Oleh:
19J10184
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2019
A. Konsep Teori Kebutuhan
1. Definisi
2. Klasifikasi
a. Jenis mobilitas
1) Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di
pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan saraf sensorik pada
area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau
patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilngan kontrol mekanik dan sensorik. Mobilitas sebagian di
bagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabakan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang refersibel. Contohnya terjadinya hemiplegi
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensoris.
b. Jenis immobilitas
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan
imobilitas antara lain :
1) Immobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami
keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan
maupun kondisi orang tersebut.
2) Immobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3) Immobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses
pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.
4) Immobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan
interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas,
amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran
anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah
tulang.
2) Menkaji tulang belakang
a) Scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
b) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
c) Lordosis (kurvura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
3) Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupum pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
4) Mengkaji sistem otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi,
dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk
memantau adanya edema atau atrofi,nyeri otot.
5) Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal.
Berbagai kondisi neurologis yang berhubungan dengan cara
berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis –
stroke, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson)
6) Mengkaji kulit dan sirkulasi prifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas
atau lebih dingin dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu, dan
waktu pengisian kapiler.
7) Mengkaji fungsional klien
a) Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0 0 Paralisis sempurna
8. Penatalaksanaan Medis
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
Terapi Aktivitas
4. Pelaksanaan
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang
telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien
5. Evaluasi
Evaluasi yang di harapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk
mengatasi gangguan mobilitas adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan fungsi tubuh.
b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot.
c. Peningkatan fleksibilitas sendi.
d. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan
ekspresi pasien menunjukkan keceriaan.
Daftar Pustaka
Perdarahan
Oklusi
Hipoksia Iskemia
defisit neurologis
Lobus
Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri oksipitalis
lobus frontalis
lobus temporalis
lobus parientalis
Gangguan mobilisasi