Anda di halaman 1dari 19

PENGANGKUTAN AIR PADA TUMBUHAN

Oleh:
Kelompok 2
Roris Agafta (12222093)
Selpia Jayanti (122209)
Uswatun Hasanah (12222113)

Dosen Pembimbing:
Fitratul Aini, M. Kes.

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat penting
untuk melakukan proses metabolisme dalam tubuhnya. Adapun zat-zat yang
dibutuhkan oleh tumbuhan antara lain air, garam mineral, oksigen, dan karbon
dioksida yang bisa diperoleh dari luar tubuh tumbuhan. Melalui
daun, tumbuhan dapat memperoleh oksigen dan karbon dioksida.
Sedangkan melalui ujung akar dan buluh-buluh akar, air dan garam mineral
dapat diangkut tumbuhan ke dalam tubuhnya. Untuk mengangkut air dan
garam mineral, tumbuhan memerlukan suatu proses pengangkutan.
Pengangkutan zat ini dilakukan oleh jaringan pengangkut yang melewati
berkas pembuluh. Walaupun begitu, ada juga pengangkutan air dan garam
mineral yang tidak diangkut secara langsung melalui berkas pembuluh, tetapi
di luar berkas pembuluh xilem dan floem.
Dalam kehidupan sehari-hari terjadi banyak hal yang berkaitan dengan
tumbuhan dan air. Misalnya transpirasi, kohesi air, dan pengaruh potensial air.
Ketiga hal tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dalam
proses pengangkutan air dari dalam tanah menuju ke daun. Pengangkutan air
ini dilakukan oleh bagian tumbuhan, baik akar, batang maupun daun.
Pengangkutan air ini selalu dikaitkan dengan akar dan jarang dikaitkan dengan
batang ataupun daun. Meskipun pada kenyataannya daun dan batang juga
memiliki pengaruh yang cukup penting dalam proses penyerapan air
(Salisbury, 1995).
Proses pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan
berawal dari air di dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh rambut akar.
Air mengalir karena ada perbedaan kepekatan (konsentrasi) cairan di antara sel.
Air tanah mempunyai kepekatan larutan yang lebih encer dibandingkan dengan
cairan sel sehingga air tanah dapat masuk ke rambut akar. Air yang masuk ini
mengakibatkan sel tumbuhan mengembang. Air didorong keluar dari satu sel
ke sel berikutnya sampai ke pembuluh kayu. Selanjutnya, air diangkut oleh
pembuluh kayu melalui batang sampai ke daun. Naiknya air ke daun
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Dwidjoseputro, 1994).
Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui dan memahami bagaiamana
proses pengangkutan air pada tumbuhan dapat berlangsung serta hal-hal apa
saja yang berhubungan dengan proses pengangkutan air, kami akan mencoba
membahasnya secara jelas dan rinci dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Pengangkutan Air


Pengangkutan air pada tumbuhan tingkat tinggi seperti pada tumbuhan
biji dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu:
1. Pengangkutan Ekstravasikuler
Pengangkutan ini dilakukan di luar berkas pengangkut, maka disebut
pengangkutan ekstravasikuler. Zat yang diangkut adalah air dan garam-garam
mineral. Dalam perjalanan menuju silinder pusat, air akan bergerak secara
bebas diantara ruang antar sel. Pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah
di luar berkas pembuluh ini dilakukan melalui 2 proses, yaitu:
a. Pengangkutan Apoplas
Pengangkutan apoplas adalah menyusupnya air tanah secara difusi
bebas atau transport pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan,
misalnya dinding sel dan ruang-ruang antara sel. Air masuk dengan cara
difusi, aliran air secara apoplas tidak dapat terus mencapai xylem karena
terhalang oleh lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel yang
dikenal sebagai pita kaspari. Apoplas dapat terjadi pada setiap dinding sel
kecuali endodermis. Khusus endodermis dilakukan secara osmosis.
b. Pengangkutan Simplas
Pengangkutan simplas adalah bergeraknya air tanah dan zat terlarut
melalui bagian hidup dari sel tumbuhan, misalnya sitoplasma atau vakuola,
dari sel ke sel. Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis
bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan
vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melalui
plasmodesmata. Sistem pengangkutan ini menyebabkan air dapat mencapai
bagian silinder pusat. Adapun lintasan aliran air pada pengangkutan simplas
adalah sel–sel bulu akar menuju sel–sel korteks, endodermis, perisikel, dan
xylem. Kemudian air dan garam mineral siap diangkut ke atas menuju batang
dan daun.
2. Pengangkutan Intravasikuler
Pengangkutan air dan mineral diserap oleh akar menuju atas ini
berlangsung melalui berkas pengangkut, yaitu xylem, sehingga proses
pengangkutan disebut pengangkutan vaskuler. Setelah melewati sel–sel akar,
air dan garam mineral dari dalam tanah memasuki tumbuhan melalui
epidermis akar, menembus korteks akar, masuk ke stele dan kemudian
mengalir naik ke pembuluh xylem sampai pucuk tumbuhan (batang sampai ke
mesofil daun).
Pembuluh kayu (xylem) disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian
yang berperan penting dalam proses pengangkutan air dan mineral ini adalah
sel–sel trakea. Bagian ujung sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler.
Struktur jaringan xylem seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel–sel
penyusun jaringan tersebut mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari
sel trakea satu ke sel trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan
kohesi air dalam sel trakea xylem.

