Anda di halaman 1dari 19

INTERNATIONAL PSYCHOLOGY, EDUCATION

COUNSELING& SOCIAL WORK CONFERENCE


26-28 Agustus 2017
MEDAN, INDONESIA
BRINGING PSYCHOLOGY WELLNESS:
PROMOTE SOUL, MIND& BODY

Magister Psikologi Universitas Medan Area

Collaboration with:
Play Therapy Indonesia (Ptindo)
Saffone Academy Malaysia (SAM)
Perhimpunan Konselor Indonesia Sumatera Utara (IKI ),
Perhimpunan Psikologi Indonesia Sumatera Utara (HIMPSI)
PROCEEDING
International Psychology, Education
Counselling& Social Work Conference

Theme:
“Bringing Psychology Wellness: Promote Soul, Mind& Body”

Steering Committee:
Prof. Ir. Zulkarnain Lubis, MS. PhD.
Prof.Dr.Sri Milfayetty,MS.Kons. S.Psi.

Organizing Committee:
Dr. Heri Kusmanto, MA.
Dr. Ir. Siti Mardiana, M.Si
Ir. Zulheri Noer MP.
Prof. Dr. Retna Astuti MS
Ir. H. Erwin Pane, MS.
Drs. Usman MS.
Muazzul SH. M.Hum

Reviewer:
Prof.Dr.Sri Milfayetty,MS.Kons.S.Psi.
Alfina Gustiani Siregar M.Hum
Ifdil M.Pd

Editor:
Prof. Dr. Sri MilfayettyMS.Kons.S.Psi.
Dr. Ir. Suditama, MT
Muhammad Safuan Abdullah

Published By:
Medan Area University Pres (UMA Press)
Medan Area University
Jalan Kolam No. 1. Medan Estate, 20223
Telp. 061- 7366878
E-mail: suditama@yahoo.com
ISBN: 9786021577233
All Right Reserved
No Part of This Publication May Be Reproduce Without Written Permission ofthe Publisher

ii
TABLE OF CONTENT

Page

Preface iii

Table Of Content v

PSYCHOLOGY
P.01 INTEGRATIVE HOLISTIC PROGRAM AT Amanah Surbakti 1
KINDERGARTEN AMANAH
P.02 USE OF EDMODO IN IMPROVING SELF Andy Sapta, Cecep Maulana 5
EFFICACY

P.03 HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN Cut Metia 9


SOSIAL KELUARGA DENGANPENGATURAN
DIRI DALAM BELAJAR PADA MAHASISWA

P.04 TINJAUAN LINGKUNGAN KERJA PADA PT. Endang Haryati, Fahmi Sulaiman 14
ANDHIKA INTI LAUT

P.05 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN Erlina Sari Siregar, Satriawan 20


MANAJEMEN DIRI DENGAN
PROFESIONALISME POLISI

P.06 TINJAUAN TENTANG PERILAKU Fikriyah Iftinan Fauzi, Shinta Tri 25


Anggriyani
MENYIMPANG PADA REMAJA

P.07 STUDI DESKRIPTIF TENTANG KREATIVITAS Iriani Indri Hapsari, Dwi Kencana 30
Wulan, Winda Dewi Listyasari
PADA SISWA CERDAS ISTIMEWA BERBAKAT
ISTIMEWA (CIBI)

P.08 PERAN KEHADIRAN AYAH DALAM Jontrianto, Rahmad Nur Kuniawan, 37


Hinsa Marpaung
KEHARMONISAN KELUARGA
P.09 PERAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP Juli Maini Sitepu 42
COPING STRESS PADA REMAJA

P.10 AKSES PEREMPUAN PENGUNGSI BENCANA Juliana Br Simbolon 47


GUNUNG SINABUNG DAN UPAYA
PENINGKATAN EKONOMI KELUARGA DI
KABUPATEN KARO

P.11 PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN Khairuddin, Abdul Munir, Rahmi 52


Lubis
KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
PADA KARYAWAN JNE CABANG MEDAN

v
P.12 CALLING ORIENTATION PADA PERIAS Laili Alfita 59
JENAZAH DI KOTA MEDAN

P.13 STRATEGI COPING PADA ORANG DEWASA Mariza Indah Lestari, Rahmi Lubis 66
YANG PERNAH MELAKUKAN PERCOBAAN
BUNUH DIRI

P.14 PERAN HAKIM DALAM PENERAPAN DIVERSI Marlina 73


ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN

P.15 PENGGUNAAN DESENSITISASI SISTEMATIS Mawaddah Nasution 81


UNTUK MENGURANGI FOBIA ANAK
TERHADAP KUCING (AILUROPHOBIA)

P.16 PENGARUH PERSEPSI IKLIM ORGANISASI Munisa, Suryani Hardjo, Eryanti 86


Novita
DANINTERAKSI ATASAN BAWAHAN
(LEADER MEMBER EXCHANGE) TERHADAP
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
PADA PEGAWAI

P.17 MASALAH PERILAKU DAN EMOSI PADA Nalaria Mustika Sari, Ririn Susmita 90
ANAK PENDERITA RHOTACISM (CADEL)
P.18 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA Nasriah, Erliani Harahap 94
SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU TK DI KECAMATAN
RANTAU UTARA

P.19 PERAN KETERLIBATAN POLA ASUH ORANG Paradita Kumala Lemmy, Kharida 99
Shaleha
TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
P.20 METODE DZIKIR SIRRILFATIHATI DALAM Pupun Nurapriani 105
MENGEMBANGKAN
KECERDASANEMOSIONAL REMAJA

P.21 PENGGUNAAN METODE BERCERITA Putri Bensu 110


SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DI SLB
MARDI MULYO KRETEK

P.22 KONSELING REHABILITASI TERHADAP Roy Bastian Tarigan, Ruhut Silalahi 116
PECANDU NARKOTIKA DAN OBAT
BERBAHAYA

vi
P.23 STUDI KASUS SISWA UNDERACHIEVER DI Sabrina Mentari Rezeki,Ahmad 119
Fadly Chandra
SMA YAYASAN PERGURUAN HARAPAN
MANDIRI MEDAN

P.24 PENDEKATAN PSIKOLOGI DAKWAH DALAM Siti Aishah Yahya, Fariza Md.Sham 123
MENANGANI EMOSI REMAJA HAMIL TANPA
NIKAH (RHTN)

P.25 BEHAVIOR SKILLS TRAINING UNTUK Stevie Duma, Wiwik 137


Sulistyaningsih, Elvi Andriani
MENINGKATKAN PERSONAL SAFETY Yusuf
SKILLSSEBAGAI PREVENSI TERHADAP
KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK
P.26 PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN Suryani Hardjo, Maghfirah, 143
Nafeesa
RASA AMAN TERHADAP KESIAPAN
MENGHADAPI PERUBAHAN ORGANISASI

P.27 PENGARUH KONSEP DIRI DAN Suryani Hardjo 148


KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
DENGANPENYESUAIAN SOSIAL
REMAJAYANG TINGGAL DI PENAMPUNGAN
SOS CHILDREN VILLAGE MEDAN

P.28 THE ROLE OF FAMILY ON EARLYCHILD’S Syifa Jauhar Nafisah 153


RELIGIOUS DEVELOPMENT

P.29 MEDIA SOSIAL DAN PENGARUHNYA Tri Arny Wahyu Murtiningrum, 157
Fadhlina Rozzaqyah
TERHADAP PEMBENTUKANIDENTITAS DIRI
REMAJA

P.30 PERAN MOTIF MENJALIN HUBUNGAN DI Ursa Majorsy, Indria Hapsari, Vega 162
Valentine, Aprilia Maharani
DUNIA MAYA TERHADAP ADIKSI INTERNET
PADA INDIVIDU DEWASA

P.31 HUBUNGAN PERFECTIONISM DAN FEAR OF Yenti Wijaya, Cut Metia, Azhar Azis 167
FFAILURE DENGAN PROKRASTINASI PADA
MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS
PRIMA INDONESIA

P.32 PARENTING SEBAGAI DASAR MENCAPAI Yudith Rahayu, Mela Silviana 172
Muliawati, Sakura Alwina Akbar
KELUARGA NYAMAN

P.33 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN Siti Aisyah 178


EMOSIONAL DENGAN PROFESIONAL KERJA
PADA ANGGOTA KEPOLISIAN DI POLRESTA
MEDAN

vii
P.34 POLA ASUH DEKRASI (DEMOKRASI – Nurul Amaliah, Wenny Anggraeni 183
OTORITER) DALAM PEMBENTUKAN
LITERASI PADA ANAK

COUNSELING
C.01 MANAJEMEN STRES MELALUI KONSELING Abidah Ayu Dan Hastriyani 189
Rusmana
SPIRITUAL

C.02 ORIENTASI AJARAN ISLAM MELALUI Abdul Kholik Munthe Dan Sunardi 196
Selian
KEGIATAN KONSELING PRANIKAH
UNTUKMEWUJUDKAN HARMONISASI

C.03 SHALAT TAHAJJUD SEBAGAI TERAPI Dimas Setiyawan Dan Fijri Alfatah 200
Nasution
RELIGIUS DALAM KONSELING ISLAMI

C.04 PENDAMPINGAN DAN KONSELING Elvish Simanjuntak, Kalvin 207


Surbakti
PASTORAL

C.05 PENERAPAN TEORI KONSELING TERAPI Gempur Pranata, Relcky Saragih 212
RASIONAL EMOTIF (RET) UNTUK
MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA
KELAS VIII SMP KARTIKA I-II MEDAN

C.06 KONSELING SPIRITUAL IBU YANG Ira Kesuma Dewi 217


MENGALAMI BABY BLUES SYNDROME

C.07 PROBLEM SOLVING DALAM PERSPEKTIF Lahmuddin 221


KONSELING ISLAMI

C.08 KECEKAPAN KAUNSELOR PELATIH DALAM Mohd Radhi Abu Shahim, Kamarul 228
Md Shah
MENGAMALKAN KAUNSELING PELBAGAI
BUDAYA

C.09 KAJIAN TENTANFG INTERVENSI TRAUMA: Norazlena Awang, Siti Salina, 236
Tengku Norhani
CATATAN PENGALAMAN KAUNSELOR
MENGENDALIKAN INTERVENSI DENGAN
MENGGUNAKAN
PENDEKATANKAUNSELING KREATIF

C.10 KONSELING KOGNITIF PERILAKU DALAM Nova Arnael Tarigan, Afrida Yeni 243
MENINGKATKAN SELF EFFICACY REMAJA
UNTUK BERHENTI MEROKOK

viii
C.11 BIMBINGAN KONSELING ISLAM SEBAGAI Risydah Fadilah 250
SOLUSI PERUBAHAN KARAKTER BAGI
KENAKALAN REMAJA INDONESIA DI
SEKOLAH

C.12 KERANGKA UNTUK PRAKTEK KONSELING Suardi 261


DAN DUNIA KARIR
C.13 PERAN BIMBINGAN KONSELING DALAM Yohanna Ristua, Enneng Krisna 271
Emerita Br. Tarigan
MENCEGAH TERJADINYA BULLYING PADA
SISWA SEKOLAH DASAR SWASTA
BERLIANTA MARINDAL
KECAMATANPATUMBAK KABUPATEN DELI
SERDANG

EDUCATION

E.01 MODEL CREATIVE ART DALAM BERMAIN Susi Ratnawati, Atiqah Ritonga 278
CLAY UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP UKURAN DAN
KEMANDIRIAN ANAK

E.02 STRATEGI ADAPTASI PELAKSANAAN Srie Faizah Lisnasari 288


PENDIDIKAN ANAK PENGUNGSI DI LOKASI
PENGUNGSI DI KABUPATEN KARO

E.03 HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI Salamiah Sari Dewi 292


DENGAN SOCIAL LOAFING PADA
MAHASISWAPSIKOLOGI UNIVERSITAS
MEDAN AREA

E.04 THE ROLE OF E-LEARNING TO DOWN Ruth Sarah J. Saragih, Zurisma 297
Ismayani
SYNDROME CHILDREN IN SLB YPAC MEDAN

E.05 INTERNATIONAL PSYCHOLOGYHUMAN Rury Ariyani & Noveliza Pakpahan 302


DEVELOPMENT AND FAMILY STUDIES

E.06 HUBUNGAN ANTARAADVERSITY RM Afif Handri Nabawi Dan Filia 307


Dina Anggaraeni
QUOTIENTDENGAN PRESTASI AKADEMIK
PADA ANGGOTA UNIT KEGIATAN
MAHASISWA USUSOCIETY FOR DEBATING

E.07 PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK Riris Nur Kholidah Rambe 312
ANAK USIA DINI

ix
E.08 EFEKTIVITAS PERSONAL BODY SAFETY Rety Haumahu, Raras 318
Sutatminingsih, Eka Ervika
EDUCATIONUNTUK MENINGKATKANSELF
AWARENESS ANA TERHADAP KEKERASAN
SEKSUAL

E.09 THE EFFECTIVENESS OF PSYCHODRAMA Resya Noor Diani Dan Riesa 325
Rismawati Siddik
TECHNIQUE TO INCREASE STUDENTS’ SELF-
ACCEPTANCE

E.10 PROKRASTINASI AKADEMIS PADA REMAJA Rajaniya Aini, Dores Tarigan 333
DI SEKOLAG TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA MEDAN

E.11 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPALA Pastiria Sembiring, Rahmulyani 336


SEKOLAH TERHADAP PELAYANAN BK DI
SMAN 17 MEDANT.A. 2017/2018

E.12 MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR Nurmayani, Ade Nurazmi 346


SISWA MENGGUNAKAN
MODELPEMBELAJARAN CONCEPT
SENTENCE PADA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA KELAS V SDN 060857 JL.
DURUNGMEDANT.A 2016/2017

E.13 KECEMASAN SISWA/SISWI KELAS XII SMA Neni Triastuti,Fahmi Sulaiman 350
KETIKA AKAN MENGHADAPI UJIAN AKHIR
SEKOLAH DI SMA PANCA BUDI MEDAN
TAHUN 2016

E.14 PENGARUH LAYANAN INFORMASI Nanda Sabrina, Syafdina Ismie 356


Hayati
TERHADAP PERAN KELUARGA PADA
PERGAULAN SISWA KELAS VIII SMP
SWASTA NUR IHSAN MEDAN T.A 2014/2015

E.15 HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN Anugrah Eka Putra, Mela Listya 361
Amanda, Miftahul Khairy
KECEMASAN MEMPELAJARI BAHASA
INGGRISPADA MAHASISWA

x
E.16 PENERAPAN METODE JARI MAGIC Maulidar 366
TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR
MATEMATIKA SISWA PADA MATERI
OPERASI HITUNG PERKALIAN DI KELAS II
SD NEGERI LAM URA KABUPATEN ACEH
BESAR
E.17 HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN IKLIM Masitah, Mirawati 373
SEKOLAH DENGAN PRILAKU BULLYING
SISWA SMP SWASTA BUDI AGUNG MEDAN

E.18 GAMBARAN LITERASI DIGITAL PADA M. Firman Akbar,Filia Dina 379


Anggaraeni
MAHASISWA SKRIPSI DI FAKULTAS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

E.19 PERBEDAAN ASERTIVITAS REMAJA PADA Listanty Tambunan, Tri Windi 385
Oktara, Sri Milfayetty
SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 MEDAN
DITINJAU DARI PARENTING STYLE
ORANGTUA

E.20 THE EFFECT OF DEBATE LEARNING MODEL Lisbet Sihombing 393


ON THE STUDENTS’ ACHIEVEMENT AT
SOCIALSUBJECT AT GRADE VII IN SMP
NEGERI 1 SIANTARACADEMIC YEAR
2016/2017
E.21 ANALISIS KONTRIBUSI PERAN DAN Lina Amelia 399
KOMPETENSI GURU DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER MANDIRI UNTUK ANAK USIA
DINI DI TK DI BANDA ACEH

E.22 ANGER MANAGEMENT UNTUK Rizki Rachmani,Puji Yani 407


Pratama,Yandi Cahya Yundani
MEREDUKSIPERILAKU AGERSIF SISWA

E.23 MODEL CREATIVE ART DALAM BERMAIN Khalijah, Sri Milfayetti, Nur Maida 416
Siregar
CLAY UNTUK MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN
KEMANDIRIAN ANAK

E.24 PENIGKATAN MINAT BACA SISWA SMKN 1 Kasmin Sitakar Dan Jasper 423
Sikettang
PERGETTENG GETTENG SENGKUT KELAS X
TKJ MELALUI CLASSROOM READING
PROGRAM

xi
E.25 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR Hasrian Rudi Setiawan Dan Widya 428
Masitah
MAHASISWA MELAKUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP
INVERSTIGATION PADA MATA KULIAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DI PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLA UMSU

