Anda di halaman 1dari 2

Nama : Devia Amanda

Nim : 1607112077
Teknik Lingkungan 2016 A

Akankah Awal Musim Kebakaran Hutan Menghambat Kemajuan Indonesia dalam


Mengurangi Penggundulan Hutan?

oleh Andika Putraditama dan Sarah Ruiz (WRI) - 16 Juli 2019

Forest and peat fires in Riau, Indonesia. Photo by Julius Lawalata/WRI

Indonesia berhasil menurunkan tingkat deforestasi selama dua tahun berturut-turut (2017
dan 2018) setelah mencatat tingkat deforestasi tinggi di tahun-tahun sebelumnya. Tren
penurunan ini merupakan kabar baik, terutama di tengah hilangnya 12 juta hektar pohon di hutan
tropis di seluruh dunia di tahun 2018, setara dengan luas negara Belgia.
Namun, kebijakan perlindungan hutan Indonesia akan diuji ketika musim kebakaran
tahunan di Indonesia dan El Niño yang meningkatkan risiko kebakaran dimulai. Musim kemarau
di Indonesia berlangsung antara bulan April dan Oktober, namun biasanya kebakaran paling
hebat terjadi di bulan Juli. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui saat Indonesia mulai
memasuki musim kebakaran di tahun ini:
Bagaimana pengaruh kebakaran terhadap Indonesia di masa lalu?

Musim kebakaran terburuk dalam 20 tahun terakhir terjadi di tahun 2015. Platform
Global Forest Watch Fires (GFW Fires) mendeteksi sekitar 130.000 peringatan kebakaran –
lebih dari 500.000 orang membutuhkan bantuan medis akibat kabut asap dan 24 orang lainnya
meninggal dunia. Sebagian besar kebakaran tersebut terjadi di lahan gambut yang kaya karbon;
sehingga jumlah karbon yang dilepaskan mencapai tiga kali lipat total emisi tahunan Indonesia.
Sebagian besar kebakaran hutan di Indonesia terjadi akibat pembakaran lahan secara
ilegal untuk perkebunan karet, kelapa sawit, dan komoditas lainnya. Kebakaran ilegal ini dapat
dengan cepat menyebar di luar kendali. Sejak tahun 2015, Indonesia terus berusaha mencegah
kebakaran melalui berbagai kebijakan, utamanya untuk menghentikan kebakaran akibat kegiatan
pertanian dan melindungi hutan dan lahan gambut.

Akankah terjadi banyak kebakaran hutan di Indonesia tahun ini?

Tahun ini menandai kembalinya fenomena cuaca El Niño. Menurut ahli meteorologi, El
Niño tahun ini tidak akan sekuat di tahun 2015. Akan tetapi, pola angin yang melemah dan
berbalik di Samudra Pasifik akan meningkatkan tekanan udara di Asia Tenggara sehingga cuaca
akan lebih kering dan lebih panas.
Kemarau berkepanjangan dapat mengakibatkan tumbuhan mengering sehingga kebakaran
akan menyebar lebih cepat dan lebih luas. Daun-daun di atas pohon akan mengering sehingga api
dapat dengan mudah menyebar melalui tutupan pohon, sementara semak belukar yang
mengering meningkatkan risiko terbakarnya lapisan gambut di dalam tanah yang memang
mudah terbakar.
Peringatan GFW Fires telah mendeteksi lebih dari 7.200 kebakaran di Indonesia sejak
awal tahun. Dibandingkan dengan 19.600 kebakaran yang terjadi di paruh pertama tahun 2015,
jumlah kebakaran hutan sepanjang tahun 2019 terhitung rendah.

Anda mungkin juga menyukai