2.2 Proses Pengangkutan Air dari Akar sampai Daun


Dalam pengangkutan intravaskuler, air diangkut dari xylem akar ke
xylem batang dan diteruskan ke daun. Air dan garam mineral dari dalam
tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus korteks akar,
masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xilem sampai pucuk
tumbuhan. Setelah melewati sel–sel akar, air dan mineral yang terlarut akan
masuk ke pembuluh kayu (xilem) dan selanjutnya terjadi pengangkutan
secara vertikal dari akar menuju batang sampai kedaun. Pembuluh kayu
disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang berperan penting dalam
proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel–sel trakea. Bagian ujung
sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler. Struktur jaringan xilem seperti
pipa kapiler ini terjadi karena sel–sel penyusun jaringan tersebut tersebut
mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel trakea satu ke sel
trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air dalam sel
trakea xilem.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangkutan Air pada Tumbuhan
Faktor-Faktor yang memperngaruhi pengangkutan air pada tumbuhan
melalui pembuluh xilem adalah :
1. Tekanan Akar
Akar tumbuhan menyerap air dan garam mineral baik siang maupun
malam. Pada malam hari, ketika transpirasi sangat rendah atau bahkan nol,
sel-sel akar masih tetap menggunakan energi untuk memompa ion – ion
mineral ke dalam xylem. Air akan mengalir masuk dari korteks akar,
menghasilkan suatu tekanan positif yang memaksa cairan naik ke xylem.
Dorongan getah xylem ke arah atas ini disebut gaya tekanan akar (roof
pressure). Tekanan akar juga menyebabkan tumbuhan mengalami gutasi,
yaitu keluarnya air yang berlebih pada malam hari melalui katup pelepasan
(hidatoda) pada daun. Biasanya air yang keluar dapat kita lihat pada pagi
hari berupa tetesan atau butiran air pada ujung-ujung helai daun rumput
atau pinggir daun kecil herba (tumbuhan tak berkayu) dikotil.

Gambar 1. Morfologi akar


(Sumber: )
Rambut akar mengambil air dari dalam tanah secara osmosis.
Osmosis adalah gerakan air dari larutan yang kurang pekat (cair) ke
larutan yang lebih pekat melalui selaput semipermeabel. Selaput
semipermeabel adalah selaput yang hanya dapat dilalui oleh air. Rambut
akar mengambil air secara osmosis karena dinding-dinding selnya bersifat
semipermeabel dan cairan selnya lebih pekat dari pada air tanah. Saat
rambut akar menyerap air, cairan sel rambut akar akan menjadi lebih encer
daripada cairan sel-sel yang terletak disebelah dalam rambut akar. Karena
sel bagian dalam lebih pekat, maka sel bagian dalam akan menyerap air
dari rambut akar. Dengan cara ini, air akan bergerak dari sel ke sel sampai
pada pembuluh kayu.
Pergerakan air secara osmosis dari sel ke sel pada akar menimbulkan
suatu tekanan yang disebut tekanan akar. Tekanan akar akan mendorong
air sehingga naik ke pembuluh kayu di batang. Tekanan akar tampak pada
sebagian besar tumbuhan, tapi hal ini terjadi jika tanah cukup lembab, dan
bila kelembaban udara tinggi artinya ketika transpirasi sedang sangat
rendah. Tetesan air akan terlihat keluar dari bukaan (hidatoda) pada ujung
atau tepi daun rerumputan atau daun arbei. Fenomena itu disebut gutasi.
Jika tumbuhan ditempatkan pada kondisi atmosfer yang cukup kering, atau
di tanah yang berkelembapan rendah atau sekaligus dalam kedua keadaan
tersebut, maka tekanan akar tidak muncul sebab air dalam batangnya
berada di bawah tegangan dan bukan di bawah tekanan (Salisbury, F. B. &
C. W. Ross, 1995: 103).

2. Kapilaritas Batang
Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya cairan di dalam pipa
kapiler atau pipa kecil. Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekul-
molekul di dalam zat cair. Di dalam zat cair molekul-molekulnya dapat
mengalami gaya adhesi dan kohesi. Gaya kohesi adalah tarik-menarik
antara molekul-molekul di dalam suatu zat cair sedangkan gaya adhesi
adalah tarik menarik antara molekul dengan molekul lain yang tidak
sejenis. Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada air dengan
permukaan gelas, air akan berinteraksi kuat dengan permukaan gelas
sehingga air membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan
melengkung (cekung). Keadaan ini dapat menyebabkan cairan dapat naik
ke atas oleh tegangan permukaan yang arahnya keatas sampai batas
keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan tercapai. Jadi air
dapat naik keatas dalam suatu pipa kecil yang biasa disebut pipa kapiler.
Jadi, kapilaritas sangat tergantung pada kohesi dan adhesi. Air naik dalam
pembuluh pipa kapiler dikarenakan adhesi sedangkan raksa turun dalam
pembuluh pipa kapiler dikarenakan kohesi.
Inilah yang terjadi pada proses pengangkutan pada tumbuhan.
Pembuluh xylem yang terdapat pada batang dan akar tumbuhan dianggap
sebagai pipa kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu (xylem)
sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan
molekul air.
Pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xylem), terjadi karena
pembuluh kayu tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler. Dengan kata
lain, pengangkutan air melalui xylem mengikuti prinsip kapilaritas. Daya
kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi antara molekul air dengan air
dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh xylem. Baik
kohesi maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air dari
akal sampai ke daun secara bersambungan.
Air yang sudah sampai ke pembuluh kayu batang akan terus naik
hingga ke daun. Naiknya air pada pembuluh kayu batang disebabkan oleh
adanya kapilaritas batang. Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan ke
dalam tabung yang sempit, yang terjadi karena zat cair tersebut membasahi
dinding tabung (dengan adanya adesi) lalu tertarik ke atas. (Salisbury, F.
B. & C. W. Ross, 1995: 104).
Cara kerja kapilaritas ini seperti sumbu kompor yang direndam di
dalam cairan (air atau minyak). Walaupun hanya bagian bawah sumbu
yang terendam cairan, bagian atas sumbu dapat menjadi basah karena
cairan merembes dari bagian bawah ke bagian atas. Kapilaritas pada
pembuluh kayu ini dapat terjadi karena pembuluh kayu merupakan
pembuluh yang sangat halus berupa pipa-pipa kapiler. Pembuluh xilem
dapat kita pandang sebagai pembuluh kapiler, sehingga air naik di
dalamnya sebagai akibat adanya adhesi antara dinding xilem dengan
molekul-molekul air.
3. Daya Hisap Daun (Tarikan Transpirasi)
Daya hisap daun adalah timbulnya tarikan terhadap air yang ada
pada sel– sel di bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan molekul demi
molekul, menuju ke bawah sampai keseluruh kolom air pada xilem
sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari akar menuju ke daun.
Proses tersebut juga biasa disebut dengan transpirasi. Dengan adanya
transpirasi membantu tumbuhan dalam proses penyerapan dan transportasi
air di dalam tumbuhan. Adapun transpirasi itu sendiri merupakan
mekanisme pengaturan fisiologis yang berhubungan dengan proses
adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan.
Daya hisap daun mempunyai peranan penting sehingga air tanah
dapat naik ke atas. Air bergerak secara vertikal melalui pembuluh xilem
melawan grafitasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya hisap daun
antara lain:
a) Intensitas cahaya, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang
diterima daun, maka kecepatan transpirasi juga akan semakin tinggi.
b) Temperatur udara, makin tinggi temperatur maka kecepatan transpirasi
akan semakin tinggi.
c) Kelembaban udara, jika kelembaban udara disekitar tanaman tinggi
justru terjadi perlambatan dalam transpirasi. Jika kelembaban rendah
(kering) transpirasi akan berlangsung cepat.
d) Kandungan air tanah, jika kandungan air tanah banyak maka potensial
air tanah akan lebih tinggi daripada di dalam sel-sel xylem sehingga laju
transpirasi akan meningkat (tinggi). Jika air tanah sedikit maka
penyerapan akar juga akan lambat dan tidak seimbang dengan
kecepatan transpirasi.
Air di dalam daun dapat keluar melalui stomata. Keluarnya air
tersebut melalui proses transpirasi (penguapan). Transpirasi menyebabkan
cairan sel pada daun menjadi lebih pekat, sehingga sel daun menyerap air
dari pembuluh kayu pada tulang daun. Air yang diambil dari pembuluh
kayu daun akar digantikan oleh air dari pembuluh kayu batang. Air di
pembuluh kayu batang akan digantikan oleh air dari pembuluh kayu akar.
Seluruh proses tersebut akhirnya menimbulkan aliran air terus menerus
dari akar sampai ke daun. Tenaga yang ditimbulkan dari proses transpirasi
disebut daya hisap daun.

2.4 Fungsi dan Manfaat Air terhadap Pertumbuhan Tanaman


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa air
merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sel.
Adapun peran air terhadap pertumbuhan tanaman sebagai pelarut, medium
transport senyawa, medium reaksi biokimia, memberikan turgor bagi sel,
bahan baku fotosintesis dan menjaga suhu tanaman supaya konstan.
Fungsi air sebagai pelarut adalah memudahkan unsur hara dan
mineral yang masuk ke dalam tumbuhan. Kemudian fungsi air sebagai
medium transport senyawa ialah menghantarkan garam-garam mineral dan
unsur hara yang diserap oleh tanaman ke seluruh bagian tanaman. Dengan
fungsi air sebagai medium transport senyawa menjadikan air sebagai
medium reaksi biokimia.
Fungsi air sebagai medium reaksi biokimia ialah menjadikan air
sebagai bahan dalam proses fotosintesis dan proses hidrolisis. Kemudian
fungsi air sebagai pemberi turgor bagi sel adalah membantu sel dalam
menjaga bentuk daun dan membuka serta menutupnya stomata pada
tanaman. Proses turgor ini juga membantu sel dalam melakukan
pembelahan sel dan pembesaran sel. Selanjutnya fungsi air menjaga suhu
tanaman supaya konstan ialah banyaknya air yang ada di seluruh bagian
tanaman (UGM 2013).
Sedangkan manfaat air pada tumbuhan yaitu:
1. Penyusun utama protoplasma
Molekul-molekul makro dalam protoplasma seperti protein, karbohidrat,
pektin dan lain-lain membentuk struktur yang unik berasosiasi dengan
molekul air dalam bentuk koloid.
2. Menjadi alat transpor untuk memindahkan zat hara
Bahan yang diangkut dapat berupa bahan mineral dari dalam tanah, bahan-
bahan organik hasil fotosintesa, dan olahan sel lainya.
3. Menjadi medium berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia
Kita tahu terkadang proses reaksi terjadi dalam bentuk larutan dan air
adalah pelarut yang sangat baik.
4. Menjadi bahan dasar untuk reaksi-reaksi biokimia
Seperti pada fotosintesis, tanpa adanya air yang berperan sebagai donor
elektron, fotosintesis tidak dapat berlangsung.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air


Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pentingnya air bagi
kelangsungan hidup tumbuhan yaitu:
1. Titik layu sementara dan titik layu permanen
Titik layu sementara adalah kondisi tanaman yang layu pada siang
hari dan kembali pulihnya tekanan tugensi tanaman pada malam hari.
Namun titik layu permanen adalah jumlah air minimum di mana tanaman
sudah mulai layu dan tidak dapat tumbuh lagi walaupun diberi tambahan
air (Aqil M 2013).
Faktor titik layu permanen dan titik layu sementara dapat
mempengaruhi perubahan morfologi dan warna pada tanaman yakni
tanaman menjadi kering dan berwarna kuning hingga coklat pada daunnya.
Kemudian struktur tanamannya juga terpengaruhi dengan pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil. Selain itu berat kering dan berat basah suatu
tanaman akan mempengaruhi karena tanaman yang memiliki berat kering
yang sedikit sedangkan berat basahnya tinggi maka kadar air yang ada
pada tanaman tersebut tinggi sehingga kebutuhan air terhadap tanaman
tercukupi. Kemudian tanaman yang memiliki berat kering tinggi dan berat
basahnya rendah maka kadar air yang ada pada tanaman tersebut rendah
sehingga kebutuhan air terhadap tanaman tidak terpenuhi (Suhartono
2008).
2. Infiltrasi
Infiltrasi adalah kemampuan air yang masuk kedalam tanah. Iniltrasi
dipengaruhi oleh volume hujan atau tampungan keadaan karakteristik
tanahnya dan unsur-unsur lainnya. Adanya infiltrasi dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dengan tingkat laju infiltrasi yang tinggi maka
kandungan air dalam tanah sedikit sehingga tanaman membutuhkan air
yang tinggi. Adapun laju infiltrasi yang rendah menyebabkan kebutuhan
air pada tanaman menurun seiring kandungan air dalam tanah meningkat.
Apabila kondisi demikian tidak dapat ditoleransi oleh tanaman maka
tanaman akan mengalami titik layu sementara dan/atau permanen (Barid B
2007).
3. Transpirasi
Transpirasi adalah kemampuan tanaman kehilangan air. Fungsi transpirasi
pada pertumbuhan tanaman untuk mengetahui kemampuan fotosintesis
tanaman dalam kepemilikan terhadap air tersedia dan membantu proses
transport unsur hara dan garam-garam mineral dari akar menuju batang
dan daun. Proses transpirasi dapat terjadi melalui proses membuka dan
menutupnya stomata. Pada kondisi yang memadai, transpirasi mampu
menyediakan air yang cukup. Apabila proses transpirasi terganggu maka
laju transpirasi akan rendah dan menurunkan turgor pada sel sehingga
proses membuka dan menutupnya stomata terhambat (Berg L 2007).
Menurut Santoso (2010), ada beberapa parameter yang dapat dilihat
apabila tanaman membutuhkan air yaitu:
1. Tinggi tanaman
Tanaman yang mengalami kekurangan kebutuhan air pertumbuhan
tingginya terhambat sehingga tanaman menjadi kerdil. Namun tanaman
yang mengalami kebutuhan air yang tercukupi maka pertumbuhan tinggi
akan meningkat.
2. Jumlah daun
Tanaman yang memiliki jumlah daun banyak dapat diperoleh pada
tanaman yang kebutuhan airnya tercukupi sedangkan tanaman yang
kebutuhan airnya tercukupi sedangkan tanaman yang kebutuhan airnya
tidak terpenuhi maka jumlah daun sedikit.
3. Diameter
Tanaman dengan diameter terlebar dimiliki oleh tanaman dengan
kebutuhan air yang tercukupi sedangkan diameter terkecil akan dimiliki
oleh tanaman dengan kebutuhan air tidak tercukupi.
4. Panjang akar
Panjang akar yang tinggi meningkatkan kebutuhan air pada tanaman yang
kebutuhan airnya tercukupi sedangkan tanaman yang kebutuhan airnya
kurang makan akarnya memiliki panjang yang rendah.
5. Berat kering tajuk dan akar
Berat kering pada tajuk dan akar suatu tanaman akan besar pertumbuhan
tanaman diimbangi dengan kebutuhan air yang cukup sedangkan pada
tanaman dengan kebutuhan air tidak terpenuhi maka berat kering tajuk dan
akarnya akan lebih kecil.
6. Berat basah tajuk dan akar
Berat basah tajuk dan akar yang besar akan dimiliki oleh tanaman
diimbangi dengan kebutuhan air yang cukup sedangkan pada tanaman
dengan kebutuhan air tidak terpenuhi maka berat kering tajuk dan akarnya
akan lebih kecil.

2.6 Pemenuhan Kebutuhan Air pada Tanaman


Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlepas dari gangguan
lain. Pada pemenuhan tanaman terhadap kebutuhan air seringkali terhambat
akibat kebutuhan air pada tanaman tidak terpenuhi. Adanya gangguan
tersebut dapat dilakukan penanganan dengan cara memberikan penyiraman
bedasarkan 5 fase tumbuh suatu tanaman yaitu fase tumbuhan suatu tanaman
yaitu fase pertumbuhan awal (selama 15-25 hari), fase vegetatif (25-40 hari),
fase pembungaan (15-20 hari), fase pengisian biji (35-45 hari), pemberian
penyiraman pada kondisi yang optimal dan fase pematangan (10-25 hari) dan
frekuensi penyiraman yang tepat (Parwati D U 2013).
2.7 Dampak yang Terjadi jika Tanaman Kebanyakan Air (Overwatering)
Kebanyakan air disebut dengan overwatering, sering terjadi pada
tanaman. Disadari ataupun tidak, ini sering terjadi pada saat musim hujan,
seperti kondisi saat ini. Memang tanaman anggrek butuh kelembaban, namun
bukan berarti butuh air yang berlebih. Overwatering sering terjadi pada
pemeliharan tanaman anggrek yang hanya dibawah naungan paranet, dimana
air hujan bisa menembusnya masuk.
Kebutuhan air pada tanaman harus terkontrol. Kebutuhan air sangat
dipengaruhi oleh media tanam yang digunakan. Kejadian overwatering
beresiko dan akan sangat merugikan.
Untuk menghindari hal demikian, diluar kejadian hujan yang terus
menerus seperti saat ini, penyiraman yang dilakukan harus pas dan terukur.
Untuk itu perlunya diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyiraman.
Akibat overwatering yang sering muncul pada tanaman yaitu:
a. Menyebabkan top-rot, dimana membusuknya tunas-tunas atau ujung akar.
Kebanyakan air atau overwatering akan membuat media tanam terlalu
basah, sehingga akar-akar tanaman tidak akan dapat melakukan pernafasan
dan transpirasi dengan baik, kemudian membusuk dan mati. Kebanyakan
air juga akan menyebabkan daun-daun tua membusuk atau sering
disebut leaf-rot.
b. Menyebabkan pertumbuhan bakteri dan jamur. Sehingga menyebabkan
penyakit seperti bercak daun, busuk akar, busuk tunas bahkan rontoknya
kuncup-kuncup bunga.
c. Menyebabkan cepat rusaknya media tanam. Media tanam akan penuh
dengan lumut, cepat hancur, membusuk dan akan mempengaruhi
kesehatan dan pertumbuhan tanaman.
d. Menyebabkan membusuknya akar secara keseluruhan, hal ini diitandai
dengan daun tanaman yang menjadi keriput, seperti kekurangan air.
2.8 Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai bertambah besarnya
tanaman yang diikuti oleh peningkatan berat kering. Proses pertumbuhan
tanaman terdiri dari pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor
tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman
dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan
absorpsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi.
Kehilangan air dari tanaman oleh transpirasi merupakan suatu akibat
yang tidak dapat dielakkan dari keperluan membuka dan menutupnya stomata
untuk masuknya CO2 dan kehilangan air melalui transpirasi lebih besar
melalui stomata daripada melalui kutikula. Indeks luas daun yang merupakan
ukuran perkembangan tajuk, sangat peka terhadap cekaman air, yang
mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun,
peningkatan penuaan dan perontokan daun, atau keduanya. Perluasan daun
lebih peka terhadap cekaman air daripada penutupan stomata. Selanjutnya
dikatakan bahwa peningkatan penuaan daun akibat cekaman air cenderung
terjadi pada daun-daun yang lebih bawah, yang paling kurang aktif dalam
fotosintesa dan dalam penyediaan asimilat, sehingga kecil pengaruhnya
terhadap hasil.
Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesa. Disamping itu penutupan stomata
merupakan faktor yang sangat penting dalam perlindungan mesophyta
terhadap cekaman air yang berat. Waktu antara penyebaran benih dan
pemasakan dapat diperpendek atau diperpenjang tergantung pada intensitas
dan waktu terjadinya cekaman air.
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang
diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai
sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada
tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan
perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar. Peningkatan
pertumbuhan akar di bawah kondisi cekaman air ringan sampai sedang
mungkin sangat penting dalam menyadap persediaan air baru bagi suatu
tanaman.
Tanggap pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap cekaman air
tergantung fase pertumbuhan saat cekaman air tersebut terjadi. Jika cekaman
air terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif yang cepat, pengaruhnya akan
lebih merugikan dibandingkan dengan jika cekaman air terjadi pada fase
pertumbuhan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN

Pengangkutan air merupakan suatu proses pengambilan air dari dalam tanah
melalui akar, kemudian dialirkan ke batang melalui adhesi, lalu ke daun dengan
menggunakan daya hisap daun. Mekanisme pengangkutan air ada dua yaitu secara
extravasikular dan secara intravasikular. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengangkutan air pada tumbuhan yaitu tekanan akar, kapilaritas batang, daya
hisap daun. Fungsi dan manfaat air terhadap tumbuhan salah satunya yaitu
menghantarkan garam-garam mineral dan unsur hara yang diserap oleh tanaman
ke seluruh bagian tanaman. Manfaatnya Menjadi alat transpor untuk
memindahkan zat hara.
DAFTAR PUSTAKA

Chambell, Neil A, dkk. 2008. BIOLOGI edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisioligi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Frank B Salisbury & Cleon W Ross. 1995. FISIOLOGI TUMBUHAN Jilid Satu
Sel: Air, Larutan, dan Permukaan Edisi Keempat. Bandung: ITB

http://nahason-bastin.blogspot.com/2014/04/faktor-faktor-mempengaruhi-
pengangkutan.html
Alfred Wilson. Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. 2 Maret 2014
http://glorybiology.blogspot.com/p/blog-page.html
Muhammad Hafidavi Fahrezy. Struktur dan Fungsi Jaringan Pada Batang
Tumbuhan. 2 Maret 2014
http://muhammadhafidavi.blogspot.com/2012/05/struktur-dan-fungsi-
jaringanorgan-pada.html

Aak. 2007. Dasar-dasar bercocok tanam. Yogyakarta : PT Kanisius (anggota


IKAPI).
Aqil M, Firmansyah I U dan Akil M. 2013. Pengelolaan air tanaman jagung (Zea
mays). Makasar (ID) : Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Barid B. 2007. Kajian unit resapan dengan lapisan tanah dan tanaman dalam
menurunkan limpasan permukaan. Jurnal Berkala Ilmiah Teknik Perairan, Vol 13
(4) :248-255.

Berg L. 2007. Botany : plant, people and environment second edition. Belmont,
California (US) : Thomson Higher Education.

Parwati D U. 2013. Pengaruh frekuensi peyiraman dan lama penyiraman terhadap


pertumbuhan bibit jarak pagar (Jatropha curcas L.). Fakultas
Pertanian,Instiper,Yogyakarta.

Santoso B. 2010. Faktor-faktor pertumbuhan dan penggolongan tanaman hias.


Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Suhartono. 2008. Pengaruh interval pemberian air terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai (Glicine Max (L) Merril) pada berbagai jenis tanaman. Embryo,
Vol 5 (1) : 98-112.

[UGM] Univerrsitas Gajah Mada. 2013. Peran air [Internet]. [Diunduh 2014 Mei
8]. Tersedia pada : http://www.faperta.ugm.ac.id.

http://www.academia.edu/7461675/Daya_hisap_daun

Anda mungkin juga menyukai