Anda di halaman 1dari 38

PENGGUNAAN METODE REWARD AND PUNISHMENT UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATA


PELAJARAN PISAV DI SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA

Proposal Penelitian

Disusun oleh:
Angga Panca Alam Anugrah, S.Pd
17529299049

HALAMAN JUDUL
PENDIDIKAN PROFESI GURU PASCA SM3T
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA DAN INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
E. Manfaat Hasil Penelitian .......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................7
A. Partisipasi Belajar ...................................................................................... 7
1. Pengertian Partisipasi ........................................................................... 7
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Belajar .................. 9
3. Indikator Partisipasi Peserta Didik di Kelas .................................... 10
B. Metode Reward And Punishment ............................................................ 10
1. Pengertian Reward ............................................................................... 10
2. Tujuan Pemberian Reward .................................................................. 12
3. Bentuk Reward ...................................................................................... 13
4. Punishment ............................................................................................ 17
5. Bentuk Punishment............................................................................... 19
C. Hasil Belajar ............................................................................................. 20
1. Pengertian Hasil Belajar ......................................................................... 20
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............................. 20
D. Penelitian Yang Relevan......................................................................... 22
E. Kerangka Berpikir ................................................................................... 24
F. Hipotesis ................................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................26
A. Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................... 26
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................ 29
C. Subyek Penelitian .................................................................................... 29
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 29

i
ii

E. Instrumen Penelitian 30

1. Lembar Observasi ................................................................................ 30


2. Tes Hasil Belajar................................................................................... 31
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 31
1. Reduksi Data ........................................................................................ 31
2. Penyajian Data ..................................................................................... 32
3. Triangulasi ............................................................................................ 32
4. Penarikan Simpulan ............................................................................ 32
G. Indikator Keberhasilan ........................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) memiliki peran penting dalam

menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten. Hal ini tertuang dalam

Peraturan Pemerintah No 66 tahun 2010 Pasal 1 Ayat 15 tentang pendidikan

menengah dijelaskan bahwa, Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya

disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah

sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan

dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. SMK

memberikan nilai tambah dalam hal pengembangan kemampuan peserta didik

untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu sesuai dengan kompetensi yang

dipilih.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dilaksanakan di Indonesia saat

ini, lebih menekankan student center artinya peserta didik yang aktif untuk

belajar dan mencari informasi secara mandiri dengan dibantu oleh guru sebagai

fasilitator. Peserta didik dibebaskan untuk mencari informasi dari berbagai

sumber bahkan dari internet yang selanjutnya akan dikonfirmasi oleh guru, hal

ini menjadi keuntungan dan kekurangan bagi guru. Bagi peserta didik yang

bijak dalam menggunakan teknologi tentu akan mencari informasi yag dia

butuhkan untuk belajar sedangkan bagi peserta didik yang belum bijak dalam

menggunakan teknologi dapat berimbas pada perilakunya dalam belajar.

1
2

Peserta didik pada jenjang SMK merupakan remaja dimana pada masa

tersebut masing sangat labil karena menurut Santrock (2007:19) remaja adalah

masa transisi menuju kedewasaan. Jadi semua yang dipikirkan dan dilakukan

belum benar-benar matang karena banyaknya pengaruh dari lingkungan dan

budaya luar yang membuat pikirian dan perilaku remaja tersebut berubah-ubah.

Dilihat dari proses kognitifnya melibatkan perubahan pemikiran dan intelegensi

individu. Ada juga proses sosio-emosional yang melibatkan perubahan dalam

hal emosi, kepribadian, relasi dengan orang lain, dan konteks sosial.

Menanggapi perkataan orang tua, agresi terhadap kawan-kawan sebaya,

kegembiraan dalam pertemuan sosial dan semuanya yang mencerminkan proses

sosio-emosional dalam perkembangan remaja.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat belum dapat diimbangi dengan

perkembangan manusia dalam memanfaatkan teknologi secara bijak, sehingga

menyebabkan perubahan perilaku seseorang. Kebiasaan mengabaikan orang

lain karena terlalu fokus pada ponsel memang sudah menjadi fenomena umum

yang sering terjadi. Kebiasaan ini bahkan sudah memiliki nama sendiri yakni

“phubbing”. Ketergantungan yang berlebihan kepada teknologi dapat menjadi

masalah bagi peserta didik dan menyebabkan penurunan hubungan antara guru

dan murid. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk kontak langsung dengan

“kehidupan nyata‟ yaitu hubungan langsung dengan orang lain akan semakin

berkurang.


