Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam medis
mempunyai peranan yang penting dalam menunjang pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) (Sanjoyo, 2013: 1). Kewajiban pengadaan rekam medis bagi setiap dokter atau dokter
gigi telah diberlakukan sejak tahun 1989 melalui Permenkes RI Nomor 749a yang telah
direvisi menjadi Permenkes RI Nomor 269 Tahun 2008 tentang rekam medis. Kewajiban
mengadakan rekam medis tersebut juga tertuang dalam UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
praktik kedokteran, termasuk di dalamnya adalah pengisian rekam medis dengan akurat,
lengkap dan tepat waktu. Disebutkan pula pada Permenkes RI Nomor 269 Tahun 2008 pasal
7 bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan rekam medis (Menkes RI, 2008: 5).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 1 ayat 1, rekam


medis adalah dokumen yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Pada dasarnya dokumen rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan dan pimpinan
sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau
penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis (Menkes RI,
2008: 6). Sedangkan isi rekam medis adalah milik pasien. Menurut Thomas (2009: 5),
informasi dalam dokumen rekam medis pasien bersifat rahasia dan tidak boleh dilepaskan
tanpa persetujuan dari pasien kecuali dalam beberapa situasi tertentu. Disebutkan dalam UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 7 bahwa setiap orang berhak memperoleh
informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit / puskesmas / tempat pelayanan kesehatan
lainnya. Tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib
administrasi tempat pelayanan kesehatan tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya
pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2006: 13). Menurut Wong dan Elizabeth (2009: 253),
pelayanan yang baik digambarkan oleh rekam medis yang baik, sedangkan rekam medis yang
kurang baik menggambarkan tingkat pelayanan medis yang kurang baik. Untuk menciptakan
pelayanan rekam medis yang baik maka diperlukan pengelolaan rekam medis yang baik yang
sesuai dengan prosedur dan pedoman (Ndabambi dkk, 2014: 4).

Sistem pengelolaan data rekam medis pada tingkat Puskesmas pada dasarnya sama
dengan rekam medis Rumah Sakit (Sarake, 2014: 82). Menurut pedoman penyelenggaraan
rekam medis Rumah Sakit, sistem pengelolaan rekam medis meliputi assembling(penataan
dan pemeriksaan dokumen rekam medis), coding(pemberian kode), indexing(tabulasi),
filing(penyimpanan) dan analysing/reporting (mengubah data menjadi informasi) (Depkes RI,
2006: 57). Pengelolaan rekam medis yang tidak dilakukan sesuai prosedur dan pedoman
dapat mengakibatkan hilangnya suatu informasi terhadap catatan rekam medis. Masalah
seperti ini dapat terjadi terhadap suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak menjalankan
sistem pengelolaan rekam medis dengan baik (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006: 1).
Menurut penelitian Wong dan Elizabeth (2009: 257), disebutkan setiap sarana pelayanan
kesehatan memerlukan manajemen dalam mengelola rekam medis agar kegiatan rekam medis
berjalan dengan baik sehingga dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan akurat untuk
menunjang kualitas pelayanan di sarana pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai