Disusun Oleh :
Anselma Halim
Pembimbing :
dr. Evy, SpPD
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran dan lemas 6 jam SMRS
2
Keluhan lainnya:
Pasien merasa mual, namun tidak ada muntah.
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 74 kg
TB : 172 cm
Tanda Vital:
o Tekanan darah : 110/70 mmHg
o Denyut nadi : 129x/min
o Laju pernafasan : 22x/min
o Suhu tubuh : 36,9 ºC
KEPALA / HEAD
Tengkorak : Normosefali
Wajah : DBN
Mata : Konjungtiva pucat - ; Sclera ikterik –
Mulut : Napas berbau asam (-)
3
THT : dalam batas normal
LEHER
Inspeksi :
Palpasi :
Auskultasi :
Bruit (-)
THORAX
Paru
Inspeksi :
Hemitoraks kanan dan kiri simetris pada pernapasan statis dan dinamis,
napas kussmaul (-), pektus ekskavatum (-), pektus karinatum (-)
Palpasi :
Taktil fremitus +/+, chest expansion simetris, nyeri tekan negatif.
Perkusi :
Sonor diseluruh lapang paru, batas paru normal tanpa perpanjangan batas
paru.
Auskultasi :
Vesikuler di seluruh lapang paru, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi:
Iktus kordis tak terlihat
Palpasi :
Perkusi:
Batas jantung dalam batas normal
4
Kanan (parasternal kanan ics 4-5), Kiri (midsternal kiri ics 4-5).
Auskultasi:
S1/S2 reguler, gallop -, murmur-
ABDOMEN
Inspeksi:
Datar, luka bekas operasi (-).
Auskultasi:
BU normal
Perkusi:
Timpani pada seluruh lapang abdomen.
Palpasi:
Lembut, nyeri tekan (-)
Laboratorium
Complete blood count
Hb :15.10 g/dl (13.2-17.2)
Hematocrit :45.00 % (40-50 %)
White blood cell :17.0 103 /microliter (3.8-10.6)
Platelet count :177.00 103/microliter (150.00-440.00)
Urinalisa
Warna :Kuning Kuning
Kejernihan :Jernih Jernih
Berat jenis :1025 1015-1025
pH : 6.5 6-8
Protein :- -
5
Glukosa : ++ -
Keton :- -
Urobilinogen :- -
Bilirubin :- -
Urobilin :+ +
Nitrit :- -
Blood :- -
Sedimen
Lekosit : 2-3 0-5/LPB
Eritrosit : 0-1 0-1/LPB
Epitel :+ -
Bakteri :- -
Silinder :- -
Kristal :- -
1.5 EKG
1.6 Diagnosis
Hiperglikemia (HONK) ec DM tipe 2
1.7 Tatalaksana
Medikamentosa
-OMZ inj 1 x 40 mg
-Ondansetron inj 2 x 4 mg
-Novorapid 12 unit
Non Medikamentosa
-Loading NaCl 0.9% 1 L, setelah itu 20 lpm
-Rawat Inap
-Diet DM 1900 kkal
6
1.8 Resume
Pasien, laki-laki, berusia 63 tahun, datang dengan keluhan penurunan kesadaran
dan lemas 6 jam SMRS. Pasien sempat meracau/mengigau. Pasien sudah dibawa
ke klinik dokter 24 jam dan diperiksa GDS dengan hasil 503 mg/dl dan langsung
dirujuk ke RSMC. Pasien memiliki riwayat DM yang tidak terkontrol (3 bulan putus
obat). Pasien juga mengaku merasakan mual, namun tidak ada muntah. Pada
pemeriksaan fisik, pasien dalam batas normal (tidak ada pernapasan kussmaul
maupun bau asam dari napas pasien). Pada pemeriksaan darah rutin, terdapat
leukosit yang meningkat 17.000, GDS 418 mg/dl, dan pada urinalisa terdapat
glukosa pada urin pasien.
1.9 Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia
Follow up
05/06/2017
S:
Lemas (-), nafsu makan meningkat, mual berkurang, demam (-), BAB dan BAK
normal
O:
-Tanda vital:
TD: 110/70; nadi: 80x/min; rr: 18x/min; suhu: 36.2˚C
- Mata:
Konjungtiva pucat (-)
-Thorax:
Paru: VBS +/+, rhonki -/-, wheezing-/-
Jantung: S1, S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
-Abdomen:
7
Perkusi: timpani
Palpasi: lembut, nyeri tekan -
-Pemeriksaan penunjang:
GDS: 269 mg/dl
A: Hiperglikemia pada DM tipe 2 (HONK)
P:
06/06/2017
S:
Tidak ada keluhan
O:
-Tanda vital:
TD: 110/70; nadi: 80x/min; rr: 18x/min; suhu: 36.0˚C
- Mata:
Konjungtiva pucat (-)
-Thorax:
Paru: VBS +/+, rhonki -/-, wheezing-/-
Jantung: S1, S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
-Abdomen:
8
Auskultasi: bising usus normal
Perkusi: timpani
Palpasi: lembut, nyeri tekan -
-Pemeriksaan penunjang:
GDP: 230 mg/dl
Trigliserida : 123 mg/dl
Kolesterol total: 174 mg/dl
Kolesterol HDL: 40 mg/dl
Kolesterol LDL: 109 mg/dl
Ureum: 25 mg/dl
Kreatinin: 1,04 mg/dl
Asam urat : 4,97 mg/dl
07/06/2017
S:
Tidak ada keluhan
O:
-Tanda vital:
TD: 110/70; nadi: 80x/min; rr: 18x/min; suhu: 36.1˚C
9
- Mata:
Konjungtiva pucat (-)
-Thorax:
Paru: VBS +/+, rhonki -/-, wheezing-/-
Jantung: S1, S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
-Abdomen:
-Pemeriksaan penunjang:
Hb: 14,2 gr/dl
Ht: 41%
Leukosit 5500/ul
Trombosit 134.000/ul
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Ketoasidosis diabetikum1
Ketoasidosis diabetikum (KAD) adalah kondisi
dekompensasi metabolik akibat defisiensi insulin absolute atau
relatif dan merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang serius.
Gambaran klinis utama KAD adalah hiperglikemia, ketosis, dan
asidosis metabolik. Faktor pencetus : infeksi, infark miokard akut,
pancreatitis akut, penggunaan obat golongan steroid, penghentian
atau pengurangan dosis insulin.
2.1.2 Hipoglikemia1
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah <
60 mg/dL, atau kadar glukosa darah < 80 mg/dL dengan gejala
klinis. Hipoglikemia pada DM terjadi karena :
Kelebihan obat/dosis obat : terutama insulin atau
obat hipoglikemik oral
Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun :
gagal ginjal kronik, pasca persalinan
Asupan makan tidak adekuat : jumlah kalori atau
waktu makan tidak tepat
Kegiatan jasmani berlebihan
2.1.3 Koma Hiperosmolar Non Ketotik
Koma hiperosmolar non ketotik (KHONK) adalah
nomenklatur yang direkomendasikan oleh American Diabetes
Association (ADA) untuk menekankan bahwa terdapat perubahan
tingkat kesadaran. Diagnostik dari KHIONK meliputi :
1. Glukosa plasma 600 mg/dL atau lebih
2. Osmolalitas serum 320 mOsm/kg atau lebih
3. Dehidrasi berat (biasanya 8 -12 L) dengan
peningkatan BUN
11
4. Ketonuria minimal, tidak ada ketonemia
5. Bikarbonat > 15 mEq/L
6. Perubahan dalam kesadaran
2.2 Patofisiologi
2.2.1 Patofisiologi Ketoasidosis Diabetikum2
Ketoasidosis diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan
dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
peningkatan hormone kontra regulator (glucagon, katekolamin,
kortisol dan hormone pertumbuhan); keadaan tersebut menyebabkan
produksi glukosa hati meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh
menurun, dengan hasil akhir hiperglikemia (Gambar 2).
Diantara hormone-hormon kontraregulator, glucagon yang
paling berperan dalam pathogenesis KAD. Glucagon mengambat
glikolisis dan menghambat pembentukan malonyl coA yang
merupakan penghambat creatinine acyl transferase yang bekerja
pada transfer asam lemak bebas ke dalam mitokondria. Peningkatan
glucagon akan merangsang oksidasi beta asam lemak dan
ketogenesis.
2.2.2 Patofisiologi Koma Hiperosmolar Non Ketotik2
12
Gambar 2. Patogenesis KAD dan KHONK. KAD : Ketoasidosis diabetikum,
KHONK : Koma hiperosmolar non ketotik
13
glukosa oleh jaringan perifer termasuk oleh sel otot dan sel lemak,
ketidakmampuan menyimpan glukosa pada sel hati untuk
glukoneogenesis mengakibatkan naiknya kadar glukosa darah.
Adanya hiperglikemia juga mengakibatkan timbulnya
diuresis osmotik, dan mengakibatkan menurunnya cairan tubuh
total. Dalam ruang vaskuler, dimana glukoneogenesis dan masukan
makanan terus menerus menambah glukosa, kehilangan cairan akan
semkain mengakibatkan hiperglikemia dan hilangnya volume
sirkulasi. Hiperglikemia dan peningkatan konsentrasi protein
plasma mengikuti hilangnya cairan intravaskuler menyebabkan
kedaan hiperosmolar.
2.3 Diagnosis
2.3.1 Ketoasidosis diabetikum
Tiga gejala utama dari ketoasidosis diabetikum adalah
hiperglikemia, ketosis dan asidosis.
Klinis:
pH : < 7,35
14
HCO3- : Rendah
Klinis :
Pemeriksaan fisik :
15
5. Mempunyai faktor pencetus misalnya infeksi,
penyakit kardiovaskuler, aritmia, perdarahan,
gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis, koma
hepatik dan operasi.
2.3.3 Hipoglikemia
Stadium parasimpatis
Stadium simpatik
16
Klasifikasi
hipoglikemia
Ringan Sedang Berat
Simptomatik Simptomatik Tidak selalu
Dapat diatasi sendiri Dapat diatasi sendiri simptomatik
Tidak ada gangguan Ada gangguan aktivitas Gangguan kognitif
aktifitas Tidak dapat mengatasi
sendiri
Terapi parenteral
Disertai koma atu kejang
Diagnosis
17
2.5 Penataksanaan1,2
2.5.1 Ketoasidosis diabetikum
I. Cairan :
NaCl 0,9% diberikan ± 1-2 L pada 1 jam pertama, lalu ± 1 L pada
jam kedua, lalu ± 0,5 L pada jam ketiga dan keempat, dan ± 0,25 L
pada jam kelima dan kleenam, selanjutnya sesuai kebutuhan
Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 L
Jika Na+ > 155 mEq/L ganti cairan dengan NaCl 0,45%
Jika GD mencapai 250 mg/dL ganti cairan dengan D5%
II. Insulin regular
Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
IV (0,1 U/Kg) atau IM (0,4 U/Kg), kemudian 0,1 unit/kg per jam
dengan IV drip; naikkan 2-10x lipat jika tidak ada respon dalam 2-4
jam. Jika kadar serum kalium awal <3,3 mmol/L(3,3 mEq/l) Jangan
berikan insulin hingga kalium terkoreksi hingga > 3,3 mEq/L.
III. Kalium
Jika K serum < 3,3 mEq/L, jangan berikan insulin dan berikan 40
mEq/L K/jam (2/3 KCl dan 1/3 KPO4 ) sampai K ≥ 3,3 mEq/L
Jika K ≥ 5 mEq/L, jangan berikan K tetapi cek K tiap 2 jam
Jika K serum ≥ 3,3 tapi < 5 mEq/L berikan 20-30 mEq K dalam tiap
cairan IV (2/3 KCl dan 1/3 KPO4)
IV. Natrium bikarbonat
Drip 100 mmol dalam 400 ml H2O infuse dalam 200 ml/jam bila pH
<6,9ulangi pemberian tiap 2 jam sampai pH > 7,0
Drip 50 mmol dalam 200 ml H2O infuse dalam 200 ml/jam bila pH
6,9-7,0ulangi pemberian tiap 2 jam sampai pH > 7,0
pH > 7,0 tidak diberikan
V. Tatalaksana umum
oksigen bila PO2 < 80 mmHg
antibiotika adekuat
18
pantau TD, frekuensi nadi,nafas,suhu, status mental, balans cairan
tiap 1-4 jam
keadaan hidrasi tiap jam
cairan infuse yang masuk tiap jam
19
5. Kalium, kalium darah harus dipantau dengan baik. Dengan
ditiadakan asidosis, hiperglikemia pada mulanya mungkin
tidak ada kecuali bila terdapat gagal ginjal. Kekurangan
kalium total dan terapi kalium pengganti lebih sedikit
dibandingkan KAD. Bila terdapat tanda fungsi ginjal
membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera
diberikan.
2.5.3 Hipoglikemia
Penatalaksanaan
20
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan
curiga hipoglikemia):
21
6. Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-
turut, pemantauan GDs setiap 4 jam, dengan protokol
sesuai diatas. Bila GDs > 200 mg/dL –
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5
% atau NaCI 0.9 %.
<200 0
200-250 5
250-300 10
300-350 15
>350 20
22
2. Mencegah timbulnya komplikasi menahun, ancaman timbulnya hipoglikemia
merupakan faktor limitasi utama dalam kendali glikemi pada pasien DM tipe 1 dan
DM tipe 2 yang mendapat terapi ini.
2.6 Komplikasi
2.6.3 Hipoglikemia
2.7 Prognosis
23