3

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Fatchul selaku guru produktif

SMKN 3 Yogyakarta pada tanggal 13 maret 2018 dan observasi kelas X dan XI

AV pada tanggal 14 dan 15 maret 2018, diketahui bahwa peserta didik masih

belum bijak dalam menggunakan teknologi berupa smartphone, selama guru

memaparkan penjelasan di depan kelas masih terdapat peserta didik yang asyik

dengan gawainya. meskipun guru sudah mengigatkan beberapa kali untuk

menyimpan gawainya masing-masing tapi masih terdapat peserta didik yang

curi-curi kesempatan, sehingga materi yang disampaikan masih belum diserap

secara maksimal hal ini terbukti saat observasi kelas hanya 4 peserta didik yang

aktif dalam menjawab pertanyaan guru dan memberikan tanggapan sisanya

hanya duduk terdiam ketika diberi pertanyaan, hal tersebut menjelaskan bahwa

partisipasi peserta masih belum maksimal yang menyebabkan interaksi dalam

kelas masih belum aktif secara keseluruhan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diawal

maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul, yakni:

1. Peserta didik masih belum bijak dalam menggunakan gawainya

2. Peserta didik masih pasif dalam menjawab pertanyaan dari guru

3. Partisipasi peserta didik masih kurang dalam KBM

4. Penguasaan teori masih kurang maksimal bagi peserta didik

5. Interaksi antara guru dengan peserta didik masih belum maksimal

6. Guru masih fokus pada direct instruction


4

7. Guru belum dapat memunculkan trigger bagi peserta didik untuk

berperan aktif dalam KBM secara maksimal

8. Guru hanya memberikan teguran bagi peserta didik yang kurang

perhatian dalam KBM

C. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan

identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Bagaimana metode reward and punishment dapat meningkatkan

partisipasi peserta didik kelas XI AV SMK Negeri 3 Yogyakarta pada

mata pelajaran Penerapan Instalasi Sistem Audio Video (PISAV)?

2. Bagaimana penerapan metode reward and punishment agar dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI AV SMK Negeri 3

Yogyakarta pada mata pelajaran Penerapan Instalasi Sistem Audio

Video (PISAV)?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan partisipasi peserta didik dalam KBM yang

dibelajarkan dengan metode reward and punishment pada mata

pelajaran Penerapan Instalasi Sistem Audio Video (PISAV).


5

2. Mendeskripsikan hasil belajar mata pelajaran Penerapan Instalasi

Sistem Audio Video (PISAV) peserta didik dalam KBM yang

dibelajarkan dengan metode reward and punishment.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

Manfaat penelitian bagi peserta didik adalah:

a. Meningkatkan partisipasi peserta didik pada mata pelajaran

Penerapan Instalasi Sistem Audio Video (PISAV)

b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

Penerapan Instalasi Sistem Audio Video (PISAV)

2. Bagi Guru

Manfaat penelitian bagi guru adalah:

a. Memperbaiki kualitas pembelajaran yang dikelola.

b. Sebagai sarana perbaikan kinerja guru untuk dapat mengembangkan

pembelajaran.

c. Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman bagi guru.

d. Memberikan solusi kepada guru lain dalam memecahkan masalah

pembelajaran.

e. Meningkatkan profesionalisme guru.

3. Bagi Sekolah

Manfaat penelitian bagi sekolah adalah:


6

a. Memberi masukan kepada penyelenggara dan Pengelola sekolah

dalam upaya memperbaiki dan merumuskan program sekolah ke

depan.

b. Membantu sekolah untuk maju dan berkembang meningkatkan mutu

pendidikan.

c. Meningkatkan kualitas belajar secara umum


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Partisipasi Belajar

1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “Participation” yang berarti

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia “Partisipasi diartikan sebagai hal turut berperan serta

dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta” (Tim Penyusun

Kamus, 2001) partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai

hal, diantaranya:

a. Keaktifan peserta didik di kelas misalnya aktif mengikuti pelajaran,

memahami penjelasan guru, mampu menjawab pertanyaan dari

guru, dan sebagainya.

b. Kepatuhan terhadap norma belajar misalnya: mengerjakan tugas

sesuai dengan perintah guru, datang tepat waktu, memakai pakaian

sesuai dengan ketentuan dan sebagainya (Jerrold E Kemp, 1994: 112).

Partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran dinyatakan Asri

Budiningsih (2003: 124), “meliputi aktivitas, kegiatan, atau proses

mental, emosional maupun fisik. Jika dalam proses pembelajaran

peserta didik berpartisipasi aktif, maka proses dan hasil belajar akan

meningkat”. Cara yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan peserta

didik dinyatakan Asri Budiningsih (2003: 124), “antara lain dengan

7
8

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan

pendapat, membentuk kelompok belajar, memberikan pertanyaan saat

pembelajaran berlangsung dan lain-lain”. Dengan demikian, dapat

disimpulkan apabila partisipasi aktif peserta didik meningkat,

diharapkan dapat mengoptimalkan prestasi belajar dan penerimaan

peserta didik terhadap proses pembelajaran.

Menurut Darsono (2000: 73), “Partisipasi peserta didik dalam belajar


tidak bersifat dikhotomis, artinya ada atau tidak ada
partisipasi,melainkan bersifat kontinum, artinya partisipasinya
terentang dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi”.
Partisipasi peserta didik dalam pembelajaran penting untuk

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan

sehingga tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dapat dicapai

semaksimal mungkin.

