Anda di halaman 1dari 14

HAKEKAT PENELITIAN PENDIDIKAN DAN ISU EPISTEMOLOGI

DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Yang dibina oleh Dr. Parno, M.Si

Oleh
1) Rate Seftinindias Dwi Kumala NIM 192103852821
2) Yuma Tupu Dira Nerating NIM 192103752852

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Beriring salam tidak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga, kita
mampu membedakan antara baik dan buruk.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Kuantitatif yang berjudul “Hakekat Penelitian Pendidikan Dan Isu
Epistemologi Dalam Penelitian Pendidikan”. Semoga dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan yang tentunya memiliki nilai-nilai kebaikan
yang sangat tinggi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik
dan saran yang membangun kami harapkan agar makalah ini lebih sempurna.

Malang, 29 Agustus 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………. …. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………......... ii

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………..……….. 1


A. Latar Belakang ………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………......... 2
C. Tujuan Penulisan ……………..…………………………. 2

BAB II : PEMBAHASAN ………………………………………….. 3


A. Hakekat Penelitian Pendidikan ........................................... 3
B. Isu-isu Epistemologi Penelitian Pendidikan.... .................... 6

BAB III : PENUTUP ………………………………………………….. 13


A. Kesimpulan ……………………………………………… 13
B. Saran …………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang paling penting dalam
pembangunan dan kualitas sumber daya manusia, sehingga kualitas sumber
daya manusia disebuah negara tergantung dari kualitas pendidikannya. Tilaar
(2001:435) menyatakan bahwa “hakikat pendidikan adalah memanusiakan
manusia, yaitu suatu proses yang melihat manusia sebagai suatu keseluruhan
di dalam eksistensinya”
Pendidikan juga sebagai proses sosialisasi pada hakikatnya adalah
interaksi manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses
belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-ubah. Pendidikan sebagai
suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga berorientasi pada
proses agar memperoleh hasil yang optimal.
Penelitian merupakan suatu yang dapat dilakukan oleh individu dalam
pemecahan masalah dan memperoleh pengetahuan bahkan menentukan jalan
keluar dari masalah tersebut. Penelitian pada dasarnya merupakan penyidikan
yang sistematis dengan tujuan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat
untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Sugiarto, 2014: 9). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian
adalah suatu pemecahan masalah yang sistematis dengan adanya upaya untuk
mengumpulkan,mencatat, dan menganisa suatu masalah.
Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematik
untuk menguji jawaban-jawaban sementara (hipotesis) tentang permasalahan
yang diteliti melalui pengukuran yang cermat terhadap fakta-fakta secara
empiris konsep penelitian tersebut lambat laun dapat pula diterima atau
diterapkan dalam ilmu- ilmu sosial sekalipun pengukurannya dalam ilmu-ilmu
kealaman.
Dalam dunia pendidikan, dengan penelitian bisamembawa pengertian yang
semakin baik terhadap perilaku orang perseorangan, termasuk subyek didik
atau pendidik, proses belajar mengajar serta situasi atau kondisi yang bisa
membuat lebih berhasilnya proses pendidikan. Pada ilmu - ilmu tingkah laku,
penelitian mengarah pada pengembangan dan pengujian teori- teori tingkah
laku. Pemahaman terhadap tingkah laku peserta didik atau pun pendidik
semakin di perlakukan dari hasil- hasil penelitian dalam bidang pendidikan,
baik dari segi ilmu maupun prakteknya. Oleh sebab itu, dalam makalah ini
akan dibahas tentang hakikat penelitian pendidikan dan peran penelitian
pendidikan serta isu-isu epistemologi dalam penelitian pendidikan yaitu
modernism (positivism) dan postmodernism (postpositivisme).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakekat penelitian pendidikan?
2. Apa saja isu-isu epistemologi dalam penelitian pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat penelitian pendidikan
2. Untuk mengetahui isu-isu epistemologi dalam penelitian pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Penelitian Pendidikan


Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Suparmoko (1991), penelitian adalah usaha yang secara
sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan
juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia.
Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris
dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu
antarfenomena (Kerlinger, 1986: 17-18). Penelitian merupakan refleksi
dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena
alam. Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena
merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu
pertanyaan atau masalah (Indriantoro dan Supomo,1999: 16). Sedangkan
menurut Tripodi (1969) penelitian adalah suatu cara sistematik untuk
maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan
yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh
peneliti lain.
Dari beberapa pendapat diiatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berdasarkan
permasalahan yang ditemukan dengan tujuan untuk mempelajari fakta-
fakta yang baru dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat dari Schreiber (2011:2)
yang mengatakan bahwa “Research is a systematic process of active
inquiry and discovery through collecting, analyzing, and inferring from
data so that we can understand a given phenomenon in which we are
interested”.
Dalam dunia pendidikan, dengan penelitian bisa membawa
pengertian yang semakin baik terhadap perilaku orang perseorangan,
termasuk subyek didik atau pendidik, proses belajar mengajar serta situasi
atau kondisi yang bisa membuat lebih berhasilnya proses pendidikan.
Tetapi tidak semua pendidik memahami dan mengapresiasi penelitian.
Bagi sebagian orang, penelitian mungkin tampak seperti sesuatu yang
hanya penting bagi para anggota fakultas di perguruan tinggi dan
universitas. Meskipun terbukti benar bahwa para anggota perguruan tinggi
dan universitas menghargai dan melakukan penelitian, personil dalam
dunia pendidikan juga membaca dan menggunakan penelitian seperti
psikolog sekolah, kepala sekolah, anggota dewan sekolah, administrator
perguruan tinggi, dan mahasiswa pascasarjana. Terdapat tiga hal penting
dalam penelitian pendidikan (Cresswel, 2012:4):
a) Research Adds to Our Knowledge
Penelitian dapat menambah pengetahuan dan dapat berkontribusi pada
informasi yang ada tentang masalah-masalah.
b) Research Improves Practice
Penelitian juga sangat penting karena ketika melakukan penelitian,
peneliti tersebut dapat menyarankan perbaikan untuk masalah tersebut.
Sehingga dengan hasil penelitian tersebut, guru dapat menjadi
pendidik profesional yang lebih efektif.
c) Research Informs Policy Debate
Penelitian dapat membantu pendidik menjadi praktisi yang lebih baik,
dan peneliti juga dapat memberikan informasi kepada pembuat
kebijakan ketika mereka meneliti dan memperdebatkan topik
pendidikan.
Penelitian dapat dilakukan baik terhadap ilmu maupun terhadap
praktik pendidikan. Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-
dasar, teori-teroi, dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembangannya.
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan
pada aplikasi dari teori atau konsep. Penelitian tersebut tergolong sebagai
penelitian terapan (applied research). Penelitian terapan (applied
research) berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan dan
pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam
kehidupan nyata (Sukmadinata, 2013:15).
Penelitian pendidikan bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan
atau keberhasilan suatu program, sistem, model pembelajaran yang
digunakan, penerapannya dalam kelas, ketepatan penggunaan metode,
media, instrument, dan lain-lain.
Ketika para peneliti melakukan penelitian, mereka harus melalui
serangkaian langkah-langkah yang berbeda. Langkah-langkah ini
memberikan dasar untuk penelitian pendidikan, adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut (Creswell, 2012:7):
a) Identifying a research problem
Pada tahap pertama ini, peneliti mengidentifikasi topik/isu masalah
pendidikan yang harus diperbaiki.
b) Reviewing the literature
Pada tahap kedua ini, peneliti meninjau literatur yang berarti
menemukan ringkasan, buku, jurnal, dan bacaan yang mengindeks
pada suatu topik, memilih refrensi mana yang harus dimasukkan dalam
tinjauan materi, dan kemudian meringkasnya dalam laporan tertulis.
c) Specifying a purpose for research
Pada tahap ketiga ini, peneliti mulai memfokuskan topik agar mudah
mempelajarinya. Pernyataan yang terfokus dari masalah ini adalah
pernyataan tujuan diadakannya sebuah penelitian. Tujuan dari
penelitian terdiri dari mengidentifikasi maksud atau tujuan utama
sebuah pembelajaran dan memperjelasnya dalam pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang spesifik.
d) Collecting data
Pencocokan data berarti mengidentifikasi dan memilih individu-
individu untuk suatu penelaahan, mendapatkan izin pihak terkait untuk
melakukan penelitian, dan mengumpulkan informasi dengan
mengajukan pertanyaan kepada pihak terkait atau mengamati perilaku
