Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN BAKAT MEKANIK SISWA

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK


KENDARAAN RINGAN PADA MATA PELAJARAN DASAR-DASAR OTOMOTIF DI
SMKN 12 MALANG

SKRIPSI

KHOIRUMAN HIDAYATULLAH (170513624069)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari input dan output. Input merupakan
informasi ilmu pengetahuan yang dilaksanakan melalui aktivitas belajar, sadangkan output
merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Pelaksanaan proses pendidikan
tersebut diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi.

Peningkatan sumber daya manusia ini merupakan hal yang sangat terikat dalam tujuan
terselenggaranya pendidikan, dimana pendidikan menjadi prioritas utama dalam
mewujudkannya. Dalam dunia pendidikan, untuk menjadikan peserta didik yang berkualitas dan
berprestasi tinggi maka seorang siswa memiliki persyaratan, yaitu harus memiliki minat belajar
yang tinggi. Minat dalam belajar ini akan tercapai ketika seorang siswa memiliki minat baik
dalam belajar, maka hasil belajar pun akan mengikuti apabila minat belajar dan pembelajaran
terlaksana dengan baik. Keseluruhan aspek dalam mencapai hasil belajar yang baik tentunya
tidak terlepas juga dari bakat yang telah dimiliki seorang siswa.

Proses dalam mewujudkan kualitas hasil belajar yang baik tentunya akan terlihat ketika
tujuan dari pembelajaran itu sendiri tercapai. Keberhasilan tujuan pembelajaran itu sendiri dapat
dicapai apabila siswa memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam belajar dan tentunya di
dukung dengan sircle pertemanan yang baik pula. Dengan begitu guru diharapkan mampu
menjaga minat belajar yang sudah ada maupun memunculkan minat-minat baru pada individu
masing-masing siswa dengan fasilitas belajar serta memotivasi para siswa. Melihat hal tersebut
maka, pendekatan melalui minat ini sangatlah diperlukan, dan guru juga bisa memelihara dan
memicu motivasi belajar siswa dengan pendekatan seperti seorang teman. Dengan unsur
motivasi dalam minat belajar guru dapat memberikan inspirasi, stimulus, dan tantangan dalam
orientasinya terhadap cita-cita siswanya dimasa depan. Motivasi membantu siswa cepat
memahami pelajaran dengan baik sehingga mampu meraih tujuan pembelajaran, dengan
demikian diharapkan dapat mewujudkan kualitas hasil belajar yang baik.
Menurut syaiful bahri djamarah (2002:132) mengungkapkan bahwa “minat belajar dapat
di ekspresikan anak didik melalui pernyataan lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya,
partisipasi aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran , dan memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain”. Sedangkan minat belajar
siswa kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan di SMKN 12 Malang masih belum optimal.
Permasalahan tersebut ditunjukkan dengan karakteristik siswa yang seringkali mudah bosan,
menurun konsentrasinya dan minimnya respon dan tanggapan terhadap materi yang sedang
disampaikan oleh guru. Siswa sering terlambat mengikuti pembelajaran dan tidur di kelas pada
saat pembelajaran berlangsung.

Minat belajar pada dasarnya merupakan keadaan yang menjadi motor penggerak dalam
mencapai hasil belajar. Titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah anak didik melalui
rangsangan maupun stimulus agar memicu dan menjaga minat belajarnya. Pada dasarnya minat
belajar telah melekat pada seorang siswa, namun peran seorang guru sangatlah besar dalam hal
menjaga dan membangkitkan semangat belajarnya. Minat belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu,
faktor internal (dalam diri siswa) dan eksternal (luar diri siswa). Melihat faktor-faktor tersebut
maka faktor eksternal ini menjadi perhatian khusus dari peran seorang pengajar dalam
memberikan pengaruh positif, dan memicu minat belajar siswa yang baik.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai dan diperoleh siswa setelah melewati
proses pembelajaran berkat adanya usaha atau upaya, yang mana hal tersebut dinyatakan dalam
bentuk penguasaan atau bakat, kecakapan dasar, dan keterampilan terhadap ilmu pengetahuan
yang didapat dari proses belajar mengajar. Kualitas belajar siswa dapat terlihat ketika hasil
belajar siswa telah keluar, berupa penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang dicapai siswa.

Pendapat Hendri (1994:17) menyatakan bahwa seseorang yang berhasil melakukan tes
bakat mekanik degan baik akan seneang menyelidiki prinsip kerja mesin, bagaimana cara
mngoperasikannya dan bagaimana merakitnya. Dengan demikian siswa yang berbakat akan
mendapatkan hasil belajar yang baik apabila bahan pembelajaran yang dipelajari siswa sesuai
terhadap bakat masing-masing siswa. Munandar (1987:21) menyatakan bahwa bakat merupakan
student input variable yang telah ada sebelum siswa mengikuti pelajaran.
Clifford dan King (1976:348) mengatakan bahwa tes bakat mekanik digunakan untuk
memprediksi kemampuan seseorang dalam hal merancang, merakit, mengoperasikan,
mereparasi, merawat dan pekerjaan sejenis yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan
mekanik untuk memanipulasi obyek.

Melihat hal tersebut, maka minat belajar perlu di upayakan oleh pengajar dalam proses
pembelajaran dengan memberi penguatan pada materi pembelajaran dengan memberi
permasalahan aktual yang nantinya akan dihadapi siswa. Siswa lebih semangat dan termotivasi
ketika seorag guru memberikan tantangan terhadap dirinya untuk diselesaikan, oleh karenanya
siswa mendapat harapan realistis terhadap materi yang sedang dipalejari, berguna ketika
nantinya menghadapi permasalahan yang ada.

Dengan diketahui faktor minat belajar memiliki peran yang penting terhadap proses
pembelajaran dan besar pengaruhnya terhadap kualitas pencapaian hasil belajar, dengan
demikian diharapkan siswa-siawa di SMKN 12 Malang khususnya siswa jurusan teknik
kendaraan ringan dapat mencapai kualitas hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu untuk
mengetahui seberapa besar “Hubungan Antara Minat Belajar Dan Bakat Mekanik Siswa
Terhadap Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Pada Mata Pelajaran
Dasar-Dasar Otomotif Di Smkn 12 Malang”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi
berbagai Permasalahan-permasalahan yang terkait rendahnya minat belajar dan kualitas hasil
belajar siswa Jurusan Teknik Otomotif di SMKN 12 Malang dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang. Tinggi rendahnya kualitas hasil belajar siswa memang dipengaruhi dan erat
hubunganya dengan faktor-faktor internal maupun ekternal seperti Guru, kegiatan pengajaran,
alat evaluasi, bahan evaluasi, metode mengajar, minat, bakat, hubungan pertemanan, konsep diri
dll. Namun permasalahan yang dihadapi terkait rendahnya minat belajar dan kualitas hasil
belajar siswa Jurusan Teknik Otomotif di SMKN 12 Malang yaitu minat siswa yang masih
rendah ditunjukkan dengan karakteristik siswa yang seringkali mudah bosan, menurun
konsentrasinya, minimnya respon tanggapan DLL.

C. Rumusan Masalah

Pokok-pokok pikiran di atas dapat dijadikan acuan untuk merumuskan permasalahan


dalam penelitian ini, maka masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1. bagaimanakah minat belajar siswa kompetensi keahlian teknik kendara ringan di SMKN 12
Malang?

2. bagaimana bakat mekanik siswa kompetensi keahlian teknik kendara ringan di SMKN 12
Malang?

3. bagaimana hasil belajar siswa kompetensi keahlian teknik kendara ringan di SMKN 12
Malang?

4. Apakah ada hubungan antara minat belajar dan bakat mekanik siswa terhadap hasil belajar
siswa program keahlian teknik kendaraan ringan pada mata pelajaran dasar-dasar otomotif di
smkn 12 malang?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa
kompetensi keahlian teknik kendara ringan di SMKN 12 Malang
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bakat mekanik siswa terhadap hasil belajar siswa
kompetensi keahlian teknik kendara ringan di SMKN 12 Malang
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara minat belajar dan bakat mekanik siswa
terhadap hasil belajar peserta didik kelas di SMKN 12 Malang

E. Hipotesis Penelitian
Minat belajar dan Bakat mekanik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa program
keahlian Teknik Kendaraan Ringan pada Mata Pelajaran Dasar-Dasar Otomotif di di SMKN
12 Malang.
.
F. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti
kepada berbagai pihak. Fungsi dari penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fungsi
secara teoritis dan fungsi secara praktis:
1. Kegunaan Teorotis

Fungsi toritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap
perkembangan zaman, bahwa begitu pentingnya menanamkan minat belajar untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kegunaan Praktis
1. bagi peserta didik
hasil penelitian ini diharapkan peserta didik mampu memiliki minat belajar yang
baik serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehinga dapat meningkatkan hasil
belajar pada pendidikan yang dijalani.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi guru agar
menambahkan atau menumbuhkembangkan rasa perhatian kepada peserta didik
dengan cara menumbuhkembangkan minat belajar dan kepercayaan diri peserta
didik untuk meningkatkan hasil belajar melalui seorang guru yang menjadi salah
satu faktor dari luar yang sangat berpengaruh bagi peserta didik.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi sekolah tentang
pentingnya Minat belajar dalam pengaruh hasil belajar siswa.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan lebih mengetahui permasalahan-permasalahan yang
timbul dalam kegiatan belajar masa mengajar dan sebagai bekal bagi peneliti untuk
menjadi tenaga pendidik di yang akan datang.
G. Definisi Operasional

1. Minat adalah rasa ketertarikan atau perhatian siswa pada hal atau aktivitas belajar pada
mata pelajaran dasar-dasar ototmotif yang dilakukan dengan sendirinya tanpa ada yang
menyuruh. Indikator minat dalam penelitian ini diantaranya perhatian siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, partisipasi dalam suatu kegiatan atau aktivitas,
dan perasaan senang (Slameto 2010).
2. Bakat adalah suatu kondisi atau serangkaian karakteristik dari kemampuan seseorang
untuk sesuatu dengan latihan (khusus) mengenai pengetahuan, keterampilan, atau
serangkaian respon misalnya kemampun berbahasa mengarang lagu dan sebagainya.
Bakat adalah kemampuan yang melekat (inherent) dalam diri seseorang yang
merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Menurut Tedjasaputra
MS. bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan
memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus.
3. Hasil belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku dari yang awalnya tidak
tahu menjadi tahu, dari sikap yang kurang baik menjadi lebih baik, kurang terampil
menjadi lebih terampil pada siswa yang dibelikan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar merupaka hasil dari tercapainya tujuan yang telah
direncanakan.
BAB II

KAJIAN TEORI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat

1. Pengertian Minat

Hilgard dalam Slameto (1995:57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai
berikut: "Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content".
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan atau suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal/aktivitas tanpa ada yang
menyuruh. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa
senang. Berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang
lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan
rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu dengan di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswayang memilikiminatpadasuatu subjek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan-penerimaan
minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat
mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajarinya.
Menurut Slameto (2003: 180) "Minat adalah suatu rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh." Minat digambarkan sebagai hubungan diri siswa dan
sesuatu di luar diri siswa, sehingga diantaranya terbentuk rasa ketertarikan. Setiap aktivitas yang
diamati seseorang pasti diikuti perasaan senang yang selanjutnya terbentuk ketertarikan dan dari
situ diperoleh kepuasan Sedangkan menurut Singer (1987 78) mengartikan minat adalah suatu
landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar Menurut Hurlock
(1978: 114) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa
yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa pengertian dan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah keinginan atau ketertarikan seseorang untuk melakukan suatu hal yang dapat melandasi
keberhasilan seseorang dalam belajar.

2. Latar Belakang Tumbuhnya Minat

Ditinjau dari asal mulanya, minat seseorang dibagi menjadi dua golongan, yaitu minat
pembawaan dan minat yang tumbuh karena pengaruh dari luar. Minat pembawaan biasanya
muncul dengan sendirinya tanpa dipenaruhi oleh faktor-faktor lain, baik itu faktor kebutuhan
maupun faktor lingkungan. Sedangkan faktor yang muncul karena pengaruh dari luar dapat
berubah karena pengaruh yang berasal dari luar individu seperti faktor kebutuhan dan
lingkungan.

Minat seseorang dapat tumbuh karena adanya bakat, yang merupakan aspek pembawaan
sehingga dapat disimpulkan bahwa minat atau jenis minat tertentu berasal dari pembawaan.
Minat juga dapat tumbuh melalui proses yang panjang karena pengaruh lingkungan dan
kebutuhan. Cerita-cerita yang menarik tentang suatu hal yang menimbulkan rasa senang, akan
menimbulkan minat seseorang terhadap hal tersebut, atau minat seseorang dapat pula tumbuh
setelah melakukan proses perbuatan yang panjang dan ia menjadi berpengalaman.

Sebagai manusia yang mempunyai kemampuan merespon rangsangan-rangsangan yang


datang dari luar dirinya, maka minat seseorang dapat tumbuh karena perasaan senang dan
selanjutnya diperkuat oleh persepsi. Perasaan adalah sesuatu aktifitas untuk menilai suatu objek,
sedangkan persepsi menurut Slameto (1995:102) adalah proses yang menyangkut masuknya
pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus melakukan
hubungan dengan lingkungannya lewat panca inderanya.

3. Pentingnya Minat

Seorang siswa harus tahu minatnya, karena tanpa tahu apa yang diminatinya maka tujuan
belajar yang diinginkannya tidak akan tercapai. Minat mempunyai peran yang penting dalam
kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas sikap dan perilaku.

Hurlock (1978:114) menyebutkan pentingnya minat bagi seseorang ke dalam tiga hal, yaitu:

(1)Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, dalam permainan maupun pekerjaan,
seseorang akan berminat dalam kegiatan tersebut, akan berusaha lebih keras dibandingkan
dengan yang tidak berminat atau merasa bosan.

(2)Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi seseorang. saat seseorang berfikir tentang
pekerjaan dimasa yang mendatang , maka akan menentukan apa yang mereka ingin lakukan bila
dewasa. Semakin yakin dengan pekerjaan yang diidamkan, semak in besar minat mereka
terhadap kegiatan, dikelas atau diluar kelas yang mendukung terjadinya aspirasi tersebut.

(3)Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni, bila seseorang berminat
kepada suatu kegiatan, pengalaman mereka jauh lebih menyenangkan dan prestasinya meningkat
atau lebih.

Ada beberapa alasan mengapa seorang pendidik perlu mengadakan pengukuran minat
anak didiknya (Nurkancana dan Sunartana, 1986: 230) antara lain :

a. Untuk Meningkatkan Minat Anak-Anak


Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat anak didiknya. Minat
merupakan komponen yang penting dalam kehidupan pada umumnya serta dalam pendidikan
dan pengajaran pada khususnya. Pendidik yang tidak menghiraukan hal ini, akan mengalami
kegagalan dalam menyampaikan ilmu kepada anak didiknya.

b. Memelihara Minat yang Baru Timbul


Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, pendidik harus memelihara minat
tersebut. Anak yang baru masuk suatu sekolah biasanya belum banyak menaruh minat terhadap
aktivitas tertentu.
Aktivitas-aktivitas tersebut harus diperkenalkan oleh pendidik. Apabila anak telah menunjukkan
minatnya, maka pendidik wajib memelihara minat anak yang baru tumbuh tersebut dengan
mengikutsertakannya dalam aktivitas yang diminatinya tersebut.

c. Mencegah Timbulnya Minat Terhadap Hal-Hal yang Tidak Baik


Sekolah merupakan suatu lembaga yang menyiapkan anak didik untuk hidup di dalam
masyarakat. Sekolah harus mengembangkan aspek-aspek ideal agar anak didik menjadi anggota
masyarakat yang baik Anak didik sering menaruh minat terhadap hal-hal yang tidak baik yang
terdapat di lingkungan sekitarnya. Minat anak didik yang tertuju kepada hal-hal yang tidak baik
tersebut, hendaknya diberantas sekolah melalui pendidik

d. Sebagai Persiapan Untuk Memberikan Bimbingan Kepada Anak Tentang Kelanjutan Studi
Pekerjaan yang Sesuai Untuknya
Walaupun minat bukan merupakan indikass yang pasti tentang sukses tidaknya anak
dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan. namun minat merupakan pertimbangan
yang cukup berarti kalau dihubungkan dengan data-data yang lain. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa minat seseorang terhadap sesuatu, akan mempengaruhi masa
depannya. Minat harus terus dikembangkan melalui aktivitas-aktivitas yang positif, sehingga
minat tersebut berkembang dengan baik.

4. Aspek-aspek minat

Menurut Hurlock (1978:116), minat mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitif dan
aspek afektif.

a. Aspek kognitif

Aspek ini didasarkan pada konsep yang dikembangkan individu mengenai bidang yang terkait
dengan minat. Misalnya aspek kognitif, minat individu terhadap sekolah. Bila individu
menganggap sekolah sebagai tempat belajar tentang hal-hal yang menimbulkan rasa ingin tahu
dan tempat dimana bisa mendapatkan kesempatan bergaul dengan teman sebaya. Minat individu
terhadap sekolah akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan minat yang didasarkan atas
konsep sekolah yang menekan prestasi dan pengekangan oleh peraturan sekolah dan kerja untuk
menghafal pelajaran.

Aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di
sekolah, di masyarakat dan diberbagai jenis media masa. Dari sumber tersebut anak akan belajar
apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak memuaskannya.

b. Aspek afektif

Konsep yang membangun aspek minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang
menimbulkan minat. Seperti halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman
pribadi dan dari orang yang lebih berpengaruh, antara lain orang tua, guru dan teman sebaya
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut. Sebagai contoh siswa yang mempunyai
hubungan yang menyenangkan dengan para guru, biasanya mengembangkan sikap positif
terhadap sekolah Karena pengalaman sekolah yang menyenangkan, minat mereka terhadap
sekolah diperkuat. Sebaliknya, pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap guru dapat dan
sering mengarah kepada sikap yang tidak positif, yang mungkin kelak akan memperlemah minat
siswa terhadap sekolah.

Aspek afektif lebih penting dari pada aspek kognitif karena aspek afektif mempunyai peran yang
lebih besar dalam memotivasi tindakan dari aspek konitif. Bila bobot emosional dari minat maka
memperkuat minat dalam tindakan, demikian yang sebaliknya. Serta aspek afektif minat sekali
terbentuk cenderung lebih tahan perubahan dibanding aspek kognitif.

5. Macam-Macam Minat

Menurut Shaleh dan Wahab (2005:265) minat digolongkan menjadi beberapa macam Hal
ini dipengaruhi oleh sudut pandang dan cara penggolongannya Misalnya didasarkan pada
timbulnya minat, arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat
tersebut.
a. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kultural.
Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan jaringan
tubuh, misalnya kebutuhan makan Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang
timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak langsung terhubung dengan diri kita. Sebagai
contoh: keinginan untuk memiliki mobil, rumah mewah dan lain sebagainya. Minat kultural
ini timbul karena ada anggapan pada lingkungan sekitar bahwa seseorang yang memiliki
sesuatu akan lebih disegani dan dihormati

b. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik dan minat ekstrinsik.
Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendin. Sebagai
contoh, seseorang belajar karena memang senang belajar atau ingin mengetahui ilmu tersebut,
bukan karena ingin mendapatkan reward Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan
dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya telah tercapai ada kemungkinan
minat tersebut hilang. Sebagai contoh seseorang belajar karena ingin menjadi juara kelas,
setelah menjadi juara kelas minat belajarnya akan turun.

c. Berdasarkan cara mengungkapkan, minat dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

1) Expressed interest

Minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk melakukan atau
menuliskan kegiatan-kegiatan dari hal yang paling disenangi hingga yang paling tidak disenangi

2) Manifest Interest

Minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara
langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya

3) Tested Interest

Minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang
diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat
yang tinggi pula terhadap hal tersebut.

4) Inventoried Interest
Minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan,
dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang
atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau suatu objek yang ditanyakan.

Menurut Forijati dalam Fifi (2008:19) membagi minat menjadi

a. Minat yang berasal dari pembawaan (internal) yaitu minat yang muncul tidak dipengaruhi oleh
faktor lain seperti kebutuhan maupun lingkungan. Hal ini menjelaskan bahwa minat seseorang
dapat tumbuh karena bakat yang telah dibawanya sejak lahir

b. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar (eksternal) yaitu minat yang biasa
muncul karena adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti kebutuhan dan lingkungan
Minat seseorang dapat tumbuh melalui proses yang panjang karena adanya pengaruh
lingkungan dan kebutuhan akan sesuatu yang dapat menimbulkan perasaan senang dan
kepuasan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat sangatlah penting dalam kegiatan
belajar, karena dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengerjakan
hal-hal yang disenangi sehingga mendapatkan kepuasan. Berkurangnya minat dapat
mengakibatkan hasil yang dicapai tidak optimal.

6. Meningkatkan Minat Siswa

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat
siswa yang telah ada. Misalnya siswa menaruh minat pada olabraga balap mobil, sebelum
mengajarkan percepatan gerak pengajar dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan
sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit
diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya.

Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner & Tanner (1975) dalam Slameto
(1995:181) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada
siswa. Ini dapat dicapai dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara
suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan yang pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Rooijakkers menyatakan hal ini
dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensaional
yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Slameto,1995:181). Misalnya, siswa akan menaruh
perhatian pada pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dihubungkan dengan peristiwa
mendaratnya manusia pertama di bulan.

Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat menggunakan insentif dalam usaha
mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang
agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya. Diharapkan pemberian insentif akan
membangkitkan motivasi siswa dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.

Studi-studi eksperimental menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan


sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas
pekerjaanya, cenderung bekerja lebih baik dari pada siswa yang dimarahi atau dikritik karena
pekerjaanya yang buruk atau karena tidak ada kemajuan. Menghukum siswa karena hasil
kerjanya yang buruk tidak terbukti efektif, bahkan hukuman yang terlalu kuat dan sering lebih
menghambat belajar. Tetapi hukuman yang ringan masih lebih baik dari pada tidak ada perhatian
sama sekali. Hendaknya pengajar bertindak bijaksana dalam menggunakan insentif. Insentif
apapun yang dipakai perlu disesuaikan dengan diri siswa masing-masing.

7.Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat

Menurut Shaleh dan Wahab (2005:263) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


timbunya minat, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari
dalam diri individu yang bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan
mampu dan kepribadian), dan yang berasal dari luar meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap timbul dan berkembangnya minat seseorang Menurut Reber dalam Syah (2007 136)
menyatakan bahwa minat tergantung pada faktor-faktor internal yaitu: pemusatan, perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Crow and Crow 1973 dalam Shaleh dan Wahab (2005:264) menyatakan bahwa terdapat
tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

a) Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk belajar Dorongan untuk belajar
akan membangkitkan minat untuk membaca atau melakukan penelitian.

b) Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu
aktivitas tertentu. Misalnya minat untuk belajar timbul karena ingin mendapat penghargaan
dari orang lain.

c) Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Jika seseorang
medapatkan kesuksesan pada aktivitas secara tidak langsung akan menimbulkan perasaan
senang terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan mengurangi bahkan dapat
menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

Terdapat 4 cara menumbuhkan minat siswa oleh guru menurut Djamarah (2005:120) yaitu :

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri siswa sehingga dia rela belajar tanpa
adanya paksaan

2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki
siswa, sehingga siswa mudah menerima bahan pelajaran tersebut.

3) Memberikan kesempatan pada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan
cara menyediakan lingkungan belajar yang kondusif

4) Memberikan pengaruh positif terhadap siswa agar dapat berkembang dengan baik Minat dapat
timbul karena pengaruh dari luar, maka hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya minat
pada anak harus dijaga dan ditingkatkan

B. Tinjauan Bakat Mekanik

1. Pengertian Bakat
Menurut Slameto (2003:57) Hilgard berpendapat bakat atau aptitude adalah the capacity
to learn. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.

Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih Bakat pada umumnya juga dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat,
kemampuan merupakan daya untuk melakukan daya suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat
dilakukcan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan
dapat dilakukan dimasa yang akan datang

Dalam seminar nasional mengenai "Alternatif Program Pendidikan Bagi Anak Berbakat"
yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan,
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas Pada tanggal 12-14
November 1981 di Jakarta (Munandar, 2002:30) disepakati bahwa yang dimaksud dengan:

Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai
anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan
yang unggul. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensasi dan atau
pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka
terhadap masyarakat maupun untuk pengembanagan diri sendiri. Kemampuan-kemampuan
tersebut baik secara potensial maupun yang telah nyata, meliputi: Kemampuan intelektual
umum(kecerdasan atau intelegensi), kemampuan akademis khusus, kemampuan berfikir kreatif-
produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan
psikomotor.

