Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit

tidak menular yang memiliki prevalensi cukup tinggi di dunia maupun Indonesia.1

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam

kedokteran primer. Komplikasi hipertensi dapat mengenai berbagai organ target,

seperti otak, jantung, ginjal, mata, dan arteri perifer. Kerusakan organ-organ

tersebut bergantung seberapa pada tinggi tekanan darah dan seberapa lama

tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati.2

“Hipertensi sekarang jadi masalah utama, tidak hanya di Indonesia tapi di

dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko

penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” kata Direktur Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri

Arianie, M.H.Kes.3

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya.3

1
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,

Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5

(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health

Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab

kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit

Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK, Alzheimer,

Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.3

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan

bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu

pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3

Triliun rupiah.3

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun menurut provinsi yang ada di Indonesia

sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di

Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun

(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi

hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi

dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak

rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita

Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak

mendapatkan pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara

lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke

fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain

2
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek

samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke 6 sekitar 40% dari 33 provinsi di

Indonesia.4

Kejadian penyakit hipertensi ini, pemerintah Indonesia sudah banyak

melakukan upaya untuk mengatasi kejadian hipertensi diantaranya adalah

mengebangkan dan memperkuat kegaitan deteksi dini hipertensi diantaranya

secara aktif ( skrining ), meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan

deteksi dinin melalui kegiatan posbindu Penyakit tidak Menular ( PTM ),

meningkatkan akses pasien terhadap pengobatan hipertensi mealui revitalisasi

puskesma untuk pengendalian PTM.5

Upaya untuk menurunkan konsekuensi timbulnya penyakit hipertensi

dibutuhkan deteksi awal dan manajemen kesehatan yang efektif. Kegiatan

identiftkasi faktor diharapkan mampu mendeteksi kasus hipertensi secra efektif.

Identifikasi faktor risiko dapat dilakukan melalui analisis gambaran berdasarkan

karakteristik tertentu seperti karakteristik individu.5

Berdasarkan Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur prevalensi hipertensi

berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia 18 tahun menurut Kabupaten

atau Kota di Jawa Timur. Kota Bondowoso menempati urutan ke 11 dari 38

Kabupaten atau Kota di Jawa Timur sebesar 9,5%.6

Puskesmas Tegalampel merupakan salah satu faskes layanan primer di Kota

Bondowoso yang masih memiliki kunjungan pasien hipertensi yang cukup

banyak. Pada data 15 penyakit terbanyak di Puskesmas Tegalampel Periode

3
kunjungan bulan Januari-Desember Tahun 2018, kejadian Penyakit darah tinggi

primer menduduki peringkat kedua setelah infeksi saluran pernafasan atas dengan

jumlah kasus kunjungan total 2.191 pasien atau 6,3% baik pasien laki-laki dan

perempuan, hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi.

Jika dilihat dari jumlah kunjungan pasien baru untuk jenis kelamin laki-laki

berjumlah 286 orang dan pasien baru jenis kelamin perempuan berjumlah 449

orang. Jika dilihat dari jumlah kunjungan kasus penderita hipertensi pada tahun

sebelumnya, yaitu pada tahun 2017 periode bulan Januari-Desember sebanyak

1.845 pasien atau 5,81% berdasarkan data kunjungan tersebut terjadi peningkatan

jumlah kunjungan penderita hipertensi ke puskesmas dari tahun 2017 ke tahun

2018.7

Desa Sekar Putih merupakan salah satu desa yang merupakan wilayah kerja

Puskesmas Tegalampel dengan angka kejadian hipertensi yang cukup tinggi, yaitu

sebanyak 104 kasus pada tahun 2017 dan 126 kasus pada tahun 2018.6 Dari data

tersebut didapatkan adanya peningkatan penemuan kasus hipertensi di Desa Sekar

Putih.7

Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan,

sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru

diketahui setelah terjadi komplikasi. Dokter dari Perhimpunan Hipertensi

Indonesia Dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH,FINASIM mengatakan tekanan

darah merupakan penyebab utama kematian di dunia tapi juga menjadi beban

utama sehingga ini menjadi masalah global.3

1.2 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan data dari Puskesmas Tegalampel pada data 15 penyakit

terbanyak di Puskesmas Tegalampel Periode kunjungan bulan Januari-Desember

Tahun 2018, kejadian Penyakit darah tinggi primer menduduki peringkat kedua

setelah infeksi saluran pernafasan atas dengan jumlah kasus kunjungan total

2.191 pasien atau 6,3% baik pasien laki-laki dan perempuan, hal ini menunjukkan

bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi. Dengan pertimbangan maka

rumusan masalah ini adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana “Gambaran

Faktor Risiko Pada Pasien Hipertensi Di Desa Sekar Putih Kecamatan

Tegalampel Kabupaten Bondowoso Peiode Juli-Agustus Tahun 2019”.

1.3 Tujuan Penelitian”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian hipertensi di Desa Sekar Putih Kecamatan Tegalampel

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk Instansi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau

masukan mengenai gambaran hasil faktor risiko hipertensi yang

nantinya dapat diterapkan sebagai cara untuk pencegahan primer dan

meminimalkan risiko komplikasi dari kejadian hipertensi. Dapat

menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

terutama dalam upaya preventif untuk mengendalikan faktor risiko

5
demi menurukan angka kejadian hipertensi melalui edukasi dan

promosi kesehatan.

1.4.2 Manfaat untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunanakan sebagai masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama

responden dalam mengetahui angka kejadian hipertensi dan faktor

risiko yang mempengaruhinya. Selanjutnya masyarakat serta

responden sadar dan termotivasi untuk melakukan tindakan

pengendalian faktor risiko demi menghindari komplikasi yang akan

terjadi .

1.4.3 Manfaat untuk Peneliti

Diharapkan dari penelitian ini, peneliti selanjutnya melakukan

penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi dan/atau motivasi masyarakat terhadap pengendalian faktor

risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan subjek

penelitian adalah pasien hipertensi yang hadir dalam kegiatan Posbindu PTM di

Desa Sekar Putih Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso pada bulan Juli-

Agustus Tahun 2019, sedangkan objek penelitiannya adalah gambaran faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi yang datanya diambil melalui

6
kuesioner, pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran Indeks Massa Tubuh

(IMT).

Anda mungkin juga menyukai