadium I : Pk. 13.14
- Tercapai Stadium II : Pk. 13.15
- Tercapai Stadium III : Pk. 13.18
- Pulih : Pk. 13.19
- Jumlah eter yg diteteskan : 102 tetes

PEMBAHASAN
Dalam hal ini kami melakukan uji coba anastesi umum dengan menggunakan hewan percobaan
kelinci, sesuai dengan langkah kerja kita memlih satu ekor kelinci untuk dilakukan percobaan dan
memperoleh beberapa stadium yang berbeda dari menit per menit sesuai dengan pengamatan
berdasarkan rekuensi pernapasan, gerak mata, lebar pupil, reflek pupil,reflek kornea, gerak, tonus,
respon nyeri, saliva, serta muntah. Cara kerja dalam perlakuan yang ada yaitu pemasangan corong
pada mulit kelinci dengan penetesan eter tetes per tetes melewati mulut tabung sebanyak 102 tetes.
Dietyl eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau, mengiritasisaluran
pernapasan, mudah terbakar, dan mudah meledak, sehingga harus hati-hati dalam penggunaannya.

Berdasarkan pengamatan pertama dari kelinci sebelum dilakukan anestesi, frekuensi


pernapasannya sebanyak 160 kali/menit, lebar pupil 1 cm, gerak mata, reflek pupil dan kornea
positif, tonus positif, gerak normal, respon nyeri positif, salivanya normal dan tidak ada muntahan.
Penetesan eter dimulai pada pukul 13.13. Pada percobaan pada jam 13.15 dalam percobaan
anestesi eter pada kelinci memasuki stadium ke II yang ditandai dengan pupil yang mulai mengecil
dengan pernapasan yang tidak teratur, sesuai teori yang ada bahwa stadium II yaitu pasien
mengalami derilium dan perlakuan keras dan menantang sehinnga pada menit kedua dimasukkan
dalam stadium II. Sampai pada 50 kali tetes kelinci belum pingsan dan kami melanjutkan tetesan
eter hingga 102 kali yang menyebabkan kelinci pingsan sehingga telah memasuki stadium ke III
pada pukul 13.18. Pengamatan kelinci dilakukan secepatkan sebelum kelinci pulih, dimana kami
mendapatkan frekuensi pernapasan kelinci meningkat menjadi 220 kali/menit. Terdapat
persamaan seperti kondisi awal kelinci pada gerak mata, reflek pupil, dan kornea yang masih
positif serta lebar pupil 1cm. Pada tonus yang pada mulanya positif menjadi negative saat
memasuki stadium III dan hal yang sama terjadi pada respon nyeri yang setelah dianastesi menjadi
negative, sedangkan gerak masih normal. Saliva diamati normal dan tidak ada muntahan dari
kelinci setelah dianastesi. Kelinci kemudian pulih 1 menit setelah memasuki stadium III.

Anastesi yang kami lakukan pada praktikum kali ini adalah anastesi (inhalasi) yang merupakan
jenis anastesi umum. Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan
hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem syaraf
pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensorik pada syaraf. Agen
anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat secara reversibel. Anestesi umum
merupakan kondisi yang dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui
penggunaan obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon
rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap rangsangan atau
refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness).

Anda mungkin juga menyukai