mereka.
e) Analyzing and interpreting the data
Pada tahap ini, peneliti mulai menganalisis dan menerjemahkan data
mencakup menarik kesimpulan tentang hal itu, mempresentasikan itu
dalam table, angka-angka, dan gambar untuk meringkasnya, dan
menjelaskan kesimpulan dengan kata-kata untuk memberikan jawaban
atas pertanyaan yang terdapat dalam penelitian.
f) Reporting and evaluating research
Pada tahap terakhir ini, pelaporan penelitian melibatkan pengambilan
gambar, mengatur format laporan dalam bentuk yang dapat diterima
oleh pembaca, dan kemudia menulis laporan dengan cara penyampaian
yang tepat agar semua pembaca memahaminya. Dan melalukan
evaluasi pada penelitian yang telah dilakukan.
B. Isu Isu Epistemologi Dalam Penelitian Pendidikan
Epistemologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari
tentang sifat dari ilmu pengetahuan dan proses bagimana pengetahuan
diperoleh (Gall, 2003:13). Beberapa ahli epistemologis memiliki
ketertarikan khusus untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam ilmu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial.
Peneliti pendidikan yang menganut kontruktivisme percaya bahwa
penyelidikan ilmu harus fokus pada studi berbagai realitas sosial, karena
realitas yang diciptakan setiap individu akan berbeda ketika mereka
berinteraksi dalam lingkungan sosial. Para peneliti juga percaya bahwa
kenyataan ini tidak dapat dipelajari oleh metode analitik penelitian
positivism, karena posisi kontruktivis ini sebagian besar dikembangkan
sebagai reaksi terhadap pendekatan positivism pada penelitian ilmu sosial
yang disebut postpositivism.
1.1. Modernism (positivisme)
Positivisme muncul pada abad ke-19 dimotori oleh sosiolog
Auguste Comte, dengan buah karyanya yang terdiri dari enam jilid dengan
judul The Course of Positive Philosophy (1830-1842). Positivisme
merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang muncul paling awal dalam
ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi
realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan
yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws). Upaya penelitian,
dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada,
dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan. Modernisme
(positivisme) menolak pemikiran tradisional yang berfokus pada
pemeriksaan metafisik eksistensi, ilmu-ilmu alam yang ilahi, dan universal
dan hanya merangkul aspek-aspek yang ditegakkan sebagai objektif dan
rasional. Pemikiran dan keyakinan yang tidak bisa diotorisasi secara
obyektif dianggap takhayul dan dianggap menghambat kemajuan
positif (Schreiber, 2011: 6).
Menurut Emile Durkheim (1982:59) objek studi adalah fakta sosial
(social-fact): Fakta sosial yang dimaksud meliputi: bahasa, sistem hukum,
sistem politik, pendidikan, dan lain-lain. Sekalipun fakta sosial berasal dari
luar kesadaran individu, tetapi dalam penelitian positivisme, informasi
kebenaran itu ditanyakan oleh penelitian kepada individu yang dijadikan
responden penelitian. Untuk mencapai kebenaran ini, maka seorang
pencari kebenaran (penelitian) harus menanyakan langsung kepada objek
yang diteliti, dan objek dapat memberikan jawaban langsung kepada
penelitian yang bersangkutan.
Hubungan epistemologi ini, harus menempatkan peneliti di
belakang layar untuk mengobservasi hakekat realitas apa adanya untuk
menjaga objektifitas temuan. Karena itu secara metodologis, penelitian
menggunakan metodologi eksperimen-empirik untuk menjamin agar
temuan yang diperoleh betul-betul objektif dalam menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Mereka mencari ketepatan yang tinggi,
pengukuran yang akurat dan penelitian objektif, juga mereka menguji
hipotesis dengan jalan melakukan analisis terhadap bilangan-bilangan
yang berasal dari pengukuran.
Paradigma positivisme telah menjadi pegangan para ilmuwan
untuk mengungkapkan kebenaran realitas. Kebenaran yang dianut
positivisme dalam mencari kebenaran adalah teori korespondensi. Teori
korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan adalah benar jika
terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan tersebut. Atau
dengan kata lain, suatu pernyataan dianggap benar apabila materi yang
terkandung dalam pernyataan tersebut bersesuaian (korespodensi) dengan
obyek faktual yang ditunjuk oleh pernyataan tersebut.
1.2. Posmodernisme (post-positivisme)
Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki
kelemahan-kelemahan positivisme, yang hanya mengandalkan
kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
Postmodernisme berpendapat bahwa kebenaran itu relatif, bergantung
pada pemaknaan makna individu, dan berkembang seperti yang dilakukan
orang. Contoh postmodernisme adalah konstruktivisme, di mana realitas
dibangun secara sosial di antara individu (Schreiber, 2011: 7).
Secara epistemologis, hubungan antara pengamat atau peneliti
dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, seperti
yang diusulkan oleh aliran positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal
yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat
berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung.
Harus diakui bahwa aliran ini bukan suatu filsafat baru dalam bidang
keilmuan, tetapi memang amat dekat dengan paradigma positivisme. Salah
satu indikator yang membedakan antara keduanya bahwa postpositivisme
lebih mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi
melalui berbagai macam metode.
Observasi yang ada pada positivisme dipertanyakan netralitasnya,
karena observasi dianggap bisa saja dipengaruhi oleh persepsi masing-
masing orang. Proses dari positivisme ke post-positivisme melalui kritikan
dari tiga hal yaitu:
a. Observasi sebagai unsur utama metode penelitian,
b. Hubungan yang kaku antara teori dan bukti. Pengamat memiliki sudut
pandang yang berbeda dan teori harus mengalah pada perbedaan waktu,
c. Tradisi keilmuan yang terus berkembang dan dinamis (Salim, 2001).
Dalam bukunya John W. Creswell “Research Desigh Qualitative,
Quantitatif, and Mixed Methods Approaches Second edition” bahwa
seseorang dapat mencapai asumsi utama dari posisi ini, seperti berikut ini:
a) Pengetahuan adalah hal yang tidak dapat ditemukan oleh orang lain
(dan anti-fondasional) – kebenaran mutlak tidak dapat ditemukan. Jadi,
bukti yang ada dalam riset selalu tidak sempurna dan keliru. Ini adalah
alas an bahwa penelitian tidak membuktikan hipotesis dan sebaliknya
menunjukkan kegagalan untuk menolak.
b) Pengetahuan itu bersifat dugaan (dan anti-fondasional) – kebenaran
yang absolut tidak pernah dapat ditemukan. Dengan demikian, bukti
yang ditetapkan dalam penelitian tidak selalu sempurna. Karena alas
an inilah para peneliti tidak membuktikan hipotesis dan lebih
mengindikasikan kegagalan untuk menolak.
c) Penelitian adalah proses membuat klaim dan memurnikan atau
meninggalkan beberapa dari mereka untuk menyatakan lebih banyak
alas an yang lebih kuat.
d) Data, bukti dan pertimbangan rasional membentuk pengetahuan.
Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi tentang
instrument berdasarkan tindakan yang diselesaikan oleh peserta atau
dengan pengamatan yang didapatkan oleh peneliti.
e) Riset menganjurkan untuk mengembangkan pernyataan kebenaran
yang relevan.
f) penelitian berupaya mengembangkan pernyataan yang relevan, yang
dapat menjelaskan situasi sehingga menjadi perhatian atau yang
menggambarkan hubungan sebab akibat yang menarik. Dalam studi
kuantitatif, peneliti memajukan hubungan antar variable dan
mengajukannya dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
g) Menjadi obyektif adalah aspek penting dari penyelidikan komponen,
dan untuk alas an ini, riset harus memeriksa metode dan proses yang
harus dipertimbangkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis,
berdasarkan permasalahan yang ditemukan dengan tujuan untuk
mempelajari fakta-fakta yang baru dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Penelitian sangat erat kaitannya dengan pendidikan, karena
pendidikan merupakan sesuatu yang kompleks, dan berubah-ubah
sehingga perlu diadakannya peneliitian agar selalu terjadi pembaharuan
dalam dunia pendidikan.
Perbedaan paradigma positivisme dan postpositivisme dalam
asumsi estimologi yaitu positivisme bersifat Dualis/objektif, adalah
mungkin dan esensial bagi peneliti untuk mengambil jarak dan bersikap
tidak melakukan interaksi dengan objek yang diteliti serta nilai, faktor
bias dan faktor yang mempengaruhi lainnya secara otomatis tidak
mempengaruhi hasil studi. Sedangkan postpositivisme lebih
mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi
melalui berbagai macam metode sedangkan positivism lebih
menggunakan metodologi eksperimen-empirik untuk menjamin agar
temuan yang diperoleh betul-betul objektif dalam menggambarkan
keadaan yang sebenarnya.
B. SARAN
Sebagai seorang pendidik, kita harus melakukan penelitian agar
selalu terjadi pembaharuan dalam dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Salim. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Creswell, J.W. 2012. Educational research: planning, conducting, and evaluating
quantitative and qualitative research (4th edition). Boston: Pearson
Education, Inc.
Durkheim. 1985. Rules of Sociological Method. The Free Press 1982.
J. Schreiber, Kimberly Asner-self-educational research. John wiley & sons, Inc.
Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R 2011. Educational Research, an
introduction (7th edition). Boston: Pearson Education, Inc.
Kerlinger, F.N, 1986. Foundations of behavioral research (3th edition). new York:
Holt, Rineheart, and Winston.
Sugiarto, Eko. 2014. Menyusun Proposal Penelitian KUalitatif Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2013. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Pt.
remaja rosda karya.
Suparmoko. 1991. Pengantar ekonomi makro. BPFE: Yogyakarta.
Tilaar. 2001. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tripodi, tony., fellin, phillip., henry j. meyer. 1996. The assessment of social
research. Illlinois: F.E. peacock publishers.

Anda mungkin juga menyukai