Anda di halaman 1dari 9

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk dan mengi (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (NANDA
Jilid 1, 2015)

2. ETIOLOGI
Adapun penyebab serangan asma antara lain:
a. Faktor Ekstrinsik (asma alergik)
Asma alergik disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal misalkan
serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur. Kebanyakan alergen terdapat
di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat
keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik.
Pemanjanan terhadap alergen mencetuskan serangan asma.
b. Faktor Intrinsik (Asma idiopatik atau nonalergik)
Asma idiopatik atau nonalergik tidak berhubungan dengan alergen spesifik.
Faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi,
dan polutan lingkungan dapat mecetuskan serangan. Beberapa agens farmakologi,
seperti aspirin dan agens antiinflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antagonis
beta-adrenergik dan agens sulfit (pengawet makanan)juga mungkin menjadi
faktor. Serangan asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronis
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.
3. KLASIFIKASI
a. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif, dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang
secara tiba-tiba. Selain itu, gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran
adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian
bawah penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakanselapur lender dan pembentukan timunan lender yang berlebihan.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adannya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasanya
terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

Klasifikasi asma berdasarkan frekuensi munculnya:


 Intermitten, yaitu gejala kurang dari 1 kali dalam seminggu dan serangan
singkat
 Persisten ringan, yaitu gejala lebih dari 1 kali dalam seminggu tapi kurang
dari 1 kali/hari
 Persisten sedang, yaitu gejala asma terjadi setiap hari
 Persisten berat, gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi.

4. GEJALA KLINIS
a. Dispnea berat (sesak nafas)
b. Retraksi dada
c. Napas cuping hidung
d. Wheezing
e. Diaphoresis
f. Sianosis
g. Kecemasan dan penurunan tingkat kesadaran, Gelisah
h. Pernapasan yang dalam dan cepat
i. Batuk produktif, sering pada malam hari
j. Tidak toleran terhadap aktifitas : makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
k. Tachipnoe, ortopnea
l. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
m. Fatigue/kelelahan

5. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible.
Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos
baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa
membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi,
dengan udara terperangkap didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-
sel mast (disebut mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini
dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan
bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus yang
sangat banyak. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis
terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang, terjadi
bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adrenergik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adrenergik dikendalikan terutama
oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor α- mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang
dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor β- mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan
menyebabakan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β-
adrenergik terjadi pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos.
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penmpilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien
terhadap petugas
b. Sistem Respirasi
Napas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit napas,
rasa tertekan di dada, ketidakmampuan untuk bernapas, ronkhi, wheezing (mengi)
sepanjang area paru atau pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi
berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi napas, bunyi pekak pada area
paru dan kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 sekaligus
c. Sistem Kardiovaskuler
Pembengkakan pada ektremitas bawah, peningkatan Tekanan darah , takikardi
berat, warna kulit/membrane mukosa normal atau cyanosis
d. Sistem Pencernaan
Mual atau muntah ketidakmampuan untuk makan karena ditress pernpasan ,
turgor kulit buruk, berkeringat, oedema dependent
e. Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua
ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemeriksaan
capillary refill time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan
otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan
f. Sistem Integumen
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer), sianosis
secara umum (hiposekmia), edema, penurunan turgor (dehidrasi)
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan, riwayat pekerjaan
dapat mengungkapkan faktor-faktor atau substansi yang mencetuskan serangan asma.
Tes kulit positif yang menyebabkan reaksi lepuh dan hebat mengidentifikasi allergen
spesifik. Riwayat positif keluarga sering kali berkaitan dengan asma alergik.
Selama periode akut, rontgen dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan pendataran
diafragma. Pemeriksaan sputum dan darah dapat menunjukkan eosinophilia (kenaikan
kadar eosinophil). Sputum dapat jernih atau berbusa (alergik), kental, putih dan
berserabut (nonalergik). Gas darah arteri menunjukkan hipoksik selama serangan
akut. Awalnya, terdapat hipokapnea dan respirasi alkalosis dan tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) yang rendah. Dengan memburuknya kondisi dan pasien
menjadi lebih letih maka PCO2 meningkat.

9. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Terdapat lima kategori pengobatan yang digunakan dalam mengobati asma yaitu
agonis beta, metilsantin, antikolinergik, kortikosteroid dan inhibitor sel mast.
a. Agonis beta
Agonis beta adalah medikasi awal yang digunakan dalam mengobati asma karena
agen ini mendilatasi otot-otot polos bronkial. Obat ini biasanya diberikan secara
parenteral atau inhalasi. Jalur inhalasi adalah jalur pilihan karena cara ini
mempengaruhi bronkiolus secara langsung dan mempunyai efek samping yang
lebih sedikit,
b. Metilsantin
Metilsantin digunakan karena mempunyai efek bronkodilatasi. Agen ini
merilekskan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus dalam jalan
napas, dan meningkatkan kontraksi diafragma.
c. Antikolinergik
Agen ini diberikan melalui inhalasi. Antikolinergik secara khusus bermanfaat
terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk agonis beta dan metilsantin karena
penyakit jantung yang mendasari.
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini diberikan secara
intravena (hidrokortison), secara oral (prednison, prednisolon), atau melalui
inhalasi (beklometason, deksametason).
e. Inhibitor sel mast
Natrium kromolin, suatu inhibitor sel mast adalah bagian integral dari pengobatan
asma. Medikasi ini diberikan melalui inhalasi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pola pemeliharaan kesehatan
Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga
pasien dengan Asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang
memungkinkan tidak terjadi serangan Asma
b. Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan
kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien sesak,
potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini
karena dispnea saat makan, laju metabolisme serta ansietas yang dialami pasien.
c. Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk,
konsistensi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.
d. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan
aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
e. Pola istirahat dan tidur
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama
pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami pasien.
Adanya wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri pasien
dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami pasien sehingga
kemungkinan terjadi serangan Asma yang berulang pun akan semakin tinggi.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk menjalankan kehidupannya secara
normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya berhubungan dengan orang lain.
h. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah ini akan menjadi
stresor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan Asma.
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah
juga akan menjadi stresor dalam kehidupan pasien.
j. Pola mekanisme dan koping
Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan
Asma maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh
terhadap kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
k. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat
meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang
Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan metode penanggulangan
stres yang konstruktif (Perry, 2005 & Asmadi 2008).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
b. Pola napastidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernapasan dan
deformitas dinding dada
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi terganggu
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksemia) kelemahan
e. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hipoksemia dan kegelisahan
4. IMPLEMENTSI
Melaksanakan implementasi sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi
keperawatan
5. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari ketujuh diagnosa:
Diagnose I : Jalan napas efektif
Diagnosa II : Pola napas efektif
Diagnosa III : Gangguan pertukaran gas teratasi
Diagnosa IV :Intoleransi aktivitas teratasi
Diagnosa V :Ansietas (kecemasan) berkurang
Diagnosa VI :Pola tidur efektif
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Gloria M,dkk.2016.Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi ke-


6.Singapore:Elsevier
Moorhead,Sue,dkk.2016.Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke-
15.Singapore:Elsevier
Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis&NANDA NIC-NOC Jilid 1.Jogjakarta:Mediaction
Smeltzer,Suzanne C dan Brenda G.Bare.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth Edisi 8 Vol.1.Jakarta:EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai