Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA


MATA PELAJARAN DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA MELALUI
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING) DI
KELAS X TEI SMK NEGERI 2 PENGASIH

Oleh:
Gustila Rahmatika
17529299054

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
PROGRAM PPG PRAJABATAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang merupakan mendukung pembangunan di masa


mendatang adalah pendidikan yang menggali dan pengembangkan potensi
siswa sehingga mampu menghadapi dan memecahkan masalahan dalam
kehidupan. Konsep pendidikan akan terasa semakin penting ketika seseorang
merasakan kehidupan bermasyarakat dan ketika seseorang memasuki dunia
kerja karena mereka harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di SMK membawa siswa untuk terlatih mengatasi
permasaahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena
pendidikan di SMK memiliki pembelajaran praktek yang bersifat mandiri atau
individu. Sehingga secara tidak langsung siswa belajar untuk mengatasi
permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek baik dinilai proses
maupun hasilnya sangat bergantung pada kreativitas siswa.
Untuk itulah pembelajaran di SMK khususnya program produktif
sangat menuntut guru sebagai motivator dan inspirator bagi siswa. Dengan
posisi ini, guru dituntut pula untuk melaksanakan proses pembelajaran yang
kreatif. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran secara monoton akan
ditinggalkan oleh siswa. Karena proses pembelajaran seperti ini hanya akan
membuat suasana pembelajaran menjadi membosankan. Oleh Karen itu
pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
tertuang dalam Kurikulum SMK. Pendekatan pembelajaran yang dituntut di
SMK adalah pembelajaran berbasis kompetensi.
Proses untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, perlu adanya
partisipasi yang tinggi dari siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sebuah
kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil bila seluruh atau setidaknya
terdapat beberapa orang siswa yang berpartisipasi dalam segi fisik, segi mental
ataupun segi sosial dan disamping itu pula dapat ditunjukkan dengan adanya
kemauan belajar yang tinggi, semangat dalam belajar juga memiliki rasa
percaya diri.
Pembelajaran yang berhasilndapat dilihat dari prestasi belajar yang
diraih oleh siswa. Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perkembangan siswa dalam hal menguasai ilmu dan pengetahuan
mereka. Dalam proses pencapai prestasi belajar yang baik harus dimulai
dengan adanya input dan proses yang baik. Ada beberapa hal yang harus
dilakukan untuk mencapai prestasi belajar yang baik, untuk mendapatkan hasil
atau prestasi diperlukan sebuah proses yang maksimal yang nantinya dapat
menghasilkan hasil yang diharapkan seperti halnya mendapatkan prestasi
belajar yang baik maka diperlukan partisipasi belajar yang baik pula.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di SMK N
2 Pengasih, kelas X Teknik Elektronika Industri (TEI) pembelajarannya belum
berlangsung secara optimal. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang
guru mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika SMK N 2 Pengasih, kelas X
TEI merupakan kelas yang permasalahannya terbilang banyak diantaranya : 1)
rendahnya partisipasi siswa pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika
, 2) respon siswa yang rendah apabila diberi tugas atau pertanyaan oleh guru,
3) siswa cenderung diam atau pasif jika diberi kesempatan untuk berpendapat
maupun menjawab pertanyaan, 4) siswa sering tidak memperhatikan guru saat
menjelaskan karena mata pelajaran dasar listrik dan elektronika karena
dianggap membosankan dan sulit bagi siswa, 5) metode belajar
konvensional/ceramah yang digunakan pada saat pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika dinilai monoton dan kurang variatif sehingga kesempatan siswa
untuk berkembang juga kurang. Melihat dari permasalahan respon siswa yang
rendah saat belajar siswa kelas X jurusan TEI , hal ini berakibat pada prestasi
belajar yang rendah pula pada siswa-siswi kelas X TEI. Beberapa siswa juga
menyatakan tidak terlalu paham dengan pelajarannya karena dinilai sulit untuk
dipelajari dengan cepat sehingga mereka kurang memahami materi yang di
sampaikan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, peneliti ingin melakukan suatu
penelitian tindakan kelas untuk menigkatkan efektivitas pembelajar pada mata
pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika dengan mengimplementasikan model
pembelajaran tuntas (Mastery Learning). Maka peneliti akan melaksanakan
penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran
pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika Melalui Optimalisasi
Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) di Kelas X TEI SMK Negeri 2
Pengasih Tahun Pelajaran 2018-2019.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery
learning) dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dasar listrik dan
elektronika?
2. Bagaimana pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan
minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dasar listrik dan elektronika?
3. Bagaimana pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan
kemampuan penguasaan siswa terhadap pembelajaran dasar listrik dan
elektronika?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah diatas
tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran dasar listrik dan elektronika dengan
prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning).
2. Meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dasar listrik
dan elektronika dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)?
3. Meningkatkan kemampuan penguasaan siswa terhadap pembelajaran
memahami dasar listrik dan elektronika dengan pembelajaran tuntas
(mastery learning).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian tindakan
kelas ini adalah:
1. Memberikan masukan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif.
2. Memberikan masukan tentang pentingnya pembelajaran tuntas (mastery
learning) dalam proses pembelajaran di SMK.
3. Memberikan masukan tentang pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi kejuruan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakekat Efektivitas Pembelajaran
Menurut Mohamad Ali, pembelajaran adalah suatu upaya memberi
rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar terjadi proses belajar
mengajar (Ali, 2000:13). Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam
pembelajaran ada aktifitas belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan
peserta didik. Upaya ini juga mengandung tujuan agar peserta didik secara
sadar mau belajar mandiri.
Kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan
sistemik dan sinergis pengajar, anak didik, kurikulum dan bahan ajar,
media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan
hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Sudjana,
2003:40). Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah tingkat baik buruknya suatu pembelajaran yang dapat dilihat sebagai
suatu proses dan hasil. Sebagai suatu proses, pembelajaran yang berkualitas
dapat dilihat dari interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru yang
menumbuhkan aktivitas belajar. Jadi, semakin sering siswa dilibatkan
dalam pembelajaran atau semakin aktif siswa maka semakin baik
(berkualitas) pembelajaran yang diselenggarakan.
Sementara itu sebagai suatu hasil, pembelajaran dikatakan
berkualitas baik jika pencapaian hasil belajar sesuai dengan indikator
keberhasilan. Dalam bukunya Sardiman (2008:56) menggunakan beberapa
indikator yang memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran siswa
dan mutu proses yang terjadi. Indikator-indikator yang digunakan adalah
sebagai berikut: (1) antusias menerima pelajaran, (2) konsentrasi dalam
belajar, (3) kerja sama dalam kelompok, (4) keaktifan bertanya, (5)
ketepatan jawaban, (6) keaktifan menjawab pertanyaan guru atau siswa
lainnya, (7) kemampuan memberikan penjelasan. Suatu proses dikatakan
bermutu diindikasikan dengan salah satunya adalah efektivitasnya.
Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat
penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap makna
tujuan - tujuan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan. Sementara itu belajar
dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan
perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan
dengan sasaran berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan
secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu.

2. Minat dan Prestasi Belajar


Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia,
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lain
(Majid, 2004:152). Secara harfiah belajar mempunyai arti suatu aktivitas
yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan
atau sesuatu yang telah dipelajari (Djamarah, 2008:136).
Dari definisi di atas, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan
dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang
tersebut dalam berbagai bidang. Belajar adalah proses terjadinya perubahan
tingkah laku individu. Oleh karena itu terjadinya perubahan tingkah laku
yang mengarah pada perubahan yang baik dapat dikatakan sebagai sebuah
prestasi belajar. Aktivitas belajar akan memberikan hasil berupa terjadinya
perubahan pada diri individu. Jika di dalam suatu proses pembelajaran
seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, dapat dikataka orang tersebut sebenarntya belum mengalami
proses pembelajaran atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam
proses pembelajaran.
Aktivitas belajar harus berorientasi pada tujuan. Tujuan yang ingin
dicapai dalam aktivitas belajar adalah terjadinya perubahan. Perubahan
yang diharapkan dari terjadinya aktivitas belajar ini adalah perkembangan
diri individu seutuhnya. Rumusan bahwa belajar dapat dikatakan sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi
manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah
kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah, 2008:21).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar
adalah:
a. Faktor internal, meliputi:
1) Faktor biologis (jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan
keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan
jasmani yang perlu diperhatikan adalah: a) kondisi fisik yang
normal, b) kondisi kesehatan fisik.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil.
3) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar
individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan
keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat,
dan faktor waktu.
Benyamin S. Bloom membagi kawasan belajar yang mereka sebut
sebagai tujuan pendidikan menjadi tiga bagian yaitu kawasan kognitif,
kawasasn afektif, dan kawasan psikomotor. Prestasi belajar secara luas tentu
meliputi ketiga kawasan tujuan pendidikan tersebut. Walaupun demikian
kita akan membatasi prestasi belajar pada kawasan kognitif saja dengan
penekanan pada bentuk prestasi yang tertulis.
Prestasi belajar mengandung dua kata yang masing-masing
mempunyai pengertian. Oleh karena itu sebelum diartikan secara harfiah,
maka harus didefinisikan terlebih dahulu masing-masing kata. Prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat juga
diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
baik secara individu maupun kelompok (Djamarah, 1994:19).
Dari beberapa uraian di atas, kemudian dapat diambil kesimpulan
tentang pengertian prestasi belajar. Prestasi adalah hasil yang diperoleh dari
suatu aktivitas, sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan
pengertian sederhana prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

3. Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)


a. Pengertian Pembelajaran Tuntas (Matery Learning)
Secara bahasa, kata “mastery” berarti“penguasaan” atau
“keunggulan”. Sedangkan “learning” sering diartikan “belajar” atau
“pengetahuan” (Jhon, 1996:374). Sehingga kalau digabung dua kata
tersebut “mastery learning” berarti “penguasaan pengetahuan” atau
“penguasaan penuh”. Namun dalam dalam dunia pendidikan “mastery
learning” bisa diartikan dengan “belajar tuntas” atau “pembelajaran
tuntas.” Mastery learning (belajar tuntas) dalam KTSP adalah
pendekatan pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai
secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar
mata pelajaran tertentu (Kunandar, 2007:327).
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mastery learning
merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam
kelas, dengan tujuan agar sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan
pembelajaran (kompetensi) secara tuntas (Mulyasa, 2010:53). Mastery
learning merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara
sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan
pembelajaran pada siswa kelompok besar (klasikal), membantu
mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa dan berguna
untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of progress).
Pendekatan ini bersifat individual dan diharapkan mampu mengatasi
kelemahan-kelemahan pembelajaran yang bersifat klasikal. Artinya,
mastery learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menganut azas ketuntasan belajar, dengan tolok ukur yang digunakan
pada pencapaian hasil belajar, yakni tingkat kemampuan siswa orang
perorang, bukan per kelas dalam mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan.
Pembelajaran individual (individualized instruction) merupakan ciri
khas dari mastery learning ini. Secara konseptual, mastery learning ini
merupakan strategi atau model pembelajaran yang telah lama digagas
oleh Carrol dalam bukunya “model of school learning”. Teori Carrol
tersebut kemudian dimodifikasi secara operasional oleh Bloom, lalu
dikembangkan lagi oleh Block (Suryosubroto, 2009:84). Namun
demikian, model ini tetap masih relevan dan baik, apalagi diterapkan
dalam upaya pencapaian standar kompetensi siswa, terutama dalam
pembelajaran Dasar Listri dan Elektronika dalam KTSP sebagai
kurikulum yang berbasis kompetensi. Artinya mastery learning
merupakan suatu keniscayaan dan bagian integral yang tak dapat
dipisahkan.
Pendekatan/strategi pembelajaran ini lebih menekankan pencapaian
kompetensi dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran, sehingga memberikan pengalaman belajar yang
bermakna (meaningful learning). Pembelajaran tuntas yang
dimaksudkan dalam pelaksanaan KTSP merupakan suatu pola
pembelajaran yang menggunakan pendekatan diagnostic/preskriptif
(mengetahui kesulitan belajar siswa) dan ketuntasan secara individual.
Hal ini diperlukan pemberian kebebasan belajar serta berupaya
mengurangi kegagalan siswa dalam belajar.
Pada sisi lain, strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan
kepada kelompok siswa (klasikal), tetapi juga mengakui dan
memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual
siswa, sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara
optimal. Dasar pemikiran dari mastery learning dengan pendekatan
individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing (Kunandar 2007: 327)

b. Prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)


Untuk dapat belajar secara tuntas, perlu dikembangkan prinsip
pembelajaran sebagai berikut:
1) Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang
memberikan pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan
menjadi pembelajaran berbasis produksi.
2) Individual learning (pembelajaran dengan memperhatikan
keunikan setiap individu) yang dilaksanakan dengan system
modular.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai suatu
strategi pembelajaran, dan keberhasilan peserta didik ditentukan oleh
pencapaian tingkat penguasaan minimal yang dipersyaratkan untuk
dapat dinyatakan menguasai (mastery). Peserta didik hanya boleh
berpindah topik atau program apabila topic atau program yang sedang
dipelajarinya telah dikuasai secara tuntas, hingga paing tidak memenuhi
standar minimal yang dipersyaratkan. Tujuan pembelajaran tuntas
adalah memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menguasai bahan pelajaran dan mencapai kompetensi yang
dipelajarinya dengan terstandar melalui langkah-langkah pembelajaran
secara bertahap, tuntas, dan utuh, sehingga dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning).
Menurut Depdiknas (2008:15) “ Prinsip-prinsip pembelajaran
Tuntas adalah :
1. Asumsi dasar pembelajaran siswa adalah dapat belajar
pengetahuan/mata pelajaran esensial yang terdapat dalam
kurikulum ketika pembelajaran dipecah-pecah menjadi bagian-
bagian/topic-topik dan dipresentasikan secara bertahap dapat
berhasil dengan tuntas.
2. Sebelum memulai pembelajaran guru perlu melakukan tes,
sehingga mengetahui peta kompetensi dari peserta didik. Untuk
merencanakan pembelajaran secara efektif dan efisien tes ini
merupakan proses kritik dari pembelajaran tuntas, sehingga
memerlukan waktu untuk penilaian dan menganalisis data.
3. Pembelajaran tuntas harus melihat kemampuan peserta didik satu
persatu karena keberhasilan peserta didik tidak akan sama, guru
harus mempersiapkan remedial dan pengayaan untuk ketuntasan
dari keberhasilan peserta didik.
4. Guru harus melakukan test formatif akan berguna apabila
dilakukan secara otentik, agar dapat menentukan tambahan
pembelajaran yang diperlukan, juga perlu dilakukan tes sumatif
yang merupakan evaluasi final untuk pencapaian tujuan
pembelajaran peserta didik

B. Kerangka Berpikir
Target yang diharapkan bisa dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah peningkatan hasil belajar siswa secara menyeluruh pada berbagai aspek
kemampuan siswa. Hasil yang dicapai diukur melalui evaluasi proses, hasil
kerja siswa, penilaian sikap, observasi, wawancara, dan lain-lain. Agar tujuan
tersebut dicapai, maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses
seperti diagram di bawah ini.
Guru Siswa
Belum menerapkan Hasil belajar siswa pada
KONDISI AWAL model pembelajaran mata pelajaran dasar
tuntas (mastery learning) listrik dan elektronika
pada proses rendah
pembelajaran

Menerapkan model SIKLUS I


pembelajaran tuntas Menerapkan model
TINDAKAN (mastery learning) pada pembelajaran tuntas
proses pembelajaran (mastery learning)

Diduga melalui SIKLUS II


pembelajaran tuntas Menerapkan model
(matery learning) dapat pembelajaran tuntas
KONDISI AKHIR meningkatkan efektivitas (mastery learning) pada
dan hasil belajar siswa berkelompok kecil

Diagram 1. Kerangka Berpikir

C. Penelitian yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Dafid Armawan (2011), skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta dengan judul Belajar Tuntas (mastery learning) Sebagai
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa kelas XI-2 Jurusan TKR
SMKN 1 Seyegan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan kualitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan hasil nalisis secara deskriptif data aspek kualitas pembelajaran
diperoleh harga rata-rata (mean) pada siklus I sebesar 2.616, siklus II
sebesar 4.071, atau terjadi peningkatan prosentase sebesar 20,79% dari
siklus I ke siklus II; standard deviasi pada siklus I sebesar 1.4832, Siklus II
sebesar 1.0180; varians pada siklus I sebesar 2.199962, siklus II sebesar
1.036281.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Rahmawati (2013), skripsi
Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Penerapan Model
Belajar Tuntas (Mastery Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pajang III Laweyan Surakarta. Berdasrkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan metode belajar Tuntas
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA SD Negeri
Pajang III tahun ajaran 2013/ 2014. Keberhasilan ini terbukti dari
peningkatan hasil belajar siswa yang sebelum pelaksanaan tindakan
memenuhi KKM sebesar 56,09 %, kemudian setelah dilakukan tindakan
siklus I siswa yang memenuhi KKM sebesar 65,85 %, dan setelah dilakukan
tindakan siklus II siswa yang memenuhi KKM menjadi sebesar 87,80 %.
Selain itu dapat dilihat juga pada peningkatan nilai rata-rata kelas dari
sebelum dilaksanakan tindakan yaitu 72,92 menjadi 75,73 pada siklus I, dan
meningkat menjadi 80,31 pada siklus II.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ilmi Suciana (2016), skripsi Penerapan
Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) Untuk Pencapaian Standar
Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMA IT Yapira Medang Kabupaten
Bogor berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemakaian metode
belajar tuntas dapat mengkatkan nilai siswa.

D. Hipotesis Penelitian
Sebelum memulai penelitian, hipotesis perlu dirumuskan karena hal ini
merupakan pemberi petunjuk bagi peneliti dan sebagai acuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran dalam pengambilan data. Berdasarkan pemaparan
kerangka pikir yang telah disampaikan, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah:
1. Penerapan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat
meningkatkan efektivitas belajar siswa X Teknik Elektronika Industri SMK
N 2 Pengasih pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika tahun
ajaran 2018-2019.
2. Penerapan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat
meningkatkan kemampuan penguasaan siswa X Teknik Elektronika
Industri SMK N 2 Pengasih pada mata pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika tahun ajaran 2018-2019.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau dalam istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action
Research. Penelitian ini dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif.
Desain dari penelitian yang akan digunakan adalah desain yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart di dalamnya terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan
refleksi (reflection). Desain Pada penelitian ini akan dicari dan diteliti,
bagaimana efektivitas belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika dengan menggunakan model pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning). Gambar dari desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS PELAKSANAA


I N

PENGAMATAN

PERENCANAAN
YANG DIREVISI

REFLEKSI SIKLUS PELAKSANAAN


II

PENGAMATAN

Diagram 2. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart


(dalam Taniredja, Irma dan Nyata, 2013)
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas X Teknik Elektronika
Industri SMK Negeri 2 Pengasih dengan jumlah peserta didik 40 orang,
karena kelas tersebut tingkat kemampuannya rata-rata sedang dan peneliti
mengajar dikelas tersebut.

2. Lokasi Penelitian
Nama sekolah : SMK Negeri 2 Pengasih
Alamat : JL. KRT. KERTODININGRAT, RT/RW 22/11, Dsn.
Gunung gondang
Kecamatan : Pengasih
Kabupaten/Kota : Kulon Progo
Provinsi : D.I Yogyakarta
Telpon/ Fax : 0274/773289/ 0274/774289
Email : smk2pengasih_kp@yahoo.com
Kode Pos : 55652

3. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 4 (empat) bulan yaitu pada bulan
Juli sampai dengan bulan Oktober 2018 tepatnya pada semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian ini sesuai dengan program
pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Elektronika Industri (TEI)
yang telah ditetapkan pada Kurikulum Program Studi Keahlian Teknik
Elektronika Industri (TEI) SMK Negeri 2 Pengasih Semester Ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran Dasar listrik dan elektronika.

C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas X TEI SMK Negeri 2 Pengasih yang
mengikuti mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika dengan jumlah peserta
didik 40 orang dengan tingkat kemampuan rata-rata sedang.
D. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpul data hasil belajar dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk tes tertulis yang dilaksanakan
pada akhir siklus 1 dan akhir siklus ke-2. Dan data hasil pengamatan
dikumpulkan dengan teknik pengamatan (observasi). Observasi
memungkinkan untuk mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan
dari penelitian tindakan kelas. Observasi dilaksanakan secara komprehensif
dalam kelas. Aspek-aspek dalam pengamatan meliputi: perilaku siswa
waktu belajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam presentasi dan
diskusi. Sehingga dapat diketahui secara jelas bagaimana aktifitas siswa
selama proses pembelajaran.

2. Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah :
a. Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Dalam penelitian ini jenis
tes yang digunakan adalah adalah tes tertulis dalam bentuk soal pilihan
ganda. Untuk mendapatkan tes yang baik maka dilakukan langkah-
langkah yaitu membuat kisi-kisi soal tes dan menyusun soal tes sesuai
dengan kisi-kisi soal tes
b. Lembar Penilaian Proses Belajar
Lembar penilaian proses belajar dipergunakan untuk menilai peserta
didik dalam ulangan harian. Lembar penilaian ini berupa format-format
penilaian proses belajar mengajar.
c. Lembaran Observasi
Lembar observasi digunakan untuk pengamatan kegiatan masing-
masing siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
penyusunan lembar observasi dilakukan langkah-langkah sebagai,
yaitu: (1) Menentukan indikator-indikator penilaian terhadap kegiatan
siswa yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung dan (2)
Merancang lembar observasi yang akan digunakan.

E. VALIDASI DATA
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Pada penelitian ini data
yang dikumpulkan adalah data hasil nilai ujian siklus I dan II dan data hasil
pengamatan. Untuk mendapatkan data nilai ujian yang valid maka disusun kisi-
kisi soal dan soal test. Data hasil pengamatan divalidasi melalui triangulasi
sumber, yaitu data berasal dari siswa, pengamat (observer) dan peneliti sendiri.

F. ANALISIS DATA
Data dianalisis secara deskriptif komparatif yaitu mengemukakan fakta-
fakta dan temuan-temuan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan
membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja.
Analisis data bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar.
Dalam analisis nilai digunakan rumus :

Rata-rata hitung : X 
X
N

Keterangan : X  Nilai rata-rata tes


 X  Jumlah nilai peserta tes
N = Banyak peserta tes

G. PROSEDUR PENELITIAN
1. Pra Penelitian Tindakan Kelas
Tahap pra penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengamati minat
belajar dan hasil belajar pada pembelajaran Dasar listrik dan elektronika
sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas. Tahap ini dilaksanakan
untuk mengidentifikasi masalah yang ditemukan pada pelaksanaan
pembelajaran Dasar listrik dan elektronika. Dengan identifikasi masalah
yang tepat, maka dapat dilaksanakan perencanaan penelitian tindakan kelas
yang tepat pula. Dengan perencanaan yang tepat diharapkan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan hasil yang diinginkan sesuai
target.
2. Perencanaan Tindakan
Setelah dilaksanakan diidentifikasi masalah pada tahap pra penelitian
tindakan kelas, maka selanjutnya dilaksanakan tahap perencanaan tindakan
kelas. Tahapan perencanaan tindakan kelas sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah menemukan bahwa pada pelaksanaan pemelajaran
Dasar listrik dan elektronika Kompleks pada tahun sebelumnya
ditemukan: 1) rendahnya minat belajar siswa yang ditunjukkan dari
tingkat kehadiran, sikap kerja, aktivitas penugasan, 2) rendahnya hasil
belajar siswa yang ditunjukkan pada ketuntasan belajar.
b. Menyiapkan strategi pembelajaran berupa pemelajaran tuntas (mastery
learning).
c. Menyiapkan kelas yang akan diberi tindakan dengan memberikan
pengarahan dan motivasi tentang penelitian tindakan kelas dan
pentingnya pemelajaran tuntas (mastery learning).
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, sistematika laporan, jobsheet
dan Lembaran penilaian.
e. Menyiapkan media dan sarana pembelajaran berupa Lap top
(komputer), Proyektor, simulator kelistrikan, Kabel-kabel, dan
perangkat lainnya.
f. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan minat
siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, instrumen penilaian, dan
laporan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul majid. (2013). Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Ahmadi, Abu. dkk. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia
Dafit Armawan. (2011). Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas XI-2 Jurusan TKR
SMKN 1 Seyegan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
E.Mulyasa. (2010). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi, dan inovasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ilmi Suciana. (2016). Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Untuk Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi Di SMA
IT Yapira Medang Kabupaten Bogor. Bogor: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
John M. Echols dan Hasan Shadily. (1996). Kamus Inggris Indonesia, akarta:
Gramedia.
Kunandar, (2007).Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Mohamad Ali, (2000). Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo,

Nana Sudjana. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta
Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Suryosubroto, (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,
Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Yunita Rahmawati. (2013). Penerapan Metode Belajar Tuntas (Mastery
Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SD
Negeri Pajang III Laweyan Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai