Anda di halaman 1dari 9

WAKAF SEBAGAI INVESTASI YANG TIADA HABISNYA

PORTOFOLIO

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Semester
Genap Tahun Ajaran 2015/2016

DISUSUN

O
L
E
H
:

Nama: Muhammad Raihan Pratama


Kelas: X MIA 3

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) 48 JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

P
uji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, Tuhan Semesta Alam,
karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas portofolio Pendidikan Agama Islam semester
genap ini dengan baik meskipun terdapat banyak kekurangan di
dalamnya. Tak lupa juga, penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada Ibu Siti Aminah karena atas bimbingannya kepada penulis dalam
menyelesaikan portofolio ini.

Lewat portofolio ini, penulis telah merangkum pelajaran mengenai wakaf


yang telah penulis pelajari dan penulis dapatkan selama semester genap di kelas X
ini. Penulis menyadari bahwa portofolio ini sangat jauh dari kata “sempurna”. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang memotivasi sangat penulis harapkan. Atas
kontribusi tersebut, penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Maret 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, sudah banyak
orang-orang Muslim yang kaya dan
makmur. Hal itu tentunya tak lepas
dari hasil kerja keras dan tawakal
mereka sehingga Allah swt.
mengaruniakan rezeki yang
melimpah kepada mereka.
Meskipun begitu, seorang Muslim
tidak boleh kikir. Mengingat masih
tingginya kesenjangan sosial
antara orang kaya dan orang
miskin di Indonesia, diharapkan
orang-orang kaya Muslim itu dapat
membantu kehidupan mereka.
Islam mengajarkan umatnya untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Kita
dituntut untuk saling berbagi antar sesama manusia. Kepedulian semacam itu
sangatlah berguna bagi kemanusiaan. Selain itu, hal tersebut merupakan suatu ibadah
yang sangat besar manfaatnya. Islam mengajarkan untuk melakukan pemberdayaan
ekonomi umat yang harus diproyeksikan untuk kesejahteraan bersama, bukan hanya
untuk kepentingan pribadi. Prinsip tersebut salah satunya dapat diaplikasikan melalui
pengelolaan wakaf yang amanah dan professional agar pahala dan kemaslahatannya
terus mengalir sampai hari akhir.
Dibandingkan negara-negara mayoritas Islam lain seperti Arab Saudi, Qatar,
Kuwait, Mesir, Aljazair, dan yang lainnya, pengelolaan wakaf di Indonesia masih jauh
tertinggal. Banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu betapa istimewanya wakaf
dibandingkan ibadah-ibadah beramal yang lain. Jika saja orang-orang Indonesia yang
memiliki kecukupan harta tersebut melaksanakan anjuran berwakaf, inshaa Allah,
masalah-masalah sosial seperti kurangnya sarana pendidikan, sanitasi, sarana ibadah,
sarana kesehatan dan lainnya akan dengan mudah teratasi. Selain itu apabila wakaf
tersebut terus dikelola dengan baik, pahalanya akan terus mengalir kepada si wakif
(orang yang berwakaf) meskipun ia telah meninggal dunia. Wakaf merupakan ibadah
yang sangat menguntungkan, mampu menciptakan kondisi masyarakat yang sehat dan
sejahtera.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk membuat
portofolio yang berisi rangkuman dan ulasan kembali dari apa yang telah penulis
dapatkan selama pembelajaran di bab wakaf ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam portofolio ini yaitu:
1. Apa pengertian wakaf dari segi istilah dan bahasa?
2. Apa saja dalil-dalil yang menganjurkan seorang Muslim untuk berwakaf?
3. Bagaimana cara seseorang berwakaf?
4. Bagaimana pengelolaan wakaf yang baik dan benar menurut syariat?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat portofolio ini yaitu:
1. Mengulas kembali pembelajaran tentang wakaf dan cara pengelolaannya
2. Meningkatkan kepekaan sosial terhadap sesama Muslim
3. Menumbuhkan rasa kemanusiaan dan persaudaraan
4. Mensyukuri semua kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah swt.
5. Sebagai sarana pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti
BAB II

WAKAF SEBAGAI INVESTASI YANG TIADA HABISNYA


Secara bahasa, wakaf berasal dari bahasa Arab yang artinya menahan yaitu menahan
untuk tidak dijual, tidak dihadiahkan, atau tidak diwariskan. Menurut istilah syar’I,
wakaf adalah suatu ungkapan yang berarti penahanan harta miliknya kepada orang lain
atau lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil
manfaatnya untuk masyarakat banyak.

Al-Qur’an memang tidak menerangkan secara khusus dalam bentuk teks ayat-ayat
qouliyah yang secara eksplisit menjelaskan tentang wakaf. Namun, secara umum tentu
terdapat ayat yang membahasnya terkait dengan harta yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umum. Di antara ayat-ayat tersebut, Allah swt. dalam QS al-Imran/3:92
berfirman,

Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan


sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu infakkan tentang hal itu, sungguh
Allah Maha Mengetahui.”

Selain itu Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak saleh yang mendoakannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim No. 1631)

Berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadis di atas, ditegaskan bahwa orang-orang


Muslim sudah sepantasnya untuk berwakaf. Wakaf merupakan amal jariyah yang
pahalanya akan terus mengalir samoai orang yang mewakafkannya meninggal dunia.
Hal ini berarti wakaf memiliki dua tujuan, yaitu hubungan horizontal, yaitu membantu
sesama manusia, dan hubungan vertical, yaitu ibadah kepada Allah swt.

Adapun orang yang mewakafkah hartanya disebut wakif dan orang yang mendapat
amanah sebagai penerima harta wakaf disebut nadzir. Karena itu, di tangan nadzir-lah
nantinya harta benda wakaf itu diharapkan mempunyai manfaat yang besar
sebagaimana harapan wakif, dengan hartanya itu, menjadi amal yang tidak ada putus-
putusnya untuk kepentingan orang banyak. Nadzir dapat berupa perseorangan,
organisasi, atau badan hukum.
Harta wakaf (al-mauquf) itu berupa benda yang tidak habis karena dipakai dan
tidak rusak karena dimanfaatkan, Dengan kata lain, harta benda wakaf adalah harta
benda yang memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka panjang serta mempunyai
nilai ekonomi tinggi menurut syari’ah. Harta benda wakaf terdiri dari benda bergerak
dan benda tidak bergerak.

1. Wakaf benda bergerak


a. Wakaf uang yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari’ah yang ditunjuk oleh
Menteri Agama.
b. Logam dan batu mulia.
c. Surat berharga.
d. Kendaraan
e. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dapat berupa hak cipta, hak paten, dan
merek.
f. Hak sewa seperti wakaf bangunan dalam bentuk rumah.
2. Wakaf benda tidak bergerak
a. Hak atas tanah
b. Bangunan yang terdiri di atas tanah
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah

Adapun tata cara perwakafan tanah milik di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya diharuskan
datang sendiri di hadapan Penjabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk
melaksanakan ikrar wakaf.
2. Sebelum berikrar, calon wakif harus terlebih dahulu menyerahkan surat-surat
(sertifikat, surat keterangan, dan lain-lain) kepada PPAIW.
3. PPAIW meneliti surat dan syarat-syaratnya dalam memenuhi pelepasan hak atas
tanah
4. Di hadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif
mengikrarkan dengan jelas, tegas, dan dalam bentuk
tertulis.
5. PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf dan mencatat
dalam daftar akta ikrar wakaf dan menyimpannya
bersama aktanya dengan baik.

Sertifikasi wakaf diperlukan agar tertib secara


administrasi dan memiliki kepastian hak bila terjadi
sengketa atau masalah hukum. Sertifikasi tanah wakaf

Contoh sertifikat tanah wakaf


dilakukan secara bersama oleh Kementerian Agama dan Badan Pertanahan Nasional
(BPN).

Dalam mengelola wakaf, nadzir memiliki kewajiban atau tugas sebagai berikut.

a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf.


b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan dan
fungsinya.
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan penuh amanah, nadzir
memiliki hak-hak sebagai berikut.

a. Menerima imbalan dan hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%.
b. Menggunakan fasilitas dengan persetujuan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.

Secara makro, wakaf diharapkan mampu menopang dan memengaruhi kegiatan


ekonomi masyarakat banyak. Orang-orang yang perlu bantuan berupa makanan,
perumahan, sarana umum, air bersih dapat terbantu. Kondisi demikian akan
meringankan beban ekonomi masyarakat sehingga kemiskinan akan teratasi.

Adapun prinsip-prinsip pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut.

a. Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan
status wakaf sesuai dengan syari’ah.
b. Wakaf dilakukan tanpa batas waktu.
c. Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana yang
diperkenankan syari’ah.
d. Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan
dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
e. Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah
ia lakukan.

Perkembangan wakaf dari waktu ke waktu mengalami dinamika signifikan.


Pemahaman keagamaan yang baik dan kesadaran pengamalan nilai-nilai keagamaan
untuk mendapat ridlo Allah, maka semakin terbangun motivasi umat muslim untuk
mewakafkan sebagian hartanya untuk kebutuhan umat maupun kepentingan umum.
Dengan demikian, dinamika wakaf, perlu perhatian serius struktural dan institusi
fungsional, juga para nadzir wakaf, akademisi, ustadz-ustadzah, para da’i, ilmuwan,
budayawan sehingga harta wakaf tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar
sebagaimana yang diharapkan oleh para wakif dan pemerintah sendiri yang senantiasa
mendorong terhadap eksistensi wakaf.

Bila dikelola secara baik, wakaf memiliki banyak sekali hikmah dan manfaat bagi
kepentingan orang banyak. Berikut adalah hikmah dan manfaat dari berwaka.f.

a. Menghilangkan sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya.
b. Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu meski telah
menjadi milik seseorang secara sah, tetapi masih ada di dalamnya hak orang lain
yang mesti diserahkan sebagaimana halnya juga zakat.
c. Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan di akhirat memerlukan persiapan yang
cukup.
d. Dapat menopang dan menggerakan kehidupan sosial masyarakat baik dalam aspek
ekonomi, pemdidikan dan kebudayaan.
e. Pahala yang terus menerus mengalir selama benda yang diwakafkan masih
dimanfaatkan walaupun si wakif sudah meninggal dunia
f. Terus-menerusnya manfaat dalam berbagai jenis kebaikan dan tidak terputus
dengan sebab berpindahnya kepemilikan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Wakaf adalah memberikan harta berupa benda bergerak maupun tidak bergerak
yang memiliki daya tahan lama sehingga dapat dipakai demi kemaslahatan
orang banyak.
2. Wakaf adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan karena pahalannya yang
tidak terputus sampai orang yang mewakafkan itu meninggal.
3. Pelaksanaan wakaf diatur oleh berbagai peraturan yang dikeluarkan
pemerintah.
4. Pengelolaan wakaf bersifat dinamis (berkelanjutan).
B. Saran
Dari penjelasan mengenai wakaf di atas, penulis menyarankan agar kita sebagai
umat Muslim hendaknya lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Kita harus
membantu sesama umat Muslim dengan berbagai cara di antaranya dengan
berwakaf sehingga beban hidup orang lain dapat berkurang dan wakaf kita dapat
bermanfaat bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai