Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di akhir abad ke 20 sampai dengan awal abad ke 21, terjadilah suatu skandal
akuntansi terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Skandal ini melibatkan
perusahaan-perusahaan besar yang telah go publik di Amerika Serikat seperti
Enron, Worldcom, Adelphia, Tyco International, dan Peregrine System. Skandal ini
yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga
saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan
masyarakat terhadap pasar saham nasional. Tidak hanya pasar saham nasional
USA saja yang terpengaruh, tetapi juga segera meluas ke berbagai negara lainnya
karena harga-harga saham bursa lain serta tingkat kepercayaan masyarakat pada
pasar saham global juga anjlok secara keseluruhan. Skandal-skandal ini merupakan
contoh yang sangat menyedihkan bagaimana fraud scheme berdampak sangat
buruk bagi investor, pasar, pegawai, dan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai jawaban tuntutan publik atas terjadinya skandal perusahaan besar
yang juga ternyata melibatkan Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam
kelompok “Big Five” seperti Arthur Anderson, PWC, dan KPMG tersebut,
disahkanlah Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Akta (Undang-undang) ini
diberi nama sesuai dengan dua pencetusnya yaitu, Paul Sarbanes (Senator partai
Demokrat dari negara bagian Maryland) dan Michael G.Oxley (Representatif
partai Republik asal negara bagian Ohio).
Undang-undang ini ditandatangani dan disahkan oleh George W. Bush pada
tanggal 30 Juli 2002 dalam Ascotiation Certified Fraud Examiner (ACFE) Annual
Fraud Conference ke 14 di Chicago, Illinois. Undang-undang ini merupakan
terobosan yang sangat besar bagi penilaian corporate governance sekaligus
merupakan pelengkap Securities Act of 1933 dan 1934. Undang-undang ini
diharapkan membawa dampak yang positif bagi Akuntan Publik Bersertifikat
(CPA), Kantor Akuntan Publik (KAP), perusahaan-perusahaan yang telah go
publik, dan lain-lain.
Pada dasarnya pemerintah mengatur perusahaan melalui berbagai cara.
Tujuannya adalah agar perusahaan-perusahaan dapat bersaing secara sehat, tidak
merugikan masyaratak secara umum, dan juga tidak merusak lingkungan secara
berlebihan. Secara lebih terinci, Suradi dalam Mengenal Sarbanes Oxley Act
(SOX/SOA) menyatakan bahwa tujuan pengaturan berkaitan dengan lima hal:
1) Mengatur persaingan (regulate competition)
2) Melindungi konsumen (protect consumers)
3) Mendorong keadilan dan keselamatan (promote equity and safety)
4) Melindungi lingkungan alam (protect natural environment)
5) Adanya etika untuk mencegah dan menegakkan hukum terhadap
tindakan ilegal (ethics to deter and provide for enforcement againts
misconduct)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu SARBANES OXLEY ACT (SOA) ?
2. Bagaimana sejarah munculnya SOA ?
3. Apa aktivitas SOA pada perusahaan?
4. Apa isi SOA?
5. Apa implikasi SOA?
6. Apa kebutuhan akan penerapan SOA pada perusahaan?
7. Apa resiko tidak complience (mematuhi) SOA bagi perusahaan?
8. Bagaimana penerapan SOA di Indonesia?
9. Apa keunggulan dan keterbatasan SOA?

1.3. Tujuan Masalah


Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Untuk mengetahui apa itu SARBANES OXLEY ACT (SOA)
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya SOA
3. Untuk mengetahui apa aktivitas SOA pada perusahaan
4. Untuk mengetahui apa isi SOA
5. Untuk mengetahui apa implikasi SOA
6. Untuk mengetahui apa kebutuhan akan penerapan SOA pada
perusahaan
7. Untuk mengetahui apa resiko tidak complience (mematuhi) SOA bagi
perusahaan
8. Untuk mengetahui bagaimana penerapan SOA di Indonesia
9. Untuk mengetahui apa keunggulan dan keterbatasan SOA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. SARBANES OXLEY ACT
Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum (Undang-
Undang) di Amerika Serikat (AS) yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik
akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di
perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang baru
menerapkan aturan tersebut.

2.2. Sejarah Munculnya SARBANES - OXLEY


Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat SOx atau SOA adalah hukum federal
Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini
diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael
Oxley (Ohio) yang disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat
dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush.
Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat
terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar seperti: Enron, Tyco
International, Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner,
Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global
Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga
melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur
Andersen, KPMG dan PWC.
Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor
karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini
mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini
merupakan contoh tragis bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak
sangat buruk terhadap pasar, stakeholders dan para pegawai.
Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan beberapa
aturan pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan beberapa
self regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas
perusahaan, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan
bagi perusahaan atau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud,
serta membuat perhatian pada tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance.
Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi
semua dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik
walaupun tidak berlaku bagi perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau
bagian yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan
Perusahaan hingga hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and
Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan aturan persyaratan baru untuk
menaati hukum ini. Saat ini, corporate governance dan pengendalian internal
bukan lagi sesuatu yang mewah lagi karena kedua hal ini telah disyaratkan oleh
undang-undang.

2.3. Aktivitas SOA Pada Perusahaan


Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan
pembaharuan governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih
banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang
dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan
kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.
Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut:
a. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan
komisaris, komite audit, dan pihak manajemen.
b. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board,
sebuah dewan yang independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar
modal.
c. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC
(Securities Exchange Commision) secara signifikand. Mendefinisikan jasa
“non-audit” yang tidak boleh diberikan oleh KAP kepada klien .
d. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud
(manipulasi perusahaan).
e. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts
of interest.
f. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru

Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua


perusahaan publik untuk membuat suatu sistem pelaporan yang
memungkinkan bagi pegawai atau pengadu untuk melaporkan terjadinya
penyimpangan. Sistem pelaporan ini diselenggarakan oleh komite audit.
Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti ACFE’s
EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan
menerima dan merahasiakan pengaduan, dan memberikan informasi kepada
perusahaan agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Sistem hotlines ini akan
mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari
tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis
bagi program pencegahan fraud yang kuat.

2.4. Isi SARBANES OXLEY ACT


Secara umum SOX’s Act terdiri dari tiga bagian penting yang harus
diperhatikan oleh manajemen perusahaan publik, yaitu: Seksi 404, 906, dan
302. Peraturan ini sudah mulai dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan
publik di AS sejak dikeluarkannya peraturan tersebut, Juli 2002, namun
yang menjadi penekanan adalah seksi 302 dan seksi 404.
Seksi 404 berisi peraturan yang mewajibkan manajemen untuk menilai
internal kontrol yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya serta
pengesahan dari auditor eksternal. Seksi 906 berisi peraturan yang
mewajibkan manajemen perusahaan secara periodik untuk melaporkan
segala sesuatu menyangkut informasi keuangan yang juga tunduk kepada
peraturan bursa saham, serta menyatakan dengan benar kondisi laporan
keuangan dan hasil operasi perusahaan. SOX’s act seksi 302 berisi peraturan
yang hampir sama dengan seksi 906, tetapi seksi 302 berisi tambahan atas
pengungkapan yang berhubungan dengan pengungkapan internal kontrol dan
prsodurnya, serta internal kontrol dan penipuan/kecurangan.

Berikut ini dijelaskan beberapa bagian (section) dari Sarbanes-Oxley Act


yang perlu mendapat perhatian.

A. Seksi 101
Seksi 101 SOX mengatur tentang pembentukan dan ”administrative
provisions” dari Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB
memiliki 5 anggota yang menguasai keuangan (financially-literate), menjabat
selama 5 tahun. Dua anggota dari PCAOB harus CPA (Certified Public
Accountant), dan sisa tiga anggotanya tidak harus dan dapat bukan CPA.

B. Seksi 102
Seksi 102 SOX mengatur tentang pendaftaran atau registrasi dengan
PCAOB. Kantor akuntan publik (audit firms) yang terlibat dalam audit perusahaan
publik harus terdaftar dalam audit perusahaan publik harus terdaftar pada PCAOB.
C. Seksi 103
Seksi 103 SOX mengatur tentang auditing, pengendalian mutu, dan aturan,
aturan dan standar indenpendensi. PCAOB akan membuat standar auditing dan
standar atestasi yang berkaitan, standar pengendalian mutu, dan standar etik yang
digunakan kantor akuntan publik dalam penyusunan dan penerbitan laporan audit
dari emiten (issuers) sebagaimana yang disyaratkan oleh Sarbones-Oxley Act
(SOX) dan peraturan SEC. PCAOB akan memasukkan standar auditing suatu
persyaratan bahwa kantor akuntan publik harus menyusun dan memelihara kertas
kerja untuk periode paling sedikit 7 tahun.
D. Seksi 104
Seksi 104 SOX mengatur tentang inspeksi kantor akuntan publik. Inspeksi
pengendalian mutu tahunan harus dilakukan setiap tahun untuk kantor akuntan
publik yang melakukan audit lebih dari 100 emiten. Kantor akuntan publik yang
lain harus diinspeksi paling sedikit 3 tahun sekali. Inspeksi khusus dapat dilakukan
berdasarkan permintaan SEC atau PCAOB.
E. Seksi 105
Seksi 105 SOX mengatur tentang investigasi dan tindakan disipliner
(disciplinary procedings). Apabila PCAOB telah menentukan bahwa sebuah
kantor akuntan publik melakukan praktik yang melanggar Sarbanes-Oxley Act
(SOX), peraturan-peraturan PCAOB, atau peraturan pasar modal yang berkaitan
dengan penerbitan laporan audit, PCAOB dapat menjatuhkan sanksi, mencakup
suspensi sementara atau pencabutan (revocation) izin permanen atau dikeluarkan
dsari asosiasi akuntan publik, denda financial, pemberian hukuman (censure),
pendidikan atau pelatihan tambahan, atau sanksi lain yang diberikan berdasarkan
peraturan PCAOB.
F. Seksi 201
Seksi 201 mengatur jasa di luar ruang lingkup praktik auditor. Adalah
melanggar hukum bagi sebuah kantor akuntan publik yang memberikan jasa non
audit kepada emiten. Jasa non-audit dapat diberikan apabila jasa tersebut disetujui
terlebih dahulu oleh komite audit. Komite audit akan mengungkapkan kepada
investor dalam laporan berkala keputusannya dalam pemberian persetujuan
pendahuluan untuk jasa non-audit.
G. Seksi 203
Seksi 203 SOX mengatur rotasi partner audit. Partner yang mengepalai atau
mengkoordinasi dan partner penelaah (reviewing partner) harus dirotasikan setiap
5 tahun.
H. Seksi 204
Seksi 204 SOX mengatur tentang laporan auditor kepala komite audit.
Kantor akuntan publik harus melaporkan kepada komite audit semua :
a. Kebijakan dan praktik akuntansi kritikal yang digunakan;
b. Seluruh perlakuan alternatif dari informasi keuangan dalam prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting
Principle/GAAP) yang telah didiskusikan dengan manajemen.
I. Seksi 206
Seksi 206 SOX mengatur tentang benturan kepentingan (conflicts of
interest) CEO, kontroler, CFO, Chief Accounting Officer atau orang yang berada
dalam posisi ekuivalen tidak boleh dijabat oleh kantor akuntan publik perusahaan
selam periode satu tahun setelah audit (1 years period preceding audit).
J. Seksi 207
Seksi 207 SOX mengatur tentang studi keharusan rotasi akuntan publik
terdaftar. GAO akan melakukan studi atas pengaruh potensial dari mensyaratkan
keharusan rotasi dari kantor akuntan publik.
K. Seksi 301
Seksi 301 SOX mengatur tentang komite audit perusahaan publik. Setiap
anggota dari komite audit harus merupakan anggota independen dari board of
directors emiten. Komite audit harus secara langsung bertanggung jawab atas
penunjukan, kompensasi, dan pengawasan dari pekerjaan kantor akuntan publik
yang ditunjuk oleh emiten.
L. Seksi 302
SOX’s Act 2002 seksi 302 ini merupakan dokumen penjelasan
manajemen atas internal kontrol yang ada pada perusahaan. Pihak
manajemen yang bertanggungjawab dalam pengungkapan ini adalah direktur
utama dan direktur keuangan perusahaan.
Dibawa ini adalah contoh pernyataan manajemen:
“Kami sudah merancang internal kontrol atas laporan keungan
perusahaan kami,dan kami sudah memantau pelaksanaan internal kontrol
tersebut, dengan tujuan untuk menyediakan jaminan kepada pihak luar atas
keandalan laporan keuangan perusahaan kami, dan memberikan jaminan lebih
lanjut bahwa laporan keuangan perusahaan kami sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum di Amerika Serikat”.
M. Seksi 303
Seksi 303 SOX mengatur tentang pengaruh yang tidak tepat atas
pelaksanaan audit. Adalah melanggar hukum bagi setiap pejabat atau direktur dari
emiten melakukan tindakan apapun untuk secara curabg mempengaruhi,
memaksakan, memanipulasi, atau menyesatkan siapapun auditornya yang ditunjuk
dalam pelaksanaan suatu audit dengan tujuan untuk membuat laporan keuangan
secara material menyesatkan.
N. Seksi 404
SOX’s Act seksi 404 ini berisi kewajiban bagi manajemen perusahaan untuk
menilai internal control yang sudah dilaksanakan atas laporan keuangannya;
1) Perusahaan harus mengevaluasi internal kontrol atas laporan
keuangannya setiap tahun. Manajemen harus menyimpulkan efektifitas
dari internal kontrol setiap akhir tahun. Pihak yang bertanggungjawab
untuk mengevaluasi internal kontrol perusahaan adalah departemen
internal control/audit
2) Akuntan publik yang disewa perusahaan harus menegaskan dan
melaporkan hasil evaluasi atas internal kontrol atas laporan keuangan
perusahaan.

Seksi 404 secara khusus memberikan perhatian kepada internal kontrol


perusahaan atas laporan keuangannya. Dalam mengevaluasi internal kontrol
yang dilaksanakan perusahaan, manajemen melalui departemen internal
kontrol/audit perlu menggunakan kerangka yang disusun oleh COSO (Committee
of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission).

O. Seksi 407
Seksi 407 SOX mengatur tentang pengungkapan dari keahlian keuangan
komite audit. SEC akan menerbitkan peraturan yang mensyaratkan emiten
mengungkapkan apakah paling sedikit satu anggota dari komite audit adalah ahli
keuangan seperti yang didefinisikan dalam seksi 407 SOX.
P. Seksi 701
Seksi 701 SOX mengatur tentang studi GAO dan laporan yang berkaitan
dengan konsolidasi dari kantor akuntan publik. GAO akan melakukan studi untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menuntun konsolidasi kantor akuntan sejak
1989, pengaruh dari konsolidasi atas pembentukan modal dan pasar ekuitas, dan
solusi terhadap setiap masalah yang diidentifikasi, mencakup cara-cara untuk
meningkatkan kompetensi dan jumlah perusahaan yang mampu untuk
menyediakan jasa audit kepada organisasi usaha besar yang bergantung pada
peraturan sekuritas.
Q. Seksi 802
Seksi 802 SOX mengatur tentang hukuman kriminal untuk mngubah
dokumen. Adalah tindak pidana yang tergolong berat (felony) secara sengaja
merusak atau menciptakan dokumen untuk menghalangi (impede/obstruct) atau
mempengaruhi setiap investigasi federal yang sedang berlangsung atau akan
diadakan.
R. Seksi 806
Seksi 806 SOX mengatur tentang ”Employee Whistleblower Protection”.
Seksi 806 memungkinkan suatu aksi sipil bagi pekerja perusahaan publik yang
mendapatkan pembalasan (retailiation) dari pemberi kerja karena mengungkapkan
aktivitas illegal. Seksi 806 dari Sarbanes-Oxley Act melarang perusahaan publik
membebaskan (discharging), menurunkan jabatan (threatening), mengganggu
(harassing) atau dengan cara-cara lain melakukan diskriminasi terhadap setiap
pejabat, karyawan, kontraktor, subkontraktor, atau agen, karena suatu tindakan
yang sesuai dengan hukum (lawful act) yang dilakukan oleh orang tersebut,
memberikan informasi, menyebabkan informasi diberikan, ataupun membantu
dalam menyelidiki setiap tindakan tersebut yang melanggar hukum, seperti mail,
Wire, bank dan securities fraud.
S. Seksi 906
Sarbanes Oxley Act bagian 906 berisi :
1) CEO dan CFO melakukan sertifikasi bahwa, laporan periodik ‘fully
complies’ peraturan yang dikeluarkan oleh US SEC, informasi yang
terkandung pada laporan periodik tersebut disajikan secara wajar, dalam
keseluruhan hal yang material, terhadap kondisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan.
2) Hukuman atas penyimpangan dalam section 906 bagi individu yang
secara sadar melakukanpenyimpangan dikenakan denda sampai dengan $1
juta dan hukuman penjara sampai dengan 10 tahun. Dan, bagi individu yang
dengan sengaja dan secara sadar melakukan penyimpangan, akan dikenakan
denda sampai dengan $5 juta dan hukuman penjara sampai dengan 20 tahun.
T. Seksi 1102
Seksi 1102 SOX mengatur tentang perusakan catatan ataupun penghilangan
acara kerja (official proceeding). Setiap orang yang secara korup mengubah,
merusak (destroy/mutilate) atau menyembunyikan setiap catatan, dokumen atau
objek lain dengan maksud untuk merusak integritas objek tersebut atau
ketersediaanya untuk penggunaan dalam acara kerja pejabat atau merusak,
mempengaruhi atau menghalangi setiap acara kerja pejabat akan didenda dan/atau
dipenjarakan samapai dengan 20 tahun.

2.5. Implikasi SARBANES-OXLEY ACT


Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Perusahaan:
Perusahaan publik akan memiliki sistem pengendalian intern yang lebih baik,
sehingga akuntabilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat dipercaya
dan diandalkan.
1) Kepercayaan investor lebih meningkat.
2) Memiliki citra (image) yang positif di mata publik dan pemangku
kepentingan lainnya.
3) Membantu perusahaan untuk melakukan Good Governance
Corporation dengan baik

Manfaat Penerapan Sarbanes Oxley Bagi Konsumen:

1) Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan


2) Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan
3) Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan

2.6. Kebutuhan Akan Penerapan SOA Pada Perusahaan


Sarbaness-Oxley Act (SOA) diterbitkan untuk memproteksi kepentingan
investor dengan cara menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance), full disclosure, dan akuntabilitas dalam perusahaan
(Sarbanes dan Oxley, 2002). SOA khususnya section 404 mensyaratkan adanya
laporan manajemen tahunan (annual management report) tentang pengendalian
intern perusahaan atas pelaporan keuangan dan laporan manajemen tersebut
merupakan subjek yang akan diaudit.
Pada dasarnya SOA ditujukan kepada perusahaan publik yang terdaftar
dalam bursa saham. Namun juga dapat diterapkan pada perusahaan non-publik.
Karena Dalam SOA diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan
governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi
eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.
Perusahaan sangat perlu Sarbanes Oxley untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa perusahaan tersebut tidak ada unsur fraud (manipulasi)
didalamnya khususnya pada perusahaan publik yang harus mempunyai
kepercayaan terhadap masyarakat. Sarbanes Oxley Act juga meningkatkan
perlindungan bagi pegawai karena SOA mewajibkan semua perusahaan publik
untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai untuk
melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan hotlines ini akan
mendorong para pegawai untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari
tindakan pembalasan dari yang dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis
bagi program pencegahan frauds (manipulasi).

2.7. Resiko Tidak Complience (Mematuhi) SOA Bagi Perusahaan


2.7.1. Dalam Financial
Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan
dalam hal financial adalah dapat menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan
khususnya perusahaan publik jika ternyata terdapat fraud (manipulasi) dalam
perusahaan tersebut. Karena dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan
masyarakat dan menarik semua saham-sahamnya dan akan menyebabkan
kebangkrutan bagi perusahaan.
2.7.2. Dalam Non-Financial
Resiko tidak complience (mematuhi) terhadap SOA bagi perusahaan
dalam hal non-financial adalah dapat menyebabkan perlakuan buruk bagi
pegawai jika terjadi pengakuan/membeberkan dan memberi informasi jika
terjadi fraud (manipulasi) dan membantu investigasi di dalam perusahaan. seperti
dipecat, didemosikan, dilecehkan dan berbagai perlakuan diskrimatif lainnya.
2.8. Penerapan SOA Di Indonesia
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai perusahaan yang telah tercatat di
bursa saham dalam negeri dan luar negeri berkomitmen penuh untuk
mengembangkan dan menerapkan kebijakan serta praktek tata kelola perusahaan
dengan pembenahan internal dan pemenuhan standard internasional. Standard
internasional khususnya aturan yang ditetapkan oleh US Securities and Exchange
Commission (US SEC) yang harus diadopsi oleh PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk, sebagai salah satu perusahaan yang telah listing di New York Stock Exchange
(NYSE), adalah Sarbanes Oxley Act (SOA).
Sistem pengendalian internal yang tercantum dalam Sarbanes Oxley Act
merupakan unsur penting dalam praktek Good Corporate Governance. PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk saat ini menerapkan tiga section Sarbanes Oxley
Act, yaitu section 302, section 404, dan section 906. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan tiga section tersebut dapat diterapkan sebagai langkah awal
implementasi Sarbanes Oxley Act. Sedangkan untuk section lainnya, kemungkinan
di masa mendatang juga akan diterapkan secara bertahap bila perusahaan telah
mampu menjalankan tiga section tersebut dengan lengkap dan benar, serta adanya
pertimbangan manajemen terhadap benefit yang diperoleh.

2.9. Keunggulan Dan Keterbatasan SOA


2.9.1. Keunggulan Penerapan SOA
1) Tanggung Jawab Perusahaan
Undang-undang ini menekankan dan meminta perusahaan untuk
bertanggungjawab secara terafiliasi. Manajemen harus membuat pernyataan
bahwa laporan keuangan telah disajikan secara akurat dan tidak menimbulkan
salah tafsir. Selain itu, pernyataan manajemen juga harus mencakup bahwa laporan
keuangan yang disajikan telah menerapkan sistem pengawasan internal yang sehat.
Komite Audit harus berperan aktif antara lain dengan melakukan pengawasan ketat
terhadap auditor, melakukan pemisahan antara audit service dengan non-audit
service, dan melakukan persetujuan dan pengungkapan atas semua jasa non-audit.
2) Auditor
Walaupun selama ini sudah diatur tentang independensi akuntan publik
tetapi dalam undangundang ini diperketat lagi kewajiban mempertahankan
independensi akuntan dan membentuk Dewan Pengawas Akuntan Publik. Undang-
undang ini melarang pemberian jasa non-audit diluar jasa perpajakan dan juga
mencantumkan adanya kewajiban untuk melakukan tugas bergilir terhadap
pelaksana dan penanggung jawab audit.
3) Perluasan Pengungkapan
Dalam undang-undang ini ada beberapa hal yang wajib diungkapkan, antara
lain: penilaian setiap tahun oleh manajemen dan auditor terhadap sistem
pengawasan internal, kewajiban untuk menyajikan laporan proforma, pelaporan
transaksi saham internal dalam jangka waktu dua hari, pengungkapan semua
pembiayaan yang bersifat off-balance sheet dan pembiayaan yang bersifat
kontingensi (seperti pada industri perbankan), dan beberapa informasi tertentu
yang dianggap penting harus di laporkan secara real time.
4) Analis Saham
Analis saham harus mendapatkan pengungkapan terhadap informasi yang
berkenaan dengan kemungkinan adanya konflik kepentingan (conflict of interest).
5) Securities Exchange Committee (SEC)
SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan,
meningkatkan kekuasaan untuk memaksa perusahaan melaksanakan peraturannnya
dan menaikkan biaya hukuman terhadap setiap pelanggaran UU pasar modal.
2.9.2. Keterbatasan SOA
Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian
internal terbukti dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses
pelaporan frauds yang disaksikan oleh pegawai dan perlindungan terhadap pegawai
tersebut atas pelaporannya. Tapi sayangnya SOA memiliki beberapa kelemahan,
yang pertama adalah memfokuskan pada pemberian sanksi dan perlakuan terhadap
subject, namun pada kenyataanya kebanyakan kasus fraud yang terjadi bukan
hanya terjadi karena individu yang melakukannya (Moral Hazard) tapi lebih
dikarenakan adanya permainan dalam sistem.
Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang berarti
kebanyakan kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi karena masing-
masing individu, yang seharusnya menerapkan prinsip internal controls ini dengan
baik, dengan sengaja melakukan pelanggaran dan bersepakat secara bersama-sama
menyeleweng. Dan sampai saat ini belum ada sistem yang dapat menakut-nakuti
orang-orang yang memiliki peluang untuk melakukan kecurangan baik dalam
lingkup manajemen ataupun individu.
Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk
dipopulerkan. Ini terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di
Amerika yang secara menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa
kasus fraud lebih parah dan sampai-sampai menyebabkan kerusakan ekonomi
global. Ada komponen lain yang menyebabkan internal controls tidak berjalan
secara semestinya, yaitu ketika moral hazard atas individu yang terjadi dalam
sebuah perusahaan sudah tersistem. Contoh kasusnya adalah AIG yang merupakan
salah satu perusahaan asuransi besar didunia. Hedge Fund dan peluang
pengendalian uang yang besar oleh manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk
melakukan skandal keuangan.
Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya
dilakukan oleh komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan
pengontrolan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis terhadap
kondisi sebuah perusahaan yang sudah dianggap baik haruslah ditingkatkan.
Inspeksi keuangan pada sebuah perusahaan harus dilakukan secara berkala agar
pendeteksian kecurangan bisa ditemukan lebih awal. Pembuatan regulasi dan
sanksi luar biasa dalam pengendalian moral hazard harus dilakukan agar tidak
terjadi suatu kegagalan sistemik yang akan mengakibatkan semua instrument
pengendalian baik regulasi pemerintah, kode etik perusahaan, maupun nilai-
nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki lagi dari awal.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sarbanes Oxley Act bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor
pasca skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan2 besar di Amerika. Secara
umum SOA mengatur tentang Akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan
governance, yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai
manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan komite audit
yang independen, pembatasan kompensasi eksekutif dan lain-lain. Sehingga pada
intinya SOA memberikan persyaratan bagi sebuah perusahaan terhadap
pengendalian internalnya.
Perdebatan mengenai untung rugi penerapan SOA masih terus terjadi. Para
pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting
untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional dengan
antara lain memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para
penentangnya berkilah bahwa SOA tidak diperlukan dan campur tangan
pemerintah dalam manajemen perusahaan menempatkan perusahaan-perusahaan
pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno.2012. Auditing Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat.

Arens, dkk.2010. Auditing and Assurance Service, An Integrated Approach, 19th


Edition. New Jersey : Practice Hall, Englewood Cliffs .

Suradi. 2011. Artikel Mengenal Sarbanes Oxley Act (Sox/Soa).


www.bppk.depkeu.go.id/bdk/.../146_ARTIKEL-SOA-WEB.pdf

Anda mungkin juga menyukai