PENISILIN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Uci Septinus Wally (1706103594)
Muhammad Raihan Pratama (1806148555)
Tasya Justina Simtana (1806199493)
Cynthia Veronika Tarigan (1806199606)
Felix Johannes (1806199700)
FAKULTAS TEKNIK
DEPOK
2019
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................. 1
1.3 Metodologi Penulisan .......................................................................................... 1
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui karakteristik, kegunaan,
reaksi umum, dan proses pembuatan penisilin.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ketidakcukupan penisilin, namun berhasil dibuktikan bahwa penisilin tidak berbahaya
dan bekerja pada tikus. Beberapa percobaan penisilin dilakukan di Oxford.
Pada 1942, John Bumstead dan Orvan Hess menjadi ahli yang pertama berhasil
menyembuhkan pasiennya dengan penisilin.
Saat Perang Dunia II, penisilin berjasa dalam menekan jumlah kematian akibat
infeksi yang disebabkan luka terbuka yang tak mendapat perawatan, yang dalam
situasi serupa dapat menimbulkan gangren bahkan kematian, menyelamatkan 12-15%
nyawa. Ketersediaan penisilin masih sangat terbatas karena kesulitan untuk
memproduksinya secara massal, dan kecepatan ginjal yang menghasilkan sisa
penisilin yang tidak sempat digunakan tubuh. Saat itu, pengumpulan kembali penisilin
dari air seni pasien merupakan prosedur yang biasa. Penisilin tersebut akan digunakan
kembali.
Struktur kimiawi penisilin diketahui oleh Dorothy Crowfoot Hodgkin pada awal
1940an. Penemuan ini menjadikan penisilin dapat dibuat secara sintetik. Sebuah tim
dari Oxford menemukan metode produksi massal penisilin. Tim yang
dipimpin Howard Walter Florey itu mendapatkan Hadiah Nobel dalam bidang
Kedokteran atau Fisiologi pada 1945. Saat itu, Penisilin menjadi antibiotika yang
banyak digunakan dan masih digunakan untuk beberapa infeksi bakteri Gram positif.
Namun dia juga mengatakan bahwa penggunaan Penisilin secara berlebihan akan
mengakibatkan resistensi bakteri.
3
terurai menjadi asam penisiloat, pengaruh amidase terurai menjadi asam 6-amino
penisilinat.
Dalam dunia kedokteran, penisilin temasuk dalam golongan antibiotik dengan
kategori obat resep. Penisilin digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Penisilin
dapat digunakan oleh berbagai golongan usia mulai dari anak-anak hingga dewasa
sekalipun. Bentuk penisilin berupa tablet, kapsul, maupun suntikan. Perlu diwaspadai
bahwa penisilin tidak boleh dikonsumsi bagi penderita atau yang memiliki riwayat
gangguan ginjal, asma, ataupun epilepsi. Selain itu, bagi ibu hamil dan pengguna obat-
obatan tidak disarankan untuk mengonsumsi penisilin karena dapat memengaruhi
kesehatan tubuh. Selanjutnya, jika terjadi reaksi alergi atau overdosis diharapkan
untuk segera menemui dokter. Efek samping yang ditimbulkan dari penisilin berupa
pusing, diare, mual dan muntah, nyeri perut, insomnia, pendarahan, mudah memar,
gatal, dan ruam.
Meskipun memiliki banyak kegunaan, penggunaan Penisilin secara berlebihan
dapat menyebabkan resistensi bakteri, yaitu suatu kondisi dimana bakteri dapat
bertahan (resisten) terhadap antibiotik. Bakteri adalah organisme yang mudah
beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu, mereka juga dapat beregenerasi dengan
sangat cepat sehingga dapat memungkinkan perubahan genetik pada sebuah populasi.
Ada 3 cara bagaimana bakteri dapat kebal terhadap penisilin, yaitu:
Penisilinase
Bakteri dapat memproduksi penisilinase yaitu enzim yang dapat mendegradasi
penisilin. Kemampuan ini dapat tersebar pada seluruh populasi bakteri melalui
cincin DNA pada proses konjugasi di mana beberapa organisme individu saling
membagi informasi genetik.
Perubahan Struktur Bakteri
Beberapa bakteri dapat dengan mudah merubah bentuk protein yang mengikat
penisilin pada dinding peptidoglikannya yang mengakibatkan penisilin tidak
lagi dapat mengikat peptidoglikan.
Penghilangan Penisilin
Beberapa bakteri memiliki mekanisme untuk melepas penisilin. Bakteri
memiliki pompa penembusan yang digunakan untuk melepas senyawa-senyawa
dari dalam selnya. Penisilin juga dapat dilepas keluar melalui pompa ini.
4
2.3. Pembuatan Penisilin
Penisilin pertama kali diterapkan untuk aplikasi klinik tahun 1942. Beberapa
kelebihan penisilin yaitu mempunyai spectrum yang luas, aktif terhadap bakteri Gram
positif dan mempunyai toksisitas yang rendah sehingga penggunaan penisilin G
dengan dosis tinggi tidak menyebabkan alergi (Crueger & Crueger 1984). Keberadaan
gen yang berperan pada proses biosintesis penisilin dipercaya sangat penting untuk
organimse penghasil sehingga dapat bersaing dengan organisme lainnya, namun
molekul ini kemungkinan juga berperan dalam proses signaling (Weber et al. 2012).
Salah satu jamur yang dikenal luas dapat menghasilkan penisilin adalah Penicillium
chrysogenum (Houbraken et al. 2012; Kardos & Demain, 2011).
Mikrorganisme yang digunakan untuk memproduksi penisilin G adalah
Penicillium chrysogenum L112 yang diperoleh dari Pusat Pengembangan dan
Penelitian Kimia Terapan LIPI Bandung. Selain itu untuk bakteri uji digunakan
Bacillus subtilis, Salmonella thypi, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli yang
juga diperoleh dari Pusat Pengembangan dan Penelitian Kimia Terapan LIPI
Bandung.
Bahan kimia yang digunakan yaitu ekstrak ragi, asam fenil asetat, bakto pepton,
potato dextrose agar, glukosa, agar bakto, susu bubuk, anti foam, natrium karbonat,
kalium-natrium tatarat, natrium bikarbonat, natrium sulfat anhidrat, asam sulfat pekat,
ammonium molibdat tetrahidrat, natrium hidrogen arsenat heptahidrat, metil merah,
metil biru, alkohol, natrium hidroksida, asam klorida dan air suling. Peralatan yang
digunakan yaitu inkubator, shaker incubator, autoklaf, fermentor, mikropipet, alat
sentrifugasi, oven, neraca analitis, pH meter, spektrofotometer, kawat ose, penangas
air, dan alat-alat gelas yang umum digunakan di laboratorium.
Metode-metode dalam produksi Penisilin yaitu:
1. Metode regenerasi P. chrysogenum L112
Sebanyak satu ose biakan P. chrysogenum L112 dipindahkan ke media agar
miring steril (2% PDA). Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 30°C selama
7 hari.
2. Regenerasi bakteri uji
Sebanyak satu ose biakan bakteri diambil dan dipindahkan ke media agar miring
steril (2,3% nutrien agar). Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C selama 48
jam.
3. Aktivasi
5
Biakan P. chrysogenum L112 yang telah diregenerasi disuspensikan dengan air
suling steril. Suspensi jamur (2% v/v dari media vegetatif) diinokulasikan ke
dalam media vegetatif yang mengandung 3,4% b/v susu skim dan 3,5% b/v
glukosa dan diaktivasi dengan kecepatan pengocokan 120 rpm selama 60 jam
pada suhu 28°C.
4. Fermentasi
Hasil aktivasi diinokulasikan (inokulum yang ditambahkan 10% dari volume
media fermentasi) ke dalam media fermentasi (mengandung 11% b/v susu skim,
5% b/v glukosa, 1% b/v ekstrak ragi, 1% b/v bakto pepton, 1 mg/L antifoam,
dan 1 mg/L asam fenil asetat), kemudian diinkubasi dengan variasi agitasi
selama 240 jam pada suhu 28°C. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan
fermentor skala 1 L. Kondisi fermentor yang digunakan: pH 7, aerasi 1 vvm
(volume gas per volume larutan per menit), suhu 28°C. Agitasi divariasikan
pada 100, 150 dan 200 RPM. Setiap 24 jam dilakukan pengambilan contoh
untuk keperluan analisis.
5. Penentuan berat kering sel
Contoh hasil sampling disentrifugasi pada 3000 RPM selama 30 menit.
Selanjutnya dicuci dengan asam klorida 0,5 N dan air suling. Endapan
dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C selama 72 jam atau sampai didapatkan
berat kering sel yang konstan.
6. Pengukuran pH
Nilai pH contoh hasil sampling diukur dengan menggunakan pH meter yang
telah dikalibrasi terlebih dahulu.
7. Uji aktivitas antibiotika
Sebanyak 10 μL suspensi bakteri dicampurkan dengan 16 mL larutan agar yang
telah disterilkan dan masih dalam keadaan cair dan dihomogenkan. Selanjutnya
dituangkan dalam cawan Petri steril. Setelah media agar membeku kemudian
dilubangi sehungga terbentuk lubang dengan diameter 10 mm. kemudian 10 μL
supernatan dimasukkan ke dalam lubang. Selanjutnya media agar diinkubasi
pada suhu 37°C selama 24 jam. Zona bening yang terbentuk kemudian diukur
untuk menentukan aktivitas antibiotika. Semakin luas zona bening, semakin
tinggi aktivitas antibiotika.
6
2.4. Reaksi Umum
Hidrolisis Penicillin dengan H3O menghasilkan Penillic acid
Hidrolisis Penicillin dengan H3O+ menghasilkan Penaldic acid + Penicillamine
Hidrolisis Penicillin dengan H3O-/-CO2 menghasilkan penilloic acid
7
Hidrolisis Penicillin G dengan Penicillin G Acylase menghasilkan 6-
Aminopenicillinic Acid (6-APA) dan Phenyl acetic acid (PAA)
8
Penicillin dapat bereaksi dengan Amina menghasilkan amida yang tidak aktif
2.5. Tambahan
Penisillin memiliki banyak tipe, yaitu:
penicillin V
penicillin G
amoxicillin
amoxicillin/clavulonate
ampicillin
nafcillin
oxacillin
dicloxacillin
cloxacillin
piperacillin
piperacillin/tazobactam
ticarcillin
ticarcillin/clavulonate
Penisillin terdiri dari satu inti siklik dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri
dari cincin tiazolidin dengan cincin betalaktam. Rantai samping merupakan gugus
amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Kemampuan rantai samping
mengikat berbagai jenis radikal menyebabkan munculnya banyak jenis penisilin.
Misalnya, pada penicillin G, radikalnya adalah gugus benzil. Penicillin G untuk
suntikan biasanya tersedua sebagai garam Na atau K. Bila atom H pada gugus
karboksil diganti dengan prokain, diperoleh penisilin G prokain yang sukar larut
dalam air, sehingga dengan suntikan IM akan didapatkan absorpsi yang lambat, dan
masa kerja yang lama.
9
Beberapa jenis penisilin berkurang aktivitas antibakterialnya dalam suasana asam
sehingga harus dikonsumsi secara parenteral. Beberapa jenis penisilin lain akan hilang
aktivitas antibakterialnya karena pengaruh enzim betalaktamase yang memecah cincin
betalaktam.
Dosis Penisilin
Dosis penggunaan penisilin pada tiap pasien tidak selalu sama. Dokter akan
menyesuaikan dosis penisilin dengan kondisi pasien. Berikut ini merupakan dosis
umum penggunaan penisilin berdasarkan kondisi yang ada:
10
per hari, yang dibagi menjadi
4 dosis, selama 6-12 bulan.
Erisipelas (salah satu jenis 500 mg, 4 kali sehari.
Dewasa
infeksi bakteri pada kulit)
250-500 mg, 4 kali sehari,
Periodontitis Dewasa selama 5-7 hari.
Efek Samping
Penisilin umumnya tidak bersifat toxic terhadap manusia, tetapi pada dosis
di luar normal dapat bersifat toksik terhadap hati (hepatoxic) dan ginjal. Efek
samping dari penisillin dapat berupa anaphylaxis, yaitu reaksi alergi yang dapat
menyerang keseluruhan tubuh pengguna, berupa diare, asma, keram, kejang-
kejang, tekanan darah turun, pingsan, muntah-muntah, dll.
Alergi terhadap penisillin bersifat langka. Namun, apabila pasien memiliki
alergi terhadap penisilin, antibiotik alternatif yang sering diberikan adalah
doxycycline, ciprofloxacin, clarithromycin, gentamicin, vancomycin.
Penicillin G yang penggunaannya secara injeksi dapat menyebabkan alergi
terhadap penisilin, sehinga penggunannya harus didahului dengan tes terlebih
dahulu. Alergi terhadap penisilin sangat cepat dan berbahaya, dapat
membahayakan nyawa. Walaupun berbahaya, penicillin G masih digunakan dalam
bidang medis karena masih mampu menyembuhkan syphilis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Istiantoro, Yati H., and Gan, V. H. (2007). “Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik
Betalaktam Lainnya”. Farmakologi dan Terapi, Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit
Kedokteran Universitas Indonesia.
Rachman, S., et. al. (2016). “Produksi Penisilin oleh Penicillium Chrysogenum L112
dengan Variasi Kecepatan Agitasi pada Fermentor 1 L”. Kartika-Jurnal Ilmiah
Farmasi, 4(2), pp. 1-6.
Pelczar, Jr., MT. (2005). Dasar-dasar Mikrobiologi, edisi ke-1. Jakarta: UI Press.
12