Anda di halaman 1dari 3

1.

Aliran Tagmetik

Aliran tagmetik menganalisis kalimat atas penempatan tagmen-tagmen. Yang dimaksud


dengan tagmen adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok
bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
Menurut pike satuan dasar sintaksis tidak dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja,
seperti subjek + predikat+objek; dan tidak dinyatakan dengan deretan bentuk-bentuk
saja, seperti frase benda +frase kerja +frasae benda , melainksn harus diungkapkan
bersama dalam rentetan rumus seperti:

S:FN+P:FV+O:FN

Rumus tersebut dibaca : fungsi subjek diisi oleh frase nominal diikuti oleh fungsi
prediklat yang diisi oleh fase verbal,dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh
frase nominal .
Dalam perkembangan selanjutnya malah kedua unsur tagmen itu, yaitu fungsi dan
bentuk ( atau kategori pengisi fungsi ) perlu ditambah pula dengan unsur peran ( atau
pengisi makna) , dan khoesi (keterikatan antara satuan-satuan lingual) yang
membentuk jalinan yang erat. Dengan demikian satuan dasar sintaksis itu, yaitu
tagmen, merupakan suatu sistem sel-empat-kisi,yang dapat digambarkan sebagai
bagan berikut

Fungsi Kategori
Peran Kohesi

Dengan demikiann kalau kalimat “saya menulis surat dengan pinsil” dianalisis secara
tagmemik , akan menjadi sebagai berikut:

saya menulis surat dengan pinsil


S pel, KG k al, FD pa, KKt Otuj, KB

Keterangan :
S = fungsi subjek
P = fungsi prediklat
O = fungsi objek
K = fungsi keterangan
KG = fungsi ganti
KKt = fungsi kerja transitif
KB = kata benda
FD = frase depan
pel = pelaku
ak = aktif
tuj = tujuan
al = alat
Dalam uraian kalimat di atas, kohesi tidak diisi karena karena kohesi hanya
relevan dengan bahsa-bahasa berkasus yang mempunyai ciri-ciri khas yang menandai
hubungan timbal balik antartagmen dalam suatu konstruksi.

2. Aliran Generatif
Menurut aliran generatif tata bahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu
komponen yaitu, komponen fonologis, sintaksis, dan semantik (Chaer. 2009: 34).
Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut perlu dipahami dulu konsep struktur
dalam dan struktur luar.
a. Struktur dalam
Struktur dalam adalah struktur kalimat itu berada di dalam otak penutur sebelum
diucapkan.
b. Struktur luar
Struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan dan dapat didengar. Jadi,
bersifat konkret. Menurut teori ini di dalam otak kita terdapat satu peringkat
reprensentasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan. Artinya, reprensentasi
struktur dalam ini dihubungkan oleh rumus-rumus transformasi dengan representasi
struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita dengar atau yang kita lahirkan.
Contoh :
1. Murid itu mudah diajar,
2. Murid itu senang diajar.
Kalimat pertama dan kalimat kedua memiliki struktur luar yang sama, sebagai berikut :

Kalimat ke-1
K→FN+FV
FN→N+art (Murid+itu)
FV→A+V (mudah+diajar)

Kalimat ke-2
K→FN+FV
FN→N+art (murid+itu)
FV→A+V (senang+diajar)

Keterangan :
K = kalimat
FN = Frase nominal
FV = Frase kerja
A = Adjetiva
Art = Artikel
Dari kedua diagram di atas tampak bahwa struktur luar kalimat pertama dan kalimat
kedua adalah persis sama. Namun, kita sebagai penutur bahasa Indonesia dapat
merasakan bahwa yang mengalami sesuatu yang menjadi akibat “murid itu diajar”
adalah dua pihak yang berlainan. Pada kalimat (1) yang mengalami sesuatu yang
mudah adalah yang mengajar murid itu, yakni guru. Sedangkan pada kalimat (2) yang
merasa senang adalah murid, bukan yang mengajar. Jadi, sebuah tata bahasa yang
memadai harus mampu memberi keterangan struktural mengapa kedua kalimat itu
berbeda sebagai mana yang dirasakan oleh penutur bahasa itu, oleh karena itu
meskipun kalimat (1) dan kalimat (2) memiliki struktur luar yang sama tetapi struktur
dalamnya jauh berbeda.

Anda mungkin juga menyukai