DISUSUN OLEH:
HOME GROUP 1
Abigail S Glory (1806199285)
Amiril Muqsithin P (1806203130)
M. Raihan Pratama (1806148555)
M. Rais Rahmatullah (1806203055)
Raihan Akmal (1806201371)
Zakia Fitri (1806148611)
FAKULTAS TEKNIK
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dari Home Group 1 dapat menyelesaikan
tugas makalah Matakuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B (MPKT B) ini
dengan baik, meskipun masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari Problem Based Learning tentang
kontroversi kawasan Puncak, Bogor yang tak lagi layak untuk disebut sebagai daerah
penyangga bagi kota Jakarta. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan
referensi dari beberapa hasil diskusi, sumber-sumber informasi daring, dan ditambah
dengan opini kami sendiri.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca mengenai
kawasan Puncak, Bogor sebagai daerah penyangga bagi kota Jakarta. Kami sebagai
penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen untuk perbaikan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 1
1.4 Metodologi Penulisan .......................................................................................... 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui peran utama dari kawasan puncak serta dampaknya bagi alam dan
manusia.
1
b. Mengetahui bagaimana pengelolaan kawasan puncak dengan tata ruang yang
sesuai dengan fungsi dari kawasan puncak itu sendiri.
c. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatur tata ruang
kawasan puncak agar tidak menimbulkan bencana.
2
BAB II
ISI
3
Sungai Ciliwung tersebut juga dipakai untuk pengairan persawahan, baik melalui
irigasi tradisional, semi-teknis, maupun teknis.
Oleh karena kondisi geografis dan geologisnya, Kawasan Puncak dijadikan
sebagai daerah penyangga bagi Jakarta dan sekitarnya. Kawasan penyangga ini
dimaksudkan untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,
menjamin ketersediaan air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir.
Secara umum proses resapan air tanah ini terjadi melalui 2 proses berurutan
(Wibowo, 2002), yaitu infiltrasi (pergerakan air dari atas ke dalam permukaan tanah)
dan perkolasi yaitu gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh ke dalam zona jenuh
air. Proses infiltrasi berperan penting dalam pengisian kembali lengas tanah dan air
tanah. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi dan
perkolasi (jika ada). Pengisian kembali air tanah sama dengan perkolasi dikurangi
kenaikan kapiler (jika ada). Resapan air tanah akan menentukan besarnya aliran dasar
yang merupakan debit minimum sungai di musim kemarau.
2.2. Permasalahan
Bagaimana penyebab dari rusaknya kawasan Puncak sebagai daerah penyangga
bagi DKI Jakarta dan sekitarnya serta solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut?
2.3. Pembahasan
2.3.1. Sejarah Puncak
Pada masa Hindia Belanda, jalan raya Puncak merupakan bagian dari
jalan raya pos atau di sebut Postweg.Jalan raya Pos ini di bangun pada masa
Gubernur Jendral Hindia Belanda yaitu Herman Willem Daendels (1808 –
1811). Jalan raya Pos yang membentang di sepanjang utara pulau Jawa ini
menghubungkan Anyer dan Panarukan (Jawa Timur).
Pembangunan jalan raya Pos bertujuan untuk memudahkan transportasi,
seperti pengiriman pesan atau surat, serta dalam rangka mempertahankan dan
melindungi Jawa dari serangan Inggris. Selain itu, pembangunan ini juga
bertujuan untuk mempercepat akses perjalanan. Sebelum jalan raya Puncak
dibangun, menurut Marie-Louise Ten Horn-Van Nispen, perjalanan dari
Batavia ke Cipanas (Jakarta – Cianjur) memerlukan waktu 8 hari. Setelah jalan
raya Puncak dibangun, perjalanan dari Batavia ke Cipanas bisa ditempuh
4
dalam waktu kurang dari 1 hari. Meskipun demikian, menurut catatan Walter
Kinloch (1853), jalan di Cisarua masih sangat terjal, sehingga membutuhkan
bantuan beberapa ekor kerbau untuk menarik kereta kuda.
Dalam pembangunan jalan raya dari Anyer, Jakarta hingga Bogor tidak
terdapat kendala yang berat, tetapi pembangunan jalan dari Bogor, Cianjur,
Bandung, Sumedang hingga Cirebon banyak terkendala oleh pegunungan.
Pada tahap ini, Pemerintah Hindia Belanda harus mengutus Kolonel Von
Lutzouw dari militer untuk memimpin proyek pembangunan yang besar
dengan cara membelah perbukitan tersebut.
5
2.3.3. Keadaan Puncak Terkini
Puncak merupkan kawasan penyangga bagi kawasan Jakarta dalam hal
resapan air. Keadaan kawasan puncak sekarang menjadi kontradiksi.
