Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah AIK. Shalawat serta salam kami khaturkan kepada Nabi SAW yang telah
membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam islami.
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing kami dalam melaksanakan dan membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
teman-teman terutama dari dosen pembimbing.

Malang, April 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Hakikat Etika..................................................................................................3
B. Etika Pergaulan Remaja Dalam Islam............................................................4
C. Tata Cara Etika Bergaul Dalam Agama Islam...............................................7
D. Upaya–Upaya Agar Remaja Beretika Sesuai Dengan Etika Dalam Agama
Islam ......................................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja
kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang tuanya,
masyarakat bahkan seringkali bagi polisi. Hal ini disebabkan masa remaja yang
merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa
transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi
yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia
harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Seorang remaja sering membantah
orang tuanya karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri.1
Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka
ragam. Sayangnya, saat ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru
cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi,
kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian, dan perampasan barang orang
lain, pengedaran obat-obat terlarang dan bahkan yang lebih heboh adalah dampak
pergaulan bebas yang semakin menghawatirkan. Dengan demikian manusia
dengan mudah terjerumus dalam berbagai penyelewengan dan kerusakan akhlak
dengan melakukan perampasan hak orang lain, pelecehan seksual, pembunuhan,
dan timbulah persaingan tidak sehat demi untuk mendapatkan apa yang
diinginkan. Kemerosotan moral remaja saat ini banyak dipengaruhi oleh terpaan
media informasi di abad millennium semakin merambah dengan cepat. Di daerah
terpencil sekalipun terdapat tempat penyewaan VCD dan pemutaran film-film
porno, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi
seksual yang semakin mempengaruhi remaja untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan ajaran agama.

1 Op.Cit, halaman 31

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana hakikat dari etika?
2. Bagaimana etika pergaulan remaja dalam islam?
3. Bagaimana tata cara etika bergaul dalam agama islam?
4. Apa saja upaya agar remaja beretika sesuai dengan etika dalam agama islam?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka tujuannya
adalah:
1. Mengetahui hakikat dari etika
2. Mengetahui etika pergaulan remaja dalam islam
3. Mengetahui tata cara etika bergaul dalam agama islam
4. Mengetahui upaya agar remaja beretika sesuai dengan etika dalam agama
islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat
kebiasaan. Istilah etika mengacu kepada aturan normatif tentang baik dan buruk
yang bersumber dari pemikiran rasional yang jernih. Sedangkan moral terkait
dengan upaya menjunjung nilai-nilai universal sepsert kemanusiaan, keadilan,
kesederajatan, dan sebagainya.2 Secara etimologis kata etika sangat dekat dengan
moral. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (jamak: ta etha) yang berarti adat
kebiasaan. Etika adalah cara penerapan yang baik bagi hidup manusia atau
sebagai ilmu yang mempelajari adat kebiasaan termasuk di dalamnya moral yang
mengandung nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau
sekelompok orang bagi pengatur tingkah lakunya.3
Ahmad Amin, berpendapat bahwa etika adalah ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan yang seharusnya dilakukan arti baik dan buruk,
menerangkan yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.4 Pengertian etika secara
terminologi, di dalam New Masters Pictorial Encyclopedia dikatakan: Ethis is the
science of moral philosophy concerned not with fact, but with values: not with the
character of, but the ideal of human conduct.5
Jadi jelaslah bahwa etika adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia, dalam kehidupan pergaulan sehari-harinya, dan tidak hanya
menentukan hasil kebenaran dari tingkah laku itu saja, sebagaimana adanya. Akan
2. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia) . (Jakarta: Kencana . 2007) h. 207.
3. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h. 17.
4. Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak). Terj. Farid Ma’ruf, Judul asli al-Akhlak, Jakarta:
Bulan Bintang 1995), Cet.8. h. 3.
5. Lewis Mulford Adams, New Masters Pictorial Encyclopedia III (New York: A
Subsidiary of Publishers Co. Inc, 1996), h. 460.

