Anda di halaman 1dari 21

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat-sifat aliran fluida menarik untuk diteliti, baik fluida statik maupun fluida
dinamik. Fluida zat cair yang mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang tertentu
menyebabkan terjadinya kerugian energi berupa penurunan tekanan (pressure drop)
disebabkan oleh mayor losses akibat gesekan sepanjang dinding pipa maupun minor
losses akibat perubahan bentuk lokal saluran berupa belokan, katup, maupun
sambungan pipa dan juga tergantung besar koefisien gesek pipa tersebut. Dalam
kehidupan sehari-hari, tidak saja menemui kasus untuk aliran satu fase di sistem
pemipaan, namun pada kenyataannya sering terjadi aliran multifase seperti dua fase,
tiga fase atau lebih (Awaluddin, 2014).
Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang
dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain, zat gas juga termasuk fluida.
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis
(fluida bergerak). Fluida statis ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada
dalam keadaan setimbang. Fluida dinamis ditinjau ketika fluida trsebut sedang dalam
keadaan yang bergerak (Awaluddin, 2014).
Dengan adanya suatu permukaan bebas dan gesekan di sepanjang saluran maka
kecepatan dalam saluran tidak terbagi merata dalam penampang saluran. Fluida
yang bergerak (fluida dinamis) memiliki beberapa sifat, yaitu kemampuan terhadap
tekanan (Compresibillity): yaitu kemampuan aliran fluida untuk mengalami
perubahan volume ketika ditekan (dimampatkan). Hampir semua zat cair tidak
mengalami perubahan volume ketika ditekan (dapat dimampatkan/incompressible).
Kecepatan aliran (flow): jika tekanan ditiap titiknya tidak berubah disebut aliran
tunak (unsteady flow) dan yang sebaliknya disebut aliran tak tunak (Unsteady flow).
Orientasi aliran: pada sifat ini ada fluida yang mengalami perputaran dan ada juga
yang tidak. Setiap fluida yang bergerak pasti memiliki kecepatan dan hubungan –
hubungannya dengan faktor – faktor lain (Iriyani dkk., 2015).
Laju aliran pada saluran terbuka dihitung dengan metode analisis yang lebih
rumit dari perhitungan laju aliran pada saluran tertutup. Aliran air juga dapat
digolongkan sebagai aliran air tenang dan aliran air yang deras. Bila aliran air terjadi
pada kecepatan rendah, maka aliran tersebut tenang (Fr>1), bila aliran terjadi pada
kecepatan yang demikian tingginya maka disebut aliran deras (Fr>1). Penentuan laju
aliran pada saluran terbuka dipengaruhi oleh luas penampang saluran. Selain itu
dipengaruhi juga oleh koefisien kekasaran pada saluran, kecepatan aliran, kemiringan
serta debit aliran.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan
praktikum tentang flow channel agar kita dapat mengetahui tinggi muka air
kecepatan aliran fluida, menentukan jenis aliran dengan menggunakan rumus
manning, serta mengetahui jenis serat penggunaan pintu air dengan menggunakan
perhitungan weir.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tinggi muka air dan kecepatan aliran
fluida, menentukan jenis aliran dengan menggunakan rumus manning, serta
mengetahui jenis serat penggunaan pintu air dengan menggunakan perhitungan weir.
Adapun kegunaan dari praktikum flow channel adalah dapat menerapkan konsep
aliran fluida dalam kehidupan sehari-hari seperti saluran irigasi, saluran drainase dan
lain-lain.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fluida

Fluida adalah suatu zat cair yang dapat mengalir. Sehingga semua zat cair itu dapat
dikelompokkan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat
ke tempat yang lain, zat gas juga termasuk fluida. Fluida dibagi menjadi dua bagian
yakni fluida statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida bergerak). Fluida statis
ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam keadaan setimbang.
Fluida dinamis ditinjau ketika fluida sedang dalam keadaan bergerak. Menurut
Iriyani (2015), fluida yang bergerak (fluida dinamis) memiliki beberapa sifat, yaitu:
a. Kemampuan Terhadap Tekanan (Compresibillity): yaitu kemampuan fluida untuk
mengalami perubahan volume ketika ditekan (dimampatkan). Hampir semua zat
cair tidak akan mengalami perubahan volume ketika zat cair tersebut ditekan
(dapat dimampatkan/incompressible).
b. Kecepatan Aliran (Flow): jika tekanan ditiap titiknya tidak berubah disebut aliran
tunak (unsteady flow), dan yang sebaliknya disebut aliran tak tunak (unsteady
flow).
c. Orientasi Aliran: pada sifat ini ada fluida yang mengalami perputaran dan ada
juga yang tidak.
Menurut Iriyani (2015), setiap fluida yang bergerak pasti memiliki kecepatan
dan hubungan – hubungannya dengan faktor – faktor lain, beberapa persamaan yang
menjelaskan hubungan kecepatan fluida adalah sebagai berikut:
(1) Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli memiliki prinsip dimana peningkatan kecepatan fluida
akan mengakibatkan penurunan tekanan pada aliran. Persamaan Bernoulli dinyatakan
seperti berikut:
P1 + 1/2ρ×V12 + ρ×g×h1 = P2 + 1/2×ρ×V22 + ρ×g×h2 (1)
(2) Persamaan Kontinuitas
Jika fluida memiliki massa tertentu masuk pada diameter besar, maka fluida
akan keluar pada pipa dengan diameter berbeda dengan massa tetap,
m1 = m2 (2)
ρ× A1×V1= ρ× A2×V2 (3)
m1 = m2 adalah aliran dalam keadaan tunak. Pada fluida tak termampatkan (tidak
dipengaruhi tekanan, maka ρ konstan, jadi berlaku persamaan kontiuitas:
A1×V1=A2×V2 (4)
(3) Persamaan Reynolds
Besarnya bilangan Reynolds menjadi pembeda suatu aliran, bersifat laminar, transisi
ataupun turbulen. Persamaan bilangan Reynolds sebagai berikut:
Nre=Dvρ/ μ (5)
dimana D adalah diameter dalam pipa; µ adalah viskositas dinamis; V adalah laju alir
rata – rata fluida; ρ adalah massa jenis fluida. Aliran pada bersifat laminar ketika Re
< 2.300, 2.300<Re<4.000 aliran berisifat tansisi dan jika Re>4.000 maka aliran
bersifat turbulen. Persamaan tersebut dimaksudkan untuk menghitung laju aliran
fluida dan hal – hal yang mempengaruhinnya. Laju aliran fluida dapat diukur dengan
alat ukur fluida (flow meter) untuk melihat perlakuan selanjutnya pada sebuah kondisi.
Alat ukur aliran fluida dapat dibedakan berdasarkan berbagai prinsip penggunaanya,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3-1. Pembagian Alat Ukur Fluida Berdasarkan Perbedaan Prinsipnya
Prinsip Jenis Alat Ukur
Perbedaan Rotatori meter, Flow Nozzle,
Tekanan Tabung Pitot, Keran Elbow,
Tabung Venturi
Perpindahan Rotorsavonius, Ovalgear,
arus Anenometer Cawan, Meteran
Turbin
Kecepatan UltrasonicDoppler,
Membran Arus Electro-
Magnetic

2.2 Pengukuran Aliran

Pengukuran aliran adalah sebuah ilmu yang membahas koefisien, karena kita
umumnya menerapkan persamaan Bernoulli untuk aliran zat cair dan persamaan
energi aliran steady untuk aliran gas isontropik (dalam masing-masing kasus fluida
diandaikan tanpa gesekan) dan kemudian membandingkan perilaku fluida sejati
(viskous) dengan fluida ideal melalui perbandingan koefisien-koefisien kecepatan
atau melalui debit (Iqbal, 2018).

2.3 Debit Aliran Air pada Daerah Open Channel

Sungai merupakan salah satu contoh saluran terbuka (open channel) yang berarti
permukaannya bebas dipengaruhi oleh tekanan udara bebas (patmosfer). Karena
sungai memiliki saluran penampang melintang dan kemiringan memanjang berubah-
ubah maka sungai diklasifikasikan sebagai Nonprismatic Channel. Perhitungan
saluran terbuka biasanya lebih rumit daripada saluran tertutup (closed channel)
seperti saluran pipa. Hal ini disebabkan karena sungai memiliki bentuk penampang
yang tidak teratur, sulit menentukan kekasaran saluran (pada sungai biasanya berbatu
sedangkan pada dasar pipa cenderung licin) dan kesulitan pengumpulan data di
lapangan. Menurut Gurum (2015), kecepatan aliran pada saluran terbuka tersebut
kemudian dirumuskan pada Persamaan:
Q = C×√RS (6)
dimana Q adalah kecepatan aliran (kaki per sekon atau fps); R adalah jari-jari
hidrolis (kaki); S adalah kemiringan dasar saluran; C adalah koefisien Chezy (faktor
tahanan aliran tanpa satuan).
Koefisien Manning (n) merupakan fungsi kekasaran dari bahan dinding saluran
yang sangat memengaruhi besarnya kecepatan rata-rata pada saluran. Nilai kekasaran
saluran merupakan kombinasi dari beberapa faktor seperti kekasaran permukaan
saluran, jenis tumbuh-tumbuhan, ketidakberaturan penampang melintang saluran,
trace saluran, pengendapan dan penggerusan, hambatan ukuran dan bentuk saluran,
serta taraf air dan debit. Suatu cara untuk memperkirakan nilai n berdasarkan
beberapa faktor di atas menggunakan persamaan (Gurum, 2015).
Tabel 3-2. Tetapan Koefisien Manning untuk Persamaan
Keadaan Saluran Nilai-Nilai
Bahan Tanah n0 0,020
pembentuk
Batu pecah 0,025
Kerikil halus 0,024
Kerikil kasar 0,028
Derajat ketidak- Sangat Kecil n1 0,000
teraturan
Sedikit 0,005
Sedang 0,010
Besar 0,020
Variasi Bertahap n2 0,000
penampang
melintang
saluran
Kadang-kadang berganti 0,005
Sering berganti 0,010-0,015
Efek relatif dari Dapat diabaikan n3 0,000
hambatan
Kecil 0,010-0,015
Cukup 0,020-0,030
Besar 0,040-0,060
Tetumbuhan Rendah n4 0,005-0,010
Sedang 0,010-0,025
Tinggi 0,025-0,050
Sangat tinggi 0,050-0,100
Derajat kelokan Kecil m5 1,000
Cukup 1,150
Besar 1,300
Dewasa ini telah banyak dikembangkan alat pendeteksi kenaikan level tinggi
muka air sungai baik secara konvensional atau dengan sinyal ultrasonik. Informasi
kecepatan rambat yang diperoleh dari osiloskop berupa waktu tempuh dan jarak
tempuh (l) gelombang ultrasonik dapat dihitung dengan persamaan (Gurum, 2015).
Pancaran gelombang ultrasonik dari transmitter yang menempuh jarak dalam
waktu tertentu hingga diterima kembali oleh receiver setelah dipantulkan oleh muka
air. Jarak yang ditempuh gelombang ultrasonik tersebut yang kemudian diolah
sebagai data level ketinggian muka air. Alat tersebut baru mampu memperkirakan
apakah akan banjir atau tidak berdasarkan level ketinggian muka air dan belum
mampu memperkirakan debit air sungai yang mengalir saat banjir (Gurum, 2015).
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka telah direalisasikan suatu alat yang tidak
hanya dapat digunakan untuk mengukur ketinggian air tetapi juga dapat menghitung
debit air pada sistem open channel, sehingga dapat membantu memperkirakan
seberapa besar banjir yang akan datang. Pada penelitian ini digunakan Ultrasonic
Distance Sensor dengan modul PING untuk mengukur level tinggi muka air.
Selanjutnya dengan persamaan Manning, data pengukuran tinggi air tersebut
digunakan untuk menghitung debit air sungai yang mengalir. Pengukuran level tinggi
pada muka air dilakukan pada sistem aliran open channel, yaitu dilakukan di sungai
yang telah ditalud (Gurum, 2015).
3. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Flow Channel dilaksanakan pada hari Senin 07 Oktober 2019 pada pukul
07.30 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Teknik Tanah dan Air, Prodi
Keteknikan Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah flow channel, mistar, wall
weir, rectangular weir, V-shape weir dan kalkulator. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah air dan kertas grafik.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum ini terbagi menjadi 2, yaitu:


3.1.1 Pengukuran dasar manning
A. Menentukan kemiringan saluran dengan ketinggian 15cm dengan memutar setir
pengatur ketinggian yang berada di bawah penampang saluran.
B. Mengaktifkan alat flow channel aat memulai praktikum.
C. Memerhatikan aliran air yang keluar dari bak penampung menuju bak hulu
yang selanjutnya mengalir memasuki saluran den menuju ke bak hilir.
D. Mecari aliran yang konstan kemudian mengukur tinggi muka air pada aliran
konstan tersebut.
E. Mendokumentasika aliran air yang kosntan tadi.
F. Menonaktifkan alat flow channel.
G. Mengulangi prosedur A-F dengan kemiringan 25 cm dan 35 cm.

3.1.2 Pengukuran pintu air


A. Menentukan kemiringan saluran dengan ketinggian 15 cm dengan memutar
setir pengatur ketinggian yang terdapat di bawah penampang saluran.
B. Memasang wall weir.
C. Mengaktifkan alat flow channel setelah memasang wall weir.
D. Memerhatikan aliran yang keluar dari bak penampung menuju bak hulu yang
selanjutya mengalir memasuki saluran dan menuju bak hilir.
E. Mencari aliran yang konstan kemudian mengukur tinggi muka air pada aliran
yang konstan.
F. Mendokumentasikan aliran konstan tersebut.
G. Menonaktifkan alat flow channel.
H. Mengulangi prosedur A-G dengan kemiringan 25 cm-35 cm.
I. Mengulangi prosedur A-G dengan mengganti wall weir, rectangular weir dan
V-shape weir.
3.4 Rumus yang Digunakan

3.3.1 Perhitungan dasar Manning


a) Slope (kemiringan)
S = y/x (7)
b) Keliling basah
P= 2ya+b (8)
c) Luas penampang
A= b×ya (9)
d) Jari-jari hidrolik
R= A/P (10)
e) Kecepatan aliran
v= 1/n×R2/3×S1/2 (11)
f) Debit aliran
Q= A×v (12)
g) Bilangan Froude
Fr= v/√𝑔 × 𝑦𝑎 (13)
dimana S adalah kemiringan saluran (m); x adalah panjang alat flow channel (m); y
adalah kemiringan alat (m); ya adalah tinggi muka air (m); b adalah tebal saluran
(m); R adalah jari-jari hidrolik (m); g adalah gaya garavitasi (m s-1).

3.3.2 Perhitungan hasil pengamatan

a). Wall weir


𝑘
Q = √𝑔 × 𝑏 × 𝐻 3/2 (14)
b). Rectanguler weir
𝑘
Q = √𝑔 × 𝐼 × 𝐻 3/2 (15)
c). V-shape weir
𝑘
Q = √𝑔 × 𝑏 × 𝐻 3/2 (16)
3
dimana Q adalah debit aliran (m s-1) ; k adalah koefisien; I atau b adalah lebar weir
(m); H adalah tinggi muka air (m); ∅ adalah sudut weir pada v-shape weir.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Hasil Perhitungan

a. Bilangan Dasar Manning


Tabel 3-3. Hasil perhitungan bilangan Manning

Keterangan
No x (m) y (m) S Ya (m) b (m) Rh (m) v (m/s) Q (m3/s) Fr
(jenis aliran)

1 2,5 0,15 0,06 0,02 0,063 0,01223 1,30014 0,00163 9,28671 Super kritis
2 2,5 0,25 0,1 0,019 0,063 0,01178 1,63707 0,00194 3,79390 Super kritis
3 2,5 0,35 0,14 0,018 0,063 0,01141 1,89624 0,00214 4,51485 Super kritis

b. Wall Weir
Tabel 3-4. Hasil perhitungan wall weir
No y (m) b (m) K H (m) Q (m3/s)

1 0,15 0,032 0,765 0,016 0,01919

2 0,25 0,032 0,765 0,014 0,01727

3 0,35 0,032 0,765 0,012 0,01548


c. Rectangular Weir
Tabel 3-5. Hasil perhitungan rectangular weir
No y (m) K L H (m) Q (m3/s)

1 0,15 0,765 0,032 0,015 0,01826

2 0,25 0,765 0,032 0,014 0,01727

3 0,35 0,765 0,032 0,013 0,11201

d. V-shape Weir
Tabel 3-6. Hasil perhitungan v-shape weir
No y (m) θ (°) K H (m) Q (m3/s)

1 0,15 45 0,765 0,016 0,01919


2 0,25 45 0,765 0,014 0,01727

3 0,35 45 0,765 0,012 0,01548


4.1.2 Grafik
a. Bilangan Dasar Manning

Gambar 3-1. Grafik bilangan dasar manning

b. Wall weir

Gambar 3-2. Grafik wall weir

c. Rectanguler Weir

Gambar 3-3. Grafik rectanguler weir

d. V-shape Weir

Gambar 3-4. Grafik V-shape weir


4.2 Pembahasan

Pada praktikum flow channel kita melakukan dua prosedur percobaan yaitu
pengukuran dasar manning dan pengukuran pintu air ( wall weir, rectangular weir
dan v-shape weir. Dalam mengukur pintu air dan manning, menggunakan tiga
kemiringan yang berbeda-beda. Kemiringan yang digunakan yaitu 0,15 m, 0,25 m,
dan 0,35m. Hal tersebut juga mendapatkan tinggi permukaan air pada saluran suatu
penampang yaitu berbeda-beda pula.
Pada perhitungan dasar manning, kemiringan suatu saluran juga dipengaruhi
terhadap kecepatan pada aliran dalam saluran. Semakin besar kemiringannya maka
semakin besar pula kecepatan pada aliran tersebut. Sesuai dengan pernyataan Junaidi
(2014) yang menyatakan bahwa tinggi muka air dari dasar saluran dan kecepatan
aliran terhadap debit berbanding lurus. Kecepatan aliran juga akan menyebabkan
nilai bilangan Froude semakin besar. Jika F > 1 maka alirannya bersifat superkritis,
dimana gaya inersia sangat menonjol sehingga aliran saluran mempunyai kecepatan
yang tinggi dan cepat. Jika F < 1 maka alirannya bersifat subkritis dan apabila F = 1
maka alirannya bersifat kritis. Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan
bahwa pada kemiringan 0,15 m,0,25 m, dan 0,35 m didapatkan bahwa F > 1 maka
jenis alirannya yaitu superkritis.
Pada pengukuran pintu air diperoleh bahwa semakin besar tingkat kemiringan
pada saluran maka debit alirannya juga semakin rendah seperti gambar grafik di sini.
Dari tiga jenis pengukuran pintu yang digunakan yaitu wall weir, rectangular weir
dan v-shape weir yang menghasilkan debit aliran yang lebih besar yaitu pintu air V-
shape weir, hal tersebut dapat terjadi karena sesuai yang diamati bahwa luas
penampang pada pada pintu air v-shape weir lebih besar maka debit aliran yang
dihasilkan juga besar. Seperti yang diketahui bahwa debit suatu aliran dipengaruhi
oleh luas penampang pada suatu saluran.
5. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum flow channel, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tingkat kemiringan suatu saluran, maka semakin besar kecepatan aliran pada
saluran tersebut. Kecepatan suatu aliran mempengaruhi nilai Froude (Fr), jika Fr > 1
jenis alirannya superkritis, Fr =1 jenis alirannya kritis dan Fr < jenis alirannya
subkrtitis.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Perhitungan

a. Pengamatan dasar manning

No x (m) y (m) ya (m) b (m)

1 2,5 0,15 0,02 0,063

2 2,5 0,25 0,019 0,063

3 2,5 0,35 0,018 0,063

b. Pengamatan wall weir

No y(m) k Q(m3/s) b(m) H(m)

1 0,15 0,765 9,8 0,032 0,016

2 0,25 0,765 9,8 0,032 0,014

3 0,35 0,765 9,8 0,032 0,012

c. Pengamatan regtanguler weir

No y(m) K Q(m3/s) I(m) H(m)

1 0,15 0,765 9,8 0,032 0,015

2 0,25 0,765 9,8 0,032 0,014

3 0,35 0,765 9,8 0,032 0,013

d. Pengamatan V-shape weir

No y(m) k Q(m3/s) 0(o) H(m)

1 0,15 0,765 9,8 45 0,016

2 0,25 0,765 9,8 45 0,014

3 0,35 0,765 9,8 45 0,012


Lampiran 2. Perhitungan

1. Perhitungan dasar manning


a. Kemiringan 0,15 m
 Slope (kemiringan)
S = y/x
S = 0,15/2,5
= 0,0600
 Keliling basah
P= 2ya+b
P = 2 (0,02) + 0,063
= 0,0400 + 0,063
= 0,1030m
 Luas penampang
A= b×ya
A = 0,063 × 0,02
= 0,0013 m
 Jari-jari hidrolik
R= A/P
R = 0,0013/0,1030
= 0,0122 m
 Kecepatan aliran
v= 1/nR2/3S1/2
v = 1/0,01(0,0122)2/3(0,06)1/2
= 100 × 0,0531 × 0,2449
= 1,3005 m/s
 Debit aliran
Q= A×v
Q = 0,0013 × 1,3005
= 0,0016 m3/s
 Bilangan Froude
Fr= v/√𝑔 × 𝑦𝑎
Fr = 1,3005/√9,8 × 0,002
= 1,3005/√0,1960
= 1,3005/0,0980
=1,327 (Aliran Super kritis)
b. Kemiringan 0,25 m
 Slope (kemiringan)
S = y/x
S = 0,25/2,5
= 0,01
 Keliling basah
P= 2ya+b
P = 2 (0,02) + 0,063
= 0,0380 + 0,063
= 0,1010 m
 Luas penampang
A= b×ya
A = 0,063 × 0,019
= 0,0012 m
 Jari-jari hidrolik
R= A/P
R = 0,0012/0,1010
= 0,0119 m
 Kecepatan aliran
v= 1/nR2/3S1/2
v = 1/0,01(0,0119)2/3(0,1)1/2
= 100 × 0,0520 × 0,3162
= 1,,6438 m/s
 Debit aliran
Q= A×v
Q = 0,0012 × 1,6438
= 0,0020 m3/s
 Bilangan Froude
Fr= v/√𝑔 × 𝑦𝑎
Fr = 1,6438/√9,8 × 0,019
= 1,6438/√0,1862
= 1,6438/0,0931
=1,765 (Aliran Super kritis)
c. Kemiringan 0,35 m
 Slope (kemiringan)
S = y/x
S = 0,35/2,5
= 0,14
 Keliling basah
P= 2ya+b
P = 2 (0,018) + 0,063
= 0,0360 + 0,063
= 0,0990 m
 Luas penampang
A= b×ya
A = 0,063 × 0,018
= 0,0011 m
 Jari-jari hidrolik
R= A/P
R = 0,0011/0,0990
= 0,0115 m
 Kecepatan aliran
v= 1/nR2/3S1/2
v = 1/0,01(0,0115)2/3(0,14)1/2
= 100 × 0,0508 × 0,3742
= 1,9013 m/s
 Debit aliran
Q= A×v
Q = 0,0011 × 1,9013
= 0,0022 m3/s
 Bilangan Froude
Fr= v/√𝑔 × 𝑦𝑎
Fr = 1,9013/√9,8 × 0,018
= 1,9013/√0,1764
= 1,9013/0,0882
=2,155 (Aliran Super kritis)
2. Perhitungan hasil pengamatan
a. Kemiringan 0,15 m
 Wall weir
Q = k√𝑔 × 𝑏 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0163/2
= 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0002
= 0,765× √0,0006
= 0,765× 0,0252
=0,0193 m3/s

 Rectanguler weir
Q =𝑘√𝑔 × 𝐼 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0153/2
= 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,018
= 0,765× √0,0006
= 0,765× 0,0240
=0,0184 m3/s

 V-shape weir
Q = 𝑘√𝑔 × 𝑡𝑎𝑛𝜃/2 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 𝑇𝑎𝑛 45/2 × 0,0183/2
= 0,765× √9,8 × 0,5 × 0,0024
= 0,765× √0,0118
= 0,765× 0,1088
=0,0832 m3/s
b. Kemiringan 0,25 m
 Wall weir
Q = k√𝑔 × 𝑏 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0143/2
= 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0017
= 0,765× √0,0005
= 0,765× 0,0228
=0,0174 m3/s

 Rectanguler weir
Q =𝑘√𝑔 × 𝐼 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0143/2
= 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,017
= 0,765× √0,0005
= 0,765× 0,0228
=0,0174 m3/s

 V-shape weir
Q = 𝑘√𝑔 × 𝑡𝑎𝑛𝜃/2 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 𝑇𝑎𝑛 45/2 × 0,00203/2
= 0,765× √9,8 × 0,5 × 0,0024
= 0,765× √0,0099
= 0,765× 0,0996
=0,07262 m3/s
c. Kemiringan 0,35 m
 Wall weir
Q = k√𝑔 × 𝑏 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0123/2
= 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0013
= 0,765× √0,0004
= 0,765× 0,0203
=0,0155 m3/s
 Rectanguler weir
Q =𝑘√𝑔 × 𝐼 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0123/2
= 0,765× √9,8 × 0,032 × 0,0113
= 0,765× √0,0004
= 0,765× 0,0203
=0,0155 m3/s
 V-shape weir
Q = 𝑘√𝑔 × 𝑡𝑎𝑛𝜃/2 × 𝐻 3/2
Q = 0,765× √9,8 × 𝑇𝑎𝑛 45/2 × 0,0133/2
= 0,765× √9,8 × 0,5 × 0,0015
= 0,765× √0,0073
= 0,765× 0,0852
=0,0652 m3/s

Lampiran 3. Dokumentasi alat

Gambar 3-5. Alat flow channel

Gambar 3-6. wall weir, rectanguler weir, V-shape weir


Lampiran 4. Dokumentasi Praktikan

Gambar 3-7. Praktikan yang melakukan percobaan


DAFTAR PUSTAKA

Iqbal.M.T dan Zulvyah.F, 2018. Studi Kecepatan Aliran Air Dengan Menggunakan
Tabung Pitot. Jurnal INTEK. 5(1), 14-21.
Gurum.A.P, 2015. Perhitungan Debit Aliran Pada Sistem Aliran Terbuka Melalui
Pengukuran Tinggi Muka Air Menggunakan Transduser Ultrasonik. Prosiding
Semirata 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat: Pontianak.
Awaluddin, 2014. Analisis Aliran Fluida Dua Fase (Udara-Air) melalui Belokan 45o.
Jurnal Rekayasa Mesin. 157-168.
Iriyani, 2015. Pengukuran Kecepatan Aliran, Profil Kecepatan dan Pengaplikasiaan
dalam Persamaan Kontinuitas Menggunakan Prinsip Perbedaan Tekanan pada
Tabung Pitot. Departemen Teknik Kimia: Medan.

Anda mungkin juga menyukai