E.26 PERAN ORANG TUA ANAK BERPRESTASI Gemala Widiyarti 433


TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI SEKOLAH

E.27 THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE Fathul Ilmi, Candra Ari Ramdhanu 436
THROUGH STORY TELLING TECHNIQUES TO
BUILDING SELF EFFICACY OF STUDENTS

E.28 PENGARUH METODE BERMAIN PERAN Fadhilah Syam Nasution, Lola Wita 441
TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL Harahap, Saadatul Awaliyah
Pasaribu
EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI TK DIAN
EKAWATI MEDAN

E.29 PENERAPAN TEKNIK BEHAVIOR UNTUK Delvi Zahara, Fina Handayani 446
MENINGKATKAN KEPEDULIAAN SISWA
PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS
VII SMP AL-HIKMAH MEDAN
TAHUNPEMBELAJARAN 2014-2015
E.30 MODEL CREATIVE ART DALAM BERMAIN Asmirani 451
CAT UNTUK MENINGKATKAN
PENGENALANKONSEP WARNA DAN
PERILAKU BERSIH ANAK

E.31 UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR Raodhatul Jannah, Fenny Adnina 459
BERDASARKANTEORI SOSIAL KOGNITIF Daulay

E.32 MODEL CREATIVE ART DALAM BERMAIN Afrimayani, Naimah Endang 464
PERAN UNTUK MENINGKATKAN Wahyuni
KEMAMPUANBERCAKAP-CAKAP DAN
PEDULI SOSIAL PADA ANAKTHE CREATIVE
ART MODEL IN ROLEPLAY TO IMPROVE
CONVERSATIONAL ABILITIES AND
CHILDREN’S SOSIAL CARE

xii
E.33 PERANAN LITERASI DI KELAS AWAL UNTUK Indah Fajarini Dan Dzu Mirratin 472
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR Firda Hidayat
TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER THINKING
SKILLS)

E.34 PENGARUH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Widya Masitah, Hasrian Rudi 477
TERHADAP HASIL BELAJAR PRAKTEK Setiawan
AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH DASAR
ISLAM TERPADU DAARUL ISTIQLAL DELI
SERDANG TAHUN AJARAN 2016-2017

E.35 GANGGUAN DEPRESI PADA REMAJA: STUDI Lailan Syafira Putri Lubis; Haiatin 481
LITERATUR Khasanatin

E.36 HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN Melly Agustria, Rahmi Lubis 491
PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA YP
MTS AL-AZHAR MEDAN

E.37 DEVELOPING MODEL OF VOCATIONAL SKILL Rejokirono 496


LEARNING MANAGEMENT TOPREPARE
MILD MENTALLY RETARDED CHILDREN IN
ENTERING THE WORLD OF WORK

E.38 SELF ADJUSTMENT OF THE MINORITY Nur’aini 500


TEENAGE PUNJAB COMMUNITY IN MEDAN

E.39 RELIGIOUS BEHAVIORAND PARENTING Nurzannah, Rasta Kurniawati Br. 504


PATTERNS OF STUDENTSOF Pinem
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF NORTH
SUMATERA FISIPOL SEMESTER VI TA. 2016-
2017 (AN APPROACH OF RELIGIOUS
PSYCHOLOGY)

E. 40 PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK: Monika Nina K. Ginting, 510


DITINJAU DARI SEGI DAMPAK DAN S.Psi.,M.Psi.
PECEGAHANNYA

E.41 PERANAN BERPIKIR KREATIF ANAK Melina Surya Dewi 516


TERHADAP PENGEMBANGAN EKSPRESI
GERAK TARI ANAK (STUDI KASUS DI
KELOMPOK B TKN JL. TEGAL-MENTENG,
JAKARTA PUSAT)

E.42 Media Sosial dan Pengaruhnya Terhadap Tri Arny Wahyu Murtiningrum 522
Pembentukan Identitas Diri Remaja Fadhlina Rozzaqyah

xiii
E. 43 COMMUNITY RESILLIENCE PADA PENYINTAS Zarina Akbar, Iriani Indri Hapsari, 528
BENCANA ALAM DI PROVINSI YOGYAKARTA & Burhanuddin Tola

E.44 THE EFFECT OF GRANTING COUNSELING ZuraidaLubis, Ira Indriyanti 535


SERVICE GROUP ENGINEERING
BIBLIOTHERAPY RET APPROACH ON
STUDENTS’ CHEATING HABITS

xiv
E.08
EFEKTIVITAS PERSONAL BODY SAFETY EDUCATION UNTUK
MENINGKATKAN SEF AWARENESS ANAK TERHADAP
KEKERASAN SEKSUAL

Rety Haumahu, Raras Sutatminingsih, Eka Ervika

a. Pendahuluan
Sejak dahulu kasus kekerasan seksual sudah menjadi fenomena di masyarakat luas
bahkan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Korban dari kekerasan seksual bukan
hanya dialami oleh orang dewasa, namun juga oleh anak. Osadan & Reid (2015)
mengatakan pelecehan seksual pada anak adalah pelecehan seksual yang terjadi ketika
pelaku baik itu dewasa, remaja, atau anak lebih tua atau lebih besar dari korban, perilaku
tersebut diantaranya memberikan gambar atau foto pornografi, menyentuh area seks,
kontak fisik yang berbau seks, dan menunjukkan alat kelamin. Pengertian kekerasan
seksual tersebut terlihat bahwa dengan memberikan gambar atau foto porno kepada anak
saja sudah dikatakan kekerasan seksual. Namun hal-hal tersebut sudah sangat mudah akses
diera yang serba canggih saat ini salah satunya melalui internet, sehingga dapat menjadi
wadah bagi pelaku kekerasan seksual untuk melakukan perbuatannya. Kasus-kasus
kekerasan seksual pada anak yang baru-baru ini diberitakan diantaranya yaitu kasus yang
dialami oleh Yuyun pada 2 April 2016. Yuyun diketahui diperkosa, kemudian dibunuh
dengan keji oleh 14 orang lelaki yang diantaranya bahkan masih berusia dibawah umur
(Vinando, 2016). Kasus lainnya yaitu kasus sodomi di Lereng gunung sumbing yang
dialami oleh 15 orang anak oleh seorang pria dewasa (Fitriana 2016). Pelaku diketahui
telah melakukan tindak keji tersebut sejak 4 tahun silam sehingga tidak dapat dipastikan
sudah berapa banyak korbannya selain 15 orang anak yang telah dilaporkan ke pihak yang
berwajib.
Kasus-kasus kekerasan seksual tersebut adalah sebagian kecil kasus yang dapat
dilacak melalui awak media. Namun demikian, berdasarkan Pusat Data dan Informasi
Komnas Perlindungan Anak yang disampaikan oleh sekeretaris Jendral Komnas PA
Samsul Ridwan statistik diperoleh informasi bahwa dari tahun 2010 sampai 2015 kasus
kekerasan yang terjadi pada anak lebih dari 50% adalah kasus kekerasan seksual. Pada
penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual terhadap anak tidak bisa
dianggap remeh. Noviana (2015) juga mengatakan dunia anak-anak yang seharusnya terisi
dengan keceriaan, pembinaan dan penanaman kebaikan, harus berputar balik menjadi
sebuah gambaran buram potret ketakutan, karena anak sekarang telah menjadi subjek
pelecehan seksual. Para pelaku dari kekerasan seksual kepada anak memang tidak selalu
dapat diterka, bahkan tidak disangka. Hal ini dikarenakan biasanya para pelaku adalah
orang-orang terdekat dari anak atau korban. Hertinjung (2009) menunjukkan data yang
didapat dari Yayasan Kakak di Surakarta bahwa kekerasan seksual pada anak paling tinggi
persentasenya dilakukan oleh tetangga yaitu sebesar 38 persen, teman 18%, guru 12%,
pacar 11%, keluarga 11%, pejabat pemerintah 2%, tidak dikenal 8%. Berbagai macam
cara dilakukan oleh para pelaku untuk menjebak anak menjadi korban, mulai dari merayu

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 318


dengan benda-benda yang menarik perhatian dan minat anak, hingga ancaman yang
membuat anak merasa tidak berdaya untuk melawan.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak mudah menjadi korban
kekerasan seksual, yaitu diantaranya faktor internal atau yang berasal dari dalam diri anak.
Qonita (2015) mengatakan penyebab dari kekerasan seksual karena anak tidak tahu dan
tidak menyadari apa yang telah dilakukan pelaku, yakni menyentuh area pribadinya,
seperti alat kelamin. Anak tidak tahu batasan-batasan area pribadi serta tidak tahu area
mana boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh. Anak juga tidak tahu sentuhan yang
layak dan tidak layak serta tidak tahu bagaimana cara melindungi dirinya. Wurtele &
Kenny (dalam Goodyear-Brown, 2012) menyebutkan bahwa faktor eksternal yaitu
orangtua juga dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan seksual pada anak, seperti
kurangnya pengetahuan dari orangtua kepada anak tentang pendidikan seksual. Jika anak
sudah menjadi korban kekerasan seksual tentunya akan mengalami dampak bagi dirinya
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek diantaranya akan
mengalami mimpi-mimpi buruk, ketakutan yang berlebihan pada orang lain, dan
konsentrasi menurun yang akhirnya berdampak pada kesehatan (Noviana, 2014).
Selanjutnya dampak jangka panjang yang paling dikhawatirkan, yaitu anak akan
melakukan hal yang sama ketika dewasa nanti. Hasil penelitian sebelumnya oleh Glasser,
at.al. (2001) menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi positif pelaku kejahatan seksual
dengan pengalamannya sebagai korban kejahatan seksual. Dengan demikian terlihat
bahwa dengan bertambahnya korban kekerasan seksual pada anak, beresiko memunculkan
kasus kekerasan selanjutnya dikemudian hari jika tidak segera ditangani sejak dini.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang guru di
salah satu sekolah X menyampaikan bahwa, guru pernah tidak sengaja mendengar
percakapan seorang anak yang dengan lugunya menceritakan kepada temannya bahwa ia
pernah melihat orangtuanya berhubungan intim dimalam hari. Selain itu salah seorang
murid laki-laki pernah kedapatan memain-mainkan alat kelaminnya kepada salah seorang
temannya diruangan kelas. Ketika ditanyakan kepada guru penyebab murid tersebut
melakukan tindakananya ia memberikan alasan karena pernah melihat orang lain
melakukannya dan ingin menirukannya. Selain itu salah satu siswa di sekolah X pernah
mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh tetangga rumah korban. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru terlihat bahwa wawasan serta kesadaran anak mengenai
kekerasan seksual masih sangat minim, bahkan kemungkinan besar tidak ada. Kurangnya
pendidikan dari lingkungan disekitarnya menyebabkan anak tidak tahu dan pada akhirnya
ia tidak menyadari perlunya perlindungan diri dari kekerasan seksual. Dengan demikian,
anak sangat membutuhkan pendidikan mengenai kekerasan seksual yang bertujuan
melindungi dirinya dari kekerasan seksual itu sendiri.
Anak sangat membutuhkan pendidikan kekerasan seks untuk melindungi diri dari
kekerasan seksual. Yahaya, at.al., (2012) mengungkapkan anak harus mendapatkan
program pendidikan yang tepat dengan demikian mereka sadar akan berbagai situasi yang
berbahaya yang mungkin berefek pada keamanan diri, sehingga anak tahu apa yang harus
dilakukan ketika menghadapi situasi tersebut. Selanjutnya, Jatmikowati, Angin, &
Ernawati (2015) mengatakan makin merebaknya kekerasan seksual terhadap anak pada
satu sisi mengingatkan para pendidik untuk waspada. Tetapi, waspada saja tidak cukup

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 319


karena juga harus diakukan langkah nyata sebagai upaya yang membuat anak mengenali
secara dini akan bahaya yang mungkin mengancam dirinya. Pemerintah saat ini
melakukan berbagai upaya untuk mencegah kekerasan seksual pada anak. Salah satu
upaya pemerintah yang dilakukan adalah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) tentang hukuman kebiri pelaku kejahatan seksual
terhadap anak (Noviansyah, 2016). Meskipun demikian ketua KPAI Asrosun Niam
mengatakan, Perpu kebiri posisinya ada di hilir dalam mata rantai kejahatan seksual
terhadap anak. Disamping hilir, perlu pencegahan dan penanganan sejak dari hulu seperti
pembangunan sistem pencegahan dini seperti memberikan pendidikan seksual pada anak.
Penelitian akan menggunakan metode pendidikan yang sasarannya langsung
diberikan kepada anak untuk dapat melindungi dirinya dari kekerasan seksual. Hal yang
sama yang juga dilakukan oleh suatu penelitian awal yang dilakukan oleh Azliza, Wan,
dan Yahaya pada tahun 2012 di Negara Malaysia dengan Judul A “Preliminary
Investigation : Chidren’s Awareness Of Child Sexual Abuse in Malaysia” dalam awal
penelitiannya menyatakan bahwa anak harus diberikan program pendidikan yang wajar
dengan demikian mereka akan aware pada setiap situasi yang mungkin saja berefek
negatif pada keamanan diri mereka dan anak menjadi tahu apa yang dapat mereka lakukan
jika menghadapi situasi negatif tersebut. Adapun Perbedaan antara penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu, jika Azliza, et.al., menggunakan alat
teknologi komputer dalam memberikan pendidikan kepada anak, maka peneliti
menggunakan manusia secara langsung. Metode pembelajaran yang hanya menggunakan
komputer memiliki kelemahan dibandingkan dengan menggunakan bantuan manusia
secara langsung diantaranya jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan
baik atau hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, maka pembelajaran
melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar anak (Wena,
2011). Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang diberikan secara langsung oleh manusia.
Adapun keunggulan dari belajar yang langsung ditangani oleh manusia adalah adanya
beragam cara metode belajar yang tercipta jika disampaikan secara langsung misalnya
adanya metode ceramah, metode bermain, metode bercerita, berdialog dan bermain peran.
Dari berbagai macam metode tersebut tentunya sangat diminati oleh anak-anak dan
bermanfaat dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosi anak. Pada penelitian ini akan
melakukan pelatihan yang bertujuan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak yaitu
dengan menggunakan metode pendidikan pencegahan kekerasan seks Personal body
safety education. Personal body safety education merupakan suatu alat dalam pendidikan
yang bertujuan untuk membantu siswa dan siswi untuk mencegah kekerasan dan
pengabaian (Thomback 2010).
Pada Personal Body Safety Education bukan hanya mengajarkan anak mengenai
kemampuan-kemampuan untuk mencegah diri terhindar dari kekerasan seksual, namun
juga mengajarkan mengenai bagaimana menjaga kesehatannya baik secara fisik maupun
psikologis serta bertanggung jawab akan tubuhnya dalam konteks kehidupan yang lebih
luas. Selain itu anak juga didorong untuk dapat mempraktekkan yang telah mereka
pelajari, dan mampu mengkomunikasikan dengan benar mengenai kekerasan seksual itu
sendiri baik dengan orangtua, keluarga, dan teman. Anak seharusnya diberikan program
pendidikan yang tepat dengan demikian mereka mampu menyadari akan sikap atau situasi

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 320


yang mengancam diri mereka dan selanjutnya mengetahui tindakan apa yang dapat
dilakukan dalam mengahadapi situasi tersebut Othman dan Yahaya (2012). Selanjutnya
Othman dan Yahaya (2012) juga mengatakan bagian-bagian dari kesadaran atau
awareness adalah bagian atau kemampuan untuk menerima, merasakan dan menyadari
objek atau suatu pola tertentu. Dengan demikian dari penjelasan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa anak memerlukan pendidikan yang tepat untuk mengajarkan mereka
mengenai pencegahan dari kekerasan seksual sehingga anak mampu menyadari akan
bahaya kekerasan seksual disekitarnya. Pada akhirnya anak bukan hanya mengetahui akan
pentingnya menjaga atau melindungi diri sendiri dari kekerasan seksual namun juga anak
mampu menerima, merasakan dan menyadari objek atau pola tertentu dari pendidikan
yang diperoleh.

b. Metodologi Penelitian
1) Rancangan Penelitian
Pada penelitian dalam penelitian ini adalah ekseperimen dengan between group/control
group design, dimana sampel dipilih secara acak untuk masuk ke dalam dua kelompok
yang berbeda yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Model rancangan
penelitian ini adalah pretest posttest control group design.
2) Subjek
Seleksi subjek penelitian dilakukan screening pada seluruh anak kelas 4 sampai 6 SD
yang bersekolah disekolah X. Setelah diberikan skala self awarenes terhadap kekerasan
seksual yang telah disusun oleh peneliti diperoleh 16 orang anak yang memenuhi kriteria
yaitu memiliki self awarenes rendah terhadap kekerasan seksual. 16 orang anak tersebut
yang menjadi subjek penelitan dan bersedia mengikuti penelitian sesuai dengan
kesepakatan yang telah dilakukan dengan peneliti, subjek dan orangtua subjek. Adapun
karakteristik subjek penelitian ini adalah : a)Anak usia 9-11 tahun, b)Bersekolah di
sekolah X, c)Sudah mampu membaca dan menulis, d) Memiliki self awaraness terhadap
kekerasan seksual yang rendah.
3) Alat ukur
Alat ukur pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang akan
digunakan dalam penelitian ini merupakan skala self awareness yang disusun sendiri oleh
peneliti. Penyusunan skala mengacu pada aspek-aspek self awareness yang dikemukakan
oleh Waitley (1997) membagi self awareness menjadi tiga aspek, yaitu environmental
self awareness, physical self awareness, dan mental self awareness.

c. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil analisa uji Mann-Whitney gain skor pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol diperoleh skor Z = - 3.376 dan skor p = .001 sehingga p< .05.
Berdasarkan analisis uji Mann-Whitney tersebut diketahui bahwa ada perbedaan antara
gain skor kelompok ekseprimen dengan gain skor pada kelompok kontrol. Artinya ada
peningkatan self awareness terhadap kekerasan seksual pada kelompok eksperimen setelah
diberikan intervensi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan intervensi personal body
safety education efektif untuk meningkatkan self awareness anak terhadap kekerasan
seksual. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tombak (2010),
bahwa personal body safety Education bertujuan mengajarkan kepada anak untuk dapat
menyadari bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban, mampu berkomunikasi,

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 321


memecahkan masalah kapan dimana,serta mampu membedakan akan kontak fisik yang
wajar dan tidak wajar dari orang lain dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Intervensi personal body safety education pada penelitian ini, materinya
dikombinasikan dengan materi dari Martyniuk & Dworkin (2011). Hal ini dilakukan atas
dasar dan tujuan menyesuaikan dengan budaya atau tempat penelitian dilakukan. Materi
tersebut terdiri dari 3 poin penting yaitu (1) Mengajarkan anak menghindari kekerasan
seksual; (2) Memberikan anak keterampilan untuk “menangkis” kekerasan seksual; (3)
Mendorong anak untuk berani mengadukan tindak kekerasan yang mereka alami. Pada
ketiga poin penting tersebut diketahui mampu meningkatkan self awareness anak terhadap
kekerasan seksual. Hal ini terlihat dari self awareness setiap subjek meningkat dari
kategori rendah menjadi kategori tinggi setelah mengikuti intervensi. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa self awareness anak terhadap kekerasan seksual dapat
ditingkatkan dengan pemberian intervensi pelatihan personal body safety education. Hal
ini tercermin dari meningkatnya selfawareness terhadap kekerasan subjek pada kelompok
eksperimen yang menerima intervensi personalbody safety education. Selanjutnya
berdasarkan analisa masing-masing aspek skala self awareness pada kelompok
ekseprimen, diperoleh data pada ketiga aspek mengalami peningkatan. Ketiga aspek
tersebut yaitu aspek environmental self awareness, physical self awareness, dan mental
self awareness. Namun peningkatan yang paling menonjol terjadi pada aspek mental self
awareness dan aspek environmental self awareness. Hal ini menunjukkan bahwa pada
proses intervensi personal body safety education yang dilakukan oleh peneliti lebih
banyak mempengaruhi mental self awareness dan environmental self awareness anak
dibandingkan aspek physical self awareness subjek. Hal ini disebabkan pada saat proses
intervensi berlangsung, pada materi yang berhubungan dengan mental self awareness dan
environmental self awareness lebih banyak menggunakan media gambar, dan video. Hal
ini menyebabkan anak lebih tertarik, mudah mengerti, serta mudah menyerap informasi
yang diberikan.. Subjek penelitian pada peneitian ini memiliki rentang usia 10 sampai
dengan 12 tahun. Piaget dalam teori perkembangannya, anak pada usia 7 sampai dengan
12 tahun berada pada tahap perkembangan operasional konkrit. Pada tahap ini anak telah
mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak
(Santrock,1998). Dengan demikian anak pada rentang usia operasional konkrit dalam
proses belajar memerlukan media belajar yang dapat dilihat secara nyata dan konkrit
sehingga lebih mudah dimengerti. Lebih lanjut Suarni (1996) mengatakan bahwa dalam
fase perkembangan anak usia sekolah dasar, anak atau siswa betul-betul pada masa yang
sangat nyata atau konkrit, dan belum dapat memahami hal-hal yang abstrak sehingga
media pembelajaran sangat penting digunakan dalam proses belajar mengajar dengan anak
yang dalam hal ini pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain karena faktor dari
metode intervensi yang diberikan, terdapat faktor lain yaitu kemampuan anak untuk
memahami physical self awareness anak itu sendiri.
Waitley (1997) mengatakan Physical self awareness merupakan kesadaran
seseorang akan tubuhnya sebagai mesin penggerak yang harus dijaga dan dikontrol dengan
baik. Anak merupakan individu yang dalam proses perkembangannya masih dalam proses
belajar. Anak masih kurang menyadari dengan jelas bagaimana seharusnya menjaga
tubuhnya sebagai suatu yang penting. Beberapa tempat di Indonesia masih dijumpai di
beberapa tempat anak-anak yang masih suka buang air kecil disembarang tempat,
bertelanjang ditempat umum, dan mandi tampak oleh banyak. Kebiasaan anak tersebut
dapat terjadi karena pengaruh kebiasaan anak dimana ia tinggal. Secara umum anak -anak
yang bersekolah disekolah X Medan merupakan anak-anak yang berada pada latar
belakang ekonomi menengah kebawah, sehingga memiliki keterbatasan ruang privasi
seperti kamar mandi, dan kamar tidur. Kondisi tersebut menyebabkan anak sulit

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 322


mengembangkan kesadaran menjaga area privasi mereka. Kebiasaan yang mereka peroleh
misalnya buang air kecil di depan rumah, mandi dan tampak oleh orang banyak, bahkan
bermain-main disekitaran rumah dalam kondisi telanjang dapat dianggap hal yang wajar.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hertinjung (2009) Psikologi lingkungan
memandang bahwa setting lingkungan suatu masyarakat tidak hanya berpengaruh secara
fisik tetapi juga secara psikologis dan sosial bagi masyarakat yang menempatinya. Setting
lingkungan dapat meliputi tata ruang secara fisik, kepadatan, ketersediaan ruang publik,
ruang personal, hingga menyangkut privasi pada setiap orang. Lebih lanjut Hertinjung
mengatakan anak-anak merupakan salah satu pihak yang menempati suatu lingkup sosial.
Pada usianya, mereka sedang mengalami proses tumbuh kembang yang sangat pesat baik
secara fisik maupun psikologis. Seting lingkungan yang tepat akan sangat mendukung
proses tersebut. Sayangnya di Indonesia masih begitu banyak dijumpai lingkungan yang
tidak berpihak pada tumbuh kembang anak secara sehat, namun justru menempatkan anak
pada kondisi penuh resiko. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan tersebut maka pada
sekolah X – Medan kemampuan anak aspek physical self awareness lebih sulit
dikembangkan dibandingkan pada kemampuan environmental self awareness dan mental
self awareness setelah diberikan pelatihan personal body safety education.

d. Kesimpulan
1. Ada peningkatan self awareness terhadap kekerasan seksual pada anak setelah
mendapatkan intervensi personal body safety education. Anak mengalami peningkatan
pada ketiga aspek self awareness yaitu environmental self awareness, physical self
awareness dan mental self awareness.
2. Dari ketiga aspek self awareness terhadap kekerasan seksual, peningkatan aspek
environmental self awareness dan mental self awareness lebih tinggi dibandingkan
aspek physical self awareness. Hal ini disebabkan pada intervensi personal body safety
education pemberian materi pada aspek environmental self awareness dan mental self
awareness tersebut lebih banyak menggunakan video dan roleplay dibandingkan aspek
physical self awareness.

e. Daftar Pustaka
Fitirana, I. (2016). Bocah korban sodomi di lereng gunung sumbing mengalami trauma. Diunduh
darihttp://regional.kompas.com/read/2016/03/16/06304511/Bocah.Korban.Sodomi.di.Lereng.Sumbing.M
engalami.Trauma. Diakses:15-06-2016
Hertinjung W. S. (2008). The dynamics of causes of child sexual abuse based on availability of personal space
and privacy. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiah.
Glasser, M ., Kolvin,i., Campbell, D., Glasser, A., Leitch,I., &Farrelly, S. (2001). Cycle of Child Sexual Abuse:
Link Between Being A Victim and Becoming A Perpetrator. British Journal of Psychiatry: 179 (6), 482-
494
Jatmikowati, T.E., Angin Ria., & Ernawati. (2015). Model Dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini
Perspektif Gender Untuk Menghindarkan Sexual Abuse. Cakrawala Pendidikan, No. 3. Diunduh dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article. Diakses 20-05-2017
Noviana, I. (2014). Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Sosio Informa, (1), 13-28. Diunduh. ejournal.kemsos.go.id.
Diakses: 22-06-2016
Martyniuk, H & Dworkin E. (2008). Child sexual abuse prevention: programs for children. Pennsylvania:
National Sexual Violence Resource Center (NSVRC). Diunduh dari www.nsvrc.org. Diakses: 22-06-
2016
Myers, A. & Hansen, C. (2006). Eksperimental psychology international student (6th ed). United States of
America: Thomas Wadsworth.
Osadan, O., & Reid, E. (2015). The important of knowingchild sexual abuse symptoms in the elementary
teacher’s work. Internatonal Journal of Humanities and Social Science. Vol. 5, No. 7(1)

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 323


Othman, A., Ahmad, W., Yahaya, W., J (2012). A preliminary investigation: children’s awareness of child
sexual abuse in malaysia. International Journal of Social Science and Humanity. 2(3), 242-247.
Diunduh. www.ijssh.org/papers/103-CH231.pdf. Diakses: 21-06-2016.
Qonita Khoiro. (2015). The effectiveness of the “me and you” program guielines for social life skills and sexual
abuse preventon efforts in preschool children. International Journal Of Technology. 3(08), 80-85.
Diunduh dari www.ijteee.org. Diakses: 20-08-2016
Santrock. 2002. Perkembangan anak. Edisi kesebelas Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Suarni, Ni Ketut. 1996. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Diktat Materi Kuliah Perkembangan dan Belajar
Peserta Didik untuk Mahasiswa D-2. PGSD FKIP Singaraja.
Tomback, R.M. (2010). Personal body safety-child abuse and neglect prevention curriculum. Maryland:Harford
County Public Schools.
Vinando, R. (2016). Kasus yuyun: pembunuhan berencana, inilah yang tidak dipahami banyak orang. Diunduh.
http://www.kompasiana.com/rickyvinandooo/. Diakses 14-06-2016.
Waitley, D. (1992). The Psychology Of Winning. United States: Little, Brown Company.
Wena, M. (2011). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Yogyakarta: Bumi Aksara.

International Psychology, Education Counseling & Social Work Conference 324

Anda mungkin juga menyukai