3
tetapi juga menyelidiki sampai di mana manfaat, kegunaan dan kebaikan dari
seluruh tingkah laku manusia. Juga bisa dikatakan bahwa etika mempelajari
tentang tingkah laku manusia yang berkenaan dengan ketentuan tentang
kewajiban nilai (kebaikan dan keburukan).
Obyek etika menurut Franz Von Magnis bahwa etika adalah pernyataan
moral yang merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan
dalam bidang moral. Jika kita periksa segala macam pernyataan moral, maka kita
akan melihat bahwa pada dasarnya hanya ada dua macam pernyataan: Pertama,
pernyataan tindakan manusia. Kedua, pernyataan tentang manusia itu sendiri atau
unsur-unsur kepribadian manusia, seperti motif-motif, maksud dan watak.6

B. Etika Pergaulan Remaja Dalam Islam


Etika mesti merupakan sesuatu yang mutlak supaya tidak
membingungkan, karena etika Islam bukan sekedar teori tetapi juga pernah
dipraktekkan oleh sejumlah manusia dalam suatu zaman, sehingga mereka muncul
sebagai penyelamat dunia dan pelopor peradaban.7 Etika Islam berbeda dengan
etika yang lain, sosok dalam diri Nabi Muhammad SAW telah menjadi contoh
indah dari etika Islam. Etika Islam juga bersumber dalam QS. al-Baqarah (2):2
sebagai berikut:
‫ذلك الكتاب لرايب فيه هدى للمتقين‬.
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa”.8
Oleh karena itu kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati
tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera
rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana akhlaknya.

6. Ahmad Carris Zubair, Kuliah Etika (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995), hal. 20.
7. Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif (Cet. VI; Bandung: Mizan, 1994), h. 160
8. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Karya Utama, 2005),
hal. 2.

4
Apabila akhlaknya baik (ber-akhlak), akan sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi
apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak) maka rusaklah lahir dan batinnya.9
Al-Qur’an berkali-kali menyatakan bahwa imbalan (hukuman) terhadap
keburu-kan adalah keburukan serupa, yang dimaksudkan sebagai penolakan
(negasi) terhadap yang buruk, tetapi imbalan (pahala) terhadap kebaikan justru
dilipat gandakan berkali-kali, sebagaimana QS. al-An’am (6):160:
‫من جاء بالحسنة فله عشر أمثالهم ومن جاء بالسيئة فل يجزى إل مثلها وهم ليظلمون‬.
“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali
lipat amalnya; dan barang siapa membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”10
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Hal senada
diungkapkan Santrock bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung
dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th. Pada rentangan periode ini terdapat
beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam
dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir
(14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik
maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si
remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri
secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan
kriminal. Problema yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya: (1)
Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik, berkaitan dengan
perkembangan kognitif dan bahasa. (2) Problema berkaitan dengan perkembangan

9. Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami Akhlak Mulia (Cet. II; Jakarta: Pustaka
10. Departemen Agama RI, op.cit., h. 201.

5
perilaku sosial, moralitas dan keagamaan, problema berkaitan dengan
perkembangan kepribadian, dan emosional. Masa remaja disebut juga masa untuk
menemukan identitas diri (self identity).
Islam telah mengatur etika pergaulan remaja perilaku tersebut merupakan
batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut
harus diperhatikan, dipelihara dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang
menjadi batasan dalam pergaulan adalah: (1) Menutup Aurat, Islam telah
mewajibkan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan
kebersihan hati. (2) Menjauhi Perbuatan Zina, Islam adalah agama yang menjaga
kesucian. Dalam al-Qur’an Allah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 32 yang
artinya. “Dan janganlah kamu mendekati zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan buruk”.
Dalam tata cara pergaulan remaja semua agama dan tradisi mengatur tata
cara pergaulan tersebut. Agama Islam sebagai pedoman hidup ummatnya juga
telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata
cara itu meliputi; a). Mengucapkan Salam, b). Meminta Izin, c). Menghormati
yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, 4). Bersikap santun dan tidak
sombong, 5). Berbicara dengan per-kataan yang sopan, 6). Tidak boleh saling
menghina, 7).Tidak boleh saling benci dan iri hati, 8). Mengisi waktu luang
dengan kegiatan yang bermanfaat, 9). Mengajak untuk berbuat kebajikan.11

C. Tata Cara Etika Bergaul Dalam Agama Islam


1. Menjaga Pandangan

11 http://suryah golos.blogspot.com/2009/05/etika-pergaulan-remaja. html. Diakses,


September 2012.

6
Seringnya melihat lawan jenis dengan pandangan penuh syahwat, inilah
panah setan yang paling mudah mengantarkan pada maksiat yang lebih parah.
Allah Ta’ala berfirman,

‫صننععونن‬ ‫ك أنصزنكىَ لنهعصم إبان ا‬


‫ان نخببيرر ببنما ين ص‬ ‫ظوا فععرونجهعصم نذلب ن‬ ‫ضوا بمصن أنصب ن‬
‫صابرابهصم نوينصحفن ع‬ ُ‫قعصل لبصلعمصؤبمبنينن ينعغ ض‬
‫ظنن فععرونجهعان‬ ‫صابرابهان نوينصحفن ص‬‫ضنن بمصن أنصب ن‬ ‫ت ينصغ ع‬
‫ض ص‬ ‫( نوقعصل لبصلعمصؤبمننا ب‬٣٠)
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya.” (QS. An Nur: 30-31)

Allah Ta’ala juga menerangkan bahwa setiap insan akan ditanya apa saja
yang telah ia lihat, sebagaimana terdapat dalam firman Allah,

‫صنر نواصلفعنؤاند عكضُل عأولنئب ن‬


‫ك نكانن نعصنهع نمصسعئول‬ ‫إبان الاسصمنع نواصلبن ن‬
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isro’: 36)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarang duduk-duduk di tengah


jalan karena duduk semacam ini dapat mengantarkan pada pandangan yang
haram.

Dari Abu Sa'id Al Khudriy radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda,

‫ إبنانما بهنىَ نمنجالبعسقننا ننتننحقاد ع‬، ‫ فننقاعلوا نما لنننا بعدد‬. « ‫ت‬
» ‫ نققانل‬. ‫ث بفينهقا‬ ُ‫س نعنلىَ ال ض‬
‫طعرنقا ب‬ ‫» إباياعكصم نواصلعجعلو ن‬
‫ض اصلبن ن‬
، ‫صققبر‬ ‫ق الطابريقق ب‬
ُ‫ق قنققانل » نغقق ض‬ ‫طوا الطابري ن‬
ُ‫ق نحقانها « نقاعلوا نونما نح ض‬ ‫س فنأ نصع ع‬
‫فنإ بنذا أنبنصيتعصم إبلا اصلنمنجالب ن‬
« ‫ىَ نعبن اصلعمصننكبر‬ ‫ نوأنصمرر بباصلنمصععرو ب‬، ‫ نونراضُد الاسلنبم‬، ‫ف الننذى‬
‫ نوننصه ر‬، ‫ف‬ ُ‫نونك ض‬

"Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan". Mereka bertanya, "Itu


kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis
tempat kami bercengkrama". Beliau bersabda, "Jika kalian tidak mau
meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut". Mereka
bertanya, "Apa hak jalan itu?" Beliau menjawab, "Menundukkan pandangan,
menyingkirkan gangguan di jalan, menjawab salam dan amar ma'ruf nahi

7
munkar". (HR. Bukhari no. 2465)

Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

.‫صبرى‬
‫ف بن ن‬ ‫ نعصن ننظنبر اصلفعنجانءبة فنأ ننمنربنىَ أنصن أن ص‬-‫صلىَ ا عليه وسلم‬- ‫اب‬
‫صبر ن‬ ‫نسأ نصل ع‬
‫ت نراعسونل ا‬

"Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai


pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya
memalingkan pandanganku." (HR. Muslim no. 2159)

Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Maka jagalah kedua biji
mata ini agar terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah
bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita
yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama
itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud).
2. Menutup aurat
Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan,

‫ب نذلبعكصم أن ص‬
‫طهنعر لبقععلوببعكصم نوقععلوبببهان‬ ‫نوإبنذا نسأ نصلتععموهعان نمنتاععا نفاصسأ نعلوهعان بمصن نونراابء بحنجا ب‬
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka.” (QS. Al Ahzab: 53)

Konteks pembicaraan dalam ayat ini adalah khusus untuk istri Nabi.
Namun illah dalam ayat tersebut dimaksudkan umum sehingga hukumnya pun
berlaku umum pada yang lainnya. Illah yang dimaksud adalah,

‫نذلبعكصم أن ص‬
‫طهنعر لبقععلوببعكصم نوقععلوبببهان‬
“Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”.

Juga kalau kita perhatikan kelanjutan ayat, maka hijab tersebut berlaku
bagi wanita mukmin lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

‫ك أنصدننققىَ أنصن‬
‫ك نونبنسابء اصلعمصؤبمبنينن يعققصدبنينن نعلنصيبهقان بمققصن نجلببيبببهققان نذلبقق ن‬ ‫نيا أنضُينها الناببضُي قعصل لصزنوابج ن‬
‫ك نوبننناتب ن‬
‫يعصعنرصفنن نفل يعصؤنذصينن‬
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

8
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.” (QS. Al Ahzab: 59)

Ditambah lagi dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari


‘Abdullah bin Mas’ud,

‫اصلنمصرأنةع نعصونراةر فنإ بنذا نخنرنج ب‬


‫ت اصستنصشنرفننها الاشصي ن‬
‫طاعن‬
"Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di
mata laki-laki." (HR. Tirmidzi no. 1173. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini
hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

3. Bagi wanita diperintahkan untuk tidak berlembut-lembut suara di


hadapan laki-laki bukan mahram.

“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita lain, jika
kamu bertakwa, maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara, sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik.”(QS.Al Ahzab:32).
Tidak hanya aurat , pakaian yaang di gunakan juga harus di perhatikan .
Pakain tidak boleh terlalu ketat dan tembus pandang sertaa tidak memamerkan
kekayaan.12
4. Dilarang Bagi Wanita bepergian sendirian tanpa mahramnya sejauh
perjalanan satu hari
“Dari Abu Hurairah Radiallahu Anhu, ia berkata : Rasulullah Sallahu
Alaihi WA salam bersabda: Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman
kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan waktu sehari
semalam kecuali bersama muhrimnya”(HR. Bukhari Muslim dikutip Imam
Nawawi dalam Tarjamah Riyadhus Shalihin).
Dr. Yusuf Qardhawi dalam Fatwa-fatwa Kontemporer jilid 2halaman 542
mengemukakan : “Kaum muslimin memperbolehkan wabita sekarang keluar
rumah untuk belajar di sekolah, di kampus, pergi ke pasar dan bekerja di luar
rumah sebagai guru, dokter, bidan, dan pekerjaan lainnya asalkan memenuhi
syarat dan mematuhi pedoman-pedoman syari’ah “(Menutup aurat, menjaga
pandangan, dan lain-lain).

12. LKS Aqidah Akhlak “Fitrah” kelas XI Semester 2 ( Surakarta : Putra


Nugraha) Hal.4

9
5. Dilarang “berkhalwat”(berdua-duaan antara pria dan wanita di
tempat yang sepi)
“Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalin bersuyi-sunyi dengan
perempuan lainnya
kecuali disertai muhrimnya.” (HR. Bukhari Muslim dikutip Imam Nawawi dalam
Tarjamah Riyadhus Shalihin).
6. Laki-laki dilarang berhias menyerupai perempuan juga sebaliknya
“Dari Ibnu Abbas RA. Ia berkata : Rasulullah melaknat kaum laki-laki
yang suka menyerupai kaum wanita dan melaknat kaum wanita yang suka
menyerupai kaum laki-laki” (HR. Bukhari Muslim dikutip Imam Nawawi dalam
Tarjamah Riyadhus Shalihin).
7. Islam menganjurkan menikah dalam usia muda bagi yang mampu
dan shaum bagi yang tidak mampu
“Wahai sekalin pemuda, barang siapa diantara kamu yang mampu nikah,
maka nikahlah, sesungguhnya nikah itu bagimu dapat menundukkan pandangan
dan menjaga kemaluan, naka jika kamu belum sanggup berpuasalah,
sesunggunya puasa itu sebagai perisai”(HR.Muttafaaqun Alaihi).

D. Upaya–Upaya Agar Remaja Beretika Sesuai Dengan Etika Dalam


Agama Islam
1. Sikap Atau Cara Yang Bersifat Preventif.
Yaitu perbuatan / tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan
untuk menjauhkan seorang anak dari perbuatan buruk atau dari lingkungan
pergaulan yang buruk. Dalam hal sikap yang bersifat preventif, pihak
orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut :
a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam
satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula :

10
a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan
berguna.
b. Penyaluran bakat terhadap anak ke Arab pekerjaan yang berguna dan
produktif.
c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik - baiknya.
2. Sikap atau cara yang bersifat represif.
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam
kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan
anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut
serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak -
anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam
perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah
diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam
kenakalan pergaulan bebas.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah
kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta bantuan para ahli ( psikolog atau petugas sosial ) di
dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila
dipandang perlu.13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah etika mengacu kepada aturan normatif tentang baik dan buruk yang

13. Ibnu Rusjid: Peragaulan Yang Sehat Secara Islam,Penerbit Wijaya,tahun 1963

11
bersumber dari pemikiran rasional yang jernih. Etika Islam berbeda dengan etika
yang lain, sosok dalam diri Nabi Muhammad SAW telah menjadi contoh indah
dari etika Islam. Etika Islam juga bersumber dalam Al-quran. Dalam tata cara
pergaulan remaja semua agama dan tradisi mengatur tata cara pergaulan tersebut.
Agama Islam sebagai pedoman hidup ummatnya juga telah mengatur tata cara
pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi; menjaga
Pandangan, menutup aurat, bagi wanita diperintahkan untuk tidak berlembut-
lembut suara di hadapan laki-laki bukan mahram, dilarang bagi wanita bepergian
sendirian tanpa mahramnya sejauh perjalanan satu hari, dilarang
“berkhalwat”(berdua-duaan antara pria dan wanita di tempat yang sepi), laki-laki
dilarang berhias menyerupai perempuan juga sebaliknya, islam menganjurkan
menikah dalam usia muda bagi yang mampu dan shaum bagi yang tidak mampu.

DAFTAR PUSTAKA

ISTIQRA’, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 1, No. 2. 2013. Pendidikan Islam Dan
Etika Pergaulan Usia Remaja (Studi Pada Peserta Didik Man 2 Model
Palu)
Rosmita, M.Ag. 2013. Moral Dan Agama Remaja (Suatu Tinjauan Psikologis).
Jurnal Peranan Pondok Pesantren Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja 1(Studi
Kasus Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta)
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam

12
di Indonesia) . (Jakarta: Kencana . 2007) h. 207.
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h. 17.
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak). Terj. Farid Ma’ruf, Judul asli al-Akhlak,
Jakarta: Bulan Bintang 1995), Cet.8. h. 3.
Lewis Mulford Adams, New Masters Pictorial Encyclopedia III (New York: A
Subsidiary of Publishers Co. Inc, 1996), h. 460.
Ahmad Carris Zubair, Kuliah Etika (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995), hal. 20.
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif (Cet. VI; Bandung: Mizan, 1994), h. 160
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Karya Utama,
2005),hal.2.

13

Anda mungkin juga menyukai