Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Puskesmas Tegalampel

Letak geografis Puskesmas DTP Tegalampel berada di Jl. RBA Kironggo RT 2 RW 01

Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso dengan luas wilayah kerja seluas 3.386,3 Ha,

dengan Jumlah KK 25425 jiwa, serta membawahi 7 Desa dan 1 Kelurahan dengan batas wilayah

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Situbondo

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Taman Krocok

Sebelah Timur : Wilayah Kota Bondowoso

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Wringin

Puskesmas Tegalampel membawahi 7 (tujuh) desa binaan dan 1 (satu) kelurahan yaitu :
1. Desa karanganyar
2. Desa Tegalampel
3. Desa Klabangagung
4. Desa Tanggulangin
5. Desa Mandiro
6. Desa Tanggulangin
7. Desa Purnama
8. Kelurahan Sekar Putih

4.1.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Puskesmas Tegalampel pada tahun 2018 berjumlah 25777 jiwa terdiri

dari 12437 laki-laki dan 13340 perempuan. Dengan luas wilayah 3.386,3 Ha. Kepadatan

penduduk sangat erat kaitannya dengan penyebaran penyakit di suatu wilayah, tingginya kasus –
kasus penyakit infeksi dan menular adalah dampak dari kepadatan penduduk yang tinggi dan

kondisi lingkungan yang buruk.

4.1.2 Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya

Lingkungan sosial ekonomi di wilayah UPTD Puskesmas Tegalampel beraneka ragam dari

masyarakat miskin sampai Masyarakat yang tergolong berada secara ekonomi. Semuanya

dipengaruhi oleh mata pencaharian dari masing-masing kepala keluarganya.

Mata pencaharian penduduk di wilayah UPTD Puskesmas DTP Tegalampel sebagian besar

terdiri dari Petani (60 %), Pedagang (19 %), Jasa (11%), Lain-lain (10%), jadi sebagian besar

mata pencaharian masyarakat Kecamatan Tegalampel adalah Petani.

Jumlah penduduk miskin di kecamatan Tegalampel pada tahun 2018 adalah sebanyak

14,089 jiwa.

4.1.3 Lingkungan Fisik

Puskesmas Tegalampel mempunyai wilayah kerja seluas 3.386,3 Ha dengan batas wilayah

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Situbondo

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Taman Krocok

Sebelah Timur : Wilayah Kota Bondowoso

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Wringin

Peta Puskesmas Tegalampel dapat dilihat pada Gambar 4.1


Data Demogarafik

1. Jumlah penduduk : 25777 Jiwa


2. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin
 Laki – Laki : 12437 Jiwa
 Perempuan : 13340 Jiwa
3. Jumlah KK : 0 KK
4. Jumlah Ibu Hamil : 365 Orang
5. Jumlah Ibu Bersalin : 315 Ibu
6. Jumlah Ibu Meneteki : 319 Ibu
7. Jumlah Wanita usia Subur : 6574 Orang
8. Jumlah Bayi ( < 1 tahun ) : 286 Bayi
9. Jumlah Balita ( 1- 4 Tahun ) : 1203 Balita
10. Jumlah Pasangan Usia Subur : 4363 Orang
11. Jumlah Ibu Nifas : 319 Ibu
12. Jumlah Dukun Bayi : 16 Orang
13. Jumlah AKI : 0 Jiwa
14. Jumlah AKB : 6 Jiwa
15. Jumlah Kematian Perinatal : 6 Jiwa
16. Jumlah kematian Neonatal : 0 Jiwa
17. Jumlah lahir Mati : 6 Jiwa
18. Jumlah Lahir Hidup : 314 Jiwa
19. Jumlah Kematian Balita : 0 Jiwa
20. Jumlah Gizi Buruk : 0 Anak

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada ... responden

di Desa Sekar Putih di Kecamatan Sekar Putih adalah sebagai berikut:


4.2.1 Tingkat Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada … responden di Desa

Sekar Putih di Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh angka

kejadian Hipertensi sebagai berikut :

No Penyakit Jumlah Presentase

1 Hipertensi 61 62.24%

2 Non Hipertensi 37 37.75%

Jumlah 98 100%

4.2 Tabel Angka Kejadian Hipertensi di Desa Sekar Putih, Wilayah Kerja Puskesmas
Tegalampel

Berdasarkan tabel diatas dari 98 responden di Desa Sekar Putih , Kecamatan Tegalampel

angka kejadian Hipertensi yaitu berjumlah .. orang (..%). Sedangkan responden yang tidak

memiliki penyakit hipertensi yaitu berjumlah .. orang (..%). Berdasarkan dari data 15 penyakit

terbanyak di puskesmas tegalampel periode kunjungan tahun 2018, penyakit hipertensi yang

berada di urutan kedua di Kecamatan Tegalampel.

4.2.2 Usia

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih , Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karekteristik responden berdasarkan usia seperti tabel dibawah ini.


No Usia Jumlah Persentase
1 < 20 %
2 20-40 %
3 20-60 %
4 >60 %
Jumlah 98 100%
4.3 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan pendidikan terakhir

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden dengan usia < 20 tahun berjumlah ..

orang (.. %). Responden dengan usia 20-40 tahun berjumlah .. orang (.. %). Responden dengan

usia 40-60 berjumlah .. orang (.. %). Responden terbanyak dengan usia >60 berjumlah .. orang (..

%). Responden terbanyak adalah responden berusia .. yang berjumlah .. orang, dengan presentase

.. %.

4.2.3 Pendidikan Terakhir

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karekteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir seperti tabel dibawah ini.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


1 Tidak sekolah 75.5%
2 SD 18.4%
3 SMP 5.1%
4 SMA 1%
5 Perguruan Tinggi
Jumlah 100%

4.4 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan pendidikan terakhir


Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden dengan pendidikan terakhir perguruan

tinggi berjumlah .. orang (..%). Responden dengan pendidikan terakhir SMA berjumlah orang

(5.1%). Responden dengan pendidikan terakhir SMP berjumlah 18 (18.4%). Responden dengan

pendidikan terakhir SD berjumlah 18 (18.4%). Responden tidak sekolah berjumlah 18 (18.4%).

Responden terbanyak dengan penelitian terakhir adalah .. yang berjumlah 74 orang, dengan

presentase 75.5 %.

4.2.4 Pekerjaan

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karekteristik responden berdasarkan pekerjaan seperti tabel dibawah ini.

No Pekerjaan Jumlah Persentase


1 PNS/ABRI/POLRI 75.5%
2 Swasta 18.4%
3 Petani/Buruh 5.1%
4 Tidak Bekerja 1%
5 Lain-lain
Jumlah 100%

4.5 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden sebagai PNS/ABRI/POLRI berjumlah ..

orang (..%). Responden sebagai karyawan swasta berjumlah .. orang (5.1%). Responden sebagai

petani/buruh berjumlah 18 (18.4%). Responden dengan tidak bekerja berjumlah 18 (18.4%).

Responden dengan pekerjaan lain-lain berjumlah 18 (18.4%). Responden terbanyak dengan

penelitian terakhir adalah .. yang berjumlah 74 orang, dengan presentase 75.5 %.


4.2.4 Status Obesitas

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Tahun 2019, diperoleh gambaran

karekteristik responden berdasarkan indeks massa tubuh seperti tabel dibawah ini.

No Status Obesitas Jumlah Persentase


1 Ya 75.5%
2 Tidak 18.4%
Jumlah 100%

4.6 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan status obesitas

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang tidak obesitas berjumlah .. orang

(..%). Responden dengan obesitas berjumlah 18 (18.4%).

4.2.3 Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso Tahun 2019, diperoleh gambaran

karakteristik responden berdasarkan ada tidaknya diabetes melitus seperti tabel dibawah ini.

No Diabetes Melitus Jumlah Persentase


1 Ada 75.5%
2 Tidak 18.4%
Jumlah 100%

4.7 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga
Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang mempunyai riwayat diabetes melitus

berjumlah .. orang (..%). Responden yang tidak mempunyai diabetes melitus berjumlah orang

(%).

