Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN KULIAH AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
( Pada Pertemuan Ke Empat )
Oleh . Drs.H.M.JAILANI. MSI

ALHADITS
AAAAA
Sebelum memasuki pembahasan tentang ilmu hadits, kita sebaiknya mengetahui istilah-istilah yang sering digunakan
dan merupakan kunci utama dalam mempelajari hadits,

hadits Menurut bahasa (etimologi), kata hadits ( ‫ ) الحديث‬mempunyai beberapa arti, yaituEmpat istilah yaitu
hadits, sunnah, khabar, dan atsar

Menurut bahasa (etimologi), kata hadits ( ‫ ) الحديث‬mempunyai beberapa arti, yaitu

Sesuatu yang baru dekat lawannya adalah al-qadim (lama). Artinya bahwa sesuatu itu menunjukan pada waktu
yangsingkat/dekat. Seperti :“Orang yang baru masuk Islam “

Dan khabar atau berita perkataan / ucapan, artinya warta berita,atau informasi yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain.Dalam Al-Qur’an disebutkan.“Dan terhadap nikmat Tuhanmu,maka hendaklah kamu
menyebutnyebutnya (dengan bersyukur)”.

Sedangkan dari segi istilah hadits mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut :

Menurut pengertian ahli hadits, pengertian hadits dibagi menjadi dua, yaitu pengertian hadits yang luas dan
pengertian hadits yang terbatas. Pengertian hadits yang terbatas adalah “Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan sebagainya

Menurut ahli ushul, yang dimaksud dengan ahli ushul disini adalah ahli hukum Islam (ahli ushul fiqih) dan ushul hadits.
Menurut ahli usuhul hadits adalah ;“Segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi yang bersangkutpaut dengan
hukum”

Sunnah
Sunnah menurut bahasa (etimologi), merupakan masdar dari kata yang berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi atau
adat kebiasaan, atau ketetapan, baik itu hal yang terpuji maupun tercela,baik atau pun buruk

Khabar
Dari segi bahasa khabar berarti warta atau berita. Maksudnya warta berita yang disampaikan kepada seseorang
kepada orang lain. Kata khabar adalah bentuk tunggal dan jamaknya adalah akhbar. Sinonim kata khabar adalah naba’
jamaknya adalah anba’. Menurut istilah ulama ahli hadits khabar adalah “segala bentuk berita, baik yangdatang dari
nabi, sahabat nabi, maupun dari tabiin”.

Atsar
Atsar menurut bahasa berarti “bekas atau dampak dari sesuatu”,sisa dari sesuatu, atau sesuatu yang diambil atau
dinukil. Menurutmayoritas (jumhur ulama), atsar secara istilah berarti sama dengan hadits

FUNGSI HADITS

a. Pengertian hadits

adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an,
Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.

1
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni
Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.

b. Fungsi hadits

Ada tiga fungsi sunnah atau hadis dalam ajaranIslam.

Pertama,
sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kalau ada orang yang hanya menggunakan al-Qur’an dan tidak mau
menggunakan sunnah, maka dari mana ia mengetahui bahwa salat zhuhur itu empat rakaat. Ternyata tidak ada
keterangan dalam al-Qur’an mengenai salat zhuhur empat raka’at, thawaf tujuh kali dan seterusnya. Syarat ibadah
kita diterima oleh Allah SWT ada dua, yang tercantum dalam dua kalimah syahadah. Yang pertama harus ada
keikhlasan karena Allah sebagaimana dituangkan dalam syahadat tauhid, yakni "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah".Yang kedua, syaratnya adalah harus mengikuti tuntunan Rasulullah yang dituangkan dalam syahadat
rasul, yakni "Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Oleh karena itu, tidak mungkin seorang muslim
meninggalkan hadis.

Kedua,
hadits adalah sebagai pendukung terhadap ketetapan dalam al-Qur’an. Sebagai contoh al-Qur’an secara tegas
mengharamkan riba. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Lalu datanglah hadis-hadis yang juga
mengharamkan riba.

Ketiga, hadits sebagai sumber hukum Islam. Hadis adalah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Banyak
hadis menjelaskan sesuatu yang tidak disebut dalam al-Qur’an. Salah satunya adalah tentang dihalalkannya memakan
daging binatang yang disebut dlabb. Dulu banyak yang menerjemahkan dlabb dengan biawak, padahal ternyata jauh
berbeda dengan biawak karena di Indonesia tidak ada. Penetapan halalnya binatang dlabb ini adalah berdasarkan
hadis Nabi Saw.

Jadi, kedudukan dan fungsi hadis adalah sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Sedangkan fungsinya adalah
sebagai penjelas dan penguat hukum yang ditetapkan dalam al-Qur’an, juga sebagai sumber hukum yang berdiri
sendiri yang tidak dijelaskan dalam alqur’an. Pengertian Hadits

PENJELASAN TENTANG AL HADITS

Hadits (ejaan KBBI: Hadis, Bahasa Arab: ‫ الحديث‬dengarkan (bantuan•info), transliterasi: Al-Hadîts), adalah perkataan
dan perbuatan dari NabiMuhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan
kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur'an.

Etimologi

Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/
mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW.
Menurut istilah ulama ahli hadits,[siapa?] hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arab: taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai
Nabi (Arab: bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti
segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
ketetapan ataupun hukum.[1] Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif,[2] maka kata tersebut adalah kata
benda.[3]

Struktur hadits
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).

2
Contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari
Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk
saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (hadits riwayat Bukhari)

Sanad
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang
mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran
keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah

Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya,
lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad
akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.

Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :
Keutuhan sanadnya
Jumlahnya
Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini diterapkan di dalam mengutip
berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip
hadits-hadits nabawi.

Matan
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya
sendiri"

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah:
Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang
melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
Klasifikasi hadits
Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad,
jumlah penutur (periwayat) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan)

Berdasarkan ujung sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu' (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqtu' :
Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW (contoh: hadits
sebelumnya)
Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara
perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id
(hukum waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah
(diperlakukan seperti) ayah". Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat seperti "Kami diperintahkan..",
"Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah" maka derajat hadits tersebut tidak
lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus). Contoh hadits ini adalah:
Imam Muslim meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: "Pengetahuan ini
(hadits) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".

Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai
sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan
dan tindakan Rasulullah SAW dari ucapan para sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam area
perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits).

3
Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni Musnad, Munqati', Mu'allaq, Mu'dal dan
Mursal. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan
kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya.

Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak
terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan penutur memungkinkan terjadinya transfer hadits berdasarkan
waktu dan kondisi.
Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung
kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia
menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (Contoh: "Seorang pencatat hadits
mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...."tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya
hingga Rasulullah).

Berdasarkan jumlah penutur


Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa
jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits Mutawatir dan
hadits Ahad.

Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak
terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits
mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama
berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40
orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir
lafzhy (redaksional sama pada tiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun
makna sama pada tiap riwayat)

Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir.
Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski
pada lapisan lain terdapat banyak penutur)
Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)
Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak
mencapai derajat mutawatir.

BERDASARKAN TINGKAT KEASLIAN HADITS

Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat
penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat
yakni shahih, hasan, da'if dan maudu'

Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung;
2. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga
muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
3. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak
nyata yg mencacatkan hadits.

4
Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak
sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq,
mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya,
mengandung kejanggalan atau cacat.

Hadits Maudu, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang
memiliki kemungkinan berdustJenis-jenis lain
Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain:

Hadits Matruk, yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
Hadits Mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tepercaya/jujur.

Hadits Mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang
tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi
setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut
hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat)

Hadits Mudlthorib, artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari
beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidaksama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan

Hadits Maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh perawi yang dalamnya tertukar
dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi)

Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah

Hadits Mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya

Hadits Syadz, hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi orang yang tepercaya yang
bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi yang lain.

Hadits Mudallas, disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang
memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada
gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.

Periwayat hadits yang diterima oleh Muslim

1. Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).


2. Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
3. Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H).
4. Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H).
5. Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
6. Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
7. Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal (781-855 M).
8. Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik.
9. Sunan Darimi, Ad-Darimi.

PEMBENTUKAN DAN SEJARAHNYA

Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut
didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain

5
yang tidak mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid
berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadits. Itulah pembentukan hadits.
Masa pembentukan hadits

Masa pembentukan hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun. Pada
masa ini hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau hafalan para sahabat saja. perode ini disebut al
wahyu wa at takwin. periode ini dimulai sejak muhammad diangkat sebagai nabi dan rosul hingga wafatnya (610M-
632 M)

Masa Penggalian

Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan tabi'in, dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau
632 M. Pada masa ini hadits belum ditulis ataupun dibukukan. Seiring dengan perkembangan dakwah, mulailah
bermunculan persoalan baru umat Islam yang mendorong para sahabat saling bertukar hadits dan menggali dari
sumber-sumber utamanya.

Masa penghimpunan
Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima hadits baru, seiring terjadinya
tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya hadits
palsu. Para sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan yang terlibat dalam
permusuhan tersebut, sehingga jika ada hadits baru yang belum pernah dimiliki sebelumnya diteliti secermat-
cermatnya siapa-siapa yang menjadi sumber dan pembawa hadits itu. Maka pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar
bin 'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan hadits. Masa ini terjadi pada
abad 2 H, dan hadits yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan hadits marfu' dan mana yang mauquf
dan mana yang maqthu'.

Masa pendiwanan dan penyusunan

Abad 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan hadits. Guna menghindari salah pengertian
bagi umat Islam dalam memahami hadits sebagai prilaku Nabi Muhammad, maka para ulama mulai mengelompokkan
hadits dan memisahkan kumpulan hadits yang termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi Muhammad), mana yang
mauquf (berisi prilaku sahabat) dan mana yang maqthu' (berisi prilaku tabi'in). Usaha pembukuan hadits pada masa
ini selain telah dikelompokkan (sebagaimana dimaksud di atas) juga dilakukan penelitian Sanad dan Rawi-rawi
pembawa beritanya sebagai wujud tash-hih (koreksi/verifikasi) atas hadits yang ada maupun yang dihafal. Selanjutnya
pada abad 4 H,

usaha pembukuan hadits terus dilanjutkan hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan
pembinaan maghligai hadits. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab
hadits seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk memudahkan mempelajarinya dengan sumber
utamanya kitab-kitab hadits abad ke-4 Hijriyah.
Kitab-kitab hadits

BEBERAPA ISTILAH DALAM ILMU HADITS

Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada ilmu hadits antara lain:
Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari
sumber sahabat yang sama, dikenal dengan hadits Bukhari dan Muslim
As Sab'ah berarti tujuh perawi yaitu: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam
Turmudzi, Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
As Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut di atas selain Ahmad bin Hambal(Imam Ibnu
Majah)
Al Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Imam Bukhari dan Imam
Muslim

6
Al Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari dan
Imam Muslim
Ats Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari, Imam
Muslim dan Ibnu Majah.

Anda mungkin juga menyukai