Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Puskesmas Tegalampel

Letak geografis Puskesmas DTP Tegalampel berada di Jl. RBA

Kironggo RT 02 RW 01 Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso

dengan luas wilayah kerja seluas 3.386,3 Ha, dengan Jumlah KK 25425 jiwa,

serta membawahi 7 Desa dan 1 Kelurahan dengan batas wilayah :

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Situbondo

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Taman Krocok

Sebelah Timur : Wilayah Kota Bondowoso

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Wringin

Puskesmas Tegalampel membawahi 7 (tujuh) desa binaan dan 1 (satu)

kelurahan yaitu :

1. Desa Karanganyar

2. Desa Sekar Putih

3. Desa Klabang Agung

4. Desa Klabang

5. Desa Mandiro

6. Desa Tanggulangin

7. Desa Purnama

8. Kelurahan Sekar Putih

43
4.1.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Puskesmas Tegalampel pada tahun 2018

berjumlah 25777 jiwa terdiri dari 12437 laki-laki dan 13340

perempuan. Dengan luas wilayah 3.386,3 Ha. Kepadatan penduduk

sangat erat kaitannya dengan penyebaran penyakit di suatu wilayah,

tingginya kasus – kasus penyakit infeksi dan menular adalah dampak

dari kepadatan penduduk yang tinggi dan kondisi lingkungan yang

buruk.

4.1.2 Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya

Lingkungan sosial ekonomi di wilayah UPTD Puskesmas

Tegalampel beraneka ragam dari masyarakat miskin sampai

Masyarakat yang tergolong berada secara ekonomi. Semuanya

dipengaruhi oleh mata pencaharian dari masing-masing kepala

keluarganya.

Mata pencaharian penduduk di wilayah UPTD Puskesmas DTP

Tegalampel sebagian besar terdiri dari Petani (60 %), Pedagang (19

%), Jasa (11%), Lain-lain (10%), jadi sebagian besar mata

pencaharian masyarakat Kecamatan Tegalampel adalah Petani. Jumlah

penduduk miskin di kecamatan Tegalampel pada tahun 2018 adalah

sebanyak 14,089 jiwa.

4.1.3 Lingkungan Fisik

Puskesmas Tegalampel mempunyai wilayah kerja seluas 3.386,3 Ha

dengan batas wilayah :

44
Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Situbondo

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Taman Krocok

Sebelah Timur : Wilayah Kota Bondowoso

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Wringin

Peta wilayah kerja Puskesmas Tegalampel dapat dilihat pada Gambar

di bawah ini :

Gambar 4. 1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegalampel

4.1.4 Data Demografik

1. Jumlah penduduk : 25777 Jiwa

2. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin

a. Laki – Laki : 12437 Jiwa

45
b. Perempuan : 13340 Jiwa

3. Jumlah KK : 25425 KK

4. Jumlah Ibu Hamil : 365 Orang

5. Jumlah Ibu Bersalin : 315 Ibu

6. Jumlah Ibu Meneteki : 319 Ibu

7. Jumlah Wanita usia Subur : 6574 Orang

8. Jumlah Bayi ( < 1 tahun ) : 286 Bayi

9. Jumlah Balita ( 1- 4 Tahun ) : 1203 Balita

10. Jumlah Pasangan Usia Subur : 4363 Orang

11. Jumlah Ibu Nifas : 319 Ibu

12. Jumlah Dukun Bayi : 16 Orang

13. Jumlah AKI : 0 Jiwa

14. Jumlah AKB : 6 Jiwa

15. Jumlah Kematian Perinatal : 6 Jiwa

16. Jumlah kematian Neonatal : 0 Jiwa

17. Jumlah lahir Mati : 6 Jiwa

18. Jumlah Lahir Hidup : 314 Jiwa

19. Jumlah Kematian Balita : 0 Jiwa

20. Jumlah Gizi Buruk : 0 Anak

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan kuesioner yang dibagikan

kepada 175 responden di Desa Sekar Putih di Kecamatan Tegalampel adalah

sebagai berikut:

46
4.2.1 Karakteristik Responden

4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran karekteristik responden

berdasarkan usia seperti tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia

No Usia Jumlah Persentase

1 < 20 0 0%

2 20-40 32 18.3 %

3 41-60 88 50.3 %

4 >60 55 31.4 %

Jumlah 175 100%

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden dengan usia < 20

tidak ada. Responden dengan usia 20-40 tahun berjumlah 32 orang

(18.3%). Responden dengan usia 40-60 berjumlah 88 orang (50.3 %).

Responden terbanyak dengan usia >60 berjumlah 55 orang (31.4 %).

Responden terbanyak adalah responden berusia 41-60 yang berjumlah 88

orang, dengan presentase 50,3 %.

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

47
Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran karekteristik responden

berdasarkan jenis kelamin seperti tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 47 26.9%

2 Perempuan 128 73.1%

Jumlah 175 100%

Berdasarkan tabel karakteristik Responden dengan jenis kelamin

laki-laki berjumlah 47 orang (26.9%). Responden dengan jenis kelamin

perempuan berjumlah 128 orang (73.1%).

4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Obesitas

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

Bondowoso, Tahun 2019, diperoleh gambaran karekteristik responden

berdasarkan indeks massa tubuh seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status

obesitas

No Status Obesitas Jumlah Persentase

1 Obesitas 69 39.4%

2 Tidak obesitas 106 60.6%

Jumlah 175 100%

48
Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang tidak

obesitas berjumlah 106 orang (60.6%). Responden dengan obesitas

berjumlah 69 (39.4%).

4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

Bondowoso Tahun 2019, diperoleh gambaran karakteristik responden

berdasarkan ada tidaknya diabetes melitus seperti tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat diabetes

melitus

No Diabetes Melitus Jumlah Persentase

1 Ada 15 8.6%

2 Tidak ada 160 90.4%

Jumlah 175 100%

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang mempunyai

riwayat diabetes melitus berjumlah 15 orang (8.6%). Responden yang

tidak mempunyai diabetes melitus berjumlah 160 orang ( 90.4%).

4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat

Hipertensi dalam Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran karakteristik responden

berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga seperti tabel dibawah ini.

49
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat hipertensi

dalam keluarga

No Riwayat Hipertensi Jumlah Persentase

dalam Keluarga

1 Ada 40 22.9 %

2 Tidak ada 135 77.1 %

Jumlah 175 100%

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang mempunyai

riwayat hipertensi dalam keluarga berjumlah 40 orang (22.9 %).

Responden yang tidak mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga

berjumlah 135 orang (77.1 %).

4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan

Merokok

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran karakteristik responden

berdasarkan riwayat hipertensi dalam keluarga seperti tabel dibawah ini

50
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan merokok

No Merokok Jumlah Persentase

1 Ya 34 19.4 %

2 Tidak 141 80.6 %

Jumlah 175 100%

Berdasarkan tabel karakteristik diatas responden yang merokok

berjumlah 34 orang (19.4 %). Responden yang tidak merokok berjumlah

141 orang (80.6%).

4.2.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan

pada responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten

Bondowoso, Jawa timur, diperoleh gambaran karakteristik responden

berdasarkan aktivitas fisik dalam keluarga seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik

No Aktivitas Fisik Jumlah Persentase

1 Ya 96 54.9 %

2 Tidak 79 45.1 %

Jumlah 100%

51
Berdasarkan tabel karakteristik di atas responden yang kurang

beraktifitas fisik berjumlah 96 orang (54.9%). Responden yang cukup

beraktifitas fisik berjumlah 79 orang (45.1%).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Gambaran Umur responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan

Tegalampel, Kabupaten Bondowoso periode Juli-Agustus Tahun

2019.

Berdasarkan hasil Analisis didapatkan bahwa lebih dominan pada

rentang umur 41-60 dengan jumlah 88 (50.3%) bidandingkan rentang

umur lebih 60 dengan jumlah 55 (31,4%), rentang umur 20-40

dengan jumlah 32 (18,3%), dan rentang umur kurang dari 20 tidak ada.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan

bahwa tingginya kejadian hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia,

karena disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar

sehingga lumen menjadi sempit dan dinding pembuluh darah menjadi

kaku, sehingga akibat tersebut tekanan darah sistolik meningkat.40

Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian

sebelumnya, menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang

bermakna dengan kejadian hipertensi dan merupakan salah satu faktor

risiko hipertensi dimana semakin tua umur, semakin berisiko terserang

hipertensi didapatkan hasil penelitian bahwa umur 36-45 tahun

mempunyai risiko menderita hipertensi 1,23 kali, umur 45-55 tahun

berisiko 2,22 kali, dan Umur 56-65 tahun berisiko 4,76 kali dibandingkan

umur yang lebih muda.41

52
Pada respon dengan usia diatas 60 tahun memang lebih berisiko,

namun jumlah responden yang diteliti di Desa Sekar Putih, Kecamatan

Tegalampel, Kabupaten Bondowoso berjumlah lebih sedikit dibandingkan

dengan resonden dengan rentang usia 41-60 tahun.

4.3.2 Gambaran Jenis Kelamin responden di Desa Sekar Putih,

Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso periode Juli-

Agustus Tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (26,9%) sedangkan

yang berjenis laki-laki (73,1%). Hasil Analisis diketahui bahwa

presentasi kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan

daripada laki- laki.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan

bahwa dengan bertambahnya usia, pada kelompok 65 tahun ke atas

prevalensi hipertensi akan lebih tinggi terjadi pada perempuan

dibandingkan laki-laki. Hal ini di buktikan dari hasil penelitian yang

memperoleh hasil bahwa kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada

perempuan sebesar 68,3% dibandingkan laki-laki sebesar 31,7%.42

Kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada jenis kelamin

perempuan di Desa Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabuaten

Bondowoso dikarenakan perempuan lebih peduli untuk mengontrol

penyakit hipertensinya dibandingkan laki-laki serta pada saat

kemungkinan pada saat dilakukan pemeriksaan responde laki-laki

sedang bekerja atau bertani.

53
4.3.3 Gambaran Obesitas responden di Desa Sekar Putih, Kecamatan

Tegalampel, Kabupaten Bondowoso periode Juli-Agustus Tahun

2019.

Berdasarkan hasil Analisis data obesitas didapatkan bahwa

hipertensi dengan obesitas penderita sejumlah 69 (39,4%), sedangkan

penderita hipertensi lebih besar terdapat pada penderita yang tidak

obesitas sejumlah 106 (60.6%).

Penelitian ini ada kesenjangan antara teori dengan hasil uji statistik.

Dimana menurut teori sesuai hasil penelitian sebelumnya, penelitian

menyatakan bahwa obesitas berkaitan erat dengan peningkatan

tekanan darah baik pada laiki-laki maupun perempuan.5 Dan hasil

penelitian menyatakan bahwa seseorang yang obesitas akan lebih

berisiko mengalami hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang

tidak obesitas.43 Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan bahwa

hasil uji statistiknya penderita hipertensi dengan IMT yang tidak

obesitas, hal ini dimungkinkan karena adanya faktor lain yang

mempengaruhi kejadian hipertensi.

Proporsi obesitas yang rendah dimungkinkan karena rata-rata

responden termasuk golongan yang memiliki ekonomi rendah

sehingga asupan gizi dari responden tidak terlebihan.

4.3.4 Gambaran Diabetes Melitus pada responden di Desa Sekar Putih,

Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso periode Juli-

Agustus Tahun 2019.

Penelitian Kohort menemukan bahwa penderita diabetes melitus

54
memiliki risiko yang tinggi untuk menderita hipertensi. Laki-laki

yang memiliki diabetes mellitus memiliki 3.63 kali risiko untuk

terkena hipertensi dibandingkan dengan laki-laki yang tidak

menderita diabetes melitus. Sementara pada perempuan yang

memiliki diabetes melitus 5.68 kali lebih berisiko untuk terkena

hipertensi.44

Berdasarkan hasil Analisis data Gula Darah Sewaktu didapatkan

bahwa penderita hipertensi yang terdiagnosa Diabetes Melitus

berjumlah 15(8,6%) sedangkan penderita hipertensi yang tidak

Diabetes Melitus berjumlah 160 (91,4%).

Meskipun hipertensi dan diabetes melitus merupakan pasangan

penyakit yang kerap muncul bersamaan. Namun, diabetes melitus

menyebabkan tekanan darah meningkat merupakan metabolisme hal

yang kompleks.

4.3.5 Gambaran Riwayat Hipertensi Keluarga responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso

periode Juli-Agustus Tahun 2019.

Berdasarkan hasil Analisis data responden, riwayat keluarga

dengan hipertensi sejumlah 40 (22,9%) sedangkan riwayat keluarga

dengan tidak hipertensi sejumlah 135 (77,1%).

Hasil ini tidak sejalan dengan peryataan yang menyatakan bahwa

seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi akan

berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak

mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.45 Penelitian ini ada

55
kesenjangan antara teori dengan hasil uji statistik. Hal ini dikarenakan

responden tidak mengetahui silsilah riwayat penyakit keluarga

4.3.6 Gambaran Kebiasaan Merokok pada responden di Desa Sekar

Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso periode

Juli-Agustus Tahun 2019.

Berdasarkan hasil Analisis data merokok didapatkan bahwa

penderita hipertensi dengan merokok sejumlah 34 (19,4%) dan

penderita hipertensi yang tidak merokok sejumlah 141 (80,6%).

Menurut teori Black & Hawks (2005) yang menyatakan bahwa

kandungan dalam rokok terdapat nikotin yang dapat menyebabkan

meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan vasokontriksi perifer

yang akan meningkatkan tekanan darah perifer pada jangka waktu

yang pendek, selama dan setelah merokok.46

Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi.47 Penelitian lain menyatakan

bahwa ada hubungan signifikan antara merokok dengan hipertensi.48

Dari hasil penelitian ini ada sedikit perbedaan yaitu penderita

hipertensi pada penelitian ini sebagian besar tidak merokok, tetapi

untuk faktor Merokok berisiko terhadap kejadian hipertensi. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian

yang saat ini adalah perempuan (26,9%) yang bukan perokok

sedangkan responden laki-laki yang merokok hanya sedikit yaitu

sebesar (73,1%).49

56
4.3.7 Gambaran Kurangnya Aktivitas Fisik pada responden di Desa

Sekar Putih, Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso

periode Juli-Agustus Tahun 2019.

Berdasarkan hasil Analisis data Kurangnya Aktivitas Fisik

didapatkan bahwa penderita hipertensi yang Kurangnya Aktivitas

Fisik berjumlah 96 (54,9%) sedangkan penderita hipertensi yang

Kurangnya Aktivitas Fisik berjumlah 79 (45,1%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian menyatakan

bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi,

dan individu yang kurang aktif mempunyai resik menderita hipertensi

sebesar 30-50%.50 Hasil penelitian juga dibuktikan dengan hasil

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak melakukan

aktivitas fisik mempunyai resik sebesar 2,899 kali lebih tinggi

dibandingkan yang melakukan aktivitas fisik.51

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya, adapun

keterbatasan-keterbatsan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemungkinan ada kesalahan dalam pengukuran tekanan darah atau

penggunaan sphygnomanometer. Apalagi sphygnomanometer yang

digunakan sphygnomanometer air raksa, dimana titik nol alat

sphygnomanometer tidak tepat atau tidak pas letaknya, pemompaan

tekanan alat yang tiba-tiba menyebabkan spasme arteri brakhialis sehingga

57
hasil yang diperoleh tidak akurat, letak posisi cuff yang tidak tepat, serta

ukuran cuff yang tidak tepat.

2. Kemungkinan ada kesalahan dalam pembacaan hasil timbangan yang

kurang teliti atau posisi tubuh responden yang kurang berdiri tegak dalam

pengukuran berat badan.

3. Kemungkinan ada kesalahan dalam pengukuran tinggi badan dengan

menggunakan meteran pada saat pengukuran posisi tubuh responden yang

tidak terlalu tegak dan kurangnya ketelitian dalam pembacaan angkanya.

4. Kemungkinan dalam pengambilan data tentang faktor risiko, ada

keterbatasan seperti kurangnya pemahaman, kejujuran dan daya ingat

responden.

58

Anda mungkin juga menyukai