Yamin, M (2007: 78) menyatakan bahwa “tidak ada proses belajar


tanpa partisipasi dan keaktifan peserta didik yang belajar. Setiap
peserta didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya
adalah kadar/bobot keaktifan peserta didik dalam belajar. Keaktifan
peserta didik dapat diklasifikasikan dengan kategori rendah, sedang
dan tinggi”.
Partisipasi peserta didik dalam pembelajaran sering juga diartikan

sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2005: 156). Dengan kata lain,

partisipasi yang peneliti maksud adalah keikutsertaan peserta didik

secara aktif dalam proses belajar mengajar di kelas yang merupakan

wujud tingkah laku peserta didik secara nyata dalam kegiatan

pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental


9

dan emosional peserta didik sehingga mendorong mereka untuk

memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian

suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Belajar

Menurut Sudjana (2009: 64) bahwa “partisipasi peserta didik di

dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental

dan emosional”. Di samping itu, partisipasi merupakan salah satu

bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain:

a. Pengetahuan/kognitif, berupa pengetahuan tentang tema, fakta,

aturan dan keterampilan membuat translation.

b. Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial,

psikososial dan faktor-faktor sosial.

c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.

d. Kebutuhan, meliputi kebutuhan approach (mendekatkan diri),

avoid (menghindar), dan kebutuhan individual.

e. Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi

sosial, minat dan perhatian.

Partisipasi dalam proses pembelajaran sangat penting karena dapat

memengaruhi prestasi belajar.

Assrofudin (2010) mengemukakan: “Partisipasi peserta didik dalam


pembelajaran sangat penting untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan
demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa
tercapai semaksimal mungkin”.
10

Suryasubrata (2002: 280) menyatakan “bahwa dalam partisipasi

terdapat unsur-unsur antara lain keterlibatan dan kemauan peserta

didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan

dalam proses belajar mengajar”.

3. Indikator Partisipasi Peserta Didik di Kelas

Berdasarkan dari beberapa teori di atas, dengan demikian dapat

diketahui bahwa indikator-indikator Partisipasi Peserta didik di Kelas

antara lain:

a. Peserta didik aktif mengikuti pelajaran

b. Peserta didik aktif mengajukan pertanyaan

c. Peserta didik aktif menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di

depan kelas

d. Peserta didik aktif mengerjakan tugas yang diberikan guru

e. Peserta didik aktif mengumpulkan tugas

B. Metode Reward And Punishment

1. Pengertian Reward

Menurut kamus bahasa Inggris-Indonesia dari Echols dan hasan

(1996:485) kata Reward berasal bahasa inggris yang berarti penghargaan

atau hadiah. Dalam kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ganjaran

memiliki arti memberi hadiah atau memberi sesuatu sebagai imbalan

atau upah. Sedangkan reward menurut istilah ada beberapa pendapat

yang akan dikemukakan sebagai berikut, diantaranya adalah: Purwanto


11

(2006:182) mendefinisikan bahwa reward merupakan alat untuk

mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena

perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Sedangkan

menurut Roestiyah N.K. (1986:62) reward (penghargaan) merupakan

perbuatan yang bernilai positif dengan memberi dorongan pada anak

(peserta didik), sehingga anak bersedia untuk berbuat sesuatu. Sabri

(1999:46) mendefinisikan reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan

yang akan diberikan kepada anak-anak yang menunjukkan prestasi

atau hasil pendidikan yang baik, yaitu baik dari segi prestasi

kepribadiannya yang meliputi (kelakuannya, kerajinannya, dan

sebagainya), maupun dalam prestasi belajarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang telah

dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa reward adalah segala

sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang

diberikan kepada peserta didik karena mendapat hasil baik dalam

proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan

pekerjaan yang baik dan terpuji. Reward merupakan alat pendidikan

yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan para peserta

didik, untuk itu reward dalam suatu proses pendidikan sangat

dibutuhkan keberadaannya demi meningkatkan motivasi dan prestasi

belajar peserta didik. Maksud dari pendidik memberi reward kepada

peserta didik adalah supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi

usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah


12

dicapainya, dengan kata lain peserta didik menjadi lebih keras

kemauannya untuk belajar lebih baik.

2. Tujuan Pemberian Reward

Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk

meningkatkan motivasi kinerja para peserta didik. Metode ini bisa

mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang denga perasaan

bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu

perbuatan baik secara berulang–ulang. Reward juga bertujuan agar

seseorang menjadi semakin giat dalam usaha memperbaiki atau

meningkatkan prestasi yang telah dicapainya. Manusia selalu

mempunyai cita–cita, harapan dan keinginan. Inilah yang dimanfaatkan

oleh metode reward. Dengan metode ini, seseorang mengerjakan

perbuatan baik atau mencapai suatu prestasi tertentu akan diberikan

reward yang menarik sebagai imbalan. Reward merupakan alat

pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan para

peserta didik. Untuk itu reward dalam suatu proses pekerjaan sangat

dibutuhkan keberadaannya sebagai motivasi demi meningkatkan

kinerja para peserta didik. Maksud dari pemberian reward kepada

peserta didik adalah agar peserta didik menjadi lebih giat lagi kerjanya

untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi belajar yang telah

dicapainya, dengan kata lain peserta didik menjadi lebih keras

kemauannya untuk meningkatkan kinerjanya. Reward adalah penilaian


13

yang bersifat positif terhadap peserta didik. Setiap individu atau

kelompok yang memiliki kinerja yang tinggi perlu mendapatkan

penghargaan (Nawawi, 2009:67) Menurut Handoko (2009:46) beberapa

fungsi reward adalah sebagai berikut: 1). Memperkuat motivasi untuk

memacu diri agar mencapai prestasi. 2). Memberikan tanda bagi

seseorang yang memiliki kemampuan lebih. 3). Bersifat universal.

Menurut Purwanto (2006:183) Reward memberikan peranan penting

dalam membangkitkan motivasi belajar peserta didik, adapun tujuan

dari guru memberikan reward kepada peserta didik adalah agar peserta

didik menjadi lebih giat dalam berusaha untuk memperbaiki atau

meningkatkan hasil belajar yang akan dicapai, dengan kata lain peserta

didik tersebut menjadi lebih baik dalam proses belajar mengajar.

3. Bentuk Reward

Reward yang diberikan pada peserta didik bentuknya bemacam-

macam, secara garis besar menurut Indrakusuma (1973:159-161) reward

dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:

a. Pujian

Pujian adalah satu bentuk reward yang paling mudah

dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus, bagus

sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa kata-kata yang

bersifat sugesti. Misalnya: “Nah, lain kali akan lebih baik lagi.”

“Kiranya kau sekarang telah lebih rajin belajar” dan sebagainya.


14

Disamping yang berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-

isyarat atau pertandapertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu

jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan

sebagainya.

b. Penghormatan

Reward yang berupa penghormatan ini dibagi menjadi dua

macam penghormatan yakni:

Pertama berbentuk semacam penobatan. Yaitu anak yang

mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan

teman-temannya. Dapat juga dihadapan teman-temannya sekelas,

teman-teman sekolah, atau mungkin juga dihadapan para teman

dan orang tua murid. Misalnya saja pada malam perpisahan yang

diadakan pada akhir tahun, kemudian ditampilkan murid-murid

yang telah berhasil menjadi bintang-bintang kelas. Penobatan dan

penampilan bintang-bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah,

biasanya dilakukan di muka umum. Misalnya pada rangkaian

upacara hari proklamasi kemerdekaan.

Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan

untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada anak yang berhasil

menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya

dipapan tulis untuk dicontoh teman-temannya.


15

c. Hadiah

Yang dimaksud dengan hadiah di sini ialah reward yang

berbentuk pemberian yang berupa barang. Reward yang berupa

pemberian barang ini disebut juga reward materiil, yaitu hadiah

yang berupa barang ini dapat terdiri dari alat-alat keperluan sekolah,

seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagianya.

d. Tanda Penghargaan

Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda

penghargaan adalah kebalikannya. Tanida penghargaan

tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut,

seperti halnya pada hadiah. Melainkan, tanda pengahargaan dinilai

dari segi “kesan” atau “nilai kenang”nya. Oleh karena itu reward

atau tanda penghargaan ini disebut juga reward simbolis.

Reward simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda jasa, sertifikat-

sertifikat.

dalam penerapannya seorang guru dapat memilih bentuk macam-

macam reward yang cocok dengan peserta didik dan disesuaikan

dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi peserta didik atau

situasi dan kondisi keuangan, bila hal itu menyangkut masalah

keuangan. Dalam memberikan reward seorang guru hendaknya

mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward, seorang guru

harus selalu ingat akan maksud dari pemberian reward tersebut. Seorang
16

peserta didik yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih baik dari

pada biasanya, mungkin sangat baik diberi reward. Dalam hal ini

seorang guru hendaklah bijaksana, jangan sampai reward

menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain yang merasa dirinya

lebih pandai, tetapi tidak mendapat reward. Jika diperhatikan apa yang

telah diuraikan tentang maksud reward, serta macam-macam reward

yang baik diberikan kepada peserta didik, ternyata bukanlah soal yang

mudah. Menurut Purwanto (2006:184-185) Ada beberapa syarat yang

harus diperhatikan oleh seorang guru sebelum memberikan reward

pada peserta didik yaitu:

a. untuk memberi reward yang pedagogis perlu sekali guru mengenal

betul-betul peserta didiknya dan tahu menghargai dengan tepat.

Reward dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat

membawa akibat yang tidak diinginkan.

b. Reward yang diberikan kepada seorang peserta didik janganlah

hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi peserta

didik lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak

mendapat reward .

c. Memberi reward hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus-menerus

memberi reward dan penghargaan akan menjadi hilang arti reward

itu sebagai alat pendidikan.

d. Janganlah memberi reward dengan menjanjikan lebih dahulu

sebelum peserta didik menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi


17

reward yang diberikan kepada seluruh kelas. Reward yang telah

dijanjikan lebih dahulu hanyalah akan membuat peserta didik

terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa kesukaran-

kesukaran bagi beberapa peserta didik yang kurang pandai.

e. Pendidik harus berhati-hati memberikan reward, jangan sampai

reward yang diberikan pada peserta didik diterima sebagai upah dari

jerih payah yang telah dilakukannya.

4. Punishment

Kata Hukuman berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Punishment yang

berarti Law (hukuman) atau siksaan dalam Echols dan hasan (1996:456) .

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hukuman memiliki arti peraturan

resmi yang menjadi pengatur. Sedangkan menurut istilah ada beberapa

pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang punishment,

diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut Purwanto (2006:186) “punishment adalah penderitaan yang

diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua,

guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan

atau kesalahan”. Adapun menurut Roestiyah (1986:63) punishment

adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang

lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kejahatan, yang

bermaksud untuk memperbaiki kesalahan anak dan bukan untuk

mendendam. Menurut Saduloh (2011:124) punishment adalah sesuatu

yang diberikan karena anak berbuat kesalahan, anak melanggar suatu


18

aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikannya hukuman, anak

tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, dan hukuman diberikan

sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk menjadi pribadi susila”.

Sedangkan menurut Sabri (1999:44), punishment adalah tindakan

pendidik yang sengaja dan secara sadar diberikan kepada anak didik

yang melakukan suatu kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari

kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengualnginya.

Selain itu menurut Imron (2011:169), punishment adalah suatu sanksi

yang diterima oleh seseorang akibat dari pelanggaran atau aturan-

aturan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat di atas, peneliti

dapat menarik kesimpulan, bahwa punishment adalah suatu perbuatan

yang kurang menyenangkan, yang berupa penderitaan yang diberikan

kepada siswa secara sadar dan sengaja, sehingga menimbulkan

kesadaran dalam hati siswa untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Dalam memberikan punishment guru tidak boleh bertindak

sewenang-wenang, punishment (hukuman) yang diberikan itu harus

bersifat pedagogis dan bukan karena balas dendam. Punishment bisa

dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan perasaan penyesalan

akan perbuatan yang telah dilakukannya. Di samping itu menurut

Purwanto (2006:189) punishment juga mempunyai dampak sebagai

berikut:

a. Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum. Ini adalah akibat

dari hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab.


19

b. Menyebabkan siswa menjadi lebih pandai menyembunyikan

pelanggaran.

c. Dapat memperbaiki tingkah laku si pelanggar.

d. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah,

oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan

punishment (hukuman) yang telah dideritanya.

e. Akibat yang lain adalah memperkuat kemauan si pelanggar untuk

menjalankan kebaikan

5. Bentuk Punishment

Menurut purwanto (2006:189) terdapat beberapa macam

punishment yakni:

a. Punishment (hukuman) preventif, yaitu punishment (hukuman) yang

dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran.

Punishment (hukuman) ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai

terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran

dilakukan. Adapun tujuan dari hukuman preventif ini adalah untuk menjaga

agar hal-hal yang dapat menghambat atau menggaggu kelancaran dari

proses pendidikan bisa dihindarkan

b. Punishment (hukuman) represif, yaitu punishment (hukuman) yang

dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah

diperbuat. Jadi, punishment (hukuman) ini dilakukan setelah terjadi

pelanggaran atau kesalahan


20

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009:6) hasil belajar merupakan

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemampuan saja. Artinya hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para

pakar guruan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentasi atau

terpisah melainkan komprehensif.

Menurut Slameto (2010), hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama

untuk mengetahui keberhasilan seseorang yang prestasinya tinggi dapat

dikatakan bahwa peserta didik telah berhasil dalam belajar

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Munadi (2012:24) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

a. Faktor internal atau faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor-faktor ini meliputi factor fisiologis dan faktor psikologis

berikut penjelasannya :

1) Faktor Fisiologis

Peserta didik belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat,

memiliki kesehatan yang prima tidak mudah sakit, dan tidak dalam

keadaan cacat jasmani. Peserta didik yang sedang sakit atau mengalami

kelelahan tidak akan dapat belajar dengan baik. Kondisi prima akan

memberikan dampak yang baik pada proses hasil belajar.

2) Faktor Psikologis

Setiap peserta didik memiliki kondidi fisiologis yang berbeda-


21

beda. Faktor fisiologis ini meliputi intelegensi, perhatian minat, bakat,

motif, dan motivasi.

b. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu yang sedang

belajar. Faktor eksternal ini meliputi dua faktor yaitu lingkungan eksternal

dan faktor instrumental. Berikut ini penjelasannya :

1) Lingkungan Eksternal

Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat

pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu

dalam kelas yang gerah berakibat kurangnya fokus, kelembaban udara,

kepengapan udara dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial bisa

dari teman, guru dan juga bisa dari lingkungan keluarga.

2) Faktor Instrumental

Faktor Instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunanaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Factor instrumental ini dapat berupa kurikulum sarana dan

fasilitas yang ada di sekolah

Jadi dapat disimpulkan hasil belajar ideal meliputi segala bidang psikologis

yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Hasil belajar peserta

didik diperoleh dari 3 penilaian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut

ini penjelasan pada masing-masing bidang menurut Menurut sudjana (1995: 23-

30) adalah sebagai berikut :

a. Kognitif

Penilaian pada bidang kognitif ini selalu diakhiri dengan

serangkaian penilaian, baik dilaksanakan dengan waktu tersendiri maupun


22

termasuk dengan kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar yang menjadi

tolok ukur adalah kecerdasan secara umum.

b. Afektif

Penilaian pada bidang ini mengutamakan pada sikap dan nilai. Tapi

hasil belajar efektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai

guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar.

c. Psikomotor

Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan (skill),

kemampuan bertindak individu (seseorang)

D. Penelitian Yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan yang berkaitan dengan

variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Afandi, Agus Samsul (2018) dalam jurnalnya yang

berjudul “Upaya meningkatkan kualitas partisipasi siswa dalam

proses pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Student

Teams Achievement Division (STAD) plus pada siswa kelas 8C SMP

Islam Assunnah semester genap t.p 2016-2017”menyebutkan bahwa

model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD)

Plus, terbukti secara siginifikan telah mampu meningkatkan tingkat

dan kualitas partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS dari

yang sebelumnya sangat rendah, yaitu sebesar 10,71%, meningkat

menjadi 92,86% pada siklus ketiga. Peningkatan kualitas partisipasi


23

ini lebih tinggi dari indikator kinerja yang telah ditetapkan sebesar

85%.

2. Hasil penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Aromdani, Panji

(2014) yang berjudul “Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Al-Quran di SD

Islam Al-Fajar Villa Nusa Indah Bekasi”. Dari hasil penelitian yang

telah peneliti lakukan diketahui bahwa Penerapan reward dan

punishment dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan

prestasi belajar Al-Quran siswa (materi: Hukum Mim Mati dan

Ajaran QS. Al-’Alaa). Hal ini terbukti dari nilai rata-rata hasil belajar

siswa tiap siklusnya yaitu pada siklus I rata-rata hasil pretest 53,80

dan nilai postest sebesar 71,60. Ini berarti ada peningkatan nilai rata-

rata sebesar 17,80. Begitu pula pada siklusII, hasil belajar siswa

semakin mengalami peningkatan, yaitu nilai ratarata pretest sebesar

58,20 dan nilai postest sebesar 78,60. Sehingga pada siklus II ini

terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 20,40.


24

E. Kerangka Berpikir

Partisipasi peserta didik Metode pembelajaran yang


masih terbilang rendah dalam digunakan kurang
KBM mata pelajaran PISAV membangkitkan partisipasi
peserta didk dalam KBM

Partisipasi dan hasil belajar


peserta didik dalam KBM
masih belum maksimal

Rumusan Masalah
Apakah terdapat penigkatan partisipasi dan hasil belajar peserta didik dengan
memanfaatkan metode reward and punishment pada mata pelajaran PISAV?

Teori Penelitian Yang Relevan


reward adalah segala sesuatu yang
berupa penghargaan yang
menyenangkan perasaan yang 1. Afandi, Agus Samsul
diberikan kepada peserta didik (2018) menyimpulkan
karena mendapat hasil baik dalam bahwa partisipasi peserta
proses pendidikannya dengan didik daapt ditingktakan
tujuan agar senantiasa melakukan dengan model kooperatif
pekerjaan yang baik dan terpuji. tipe STAD
2. Aromdani, Panji (2014)
punishment adalah suatu perbuatan
menyimpulkan bahwa
yang kurang menyenangkan, yang
berupa penderitaan yang diberikan
metode reward and
kepada siswa secara sadar dan punishment meningktakan
sengaja, sehingga menimbulkan hasil belajar peserta didik
kesadaran dalam hati siswa untuk di SDI Al-Fajar.
tidak mengulangi kesalahannya
lagi.

Terdapat peningkatan partisispasi dan hasil belajar peserta didik dengan


memanfaatkan memanfaatkan metode reward and punishment pada mata
pelajaran PISAV.
25

F. Hipotesis

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jika peserta didik kelas XI AV SMK Negeri 3 Yogyakarta

dibelajarkan dengan metode reward and punishment maka partisipasi

peserta didik dalam KBM pada mata pelajaran Penerapan Instalasi

Sistem Audio Video akan meningkat.

2. Jika peserta didik kelas XI AV SMK Negeri 3 Yogyakarta

dibelajarkan dengan metode reward and punishment maka hasiL

belajar peserta didik dalam KBM pada mata pelajaran Penerapan

Instalasi Sistem Audio Video akan meningkat.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

menggunakan pendekatan kualitatif serta kuantitatif, penelitian tindakan kelas

ini dimaksudkan untuk meningkatakan partisispasi dan hasil belajar peserta

didik pada pembelajaran Penerapan Instalasi Sistem Audio Video (PISAV)

dengan memanfaatkan metode Reward and Punishment. Adapun desain PTK

yang digunakan adalah menurut Kemmis dan Mc. Taggart yang dapat dilihat

pada gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1 bagan model spiral kemmis dan taggart


(Arikunto, 2002:66)

tahapan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang

dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan setiap siklus tindakan meliputi

perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan

(Observation), refleksi (Reflecting).

26
27

Adapun tahapan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

yang dilaksanakan dapat dijabarkan sebagai berikut:

Siklus I

1. Perencanaan tindakan (Planning)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan

adalah:

a. Menyusun rancangan pembelajaran melalui metode reward and

punishment

b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai

keterlaksanaan pembelajaran dengan metode reward and

punishment, serta pedoman wawancara dan lembar angket.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan.

d. Mempersiapkan soal tes yang akan diberikan pada peserta didik

setiap akhir siklus

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan metode

reward and punishment seperti yang telah direncanakan. Peserta didik

dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen yang masing-masing

kelompok beranggotakan empat orang. Pembagian kelompok dilakukan

oleh guru. Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengajar

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dibuat oleh peneliti. Dalam usaha perbaikan, suatu perencanaan bersifat

fleksibel dan siap dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi

dalam proses pelaksanaan di lapangan.


28

3. Pengamatan (Observation)

Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan

sebagai upaya mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Dalam

melaksanakan observasi dalam rangka mengamati jalannya

pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi yang telah

dibuat.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan untuk

memperoleh perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar

berjalan sesuai dengan tujuan peneliti. Hasil pengamatan yang diperoleh

dianalisis, kemudian observer dan guru merefleksi siklus pertama untuk

dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus

II ini, tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan

pada siklus I. Kegiatan pada siklus II juga melalui tahapan yang sama seperti

siklus I yaitu meliputi perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan

tindakan (Acting), pengamatan (Observation), refleksi (Reflecting). Jika

pada akhir siklus II tidak terjadi peningkatan hasil belajar dan minat praktik

peserta didik maka dilaksanakan siklus selanjutnya yang tahapannya sama

seperti siklus I dan II. Siklus berhenti ketika sudah terjadi peningkatan hasil

belajar dan minat praktik peserta didik.


29

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Yogyakarta, DIY, yang

beralamat di Jalan Robert Wolter Monginsidi Nomor 2 Yogyakarta.

Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus dengan perkiraan waktu

pelaksanaan bulan Juli-Oktober 2018 dengan menyesuaikan jam mata pelajaran

Penerapan Instalasi Sistem Audio Video (PISAV) di kelas XI TAV.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI jurusan

Teknik Audio Video, SMK Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran

2018/2019.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin

diperoleh. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam pembelajaran

dilakukan dengan teknik observasi, dan tes hasil belajar yang hasilnya berupa

angka skor. Sebelum dilakukan pelaksanaan tindakan kelas peneliti

mengidentifikasi masalah pembelajaran pada kelas XI TAV dilanjutkan dengan

upaya pemecahan masalah yang dihadapi Guru dan peserta didik.

Diskusi dilaksanakan bersama 3 orang pengamat yang dalam prosesnya

membantu pelaksanaan kegiatan penelitian, pengamat melakukan pencatatan

terhadap semua kegiatan peserta didik dan guru meliputi, kreatifitas peserta

didik, perhatian peserta didik terhadap pelajaran, kedisiplinan peserta didik,

keberanian peserta didik dalam menyelesaikan masalah, keberanian dalam

mengemukakan pendapat, penilaian terhadap peserta didik. Dari hasil catatan


30

pengamat ini kemudian didiskusikan bersama peneliti agar dalam kegiatan

selanjutnya berjalan lebih efektif.

Kegiatan penilaian dilakukan dengan penilaian proses dan evaluasi akhir

pembelajaran atau tes hasil belajar. Penilaian proses dilaksanakan pada saat

pembelajaran berlangsung dengan menguji peserta didik maju ke depan kelas

untuk menyelesaikan soal. Ketika maju ke depan kelas peneliti memberi

kesempatan yang sama antara peserta didik yang memiliki kemampuan yang

lebih dengan peserta didik yang memiliki kemampuan yang cukup, sedangkan

peserta didik yang memiliki kemampuan lebih lambat dari teman yang lainnya

diberi kesempatan yang lebih besar agar peserta didik tersebut dapat mengejar

ketinggalannnya dari peserta didik yang lain. Kegiatan akhir pembelajaran

berupa penilaian yang ditentukan dengan skor dengan tujuan untuk mengukur

keberhasilan pembelajaran dalam setiap pertemuan, dari masing–masing

pertemuan kemudian diakumulasikan dalam bentuk tabel untuk mengetahui

sejauh mana perkembangan pembelajaran dan partisispasi peserta didik dalam

setiap pertemuan

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini guna

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman bagi pengamat selama

melakukan kegiatan pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi pelaksanaan pembelajaran dengan metode reward and punishment,


31

yang berisi tentang aktivitas peserta didik dan guru selama pelaksanaan

pembelajaran dan lembar pengamatan partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Lembar observasi ini berisi pedoman dalam melaksanakan

pengamatan terhadap aktivitas peserta didik selama pembelajaran, dan juga

tentang aktivitas guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran

dengan metode reward and punishment, mengorganisasikan, membimbing,

memotivasi peserta didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Penskoran lembar observasi yaitu menggunakan skala likert 1-5.

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik,

sejauh mana pemahaman dan peningkatan kemampuan peserta didik terhadap

materi yang dipelajari dengan menggunakan metode reward and punishment,.

Tes ini berbentuk soal essay dengan durasi pengerjaan selama 60 menit. Tes

yang digunakan adalah tes pada setiap akhir siklus dan dikerjakan oleh peserta

didik secara individu

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang keterlaksanaan

pembelajaran PISAV dengan menggunakan metode reward and punishment,

dan hasil belajar dengan minat praktik peserta didik. Data yang terkumpul

berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis

data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui deskripsi atau

gambaran singkat dan pengelompokan data dilakukan ke dalam kualifikasi


32

yang telah ditentukan.

a. Analisis data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran

Analisis data tentang pelaksanaan pembelajaran dengan metode

reward and punishment diperoleh dari data hasil observasi yang

dilakukan selama proses pembelajaran. Data tentang keterlaksanaan

pembelajaran dengan metode reward and punishment ini dianalisis

secara kuantitatif yaitu dengan cara menghitung jumlah persentase

keterlaksanaannya menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang

merupakan kegiatan penyusunan informal secara sistematik dari reduksi data

mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi sehingga

memudahkan membaca data.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi

data dilakukan dengan cara mencocokkan semua data yang diperoleh dari

semua sumber yang telah diperoleh, yaitu hasil observasi, hasil wawancara,

dokumentasi, serta tes hasil belajar untuk menarik objektivitas dalam

penarikan kesimpulan.

4. Penarikan Simpulan

Penarikan simpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh

dari penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hasil dari

semua data yang diperoleh.


33

G. Indikator Keberhasilan

Apabila penggunaan metode reward and punishment dalam kegiatan

pembelajaran telah meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PISAV peserta

didik sebesar lebih dari 80% maka penelitan akan dihentikan. Angka 80% ini

berdasarakan pada hasil Post-test yang dilakukan.

Indikator keberhasilan ditetapkan dengan menganalisis peningkatan

partisipasi responden (peserta didik) dan peningkatan sikap positif baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya sebagai indikator peningkatan pembelajaran yang

positif, dari siklus ke siklus. Jika terjadi sebaliknya maka sebagai indikasi

kurang berhasil dalam perlakuan Penelitian Tindakan Kelas ini.


DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Agus Samsul. 2018. “Upaya meningkatkan kualitas partisipasi siswa


dalam proses pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) plus pada siswa kelas 8C SMP
Islam Assunnah semester genap t.p 2016-2017”. Jurnal Ilmiah Rinjani.
Vol.6 No.1

Aromdani, Panji, 2014. Pengaruh Reward dan Punishment tehadap


Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Al-Quran di SD
Islam Al-Fajar Villa Nusa Indah Bekasi, Skripsi tidak diterbitkan,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai
Pustaka.

Echols, John M, dan Shadily, Hasan. 1996. Kamus Inggris Indonesia.


Jakarta:Gramedia.

Handoko, T. H. 2009. Pengantar Manajemen, Yogyakarta: BPFE.

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.

indrakusuma, Amir Daien. 1973. pengantar ilmu pendidikan,


Surabay:Usaha Nasional

Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya.

Nawawi, H. 2009. Manajemen Punishment Untuk Bisnis yang Kompetitif,


(Cetakan Keempat). Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University
Press.

Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. 1986.Didaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara.

Sabri, Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Sadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

34
35

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Transito.

Sugiono.2010.Statistika Untuk Penelitian.Bandung: ALFABETA.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Yamin, M. 2007. Kiat Membelajarkan Peserta didik. Jakarta: Gaung Persada


Press.

Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Peserta didik. Jakarta: Gaung


Persada Pers.

Anda mungkin juga menyukai