Rezulli, dkk dalam Munandar (1987:21) mengatakan, seseorang yang berbakat adalah
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, kreativitas dan pengikatan diri atau tanggung jawab
terhadap tugas. Seseorang dapat dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila ia mempunyai
intelegensi tinggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam bidang intelektual. Kreativitas sebagai
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan
gagasan baru.
Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas, yang mendorong seseorang
untuk tekun dan ulet. Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena
memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberi prestasi yang tinggi. Anak-
anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensasi dan atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal.

Menurut Raka Joni dalam (Hendri, 1994:17) yang menyatakan bahwa seseorang yang
berhasil melakukan tes bakat mekanik dengan baik akan senang menyelidiki prinsip kerja mesin,
bagaimana cara mengoperasikan dan bagaimana cara merakitnya. Berpijak pada penjelasan
tersebut, maka bakat mekanik dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang dimiliki
mahasiswa dalam bidang mekanik yang memerlukan latihan serta pengasahan agar memperoleh
hasil yang optimal. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah
belajar dan berlatih.

Bakat dan kemampuan bawaan, akan berkembang apabila dilatih secara terus menerus,
begitu juga dengan bakat mekanik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki bakat dibidang
mekanik akan cepat belajarya apabila dia rajin dan terus menerus berlatih. Tidak menutup
kemungkinan mahasiswa yang berbakat dalam bidang mekanik tetapi tidak mau
mengembangkannya, akan kalah berprestasi dengan mahasiswa yang tidak berbakat tetapi dia
terus mengasah keterampilannya dalam bidang mekanik.

Secara umum mahasiswa yang memiliki bakat dalam bidang mekanik memerlukan
bimbingan serta pendampingan dalam mengembangkan bakatnya. Ada banyak mahasiswa yang
berbakat tetapi tidak memahami bakat yang dimilikinya serta tidak tahu bagaimana cara
mengembangkannya. Oleh karena itu, pengembangan bakat juga dipengaruhi oleh faktor
ekstemal individu. Misalnya, lingkungan, teman sebaya, orang tua dan lain-lain.

2. Konsep Keberbakatan

Apakah hanya kecerdasan (yang diukur dengan tes intelegensi dan menghasilkan IQ)
yang menentukan keberbakatan seseorang? Barangkali untuk bakat intelektual masih tepat jika
IQ menjadi kcriteria (patokan) utama, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif produktif
dan bakat kepemimpinan. Memang dahulu para ahli mengidentifikasi bakat intelektual
berdasarkan tes intelegensi, seperti Terman (1947) dalam penelitian jangka panjangnya
mengenai keberbakatan menetapkan IQ 140 untuk membedakan antara yang berbakat dan tidak
berbakat (Munandar, 1987:21).

Konsepsi lain tentang keberbakatan yang sampai sekarang banyak digunakan dalam
identifikasi mahasiswa berbakat di Indonesia dan dalam seleksi calon guru, anak berbakat adalah
Three-Ring Conception dari Rezulli, dkk dalam Munandar (2002:31) yang menyatakan bahwa
tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakcatan adalah keterkaitan antara:

A. Kemampuan umum di atas rata-rata

Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat adalah anggapan bahwa hanya
kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes intelegensi dan tes prestasi belajar
menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Dalam istilah kemampuan umum
tercakup berbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes intelegensi, prestasi, bakat,
kemampuan mental primer dan berfikir kreatif. Sebagai contoh adalah penalaran verbal dan
numerikal, kemampuan spasial, kelancaran memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum
ini merupakan salah satu tanda ciri-ciri keberbakatan di samping kreatifitas dan pengikatan diri
terhadap tugas.

B. Kreativitas di atas rata-rata

Ciri kedua yang dimiliki anak berbakat adalah kreativitas, sebagai kemampuan umum
untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan umum untuk memberi gagasan-
gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

C. Pengikatan diri terhadap

Karakteristik ketiga adalah pengikatan diri terhadap mendorong seseorang untuk tekun
mengalami macam - macam menjadi tanggung jawabnya tersebut atas kehendaknya sendiri.
3. Ciriciri Anak Berbakat

Martinson dalam Munandar sebagai berikut: (1) Membaca lebih banyak: (3) Memiliki
rasa ingin tahu yang kuat; (5) Mempunyai dewasa; (6) Mempunyai inisiatif,(orisinalitas) dalam
ungkapan (9) Dapat memberikan banyak terhadap rangsangan-rangsangan yang tajam; (13)
Dapat berkonsentrasi terhadap tugas atau bidang yang sendiri; (15) Senang mencoba
konseptualisasi dan sintesis yang tinggi; (17) Senang terhadap kegiatan intelektual dan
pemecahan masalah; (18) Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebabakibat): (19) Berprilaku
terarah kepada tujuan; (20) Mempunyai daya imajinasi yang kuat; (21) Mempunyai banyak
kegemaran (hobi); (22) Mempunyai dayaingat yang kuat; (23) Tidak cepat puas dengan
prestasinya; (24) Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi); (25) Menginginkan
kebebasan dalam gerakan dan tindakan. Sebenarnya ciri-cin anak berbakat tidak banyak berbeda
dari anak biasa, hanya anak berbakat memiliki ciri-ciri tersebut dalam derajat yang lebih tinggi

Dalam melihat daftar yang cukup panjang ini, seakan-akan anak berbakat hanya memiliki
ciri-ciri positif. Setiap orang, termasuk orang berbakat memiliki kekuatan dan kelemahan. Hal
inilah yang ditekankan oleh Seagoe (dikutip oleh Munandar, 1987:32) dalam penyusunan
daftarnya mengenai ciri-ciri anak berbakat. Di satu pihak nampak ciri-ciri yang unggul dari anak
berbakat, dan di lain pihak ciri-ciri ini dapat menyebabkan masalah-masalah tertentu.

Umpamanya:

1) Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke sikap meragukan (skeptis) dan sikap kritis
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
2) Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal baru bisa menyebabkan anak
berbakat tidak menyukai atau cepat bosan terhadap tugastugas rutin.
3) Perilaku ulet dan terarah pada tujuan dapat menerus ke keinginan memaksakan atau
mempertahankan pendapatnya.
4) Kepekaan tinggi dari anak berbakat bisa membuatnya mudah tersinggung atau peka
terhadap kritik dari orang lain.
5) Semangat yang tinggi, kesiagaan mental dan iniziatifnya dapat membuatnya kurang sabar
dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan
dalam kegiatan yang kurang berlangsung.
6) Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, anak berbakat membutuhkan
keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajakdi dan mengembangkan minat -
minatnya.
7) Keinginan anak berbakat untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, kebutuhannya akan
kebebasan dapat menimbulkan konfliktarena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk
terhadap tekanan dari orangtua, sekolah atau teman sebaya. Ia juga bisa merasa ditolak
atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
8) Sikap acuh tak acuh dan malas dapat timbul karena pengajaran yang diberikan kurang
mengandung tantangan baginya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Bakat yang berkembang dengan baik dan optimal merupakan hasil interaksi dari dua faktor, yaitu
faktor yang bersumber dari dalam diri individu dan faktor dan lingkungan sekitar.

Menurut Shaleh dan Wahab (2005: 255) menyatakan bahwa faktor yang bersumber dari diri
individu yang mempengaruhi perkembangan bakat yaitu :

1. Kemampuan atau potensi individu yang dibawa sejak lahir.

2. Minat individu yang bersangkutan.

3 Motivasi yang dimiliki indivdu.

4. Nilai hidup (cara seseorang memberi arti dalam hidupnya) yang dimiliki individu

5. Kepribadian individu.
6. Maturity (kematangan). Bakat tertentu akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati
atau menginjak masa pekanya.

Faktor lingkungan tidak selalu berfungsi sebagai perangsang yang positif untuk
perkembangan bakat Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bakat seseorang
Lingkungan tersebut dapat dipilah-pilah sebagai berikut :

1. Lingkungan dalam keluarga.

2. Lingkungan di sekitar tempat tinggal.

3. Lingkungan pendidikan baik yang bersifat formal, informal, pelatihan, kursus dan lain
sebagainya.

4. Lingkungan pekerjaan.

Agar suatu bakat dapat berkembang dengan baik dan optimal, hendaknya di dukung oleh
faktor-faktor yang ada dalam diri dan lingkungan sekitar dengan cara dilatih secara terus
menerus. Hal ini penting, jika hanya dipengarui oleh faktor dari dalam diri saja atau faktor dari
lingkungan saja, bakat tidak akan berkembang dengan baik atau bahkan hilang karena tidak
pernah dilatih

Seseorang yang berbakat tidak selalu dapat berprestasi dengan baik di bidang yang sesuai
dengan bakatnya. Sebutan bagi orang yang berbakat, namun berprestasi kurang yaitu
underachiever. Menurut Rimm dalam Munandar (2002:337) terdapat tiga tingkat karakteristik
underachiever diantaranya yaitu :

a. Karakteristik Primer: Rasa Harga Diri Rendah

Banyaknya anak berbakat yang tidak percaya akan potensi yang dimilikinya, hal ini
terlihat pada sikap anak berbakat yang tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mendapatkan prestasi yang optimal. Anak-anak menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai
karena faktor keberuntungan, sehingga tidak menumbuhkan semangat dalam meningkatkan
usaha selanjutnya untuk mencapai keberhasilan.

b. Karakteristik Sekunder Perilaku Menghindari


Rasa harga diri yang rendah mengakibatkan perilaku menghindari yang nonproduktif
baik di sekolah maupun di rumah. Anak-anak tersebut selalu menduga akan mendapat nilai
rendah. Adapula sifat dari anak-anak tersebut yang menuntut kesempurnaan (perfectionism),
yang merupakan mekanisme pertahanan Anak tersebut t eri alasan pada prestasinya yang kurang
adalah karena ia menentukan sasaran belajar yang lebih tinggi dari siswa lain, dengan sendirinya
tidak selalu dapat mencapainya. Siswa yang berprestasi menentukan sasaran yang realistis dan
dapat dicapai, dan kegagalan digunakan secara konstruktif untuk menunjukkan kelemahan yang
perlu mendapat perhatian.

c. Karakteristik Tersier

Siswa underachiner selalu menghindari usaha dan prestasi untuk melindungi rasa harga
diri yang rentan, maka timbul karakteristik tersier seperti kebiasaan belajar buruk, masalah
penerimaan oleh teman sebaya daya konsentrasi kurang, dan masalah disiplin di rumah dan di
sekolah.

Anak berbakat sangatlah rentan pada ketegangan emosi dan konflik sosoial yang
memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak mengganggu kesehatan mental dan
berfungsinya secara umum, Whitmore dalam Munandar (2002 340) menyatakan bahwa terdapat
enam faktor yang menyebabkan anak bertiakat dalam keadaan rentan, diantaranya yaitu :

1. Karakteristik Kepribadian

a. Perfeksionisme

Dorongan dalam diri untuk mencapai kesempurnaan pada setiap kegiatan yang dilakukan
dapat menyebabkan siswa berbakat hanya akan melakukan kegiatan tertentu yang telah
diyakininya akan berhasil.

b. Kepekaan yang berlebih (supersensitivity)

Sistem syaraf yang dimiliki anak berbakat lebih peka dalam pengamatan, menanggapi
diri serta lingkungannya secara analitis dan kritis. Hal ini menyebabkan anak berbakat memiliki
rasa mudah tersinggung dan diliputi perasaan seperti dikucilkan.
c. Kurang keterampilan sosial

Sosialisasi dini pada anak berbakat sangat penting bagi perkembangan mereka sebagai
pemimpin masa depan.

2. Kondisi Lingkungan

a Isolasi sosial

Isolasi sosial yang dialami anak berbakat disebabkan oleh orang-orang di sekitar yang
kurang memahami akan ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat

b. Harapan yang tidak realistis

Harapan yang tidak realistis terhadap anak berbakat oleh orang dewasa disebabkan oleh
dua hal yakni, harapan kepada anak berbakat untuk menonjol di semua bidang dan keterlibatan
ego orang tua atau guru terhadap keberhasilan anak.

c. Tidak tersedia pelayanan pendidikan yang sesuai

Ketidakpedualian dan penolakan terhadap hak anak berbakat menyebabkan masyarakat


kurang memberikan kesempatan pendidikan yang sesuai.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perolehan belajar seseorang yang bersifat keilmuan, yang
menggunakan analisis intelektual yang tergolong ranah kognitif, penguasaan konsep, prinsip dan
teori (Sukatma, 2004: 20). Dimyati & Mudjiono (2002: 250) menyatakan "pelaku aktif dalam
belajar adalah mahasiswa sedangkan pelaku aktif pembelajaran adalah dosen". Jadi, hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu mahasiswa dan dosen. Dimyati &
Mudjiono (2002:251) menyatakan: Dari sisi mahasiswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Perkembangan
mental tersebut terkait dengan bahan pelajaran yang terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dari sisi dosen, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Hal ini terkait dengan tujuan pengajaran. Untuk mengukur hasil belajar ini maka
digunakan evaluasi hasil belajar.

Hasil belajar menurut Bloom (dalam Arikunto, 2002: 117) merumuskan hasil belajar
sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif adalah perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi,
dan kecakapan intelektual, ranah afektif adalah perilaku yang berupa sikap, nilai-nilai, sedangkan
ranah psikomotorik adalah perilaku yang berkaitan dengan ketrampilan atau kelincahan dan
kondisi siswa.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti serangkaian kegiatan proses belajar mengajar.
Pengukuran hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan evaluasi hasil belajar. Evaluasi
hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar peserta didik melalui kegiatan
penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utama dari evaluasi hasil belajar adalah
untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu
kegiatan belajar mengajar dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai
berupa huruf, angka, kata atau simbol.

2. Tingkatan Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Purwanto, 2011:50) tingkatan pencapaian hasil belajar dibagi
menjadi tiga yaitu, tingkatan kognitif, afektif dan psikomotorik.

A. Tingkatan Kognitif
Bloom (dalam Purwanto, 2011:50) membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil
belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling
tinggi dan kompleks. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat
mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkat itu adalah

1. Kemampuan menghafal Knowledge)

Tingkatan yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan memanggil


kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespons suatu masalah.

2. Kemampuan pemahaman (Comprehension)

Kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta

3. Kemampuan penerapan (Application)

Kemampuan untuk memahami aturan, hukum, rumus dan sebagainya digunakan untuk
memecahkan masalah

4. Kemampuan analisis (Analysis)

Kemampuan memahami sesuatu dengan menguaraikannya kedalam unsur-unsur.

5. Kemampuan sintesis (Synthers)

Kemampuan memahami sesuatu dengan mengorganisasikan bagian-bagian kedalam


kesatuan

6. Kemampuan evaluasi (Evaluation)

Kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya

B. Tingkatan Afektif

Bloom dan Krathwol (dalam Wikipedia, 2012) membagi tingkatan hasil belajar afektif
menjadi lima ranah.

1. Penerimaan (Receiving/Attending)

Kesediaan untuk menyadan adanya suatu fenomena di lingkungannya


2. Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya

3. Penghargaan (valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau
tingkah laku

4. Pengorganisasian/Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan


membentuk suatu sistem nilai yang konsisten

5. Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (characterization by a value or value complex)

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi


karakteristik gaya hidupnya.

C. Tingkatan Psikomotorik

Menurut Simpsons (dalam Purwanto, 2011:50) hasil belajar psikomotorik dibagi menjadi enama
persepsi, kesiapan, gerakan terbitabing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.

1. Perseps (Perception)

Kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain.

2. Kesiapan (Set)

Kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan.

3. Gerakan terbimbing (Guided Response)

Kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.

4. Gerakan terbiasa (Mechanism)

Kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh : Kemampuan dicapai karena
latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
5. Gerakan kompleks (Adaptation)

Kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.

6. Kreativitas (Origination)

Kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau


mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi gerakan baru yang original.

3. Tipe-Tipe Hasil Belajar

Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan. Benjamin S.


Bloom dalam Sudjana (2005:49) berpendapat bahwa "Tujuan pendidikan yang hendak dicapai
dapat digolongkan menjadi tiga bidang atau ranah, yakni :

1) bidang kognitif, 2) bidang efektif dan, 3) bidang psikomotor yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi:

a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Termasuk dalam pengetahuan hafalan ini adalah pengetahuan yang sifatnya faktual dan
pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batas peristilahan, pasal,
hokum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.

b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension)

Ada tiga pemahaman yang berlaku umum yaitu:

1) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya.


Misalnya memahami kalimat bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia, pengertian Bhineka
Tunggal ika dan lain-lain

2) Pemahaman penafsiran misalnya, memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang


berbeda dan lain-lain
3) Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di bilik yang tertulis, tersirat,
meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan

2. Tipe hasil belajar bidang efektif

Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang efektif yaitu:

a. Receiving at Attending adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan


(stimulasi) dari luar yang datang pada seswa, baik demi bentuk masalah situasi atau
gejala.
b. Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang
datang dari luar.
c. Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atan stimulasi.
d. Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain kenantapan dan
prioritas nilai yang telah dimiliki.

e. Karakteristik nilai atau internalisau milas adalah keterquibuan dari sistem milai yang
telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Tipe hasil belajar Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu.

Ada enam arkatan ketrampilan yaitu :

a. gerakan reflek

b. ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif,


motorik dan lain-lain.
d. kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan, keharmonisan, ketetapan dan lain-lain.

e. gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang
komplek.

f. Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan sebagainya

4. Cara Mengevaluasi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan belajar
mengajar dapat dievaluasi dengan menggunakan instrumen evaluasi hasil belajar.
Instrumenevaluasi hasil belajar adalah alat atau sesuatu yang dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar. Instrumendigunakan evaluator sebagai cara atau teknik yang dikenal dengan teknik
evaluasi. Teknik evaluasi ada dua yaitu tes dan non tes.

a. Teknik Tes

Amier Daien Indrakusuma (dalam Arikunto. 2002.32) "tes adalah suatu alat atau prosedur
yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat". Menurut Thoha
(2003:45-63) tes dibedakan menjadi 3 yaitu:

1) Tes tertulis

Tes tulis yaitu tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa
tulisan.

2) Tes lisan

Tes lisan yaitu tes yang soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.

3)Tes tindakan

Tes tindakan adalah tes dimana respon atau jawaban yang dituntut berupa tindakan atau
tingkah laku kongkrit.

b. Teknik non tes


Menurut Arikunto (2002: 26-31) yang termasuk dalam teknik non tes adalah:

1. Skala bertingkat

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Agar pencatatannya obyektif maka penilaian terhadap penampilan atau
penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.

2. Quesioner

Quesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden).

3. Daftar cocok

Daftar cocok adalah deretan pernyataan dimana responden yang dievaluasi tinggal
membubuhkan tanda cocok di tempat yang sudah disediakan.

4. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jumlah
dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.

5. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara sistematis

6. Riwayat hidup

Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari obyek yang dinilai. Seorang evaluator
harus dapat menentukan teknik yang tepat agar tujuan diadakannya evaluasi benar-benar
tercapai.

5. Fungsi Evaluasi Hasil belajar

Menurut Arikunto (2002:10-11) hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar berfungsi untuk:
a. Diagnostik

Hasil dari evaluasi hasil belajar digunakan sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan
keunggulan siswa beserta penyebabnya, sehingga guru dapat mengadakan pengembangan
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Seleksi

Hasil dari evaluasi hasil belajar digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa
yang cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu.

c. Penempatan

Evaluasi hasil belajar dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menempatkan
siswa pada jurusan yang sesuai agar siswa tersebut dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
dan potensi yang dimilikinya.

d. Pengukur keberhasilan

Evaluasi hasil belajar dapat dijadikan sebagai informasi tentang sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan.

Evaluasi hasil belajar jika dilaksanakan dengan baik dan menggunakan cara yang tepat maka
dapat berfungsi untuk diagnostik, seleksi, penempatan dan pengukur keberhasilan.

6. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Hasil Belajar

A. Hubungan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri
sebagai individu Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau
kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai
beberapa tujuan yang dianggap penting dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman
belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk
mempelajarinya.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dalam pelajaran itu.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
menambah kegiatan belajar.

Jadi minat merupakan faktor yang penting dalam menentukan hasil belajar. Dengan
aanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka
siswa akan mendapat kepuasan batin dan hasil belajar yang baik yang telah mereka capai.
Sebaliknya suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan hasil
belajar yang kurang memuaskan.

Pengaruh minat terhadap hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengaruh
minat intern terhadap hasil belajar dan pengaruh minat ekstern terhadap hasil belajar.

1. hubungan minat intern terhadap hasil belajar

Minat merupakan daya penggerak dalam menentukan kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang, minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu karena kegiatan tersebut
diminatinya. Minat intern akan timbul jika siswa memiliki motivasi intern yang kuat. Hal ini
sesuai dengan teori Hurlock (1978- 114) yang menyatakan bahwa minat dapat menentukan hasil
belajar. Jika seorang siswa memiliki minat intern untuk belajar sesuatu, maka dengan mudah dan
cepat siswa dapat menjadi sumber motivasi yang kuat dalam belajar. Minat intern tersebut dapat
memahami apa yang telah dipelajarinya.

2. hubungan minat ekstern terhadap hasil belajar

Minat ekstern tidak jauh berbeda dengan minat intern. Minat ekstern juga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Seseorang yang tidak memiliki minat intern terhadap suatu
pelajaran, secara tidak langsung minatnya akan tumbuh terhadap pelajaran tersebut dengan cara
dipengaruhi dari luar. Misal seorang siswa kurang berminat terhadap pelajaran Pekerjaan Dasar
Otomotif, pengaruh dari luar seperti guru yang menarik, metode pengajaran yang
menyenangkan, dan reward dapat membuat siswa tersebut menjadi berminat terhadap pelajaran
Pekerjaan Dasar Otomotif.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat ekstern dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.

Minat mempunyai hubungan dengan hasil belajar, hal ini sesuai dengan pernyataan
Munandar (1996: 145):

Minat menentukan suatu pekerjaan atau tugas dapat dijalankan dengan baik atau tidak.
Kelancaran dan keberhasilan orang dalam menjalankan tugas makin besar peluangnya kalau ia
ada ketertarikan akan pekerjaan yang dilakukannya itu, ini tidak berarti bahwa seseorang yang
ahli, paham, terampil dan berbakat menjalankan suatu tugas di suatu bidang pasti mempunyai
minat akan apa yang dikerjakannya dengan terampil dan ahli itu.

Partowisastro (1984 34) juga menyatakan:

Begitu juga dengan belajar, jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari suatu hal,
maka hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Selain itu minat juga dapat menjadi salah satu
masalah yang menyebabkan kesulitan dalam belajar Minat yang kurang mengakibatkan
kurangnya intensitas kegiatan yang menimbulkan hasil yang kurang pula. Sebaliknya, hasil yang
kurang dapat mengakibatkan berkurangnya minat terhadap hal itu.

Minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Seseorang yang tidak berbakat dalam
suatu bidang, namun memiliki minat masih memungkinkan akan mendapat hasil yang optimal.
Jika seseorang tidak memiliki minat dalam suatu bidang, maka orang tersebut kurang
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya, sehingga hasil belajar yang diperolehnya
tidak optimal.

B. Hubungan bakat terhadap hasil belajar

Bakat merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar untuk mencapai hasil belajar
yang yang memuaskan Hal ini sesuai dengan kesepakatan yang dihasilkan dalam Seminar
Nasional Pengembangan Pendidikan Luar Biasa di Jakarta pada tanggal 12-14 November 1981
(Munandir, 1996. 23) menyatakan "anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang
profesional didentifikası sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul" Menurut Amstrong (2004:277) "anak yang
berbakat dan bertalenta adalah mereka yang karena kemampuan yang luar biasa mampu
berprestasi tinggi.

Berdasarkan penjelasan yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang
melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya akan mencapai hasil
yang lebih optimal. Tentang pengaruh atau faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar bahwa
bakat (aptitude) merupakan salah satu dari faktor interen yang dapat berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung pada hasil belajar. Faktor bakat mekanik yang dimiliki siswa
merupakan potensi dasar yang dapat berkembang menjadi kenyataan kerja nyata yang dapat
diamati terutama pada aspek ketrampilan (psikomotorik).

Munandar (1987:21) menyatakan bahwa anak berbakat mampu memberikan hasil belajar
yang tinggi. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya
akan menjadi lebih baik. Karena siswa akan merasa senang dalam belajar, dan itu akan membuat
siswa giat dalam belajarnya. Bakat dalam hal ini erat kaitannya dengan keberhasilan seseorang
dalam belajar Bakat mekanik merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seseorang dalam hal
merancang, merakit, mengoperasikan, merawat dan mampu membuat benda kerja dengan
menggunakan alat tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif untuk meneliti populasi atau sampel yang relevan dengan fokus penelitian yang
memiliki sifat hubungan antara satu variabel dengan dua variabel yang ada. Desain penelitian
kuantitatif ini menggunakan jenis deskriptif korelasional.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dari angket atau kuisioner yang
disebarkan kepada siswa secara langsung. Adapaun variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas yang meliputi: (X1) minat belajar (X2) bakat mekanik, variabel terikat (Y) hasil
belajar siswa. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat
digambarkan sebagai berikut :

X1
Y
X2
Keterangan
X1 : Minat Belajar
X2 : Bakat Mekanik
Y : Hasil Belajar Siswa
: Pengaruh Secara Parsial

B. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok, orang, kejadian, atau minat yang ingin
peneliti ketahui.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X program keahlian teknik kendaraan
ringan mata pelajaran Dasar-dasar Otomotif di SMKN 12 Malang tahun ajaran 2021/2022 yang
berjumlah 179 siswa. Jabaran populasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Jumlah
No. Kelas
Siswa
1 X TKRO 1 35
2 X TKRO 2 36
3 X TKRO 3 36
4 X TKRO 4 36
5 X TKRO 5 36
Total 179

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi dan sampel terdiri atas sejumlah anggota yang
dipilih dari populasi. Jadi, tidak semua anggota populasi akan menjadi bahan sampel. Penelitian
akan dilakukan terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling, yaitu
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Desain pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara acak
tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi. Sedangkan cara pengambilan sampel
didasarkan pada rumus, dengan tujuan untuk mengetahui jumlah masing-masing kelas secara
proporsional random sampling, tanpa ada patokan berapa persen dari setiap kelas. Perhitungan
untuk ukuran sampel dari populasi penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin.
Berikut merupakan rumus perhitungan besaran sampel yang disebut dengan rumus Slovin
(Umar, 2013:78)

N
n=
1+ N ( e ) ²
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
E : Kelonggaran ketidak telitian sampel sebesar 0,05 (5%)
Berdasarkan jumlah populasi yag diketahui sebesar 179, maka diperoleh perhitugan
sebagai berikut.

N
n= 2
1+ N ( e )

179
n= 2
1+179 ( 0 , 05 )

179
n= ❑
1+179 ( 0,005 )

179
n=
1+0,44775

179
n=
1,4475

n= 123 siswa, jika mengguakan

123
Persentase ¿ x 100 %=0,6988 x 100 %=69 , 88 % dari jumlah populasi
179

: Perhitungan sample yang di ambil untuk tiap kelas dapat dilihat pada tabel berikut

No. Kelas Jumlah Siswa % Sampel


1 X TKRO 1 35 69,88 24
%
2 X TKRO 2 36 69,88 25
%
3 X TKRO 3 36 69,88 25
%
4 X TKRO 4 36 69,88 25
%
5 X TKRO 5 36 69,88 25
%
Total 179 125,0852/123

C. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian yang di inginkan. Untuk mengumpulkan data tentang hubungan antara minat belajar

dan bakat mekanik siswa terhadap hasil belajar siswa, dibutuhkan instrumen berupa angket atau

kuesioner dan observasi di lingkungan sekolah.

Tabel kisi-kisi instrumen yang dipakai untuk penlitian ini disajikan dalam tabel sebagai berikut :

No variabel Indikator
.
1 Minat 1. Memiliki inisiatif untuk belajar
belajar 2. Belajar dengan sungguh-sungguh
3. Memiliki alat dan buku pelajaran
4. Mengerjakan tugas tepat waktu
5. Aktif bertanya jika pelajaran kurang dipahami
6. Melatih diri menjawab soal-soal
7. Rasa ingin tahu
8. Memiliki jadwal belajar
9. Memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari
10. Memiliki target nilai

N variabel Indikator Item


o
2. Bakat Memahami logika teknik -Logika baut dan mur
mekanik -Logika roda gigi
-Logika bangun
-Logika beban
-Logika katrol
-Logika pasak
-Mencari pasangan alat teknik

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


3.1.1. Mengidentifikasi jenis-jenis hand tools dan alat kerja bangku
3.1.2. Menjelaskan fungsi jenis-jenis hand toolsdan alat kerja bangku
3.1.3. Mencontohkan prosedur penggunaan hand tools dan alat kerja bangku
4.1.1. Menunjukkan pemilihan macam-macam hand tools dan alat kerja bangku
4.1.2. Mempraktekkan macam-macam hand tools dan alat kerja bangku sesuai prosedur
3.2.1. Mengidentifikasi jenis-jenis power tools
3.2.2. Menghafal fungsi jenis-jenis power tools
3.2.3. Menjelaskan fungsi jenis-jenis alat pelindung diri

4.2.1. Menunjukkan pemilihan macam-macam power tools


4.2.2. Mendemonstrasikan macam-macam power tools
3.3.1. Mengidentifikasi jenis-jenis special service tools (SST)
3.3.2. Menunjukkan fungsi jenis-jenis special service tools (SST)
3.3.3. Mencontohkan Prosedur penggunaan special service tools (SST)
4.3.1. Mengulang pemilihan macam-macam special service tools (SST)
4.3.2. Mengidentifikasikanmacam-macam special service tools (SST)
3.4.1. Menunjukkan jenis-jenis workshop equipment
3.4.2. Mendemonstrasikan fungsi jenis-jenis workshop equipment

4.4.1. Mendemonstrasikan pemilihan macam-macam workshop equipment


4.4.2. Menunjukkan macam-macam workshop equipment
3.5.1. Mengidentifikasi macam-macam alat ukur mekanik
3.5.2. Menyebutkan fungsi macam-macam alat ukur mekanik
3.5.3. Menunjukkan cara penggunaan dan cara pembacaan hasil pengukuran macam-
macam alat ukur mekanik
4.5.1. Mendemonstrasikan pemilihan macam-macam alat ukur mekanik
4.5.2. Menunjukkan macam-macam alat ukur mekanik sesuai prosedur
4.5.3. Membaca hasil pengukuran macam-macam alat ukur mekanik
3.6.1. Mengidentifikasi macam-macam alat ukur elektik
3.6.2. Menghafalkan n fungsi macam-macam alat alat ukur elektrik
3.6.3. Mengulang cara penggunaan dan cara pembacaan macam-macam alat ukur elektrik

4.6.1. Mendemonstrasikan pemilihan macam-macam alat ukur elektrik


4.6.2. Menunjukkan macam-macam alat ukur elektrik sesuai prosedur
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
4.6.3. Menerapkan prosedur pembacaan hasil pengukuran macam-macam alat ukur
elektrik
3.7.1. Mengidentifikasi macam-macam alat ukur elektronik
3.7.2. Menghafalkan fungsi macam-macam alat alat ukur elektronik
3.7.3. Mengulang cara penggunaan dan cara pembacaan macam-macam alat ukur
elektronik

4.7.1. Mendemostrasikan pemilihan macam-macam alat ukur elektronik


4.7.2. Menunjukkan macam-macam alat ukur elektronik sesuai prosedur
4.7.3. Menerapkan prosedur pembacaan hasil pengukuran macam-macam alat ukur
elektronik
3.8.1. Mengidentifikasi macam-macam alat ukur hidrolik
3.8.2. Menunjukkan fungsi macam-macam alat alat ukur hidrolik
3.8.3. Mengulang cara penggunaan dan cara pembacaan macam-macam alat ukur hidrolik

4.8.1. Mendemonstrasikan pemilihan macam-macam alat ukur hidrolik


4.8.2. Menunjukkan macam-macam alat ukur hidrolik sesuai prosedur
4.8.3. Menerapkan prosedur pembacaan hasil pengukuran macam-macam alat ukur
hidrolik
3.9.1. Mengidentifikasi macam-macam alat ukur pneumatik
3.9.2. Menunjukkan fungsi macam-macam alat alat ukur pneumatik
3.9.3. Mengulang cara penggunaan dan cara pembacaan macam-macam alat ukur
pneumatik

4.9.1. Mendemonstrasikanpemilihan macam-macam alat ukur pneumatik


4.9.2. Menunjukkan macam-macamalat ukur pneumatik sesuai prosedur
4.9.3. Menerapkan prosedur pembacaan hasil pengukuran macam-macam alat ukur
pneumatik

Ket : dikarenakan penelitian dilakukan di SMK N 12 Malang maka dari itu indikatornya
menggunakan silabus yang dipakai di SMKN 12 Malang.
Setiap variabel yang akan diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian

indikator tersebut digunakan sebagai tolak ukur penyusunan item-item pernyataan. Pernyataan

tersebut diukur menggunakan skala libert Sekaran (2015: 31) menjelaskan bahwa skala likert

(likert scale) didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan

pernyataan pada skala 5 titik. Dalam penelitian ini menggunakan skala mulai dari :

A. Variabel Minat Belajar


Pilihan Skor
Keterangan
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

(SS)/(S) Sangat setuju/Selalu 4 1

(S)/(SR) Setuju/Sering 3 2

(KS)/(KD) Kurang setuju/ 2 3

Kadang-kadang

(TS)/(TP) Tidak setuju/Tidak 1 4

pernah

B. Variabel Bakat Mekanik

Jawaban A Jawaban B Jawaban C

C. Variabel Terikat Hasil Belajar

Jawaban dari quesioer Hasil Belajar di sesuaikan dengan pertanyaan dari materi yang telah di

pelajari siswa di sekolah sesuai dengan matapelajaran yang akan di teliti.

2. Pengujian instrumen

Sebelum instrumen disebarkan untuk pengambilan data, maka langkah pertama harus

dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuannya adalah untuk menghindarkan dari

pernyataan atau pertanyaan yang kurang jelas maksudnya, menghilangkan kata-kata yang sulit
dipahami, serta mempertimbangkan penambahan atau menghilangkan item pernyataan jika

diperlukan.

a. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk menguji ketepatan suatu instrumen. Sebuah instrumen bisa

dikatakan valid jika dapat menunjukkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data terkumpul sesuai dengan yang di

inginkan. Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel

untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Dengan kriteria

pengujian uji validitas adalah sebagai berikut :

1) Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen atau item-item pertanyaan berkolerasi signifikan

terhadap skor total (dinyatakan valid)

2) Jika r hitung < r tabel maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan

terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Dalam penelitian ini uji coba validitas dilakukan menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 25.

Hasil dari uji validitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel Uji Validitas Instrumen Variabel Minat belajar


Butir Nilai Sig. 2-tailed < 0.05 Keterangan
Pertanyaan
Butir 1 0.001 Valid
Butir 2 0.003 Valid
Butir 3 0.012 Valid
Butir 4 0.535 Tidak Valid
Butir 5 0.409 Tidak Valid
Butir 6 0.415 Tidak Valid
Butir 7 0.410 Tidak Valid
Butir 8 0.001 Valid
Butir 9 0.036 Valid
Butir 10 0.115 Tidak Valid
Butir 11 0.027 Valid
Butir 12 0.905 Tidak Valid
Butir 13 0.001 Valid
Butir 14 0.249 Tidak Valid
Butir 15 0.215 Valid
Butir 16 0.001 Valid
Butir 17 0.042 Valid
Butir 18 0.330 Tidak Valid
Butir 19 0.186 Tidak Valid
Butir 20 0.153 Tidak Valid
Butir 21 0.254 Tidak Valid
Butir 22 0.092 Valid
Butir 23 0.002 Valid
Butir 24 0.022 Valid
Butir 25 0.344 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen pada variabel bakat mekanik seperti pada Tabel di atas

dari 25 item soal, terdapat 13 item soal mempunyai r hitung > r tabel. Dengan demikian 13 item

pernyataan di atas dapat dinyatakan valid.

Tabel Uji Validitas Instrumen Variabel Bakat Mekanik


Butir Nilai Sig. 2-tailed < 0.05 Keterangan
Pertanyaan
Butir 1 0.910 Tidak Valid
Butir 2 0.007 Valid
Butir 3 0.004 Valid
Butir 4 0.910 Tidak Valid
Butir 5 0.397 Tidak Valid
Butir 6 0.000 Valid
Butir 7 0.000 Valid
Butir 8 0.934 Tidak Valid
Butir 9 0.032 Valid
Butir 10 0.000 Valid
Butir 11 0.006 Valid
Butir 12 0.000 Valid
Butir 13 0.002 Valid
Butir 14 0.164 Tidak Valid
Butir 15 0.000 Valid
Butir 16 0.005 Valid
Butir 17 0.007 Valid
Butir 18 0.000 Valid
Butir 19 0.000 Valid
Butir 20 0.000 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen pada variabel bakat mekanik seperti pada Tabel di atas

dari 20 item soal, terdapat 15 item soal mempunyai r hitung > r tabel. Dengan demikian 15 item

pernyataan di atas dapat dinyatakan valid.

Tabel Uji Validitas Instrumen Variabel Hasil belajar


Butir Pertanyaan Nilai Sig. 2-tailed < 0.05 Keterangan
Butir 1 0.944 Tidak Valid
Butir 2 0.019 Valid
Butir 3 0.006 Valid
Butir 4 0.068 Tidak Valid
Butir 5 0.395 Tidak Valid
Butir 6 0.002 Valid
Butir 7 0.000 Valid
Butir 8 0.381 Tidak Valid
Butir 9 0.055 Valid
Butir 10 0.003 Valid
Butir 11 0.001 Valid
Butir 12 0.000 Valid
Butir 13 0.001 Valid
Butir 14 0.340 Tidak Valid
Butir 15 0.000 Valid
Butir 16 0.014 Valid
Butir 17 0.013 Valid
Butir 18 0.000 Valid
Butir 19 0.004 Valid
Butir 20 0.000 Valid
Butir 21 0.601 Tidak Valid
Butir 22 0.601 Tidak Valid
Butir 23 0.020 Valid
Butir 24 0.601 Tidak Valid
Butir 25 0.052 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas instrumen pada variabel bakat mekanik seperti pada Tabel di atas

dari 20 item soal, terdapat 17 item soal mempunyai r hitung > r tabel. Dengan demikian 17 item

pernyataan di atas dapat dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas ialah suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut minim

kesalahan dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas ragam

item dalam instrumen. Maka bisa dikatakan bahwa Reliabel mengandung arti bahwa instrumen

cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya.

3. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam penelitian, dengan terkumpulnya

data maka dari itu upaya untuk menganalisanya dapat dilakukan. Pada penelitian ini dibutuhkan

jenis data primer. Data pupulasi siswa mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan

pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel. Data yang dikumpulkan langsung dari

tempat aktual terjadinya peristiwa. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data dari

angket/kuisioner yang dibagikan secara langsung kepada responden untuk mengukur variabel

Minat Belajar dan Bakat Mekanik.

2. Sumber Data
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Sumber data primer dari penelitian ini berasal dari siswa kelas X di SMKN 12 Malang

tahun ajaran 2022/2023.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Minat belajar

Teknik Kuesioner

Teknik pengumpulan data pada variabel ini adalah angket atau kuesioner. kuesioner

adalah daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan

di jawab oleh populasi, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas.

b. Bakat Mekanik

Teknik Kuesioner

Teknik pengumpulan data pada variabel ini adalah angket atau kuesioner. Seperti halnya

pada teknik sebelumnya yang juga menggunakan teknik kuesioner. Kuesioner dalam variabel ini

yaitu menggunakan pertanyaan ganda dan bergambar.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pernyataan tertulis yang bersifat tertutup

yang artinya dalam kuesioner tersebut peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner tersebut digunakan untuk

menghimpun data mengenai Minat Belajar dan Bakat Mekanik.

b. Observasi

Observasi adalah pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap segala yang tampak

pada obyek penelitian. Metode observasi akan digunakan untuk memperoleh data secara umum
atau gambaran umum peserta didik Kelas X SMKN 12 Malang dan hal-hal yang dianggap perlu

dalam penelitian ini.

E. Analisis Data

1. Analisis regresi berganda

Adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (Minat

Belajar dan Bakat Mekanik) terhadap variabel terikat (Hasil Belajar) secara parsial. Lalu

penelitian ini meggunakan alat analisis regresi SPSS For Window.

Analisis tersebut digunakan guna mengetahui hubungan Minat Belajar dan Bakat Mekanik

terhadap variabel terikat Hasil Belajar di SMK N 12 MALANG.

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini berguna untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Minat Belajar

dan Bakat Mekanik terhadap variabel terikat Hasil Belajar. Pengujian hipotesis dalam penelitian

ini diuji menggunakan uji t. Uji t dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21.

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. jika nilai sig. < 0,05 maka hipotesis diterima. Artinya X ₁ dan X ₂ secara simultan

berhubungan dengan Y.

2. jika nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, yang artinya X ₁ dan X ₂ secara simultan tidak

berhubungan dengan Y.
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji regresi berganda yang dimana merupakan model

persamaan yang menjelaskan hubungan satu variabel tak bebas atau biasa disebut variabel terikat

dengan dua atau lebih variabel bebas.

Anda mungkin juga menyukai