OLEH :
RONIHARIADI
KEMENTRIAN AGAMA
KABUPATENLOMBOK TENGAH
MADRASAH TSANAWIYAH NW TANAK BEAK BARAT
PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK )
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran Discovery
Pada Siswa Kelas VII MTs NW Tanak Beak Barat TH.2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru : Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi IPA.
2. Siswa : Meningkatkan motivasi dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA
3. Sekolah : Memberikan masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil
kebijakan di sekolah tersebut.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
H. Kajian Pustaka
a. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang
dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat
kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya,
sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan
mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses
mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu,
sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi situasi
student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara
meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar
sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa
harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran tradisional
mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi
siswa.
Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
b Motivasi Belajar
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan kesiapannya
untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman,
2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang
rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan
tertentu. :Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih
baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar
untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar
individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan,
untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
I. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitianti
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif,
partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan
terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu
suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan
kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (
Riyanto, 2001)
b. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
c. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs NW Tanak Beak Barat
d. Data dan sumber
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi
berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C 6. Data untuk hasil penelian
diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas VII MTs Sebagai obyek penelitian
e. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut
:
1. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2. Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
3. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri
dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan
oleh 3 orang observer.
4. Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang
diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar
banyak materi tercakup
5. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan
semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
f. Analisis data
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk
mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang telah
dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang
telah dinilai dengan rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
Skor riil X 4
Skor maks
Keterangan:
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
4 : Skor maksimal dari tiap jawaban ( pedoman penskoran lihat lampiran )
2. sHasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis evaluasi
untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria
ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas apabila
daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah belajar apabila
mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000
dalam Aswirda 2007)
g. Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah
model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus .
Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini
adalah :
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……Adapun langkah –
langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis
untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya
pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada
dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa
yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil
refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan
perbaikan pada siklus II
Siklus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan
kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada
perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta