PENDAPATAN
DOSEN PENGAMPU :
FITRI KOMARIYAH, SE., MSA
ANGOTA KELOMPOK :
AMALIA ARISTA ( 18310067 )
DIKA PRAYOGI ( 18310077 )
INDAH YULIANA (18310079)
PUTRI DESTY PUJI HAJAR ( 18310084 )
NISWATUL CASANAH ( 18310098 )
HAIDI IDHA Z.I ( 19350158 )
PRODI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDIKA
Jalan Wisata Menanggal 42 A, Surabaya
Telp. 031-8550077, 8550099, Fax.031-8530066
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pendapatan“. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Keuanagn 2.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Iu Fitri Komariyah, SE.,
MSA selaku dosen pengampu Mata Kuliah Akuntansi Keuangan 2. Kami sebagai Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan agar menjadi koreksi bagi diri penulis maupun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan
tulisan yang tidak sengaja.
Kelompok 5
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Disamping definisi yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Untuk menyatakan
gambaran yang lebih lengkap mengenai pengertian pendapatan, penulis mengutip pendapat-
pendapat yang diambil dari beberapa buku.
Menurut Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting, “Pendapatan ialah anutan
masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan perjuangan atau pelunasan utang (atau kombinasi
dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,
penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan
utama adan usaha.”
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada ketika suatu pendapatan diakui, yaiti pengukuran
pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter dan penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut
sanggup dilaporkan sebagai pendapatan. Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memperlihatkan
ketentuan mengenai pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan
yang isinya sebagai berikut:
“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang sanggup diterima, jumlah
pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antra
perusahaan pembeli atau pemakai perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, sanggup diukur denga
nilai masuk akal imbalan yang diterima atau yang sanggup diterima perusahaan dikurangi jumlah
diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan”.
Pendapatan sanggup diukur dengan nilai tukar, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam
nilai tukar ini yaitu sebagai berikut:
Potongan pembayaran dan pengurangan lain dari harga menyerupai rugi piutang ragu-ragu
perlu disesuaikan untuk menghitung net cash yang sebenarnya.
Untuk transaksi bukan dengan kas., apabila nilai dari barang/jasa yang diterima tidak tersedia
atau idak dapat ditentukan, maka pendapatan diakui seebsar nilai wajar barang/jasa yang
diberikan. Jika transaksi pertukaran barang tidak serupa tersebut sebagian meliabatkan aliran
kas, maka pendapatan diukur pada nilai wajar setelah disesuaikan dengan jumlah nilai kas yang
dialihkan.
Tujuan dari semua aktifitas usaha pada dasarnya adalah untuk mendapatkan pendapatan
yang bias meningkatkan nilai perusahaan. Secara umum, pendapatan diakui pada ketika
realisasinya atau sepanjang tahap (siklus) operasi. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui ialah
sebagai berikut:
1. Pendapatan dari transaksi penjuala produk diakui pasa ketika tanggal penjualan, biasanya
merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada ketika jasa tersebut
telah dilakukan sanggup dibentuk fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan oleh
pihak lain, seperti” pendapata bunga, dan royalty diakui sejalan dengan berlalunya waktu
atau pada ketika aktiva digunakan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan menyerupai penjualan aktiva
tetap atau surat berharga diakui pada ketika tangal penjualan.
Pendapatan harus diukur dengan nilai masuk akal imbalan yang diterima atau yang
sanggup diterima. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk
dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai masuk akal dari imbalan tersebut mungkin kurang dari
jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang sanggup diterima.
Pendapatan dihasilkan.
2. Pengakuan pendapatan pada ketika baran/jasa selesai diproduksi, namun belum diserahkan
kepada pembeli.
Adanya harga jual yang sanggup ditentukan atau harga pasar yang stabil.
Kriteria utama untuk menggunakan metode ini ialah kemampuan realisasi yang handal
yaitu produk harus sanggup dipasarkan segera pada harga tertentu yang sanggup dipengaruhi
produsen tertentu.
Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai bencana keuangan yang paling
penting dalam kegiatan ekoknomi perusahaan.
Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau peroleha produk dan biaya
pelepasan kini
Dasar pengakuan ini sangat tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang bergerak
dalam perusahaan dagang. Kegiatan penjualan merupakan hal yang paling mempunyai arti
keuangan alasannya ialah transaksi penjualan menjadikan masuknya aktiva kedalam
perusahaan yang berupa kas atau piutang.
Dalam perusahan jasa, kalau satuan jasa dilakukan dalam waktu relative pendek.
Misalnya, perusahaan angkutan atau bioskop maka ketika penerimaan uang dari konsumen
hampir bersamaan dengan penyerahan jasa sehingga keduanya sanggup dijadikan dasar dalam
pengukuran dan akreditasi pendapatan. Untuk jangka panjang didalam satuan jasa, contohnya
penyewaan ruangan atau bangunan maka terdapat perbedaan antara jumlah rupiah pendapatan
yang diakui dala suatu periode atas dasar penerimaan uang.
1. Penjualan barang
2. Penjualan jasa
3. Bunga,royalty dan deviden
Perlakuan masing-masing jenis pendapatan menurut PSAK adalah:
1. Pendapatan Jasa
Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu transaksi
penjualan jasa, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu pendapatan.
a) Perlakuan Akunansi untuk pendapatan jasa kontrak kontruksi jangka panjang
Kontark kontruksi jangka panjangg adalah kontark yang secara kusus
dinegosiasikan untuk kontruksi suatu aset tunggal atau beberapa asset yang berhubungan
satu sama lain dan atau beberapa asset yang saling tergantung dalam rancangannya.
Periode dimulainya pekerjaan dengan penyelesaian aktifitas kontruksi biasanya berada
dalam periode akuntansi yang berbeda. Ada 2 metode pengakuan Pendapatan untuk
kontrak konstruksi jangka panjang, yaitu sebagai berikut :
1) Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)
Metode persentase penyelesaian ialah bentu alternative atas metode kontrak selesai.
Dalam metode ini, akreditasi pendapatan dicatat berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan
atau dengan kata lain jumlah pendapatan yang diakui untuk tiap periode ditentukan
berdasarkan tingkat penyelesaian, episode pendapatan dan beban (dan juga laba) diakui
ketika dihasilkan pada setiap periode akuntansi.
Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur dimana pengukuran
yang biasa dipakai ialah pengukuran masukan dan pengukuran keluaran.
Pengukuran masukan ialah upaya yang dikorbankan pada suatu proyek pada
tanggal tertentu dibandingkan dengan total upaya yang diperkirakan yang dibutuhkan
untuk menuntaskan proyek. Pengukuran ini meliputi:
Metode ini didasarkan oleh ukuran dari pelaksanaan pekerjaan yang mencakup jam
kerja, upah, jam mesin, atau kuantitas bahan. Bahan penyelesaian dengan memakai
metode ini diperoleh dengan cara yang sama menyerupai metode biaya ke biaya.
Pengukuran keluraran ialah hasil pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total
hasil kerja proyek yang diselesaikan. Pengukuran pendapatan dengan memakai ukuran
keluaran didasarkan pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.
Study kasus :
PT Wijaya Karya menandatangani kontrak yang dimulai pada bulan Januai 2017 untuk
membuat jembatan dengan nilai kontrak sebesar Rp9.000.000.000. Pekerjaan ini
diharapkan selesai pada bulan Desember 2019, dengan taksiran biaya Rp8.000.000.000.
Pada akhir tahun 2019, taksiran biaya penyelesaian naik menjadi Rp8.100.000.000. Berikut
ini data lain yang berkaitan dengan kontrak tersebut:
Untuk mencatat
termin :
Piutang Usaha 1,800,000 4,800,000 2,400,000
Penagihan KDP 1,800,000 4,800,000 2,400,000
Untuk mencatat
hasil penagihan :
Kas 1,500,000 3,500,000 4,000,000
Piutang Usaha 1,500,000 3,500,000 4,000,000
Estimasi Pendapatan, beban dan Laba Kotor yang diakui PT Wijaya Karya :
Study Kasus :
Dengan menggunakan ilustrasi yang sama pada PT Wijaya Karya asumsi perusahaan
menggunakan metode biaya terpulihkan karena hasil dari biaya kontrak tidak dapat
diukur dengan andal, maka PT Wijaya Karya mengakui pendapatan hanya sebesar biaya
yang terjadi yang diharapkan dapat terpulihkan. Jika demikian maka Pt Wijaya Karya
akan melaporkan pendapatan selama tahun pertama sampai tahun ketiga seperti pada
table berikut :
Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu transaksi
penjualan, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu pendapatan.
Berikut ini beberapa transaksi penjualan yan memiliki pebedaan saat pengakuan
pendapatan :
Study Kasus :
PT Pianika menjual barang dagangnya berupa alat musik kepada PT Hiburan senilai Rp
80.000.000. Harga pokok penjualan barang tersebut adalah Rp 60.000.000. PT Pianika
setuju untuk membeli kembali barang tersebut dua tahun lagi pada nilai wajarnya. PT
Hiburan membayar penuh harga jual tersebut pada saat penyerahan barang dari PT
Pianika dan tidak ada pembatasan kepada PT Hiburan dalam menggunakan barang
tersebut selama 2 tahun.
Dalam kasus ini, tampak bahwa risiko dan manfaat signifikan telah berpindah kepada PT
Hiburan, karena PT Hiburan akan menerima nilai wajar pada saat pembelian kembali
oleh PT Pianika menunjukan bahwa PT Pianika telah memindahkan risiko pada PT
Hiburan. Tambah lagi tidak ada pembatasan apapun dalam penggunaan barang yang
artinya PT Pianika telah memindahkan manfaat signifikan dari barang tersebut kepada PT
Hiburan. Dengan demikian penjualan dapat diakui sebagai berikut.
Jurnalnya :
Keterangan Debet Kredit
Kas Rp 80.000.000
Penjualan Rp 80.000.000
Beban Pokok Penjualan Rp 60.000.000
Persediaan Rp 60.000.000
c) Penjualan Barang Kosinyasi
Study Kasus :
PT Indah mengirimkan barang konsinyasi untuk dijual oleh PT Balada senilai Rp
67.000.000. Ongkos kirim barang tersebut untuk sampai ke PT Balada adalah Rp
3.000.000. Sampai akhir periode diketahui bahwa 60% dari barang konsinyasi terjual
senilai Rp 50.000.000 tunai. PT Balada mengirimkan nota pemberitahuan penjualan
barang konsinyasi dengan menyerahkan uang kas dari penjualan kepada PT Indah dengan
memotong komisi penjualan sebesar 10%. Bagaimana ayat jurnal terkait transaksi
konsinyasi tersebut dikedua belah pihak?
Jurnalnya :
PT Indah (Consignor) PT Balada (Consignee)
Pengiriman barang konsinyasi
Study Kasus :
PT Tugu Indah menjual peralatan pertanian senilai Rp 4.000.000 pada 10 Agustus 2015
dan asumsikan jumlah retur dapat diestimasi dengan handal pada tanggal 30 Agustus
2015, terdapat retur senilai Rp 10.000. Pada tanggal 31 Desember 2015 berdasarkan
pengalaman masa lalu, PT Tugu Indah mengestimasikan jumlah retur diperkirakan
sebesar 2% dari penjualan. Bagaimana PT Tugu Indah mengambil pendapatannya?
Jurnalnya :
Keterangan Debet Kredit
10 Agustus 2015
Piutang Rp 4.000.000
Penjualan Rp 4.000.000
30 Agustus 2015
Retur Penjualan Rp 10.000
Piutang Rp 10.000
31 Agustus 2015
Retur Penjualan Rp 70.000
Penyisihan Retur Penjualan Rp 70.000
((Rp 4.000.000 × 2%) – Rp 10.000)
a) Pendapatan bunga
Study Kasus
Pada tanggal 8 september 2018 dideposiokan uang ke bank Rp 100.000.000 untuk 3
bulan dengan bunga 6% per tahun. Bunbga deposio diterima secara bulanan setiap
tangal 1 pada bulan berikunya.
Jurnalnya :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1/Ok/18 Kas Rp 500.000
Pendapatan bunga deposito Rp 500.000
b) Pendapatan Royalti
Study Kasus :
PT A (Developer) pada awal tahun 2018 menyetujui pemeian lisensi sebuah game
kepada PT B (Publisher). Sebagai gantinya PT B akan membayar royalty kepada PT
Adalam 2 tahap, yaitu Rp 10.000.000 saat penanda tanganan kontrak dan
pembayaran tahunan sebesar Rp 20.000/game yang tejual.
Pada akhir tahun 2018 sebanyak 400 game yang terjual.
Junalnya :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
01/Jan/18 Kas Rp10.000.000
Pendapatan Royalti DDM Rp10.000.000
(Tahap pertama pembayaran
royalty)
c) Pendapatan Deviden
Study Kasus :
Pada 3 agustus 2018 PT K encana dalam RUPS memutuskan dan mengumumkan
membagi deviden senilai Rp 25 per lembar saham kepada pemegang saham yang
akan dibayarkan pada 3 bulan yang akan dating. Oleh karena PT Cipat memiliki
50.000 lembar saham , maka PT Cipta memiliki hak aats pendapatan deviden senilai
Rp 1.250.000.
Junalnya :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
4/Ags/18 Piutang deviden Rp1.250.000
Pendapatan Deviden Rp1.250.000
(Pengumuman Pembagian Deviden)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendapatan ialah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada
sektor produksi. Ada juga pendapatan ialah hasil berupa uang atau materi lainnya yang
sanggup dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Prinsip akreditasi pendapatam
tetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
1. Direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim atas
kas (piutang).
2. Dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima segera sanggup dikonversikan pada jumlah
kas atau klaim atas kas yang diketahui. Dihasilkan, bila kesatuan itu sebagian besar telah
menuntaskan apa yang seharusnya telah dilakukan semoga berhak atas manfaat yang
diberikan pendapatan. Sebagian besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan sanggup
tercapai. Laba diperoleh sebagai kelebihan pendapatan atas beban.