Anda di halaman 1dari 16

Hadi Kurniawan

Asyhadu bi anna muslimuun

Sabtu, 27 Oktober 2012


TUGAS DMC Apotek Babarsari Pasca Idul Adha

TUGAS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DRUG MANAGEMENT CYCLE (DMC) APOTEK PASCA IDUL ADHA

Disusun Oleh :
HADI KURNIAWAN, S.Farm.
NIM. 12811090

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


APOTEK BABARSARI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lebaran adalah nama lain dari Hari Raya umat Islam. Salah satu hari raya umat Islam
adalah hari raya Idul Adha. Lebaran Idul Adha biasa disebut “Lebaran Haji”, karena memang
pada saat itu orang Islam umumnya menunaikan ibadah Haji. Seusai shalat ied biasanya
dilaksanakan pemotongan hewan Qurban. Daging hasil sembelih itu kemudian dibagikan kepada
warga di daerah yang bersangkutan atau kepada warga yang kurang mampu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi, Polisman Sitanggung menghimbau agar
masyarakat mewaspadai kemungkinan terkena penyakit yang bersumber dari makanan/minuman
saat lebaran. Berbagai makanan disajikan saat lebaran terutama lebaran Idul Adha. Saat Idul
Adha sebagian besar warga masyarakat mendapatkan daging kurban sehingga setiap harinya
masyarakat selalu mengkonsumsi daging hewan kurban tersebut, gulai, gorengan dan makanan
berlemak lainnya serta kurang serat seperti sayur dan buah-buahan. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan berbagai penyakit akibat konsumsi daging, makanan berminyak, berlemak yang
berlebihan. Apalagi bagi seseorang yang memiliki penyakit yang bisa kambuh akibat memakan
sesuatu yang seharusnya tidak boleh dimakan. Sehingga penyakit-penyakit dapat muncul setelah
lebaran akibat pola makan yang berlebihan dan tidak teratur. Penyakit yang dapat muncul
diantaranya hiperkolesterol, hipertensi, dan konstipasi.
Apotek sebagai tempat pelayanan kesehatan dan tempat praktik profesi apoteker perlu
menyediakan perbekalan yang diperlukan masyarakat. Apoteker bertugas merencanakan dan
mengadakan obat-obatan yang diperlukan. Proses perencanaan dan pengadaan ini dapat
diprediksi dan disesuaikan dengan momen, even, musim yang akan terjadi kedepan. Ini
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi seorang apoteker bagaimana memanajemen
pengelolaan obat di apotek. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana
pengelolaan obat khususnya pasca lebaran Hari Raya Idul Adha.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis bagaimana Siklus Manajemen Obat terutama perencanaan obat di
apotek pasca Idul Adha.
2. Mengetahui dan merencanakan langkah/cara mengelola tahap-tahap dan kegiatan dalam
memanajemen/mengelola obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Drug Management Cycle Apotek


Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang merupakan suatu
siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan,
pengadaan, distribusi serta penggunaan. Pada dasarnya, manajemen obat di apotek adalah
bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan
saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat
yang diperlukan oleh dokter dan pasien selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah
cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu.
Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen
(management support) yang meliputi organisasi, keuangan atau finansial, sumber daya manusia
(SDM), dan sistem informasi manajemen (SIM). Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik
harus didukung oleh keempat faktor tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Siklus pengelolaan obat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Seleksi (Selection) dan Perencanaan
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang ada di apotek, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharui standar obat. Untuk dapat menyeleksi suatu perbekalan farmasi yang nantinya
akan direncanakan harus terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang dapat memberikan
gambaran tentang kebutuhan perbekalan farmasi apotek. Adanya proses seleksi obat mengurangi
obat yang tidak memiliki nilai terapeutik, mengurangi jumlah jenis obat dan meningkatkan
efisiensi obat yang tersedia.
Menurut WHO, tahap-tahap seleksi obat pertama kali harus membuat daftar masalah
kesehatan yang umum dialami. Setelah itu menentukan terapi standar untuk memilih obat standar
yang digunakan dan terapi non obatnya. Tahap ketiga melihat daftar obat esensial yang ada
untuk kemudian dibuat daftar obat yang berguna. Semua ini bertujuan untuk mendapatkan
ketersediaan dan penggunaan obat yang lebih rasional.
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan pada kriteria
berikut:
1. Berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit terbesar).
2. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil farmakokinetik yang
baik dan diproduksi oleh industri lokal.
3. Efektif dan aman berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat
4. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk manfaat secara
financial.
5. Jaminan kualitas termasuk bioavaibilitas dan stabilitas.
6. Sedapat mungkin sediaan tunggal.
Sedangkan menurut DOEN ada tambahan kriteria seleksi obat yaitu menguntungkan
dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien, memiliki rasio resikomanfaat yang paling
menguntungkan, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan, obat mudah diperoleh.
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk mehindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan. Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam
rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep
kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan.
Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan
menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara
efektif dan efisien. Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun
kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau
kelebihan persediaan obat serta meningkatkan penggunaan persediaan obat secara efektif dan
efisien.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan obat,
yaitu :
1. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan dan
sasaran.
2. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk
jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
3. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
4. Pertimbangan anggaran dan prioritas.
Dalam pengelolaan obat yang baik perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan
atas data yang diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu.
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat di apotek, apabila lemah
dalam perencanaan maka akan mengakibatkan kekacauan dalam siklus manajemen secara
keseluruhan, mulai dari pemborosan pengadaan dan dalam penganggaran, membengkaknya
biaya penyimpanan, tidak tersalurkannya obat sehingga obat bisa rusak atau kadaluarsa.
Perencanaan merupakan tahap awal pada siklus pengelolaan obat.
Ada beberapa macam metode perencanaan, metode konsumsi, metode epidemiologi,
serta kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi. Pemilihan metode disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia.
1. Metode konsumsi
Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat
pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun
sebelumnya. Metode ini banyak digunakan di Apotek. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
a) Pastikan beberapa kondisi berikut:
1. Dapatkah diasumsikan pola pengobatan periode yang lalu baik atau rasional?
2. Apakah suplai obat periode itu cukup dan lancar?
3. Apakah data stok, distribusi, dan penggunaan obat lengkap dan akurat?
4. Apakah banyak terjadi kecelakaan (obat rusak, tumpah, kadaluarsa) dan kehilangan obat?
5. Apakah jenis obat yang akan digunakan sama?
b) Lakukan estimasi jumlah kunjungan total untuk periode yang akan datang
1. Hitung kunjungan pasien pada periode yang lalu.
2. Lakukan estimasi periode yang akan datang dengan memperhatikan:
a. Perubahan populasi daerah cakupan pelayanan, perubahan cakupan pelayanan,
b. Pola morbiditas, kecenderungan perubahan insidensi,
c. Penambahan fasilitas pelayanan.
c) Perhitungan
1. Tentukan metode konsumsi
2. Hitung pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu
3. Koreksi hasil pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan
obat
4. Koreksi langkah sebelumnya (koreksi hasil pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap
kecelakaan dan kehilangan obat) terhadap stock out
5. Lakukan penyesuaian terhadap kesepakatan langkah1 dan 2
6. Hitung periode yang akan datang untuk tiap jenis obat
Perencanaan obat dengan metode konsumsi akan memakan waktu lebih banyak tetapi lebih
mudah dilakukan, namun aspek medik penggunaan obat kurang dapat dipantau. Kelemahannya
yaitu kebiasaan pengobatan yang tidak rasional seolah-olah ditolerir.
2. Metode morbiditas/ epidemiologi
Metode morbiditas yaitu berdasarkan pada penyakit yang ada. Dasarnya adalah jumlah
kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load), yaitu didasarkan pada
penyakit yang ada atau yang paling sering muncul dimasyarakat. Metode ini paling banyak
digunakan di rumah sakit. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu:
a) Menentukan beban penyakit
1. Tentukan beban penyakit periode yang lalu, perkirakan penyakit yang akan dihadapi pada
periode mendatang.
2. Lakukan stratifikasi/pengelompokkan masing-masing jenis, misalnya anak atau dewasa, penyakit
ringan, sedang, atau berat, utama atau alternatif.
3. Tentukan prediksi jumlah kasus tiap penyakit dan persentase (prevalensi) tiap penyakit
b) Menentukan pedoman pengobatan
1. Tentukan pengobatan tiap-tiap penyakit, meliputi nama obat, bentuk sediaan, dosis, frekuensi,
dan durasi pengobatan.
2. Hitung jumlah kebutuhan tiap obat per episode sakit untuk masing-masing kelompok penyakit.
c) Menentukan obat dan jumlahnya
1. Hitung jumlah kebutuhan tiap obat untuk tiap penyakit.
2. Jumlahkan obat sejenis menurut nama obat, dosis, bentuk sediaan, dan lain-lain.
Perencanaan dengan menggunakan metode morbiditas ini lebih ideal, namun prasyarat lebih sulit
dipenuhi. Sementara kelemahannya yaitu seringkali standar pengobatan belum tersedia atau
belum disepakati dan data morbiditas tidak akurat.
3. Metode gabungan (kombinasi)
Metode ini untuk menutupi kelemahan kedua metode diatas. Metode kombinasi berupa
perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah mempunyai data konsumsi yang mantap
namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun). Metode kombinasi digunakan untuk
mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit dan perubahan-perubahan terkait dan secara
terus menerus melakukan analisis data.
Upaya pengelolaan seleksi dan perencanaan obat di apotek dapat dilakukan dengan
perbaikan system suplai yakni dalam proses seleksi obat, misalnya seleksi terhadap pabrik obat,
pemasok (PBF), harga, dan cara pembelian / pembayaran.

2. Pengadaan (Procerement)
Pengadaan adalah suatu pelaksanaan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang
telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan, penentuan sistem
pengadaan/tender, menjaga kestabilan penganggaran, menjamin kualitas obat, mengadakan
penganggaran. Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan berdasarkan
epidemiologi, konsumsi atau gabungan keduanya dan disesuaikan dana/budget yang ada untuk
menghindari stock out yang menumpuk.
Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan dibutuhkan melalui:
1. Pembelian, secara tender/secara langsung dari pabrik.
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi.
3. Donasi/hibah.
Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga layak, mutu
baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan
tenaga yang berlebihan. Pengadaan memegang peranan yang penting, karena dengan pengadaan
akan mendapatkan obat dengan harga, mutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan Apotek.
Prinsip pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil,
akuntabel.
Adapun metode-metode pembelian obat di apotek diantaranya:
1. Kredit, yaitu pembayaran pembelian yang biasanya dilakukan 21 hari setelah barang datang.
2. COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara langsung. Biasanya dilakukan pada
pembelian obat narkotik/psikotropik ataupun pembelian obat-obatan yang memberikan bonus.
3. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran dilakukan setelah
barang sudah laku di jual di apotek.
Pembelian dengan penawaran yang kompetitif merupakan suatu metode penting untuk
mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok
yang memenuhi syarat memasarkan suatu produk tertentu yang memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan apoteker. Dalam memilih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada kriteria berikut:
harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan, dapat dipercaya, kebijakan
tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan. Akan tetapi, kriteria yang paling utama
harus selalu ditempatkan pada mutu obat dan reputasi pemanufaktur. Selain dengan pembelian,
pengadaan obat di apotek dapat pula dilakukan dengan cara produksi (contoh produksi apotek
babarsari: Alkohol dan Rivanol).

3. Distribusi (Distribution)
Merupakan kegiatan mendistribusikan obat untuk pelayanan individu dalam proses
terapi bagi pasien serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas
sumber daya yang ada, pabrik yang memproduksi dan menurut khasiat.
Distribusi obat adalah tanggung jawab Apoteker dengan bantuan AA (Asisten
Apoteker) atau tenaga teknis kefarmasian untuk memberikan kebijakan dan prosedur yang
lengkap, untuk distribusi yang aman dari semua obat. Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan
obat tetap terpelihara dan mutu obat tetap stabil. Sistem distribusi obat di apotek yaitu:
1. Distribusi langsung (Individual Praescription (IP), yaitu resep individu perorangan).
2. Distribusi panel

4. Penggunaan (Use)
Penggunaan obat merupakan proses yang meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan
obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila
memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok untuk
pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai
dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh pasien. Penggunaan obat rasional
diharapkan dapat mengurangi angka kejadian medication error (ME) dan dapat membuat biaya
yang harus ditanggung pasien jadi seminimal mungkin khususnya terkait dengan biaya obat.
Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan
mutu pengelolaan perbekalan farmasi. Sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan dan
pengambilan keputusan serta kolekting data untuk bahan evaluasi. Administrasi Perbekalan
Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi
serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. Pelaporan adalah kumpulan catatan
dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya yaitu agar tersedia data yang
akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya informasi yang akurat, arsip yang memudahkan
penelusuran surat dan laporan, mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat
perencanaan, dan agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat
dikelola secara efisien dan efektif.
Pengelolaan obat di apotek tersebut juga tidak lepas dari manajemen pendukung yang
meliputi organisasi, finansial, sistem informasi dan manusia bersumber daya yang bekerja
dengan baik hingga tercipta pengelolaan obat yang efektif, efisien dan saling mendukung.