Dikatakan kontradiksi karena ada dua hal yang menjadi tujuan kawasan
puncak. Kawasan Puncak oleh Kementerian Pariwisata dijadikan tujuan wisata
andalan dari Pemerintah Pusat, dengan kondisi ini pembangunan hotel, vila,
dan perumahan di Puncak tidak bisa dihindarkan. Namun di sisi lain, Puncak
merupakan kawasan resapan air yang seharusnya bebas dari pembangunan
yang bersifat merusak struktur dari tanah di puncak.
Ditambah tidak jelasnya peraturan antara Peraturan Presiden dan
Peraturan Kementrian mengenai fungsi dari hutan di Puncak. Adanya
pertentangan mengenai hutan lindung dan hutan konservasi serta hutan
produksi. Dari 30% lahan ideal untuk kawasan hutan saat ini hanya tersisa
9,5%. Itulah gambaran daerah puncak saat ini.
6
4. Setiap tanah yang dimiliki oleh pihak swasta di daerah puncak boleh
dikerjakan (dibangun) 10% dari luas tanah keseluruhan.
Daerah puncak sekarang dikatakan kurang cocok sebagai daerah
resapan. Namun, dengan melakukan berbagai perubahan dan menghentikan
pembangunan hutan beton di puncak. Maka fungsi puncak sebagai daerah
penyangga akan kembali baik lagi.
2.3.4. Solusi
Terdapat beberapa solusi yang bisa dilakukan, yaitu solusi untuk
penanganan bencana dan solusi kedua adalah solusi tata ruang.
A. Solusi Penanganan Bencana
1. Pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi.
2. Penataan ulang tanah dengan sistem terasering di tempat yang rawan
lonsor, dan disetiap bilik terasering tersebut ditanami pohon-pohon
pencegah longsor seperti bambo.
3. Melakukan pelebaran jalan dengan menggusur tepian jalan dan
melarang untuk digunakan kembali.
4. Perencanaan pembangunan tembok penahan lereng di lokasi rawan
longsor untuk tebing yang memiliki kemiringan curam.
5. Membuat mekanisme penyelamatan apabila terjadi bencana.
B. Solusi Tata Ruang
1. Pengaturan zona untuk fasilitas wisata harus ditata dan diperkecil
luasan daerah yang diizinkan.
2. Melakukan pencocokan struktur geologi kawasan dengan
pembangunan yang akan dilakukan sebelum melakukan
pembangunan.
3. Melestarikan kembali hutan lindung dengan mulai menanam kembali
pohon pohon di lahan terbuka.
4. Merevisi peraturan daerah rencana tata ruang dan wilayah menjadi
peraturan yang sangat berpihak terhadap hutan ekowisata.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kawasan Puncak di Bogor dikenal fungsinya sebagai kawasan penyangga
resapan air bagi DKI Jakarta, terutama untuk mengurangi bencana banjir. Selain
mengatasi banjir, fungsi kawasan puncak Bogor sebagai kawasan penyangga
resapan air juga memberikan manfaat bagi DKI Jakarta yaitu sebagai sumber air
bersih untuk DKI Jakarta. Namun, pada pada kenyataannya, saat ini, Kawasan
Puncak terus mengalami pengalihan lahan sehingga fungsi kawasan puncak
sebagai daerah penyangga tidak maksimal. Hal tersebut mengakibatkan bencana
alam berupa tanah longsor, banjir, dsb. Bencana tersebut memang telah timbul
semenjak Zaman Kolonial Belanda namun faktor buruknya perilaku manusia
dan kepekaannya terhadap lingkungan masih menjadi masalah utama dan perlu
ditingkatkan untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik.
3.2. Saran
Menurut kelompok kami, Kawasan Puncak adalah daerah penting yang
perlu dijaga dan dilestarikan karena apabila daerah tersebut mengalami
kerusakan dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah lain. Solusi yang
kelompok tawarkan merupakan solusi yang sifatnya preventif dan represif.
Solusi preventif yang kelompok kami tawarkan berupa penataan ulang Kawasan
Puncak seperti pengaturan zona untuk fasilitas wisata harus ditata dan diperkecil
luasan daerah yang diizinkan, merevisi peraturan daerah rencana tata ruang dan
wilayah menjadi peraturan yang sangat berpihak terhadap hutan ekowisata, dsb.
Solusi represif yang kelompok kami tawarkan berupa solusi penanggulangan
bencana seperti pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi, melakukan
pelebaran jalan dengan menggusur tepian jalan dan melarang untuk digunakan
kembali, dsb.
8
DAFTAR PUSTAKA