4.2.3 Riwayat Hipertensi dalam Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karakteristik responden berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga seperti tabel dibawah ini.

No Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase


Dalam Keluarga
1 Ada 75.5%
2 Tidak 18.4%
Jumlah 100%

4.8 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang mempunyai riwayat hipertensi

dalam keluarga berjumlah .. orang (..%). Responden yang tidak mempunyai riwayat hipertensi

dalam keluarga berjumlah orang (%).

4.2.3 Riwayat Diabetes Melitus dalam Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karakteristik responden berdasarkan riwayat diabetes melitus dalam keluarga seperti tabel

dibawah ini.
No Riwayat Diabetes Jumlah Persentase
Melitus Dalam
Keluarga
1 Ada 75.5%
2 Tidak 18.4%
Jumlah 100%
4.9 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang mempunyai riwayat diabetes melitus

dalam keluarga berjumlah .. orang (..%). Responden yang tidak mempunyai riwayat diabetes

melitus dalam keluarga berjumlah orang (%).

4.2.3 Kebiasaan Merokok

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karakteristik responden berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga seperti tabel dibawah ini.

No Merokok Jumlah Persentase


1 Ya 75.5%
2 Tidak 18.4%
Jumlah 100%

4.10 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan kebiasaan merokok

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang merokok berjumlah .. orang (..%).

Responden yang tidak merokok berjumlah orang (%).


4.2.3 Aktivitas Fisik

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karakteristik responden berdasarkan aktivitas fisik dalam keluarga seperti tabel dibawah ini.

No Aktivitas Fisik Jumlah Persentase


1 Kurang 75.5%
2 Cukup 18.4%
Jumlah 100%

4.11 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan aktivitas fisik

Berdasarkan tabel karakteristik di atas responden yang kurang beraktifitas fisik berjumlah

.. orang (..%). Responden yang cukup beraktifitas fisik berjumlah orang (%).

4.2.3 Konsumsi Alkohol

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di Desa

Tegalampel, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran

karakteristik responden berdasarkan konsumsi alkohol seperti tabel dibawah ini.

No Konsumsi Alkohol Jumlah Persentase


1 Ya 0%
2 Tidak 100%
Jumlah 100%

4.12 Tabel karakteristik sampel penelitian berdasarkan konsumsi alkohol

Berdasarkan tabel karakteristik di atas responden yang mengkonsumsi alkohol berjumlah ..

orang (..%). Responden yang tidak menkonsumsi alkohol berjumlah orang (%).
Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi di Desa Sekar
Putih Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2019
analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
hipertensi di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso tahun 2019,
yang meliputi variabel usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status obesitas, ada
tidaknya diabetes mellitus, riwayat hipertensi dalam keluarga, riwayat diabetes melitus dalam
keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol. Hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 5.6
Kontrol
Kasus OR 95% Cl P Value
Y (+) Y(-)
Status
obesitas
Obesitas
(+)
Tidak
obesitas (-
)
Diabetes
Melitus
Menderita
diabetes
mellitus
(+)
Tidak
menderita
diabetes
VARIABEL

mellitus (-
)
Riwayat
Hipertensi
dalam
Keluarga
Ada (+)
Tidak (-)
Riwayat
Diabetes
Melitus
dalam
Keluarga
Ada (+)
Tidak (-)
Kebiasaan
Merokok
Merokok
Tidak
Merokok
(-)
Aktifitas
Fisik
Aktif (+)
Tidak
Aktif (-)
Konsumsi
Alkohol
Ya (+)
Tidak (-)

Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Hipertensi Di DesaSekar Putih, Kecamatan
Tegalampel, Kabupaten Bondowoso Tahun 2019

Keterangan : Y (+) : Variabel pada kontrol yang terpapar


Y(-) : Variabel pada kontrol yang tidak terpapar
+ : Variabel pada kasus yang terpapar
- : Variabel pada kasus yang tidak terpapar

Berdasarkan tabel 5.6 dengan menggunakan uji MC Nemar didapatkan hasil


sebagai berikut :
Hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi adalah proporsi kasus
obesitas tapi kontrol tidak obesitas sebanyak 16 pasang (80%) sedangkan pada kasus yang tidak
obesitas tapi kontrol obesitas sebanyak 6 pasang (33.33%). Uji statistic menunjukkan nilai OR=
2.66, CI 95%=0.9911-8.3205; p=0.03 hal ini menunjukkan bahwa responden yang menderita
obesitas memiliki resiko untuk terkena hipertensi 2.66 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang tidak menderita obesitas. Obesitas berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian hipertensi di Puskesmas Payangan.

Hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi adalah


kasus riwayat keluarga hipertensi tapi kontrol tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi sebanyak 12 pasang (70.59%) sedangkan pada kasus yang tidak memiliki riwayat
keluarga hipertensi tapi kontrol memiliki riwayat keluarga hipertensi sebanyak 4 pasang
(19.05%), hal ini menunjukan bahwa riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor risiko
hipertensi. hasil uji statistik menunjukkan nilai OR = 3, 95%CI=1.0222-8.8042, p=0.04. Secara
statistic riwayat keluarga hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian hipertensi adalah kasus
menderita diabetes melitus tapi kontrol tidak menderita diabetes melitus sebanyak 6 pasang
(54.55%) sedangkan pada kasus yang tidak menderita diabetes melitus tapi kontrol menderita
diabetes melitus sebanyak 5 pasang (18.52%), hal ini menunjukan bahwa diabetes melitus
merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Uji statistic menunjukkan nilai OR = 1.2, CI 95%
0.3051-4.9705, p=0.76. secara statistik diabetes melitus tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kejadian hipertensi.
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi adalah kasus
yang memiliki kebiasaan merokok (perokok berat) tapi kontrol tidak tidak memiliki kebiasaan
merokok sebanyak 8 pasang (57.89%), sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kebiasaan
merokok tapi kontrol memiliki kebiasaan merokok sebanyak 10 pasang(41.67%). Hasil uji
statistik menunjukkan nilai OR= 0.8, CI 95% 0.3163- 2.0230; p=0.63, secara statistik konsumsi
garam tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dalah kasus dengan
aktivitas fisik tidak aktif tapi kontrol memiliki aktivitas fisik yang aktif sebanyak 8 (47.06%)
pasang responden, sedangkan pada kasus yang memiliki aktivitas fisik
rendah tapi kontrol memiliki aktivitas fisik yang aktif sebanyak sebanyak 7 (33.33%), hal ini
menunjukan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko hipertensi. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai OR=1.14, CI 95% 0.4147- 3.1492; p= 0.41, secara statistic aktivitas fisik
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi.

Hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi adalah kasus yang
mengonsumsi alkohol tapi kontrol tidak mengonsumsi alkohol sebanyak 2 pasang
(66.67%), sedangkan pada kasus yang tidak mengonsumsi alkohol tapi kontrol
mengonsumsi alkohol sebanyak sebanyak 3 pasang(8.57%). Hasil uji statistik
menunjukkan nilai OR = 0.66, CI 95% 0.1127- 3.9411; p= 0.65, secara statistik
konsumsi alkohol tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
hipertensi.

5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Puskesmas


Payangan
Analisi multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel bebas (indevenden) yang
paling besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung (dependen). Pada penelitian ini
analisis multivariat dilakukan dengan conditional logistic regresion dan mengikut
sertakan variabel yang memiliki nilai odd ratio diatas satu pada analisis bivariat.
Variabel yang diikut sertakan adalah variabel status obesitas, riwayat keluarga
hipertensi, diabetes melitus, konsumsi garam, dan aktivitas fisik, dengan metode
backward semua variabel yang memenuhi kriteria diamasukkan kedalam analisis
multivariat dan selanjutnya secara bertahap dikeluarkan sesuai dengan indikasi
pembangunan model. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 5.7
Tabel 5.7 Analisis Multivariat Terhadap Kejadian Hipertensi di Desa Tegalampel
Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso Tahun 2019

Model Awal Model Akhir


Variabel OR 95%Cl p OR 95%Cl P
Status
Obesitas
Diabetes
Melitus
Kebiasaan
Merokok
Riwayat
Keluarga
Hipertensi
Riwayat
Keluarga
Diabete
Melitus
Konsumsi
Alkohol

Berdasarkan tabel analisis multivariat didapatkan terdapat dua model yaitu model
awal dan model akhir, model awal menggunakan lima variabel yang memiliki nilai cut of point <
0.25 pada analisis bivariat. Nantinya variabel dikeluarkan secara bertahap dengan asumsi nilai p
dan uji goodness of fit. Dari model akhir dapat dilihat bahwa dari lima variabel yang diikut
sertakan kedalam analisis terdapat satu variabel pada model akhir yaitu variabel status obesitas
dengan nilai p <0.25. Dilihat dari besar efek (nilai OR) variabel status obesita memiliki efek
terhadap kejadian hipertensi. Adjusted OR dari status obesitas adalah 2.6 yang berarti besar efek
murni dari responden yang menderita obesitas meningkatkan peluang menderita hipertensi
sebesar 2.6 kali dibandingkan dengan responden yang tidak menderita obesitas.

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi
Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-satunya penyebab
hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang obesitas lebih besar, resiko relative untuk
menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan normal (Buku Pedoman Hipertensi, 2010).
Obesitas berisiko terhadap menculnya berbagai menyakit jantung dan pembuluh
darah. Obesitas dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadi peningkatan massa tubuh.
Semakin besar massa tubuh semakin banyak volume darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen dan zat makanan kedalam jaringan tubuh. Darah yang beredar melalui pembuluh darah
ini menyebabkan peningkatan tekanan arteri sehingga tekanan darah meningkat. Telah banyak
penelitian yang membuktikan bahwa peningkatan tekanan darah banyak disebabkan kelebihan
berat badan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 10 pasang kasus yang obesitas dan
kontrolnya tidak obesitas, terdapat 6 pasang kasus yang tidak memiliki obesitas dan kontrol
obesitas. Hasil uji statistik pada analisis multivariat menunjukkan nilai OR=2.66; CI
95%=1.0304-6.9011; p=0.04 (signifikan) atau terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas
dengan kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko
untuk terjadinya hipertensi. Responden yang memiliki obesitas mempunyai risiko 2.66 kali untuk
terkena hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak menderita obesitas Dengan
menggunakan metode yang sama, hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widyaningtyas (2009) di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung, yang
menyatakan bahwa obesitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi,
dimana laki-laki dewasa yang menderita obesitas memiliki risiko terkena hipertensi sebesar
1.664 kali dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak menderita obesitas. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Anggara (2013), yang dilakukan di Puskesmas Tegal Murni Cikarang Barat,
didapatkan hasil terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi
(p<0.05).
Obesitas Meningkatkan pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur gula
darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya
meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio lingkar
pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan hipertensi.
Penderita hipertensi dengan obesitas sangat disarankan untuk menurunkan berat badan dengan
target mempertahankan berat badan pada kisaran indek masa tubuh 18.5 – 22.9 kg/m2 dengan
cara mengadopsi program diet sehat sesuai dengan dietary approaches to stop hypertension
(DASH), yaitu memperbanyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, serta produk yang
mengandung susu rendah lemak (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2014).

6.2 Pengaruh Riwayat Keluarga Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi


Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang tua
memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai 25%
kemungkinan menderita pula. Jika kedua orang tua menderita hipertensi maka
kemungkinan 60% keturunanya akan menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer
(Mannan, 2012).
Variabel ke dua yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah Riwayat keluarga
hipertensi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 12 pasang kasus yang
memiliki riwayat keluarga hipertensi dan kontrolnya tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi,
sedangkan ada 4 pasang kasus yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi dan kontrolnya
berisiko. Prevalensi hipertensi pada populasi study adalah sebesar 12.82 % sedangkan dari hasil
uji statistik antara faktor riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi menunjukkan
nilai OR= 3.00; 95%CI 1.0222-8.8042; p=0.04, ada hubungan yang bermakna antara riwayat
keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi, maka dapat disimpulkan bahwa riwayat keluarga
hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi. Responden yang memiliki
riwayat keluarga hipertensi 3 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki riwyata keluarga hipertensi.
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Mannan (2012), yang dilakukan
di wilayah kerja Puskesmas Bangkala, Kabupaten Jeneponto, menyatakan bahwa ada pengaruh
yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Orang yang memiliki
riwayat keluarga hipertensi 4.36 lebih berisiko dibandingkan dengan yang tidak memiliki
keluarga yang menderita hipertensi. Hasil penelitian juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Faisal (2011), di Kabupaten Bantul pada wanita pekerja dengan peran ganda, dari
hasil analisis diperoleh nilai p <0.001 dan nilai OR= 4.67 hal ini menunjukkan riwayat keluarga
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang
tua memderita hipertensi maka sepanjang hidup keturunanya mempunyai 25%
kemungkinan menderita pula. Dari hasil wawancara dengan responden rata-rata
responden mengatakan memiliki keluarga yang menderita hipertensi baik dari orang tua maupun
dari kakek/nenek. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada responden yang memiliki
riwayat keluarga hipertensi oleh pihak puskesmas adalah dengan melakukan deteksi dini
terhadap responden yang menderita hipertensi sehingga program pengobatan ataupun program
pencegahan yang diberikan dapat lebih terfokuskan pada keluarga yang menderita hipertensi
dengan riwayat keluarga hipertensi.

6.3 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi


Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula darah (gula
sederhana) di dalam darah tinggi. Di Indonesia DM dikenal juga dengan istilah
penyakit kencing manis yang merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian meningkat.
Seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan
pada tes sewaktu >200 mg/dL. Diagnosis klinis diabetes mellitus dapat dilihat dari beberapa
tanda-tanda diantarnya adalah sering kencing, cepat lapar, sering haus, lemas, berat badan
menurun, gatal-gatal, mata kabur, dan sering kesemutan (Pudiastuti, 2011).
Penelitian Kohort yang dilakukan oleh Thawornchaisit et al. (2013), yang
dilakukan di Thailand menemukan bahwa penderita diabetes melitus memiliki risiko yang tinggi
untuk menderita hipertensi. Laki-laki yang memiliki diabetes mellitus memiliki 3.63 kali risiko
untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan laki-laki yang tidak menderita diabetes melitus.
Sementara pada perempuan yang memiliki diabetes melitus 5.68 kali lebih berisiko untuk
terkena hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Asriarti, dkk (2014) dengan rancangan case
control di wilayah kerja Puskesmas Pattingallong Makasar pada Kejadian hipertensi pada lansia,
diperoleh hasil bahwa dari hasil analisis diperoleh bahwa diabetes mellitus merupakan faktor
risiko jadian hipertensi dengan nilai OR=3.51 hal ini berarti orang yang memiliki riwayat
diabetes melitus 3.51 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus.
Hipertensi dan diabetes melitus merupakan pasangan penyakit yang kerap muncul
bersamaan. Keduanya bisa menjadi faktor risiko maupun akibat. Meskpun diabetes melitus
menyebabkan tekanan darah merupakan hal yang kompleks.
Pada penelitian ini hasil uji statistik antara faktor risiko diabetes melitus dengan
kejadian hipertensi menunjukkan nilai OR=1.2, 95%CI 0.0556-5.8197; p= 0.65. Lakilaki dewasa
yang benderita diabetes militus 1.2 kali lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan
laki-laki dewasa yang tidak menderita diabetes melitus, tetapi dalam penelitian ini diabetes
melitus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriarti, dkk
(2014) adalah pada penelitian ini menggunakan metode kasus-kontrol berpasangan dengan
jumlah sampel sedikit (38 pasang sampel). Disamping itu status diabetes melitus didapatkan
hanya pada wawancara, sehingga kemungkinan terjadi recall bias pada responden. Pada
penelitian ini rata-rata responden menderita diabetes mellitus adalah kurang dari enam bulan, dan
sudah runtin berobat kepuskesmas. Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah peneliti tidak
tidak terlalu menggali informasi tentang diabetes melitus, wawancara hanya menekankan pada
apakah responden menderita diabetes melitus dan lama responden menderita diabetes melitus
tanpa melihat pemeriksaan diagnosisnya.
6.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang akan memberikan banyak
dampak negatif terhadap kesehatan. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihispa melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga dapat
menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-
otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi akan semakin meningkatkan risiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes RI, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pasang (57.89%) kasus
responden dengan perokok berat dan kontrol perokok ringan, sedangkan 10 pasang (41.67%)
kasus tidak merokok dan kontrolnya merokok, hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok
memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi. Dari hasil ujistatistik diperoleh nilai OR= 0.8,
95%CI = 0.3163-2.0230; p= 0.63, secara statistic kebiasaan merokok tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kejadian hipertensi.
Laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok yang tinggi 0.8 kali lebih berisiko untuk menderita
hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang memiliki kebiasaan merokok yang rendah
untuk terkena hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan pada laki-laki yang memiliki
kebiasaan merokok usia mulai merokok responden rata-rata dibawah 20 tahun dengan konsumsi
rokok lebih dari 10 batang per hari. Selain itu pada seluruh sampel penelitian rata-rata memiliki
anggota keluarga yang mengonsumsi rokok dirumahnya sehingga dapat dikatagorikan sebagai
perokok pasif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mannan (2012) yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan rancangan
case control, menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.
orang yang merokok 2.32 kali lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan orang
yang tidak merokok.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2012)
dengan rancangan case control di Puskesmas Baturiti II Kecamatan Tabanan,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antarakebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi. Laki-laki yang memiliki kebiasaan merokok (perokok berat) memiliki risiko 2.925
kali lebih berisiko dibandingkan dengan perokok ringan atau tidak merokok untuk menderita
hipertensi. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosis
racun akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal ini
bagi perokok berat akan merasakan dampaknya dibandingkan perokok ringan.
Perbedaan mepenlitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2012)
adalah pada penelitian ini menggunakan case control dengan matching individual dan
menggunakan metode consecutive sampling sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widya
menggunakan rancangan case control tanpa matching dan teknik sampling menggunakan metode
systematic random sampling. Teknik pengambilan sampel dan lokasi pengambilan sampel juga
perperan dalam menentukan hasil penelitian dan menyebabkan perbedaan hasil penelitian.
6.6 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi
Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, maka semakin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan
darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat.
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama
melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak,sedangkan jantung dan paruparu memerlukan tambahan energi untuk menantarkan zat-
zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk menghasilkan sisa-sisa dari tubuh (Mannan,
2012).
Aktivitas fisik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadin hipertensi di Puskesmas
Payangan (p=0.41) namun jika dilihat dari nilai OR= 1.14,
menunjukkan bahwa responden yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik memiliki risiko untuk
terkena hipertensi 1.14 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang aktif melakukan
aktivitas fisik. Dari hasil analisi yang dilakukan terhadap 38 pasang responden didapatkan 8
(47.06%) pasang kasus responden yang memiliki aktifitas fisik tidak aktif dan kontrol dengan
aktivitas fisik aktif dan 7 (33.33%) pasang responden yang aktivitas fisik tinggi dam kontrol
berisiko. Hal ini menunjukkan aktivitas fisik memiliki pengaruh meskipun tidak signifikan
terhadap kejadian hipertensi.
Pada penelitian ini aktivitas fisik yang dinilai adalah seberapa sering responden
melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, kegiatan berjalan kaki, mencangkul,
mencari rumput dan aktivitas fisik berat seperti buruh bangunan. Dari hasil wawancara dan
observasi dilapangan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Payangan
bekerja sebagai petani dan buruh karena wilayah Payangan tergolong wilayah agraris sehingga
hampir setiap hari warga melakukan aktivitas fisik di sawah/kebun sehingga mereka memiliki
aktifitas fiski yang cukup aktif.
Hasil penelitian memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lewa (2010) di Puskesmas Kalibawang jika dilihat dari nilai OR =2.33. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Sucipta (2009) di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung juga memiliki
kesamaan hasil dengan penelitian ini, nilai OR dari penelitian ini adalah 1.91.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulad S. (2013)
pada hubungan antara asupan serat, natrium dan aktifitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada
anak sekolah dasar. Dari hasil analisis didapatkan hasil bahwa aktifitas fisik tidak berpengaruh
secara signifika terhadap kejadian hipertensi dengan nilai p=0.33 dan nilai OR= 0.66 hal ini
berarti aktivitas fisik memiliki sifat protektif terhadap kejadian hipertensi.

6.7 Pengaruh Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi


Terdapat 2 (66.67%) pasang kasus yang konsumsi alkohol tinggi sedangan
kontrolnya konsumsi alkohol rendah, dan terdapat 3 (8.57%) pasang kasus yang
mengonsumsi alkohol rendah tetapi kontrol dengan konsumsi alkohol tinggi hal ini menunjukkan
konsumsi alkohol memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai OR= 0.66, 95%CI0.1127-3.9411; p=0.65, hal ini berarti
secara statistik konsumsi alkohol tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradono (2010)
pada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi di daerah perkotaan
dengan analisis data Riskesdas tahun 2007 diperoleh hasil bahwa mengonsumsi
alkohol tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian hipertensi di Indonesia.
Pada Penelitian ini konsumsi alkohol tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kejadian hipertensi karena sebagian besar responden yang menderita
hipertenis di wilayah kerja Puskesmas Payangan adalah responden yang berusia lanjut sehingga
hanya sedikit responden yang masih mengonsumsi alkohol seperti tuak, bir, whiskey, anggur.
Namun pada responden hipertensi yang mengsumsi alcohol diketahui bahwa usia saat mulai
mengonsumsi alkohol adalah dibawah 20 tahun dan mengonsumsi alkohol lebih dari >3
gelas/hari sehingga meningkatkan risiko untuk terkena hipertensi, jenis alkohol yang banyak
dikonsumsi adalah bir, dan tuak.
Selanjutnya hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Adnyani (2014) di desa Sidemen, Kecamatan Karangasem, hasil peneltian yang didapat
adalah adanya hubungan yang positif antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi.
Penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Airmandidi Kabupaten Minahasa Utara pada tahun
2013 memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara mengonsumsi alkohol dengan kejadian
hipertensi dengan nilai OR=4.54 hal ini berarti orang yang mengonsumsi alkohol 4.54 kali lebih
berisiko menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi alkohol
(Talumewo, M. C., 2013).

6.8 Keunggulan dan Kelemahan Penelitian


1. Penelitian ini adalah penelitian case control atau retrospective study, data pajanan
faktor risiko mengandalkan daya ingat dari responden sehingga dapat
menyebabkan recall bias namun sudah diminimalisir dengan melakukan probing.
2. Demikian juga dengan tempat penelitian yang mengambil subyek kasus penelitian
di puskesmas sehingga sampel yang diperoleh hanya berdasarkan hospital based
atau puskesmas based bukan berdasarkan population based, hal ini menyebabkan
hasil penelitian terbatas untuk populasi umum. Namun keunggulan yang diperoleh
dengan menggunakan data berbasis hospital based (pukesmas) adalah hasil
penelitian ini menjadi aplikatif yaitu sesuai dengan program penanggulangan
berbasis puskesmas mengingat puskesmas merupakan ujung tombak terutama
untuk kejadian hipertensi tanpa komplika

Anda mungkin juga menyukai