BAB III
PEMBAHASAN

Pengelolaan manajemen obat di apotek merupakan salah satu unsur penting


dalam fungsi manajerial apotek secara keseluruhan, karena ketidakefisienan akan
memberikan dampak negatif terhadap apotek baik kelancaran proses terapi maupun secara
ekonomis. Ada banyak alasan mengapa obat perlu dikelola dengan baik dimana agar obat
tersedia saat diperlukan, kuantitas mencukupi, mutu menjamin, mendukung “good quality care”
di apotek, serta menambah pendapatan apotek. Dari sisi manjemen dan keuangan diantaranya
pengurangan beban manajemen dan administrasi, mengurangi pemborosan, menurunkan biaya
pengelolaan dan investasi obat, menghindari kekurangan obat dan menambah pendapatan apotek.
Ma na j e m e n ob at ya n g m e r up ak an s e r an gk ai an k e gi a t a n ko m pl eks ya n g
merupakan suatu siklus yang saling terkai t harus terkoordinasi dengan baik agar
masing-masing dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara satu dengan
yang lainnya akan menyebabkan tidak efisiennya system suplai dan penggunaan obat
yang ada. Tujuan manajemen obat di apotek adalah agar obat yang diperlukan
tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu yang terjamin dan
harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan obat yang bermutu.
Dalam pengelolaan obat yang baik perencanaan idealnya dilakukan dengan berdasarkan
atas data yang diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu.
Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan
strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan
dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat
mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah/menghindari
terjadinya kekurangan/kekosongan obat (stock out) atau kelebihan persediaan obat (over stock)
serta meningkatkan penggunaan persediaan obat secara efektif dan efisien (rasional).
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat, apabila lemah
dalam perencanaan maka akan mengakibatkan kekacauan dalam suatu siklus manajemen secara
keseluruhan, mulai dari pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan
dan penyimpanan, tidak tersalurkannya obat sehingga obat bisa rusak atau kadaluarsa. Badan
Pengawas Obat dan Makanan menyebutkan bahwa perencanaan kebutuhan obat adalah salah
satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan akan
mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
Perencanaan merupakan tahap awal pada siklus pengelolaan obat.
Pengelolaan obat tentunya perlu mengikuti perkembangan musim dan
disesuaikan dengan kondisi atau keadaan tertentu agar tercapai tujuan yaitu
tersedianya stok obat [stok tidak habis (stock out) maupun menumpuk berlebihan
(over stock)] sehingga apotek dapat melakukan pelayanan kepada pasien sesuai
kebutuhan pasien. Hal ini menjadi tantangan bagi pengelola apotek terutama apoteker
bagaimana mengelola apotek baik persediaan obat maupun sumber daya yang ada dan
sebagainya agar apotek tetap dapat melayani kebutuhan pasien dalam suatu momen
atau even tertentu. Momen atau even tertentu ini tentunya perlu diprediksikan oleh
apoteker agar apoteker dapat menyediakan perb ekalan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien tersebut. Perlu diingat ketika kebutuhan vital pasien dalam mendapatkan obat
maupun resep dokter banyak yang tidak terlayani hal ini sama artinya dengan
melepaskan pendapatan yang kemudian dapat menurunkan omset a potek bahkan
khawatir menjadi image bagi pasien maupun dokter apotek yang kita kelola
persediaannya tidak lengkap dan apoteker dicap tidak mampu memprediksi momen.
Momen atau even yang dibahas dalam makalah ini yaitu Pasca Hari Raya Idul
Adha. Saat lebaran Idul Adha sebagian besar masyarakat mendapatkan daging hewan
kurban, sehingga setiap harinya masyarkat mengkonsumsi makanan berlemak,
berminyak, daging, gulai serta kurang serat dari sayur -sayuran dan buah-buahan.
Akibat pola makan yang berlebihan dan ti dak teratur ini memungkinkan timbulnya
berbagai macam penyakit, terutama bagi orang yang telah memiliki riwayat maka
penyakitnya dapat kambuh. Penyakit yang dapat muncul diantaranya hiperkolesterol,
hipertensi dan konstipasi serta sebagian orang hilir mudi k dari ke kampong halaman
sehingga memerlukan aroma terapi dan antimual muntah.
Apotek harus sigap dan tanggap menghadapi fenomena ini. Apotek
merupakan tempat pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan. Apoteker
memiliki tantangan dan peluang bagaimana menyediakan perbekalan yang diperlukan
pasien sehingga perlu dilakukan proses perencanaan dan pengadaan untuk memenuhi
obat-obatan agar tetap tersedia yakni tidak kosong (stock out).
Proses seleksi dan perencanaan obat di apotek untuk pasca Idul Adha yaitu
berdasarkan pada pola penyakit (epidemiologi/morbiditas) dan data konsumsi obat periode Idul
Adha sebelumnya. Pada pasca Idul Adha penyakit yang sering terjadi yaitu penyakit degenartif
kronis seperti Hiperkolesterolemia dan Hipertensi sedangkan penyakit pencernaan seperti
Konstipasi, Antiemetik, serta kelelahan. Hal tersebut terjadi karena pasien tidak mampu
mengatur pola makan atau berlebih-lebihan dengan makanan yang tidak seimbang asupan
gizinya serta kurangnya istirahat. Jadi, metode perencanaan yang digunakan adalah metode
kombinasi konsumsi dan epidemiologi. Metode kombinasi ini digunakan untuk menutupi
masing-masing kelemahan dari metode konsumsi maupun epidemiologi. Metode kombinasi
berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah mempunyai data konsumsi yang
mantap namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun) dalam hal ini karena adanya
momen atau even tertentu yaitu Lebaran Idul Adha. Metode kombinasi digunakan untuk
mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit dan perubahan-perubahan terkait dan secara
terus menerus melakukan analisis data. Proses seleksi dan perencanaan harus diperhatikan, agar
pengadaan obat bisa dilakukan secara efektif dan efisien sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi dan apotek memperoleh keuntungan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses seleksi dan perencanaan obat pasca Idul Adha adalah metode kombinasi konsumsi dan
epidemiologi berdasarkan pola penyakit dan data konsumsi obat Idul Adha periode lalu.
B. Saran
1. Hasil perencanaan berupa daftar obat segera dilakukan pengadaan.
2. Penggunaan jumlah obat dan pola penyakit pasien pasca Idul Adha periode ini
didokumentasikan untuk dasar seleksi dan perencanaan lebaran tahun depan.

DAFTAR PUSTAKA

Quick, et al., 1997, Managing Drug Suply, 2nd Edition, Amerika: Kumarin Press.

Siregar, C.J.P, L. Amalia, 2003, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, Jakarta: EGC.

Tim Penyusun, 2007, Farmakologi dan Terapi edisi 5, Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Rencana Daftar Obat Pasca Idul Adha

Antiemetik dan
Suplemen
Kolesterol Hipertensi Konstipasi Motion
/ Vitamin
Sickness
Cholesatyrami HCT tab Dulcolax Imbost syr Vometa syr
ne (sachet) supp
Gemfibrozil Valsartan 5 mg Dulcolax Vit K Domperidon tab
300 mg (tab) (tab) tab
Simvastatin Amlodipine 5 Mycrolax Vit A Ondansentron 4
10 mg (tab) mg (tab) mg
Simvastatin Amlodopine Vegeta Vit B6 Salonpas
20 mg (tab) 10 mg (tab) herbal
Lipira Captopril Vit B1 Minyak Angin
12,5 mg
Captopril 25 Stimuno Save Care
mg
Clonodin 0,15 Vitalong C Fisher ment
mg
Diltiazem 30 Cartos Wood’s
mg
Losartan 50 Promuno Dimenhidrinat
mg
Nifedipin 10 Protecol Dramamin
mg
Propanolol 10 Supradyn Antimo
mg
CDR
Vitacimin
Enervon C
Neurodex
Dolo
Neurobion
Neurosanbe
Neurobion
5000
Hadi Kurniawan Apt di 07.32
Berbagi

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar



Beranda
Lihat versi web

Mengenai Saya

Hadi Kurniawan Apt


Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia
Just Cool Just Smile
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai