1
KBBI, “Pengertian Evaluasi”, Di Akses Dari https://kbbi.web.id/evaluasi, Pada 8
Oktober 2019, Pukul 10.00 WIB
2
Anonim, “Kajian Teori Desain Pembelajaran” Di Akses Dari
http://digilib.uinsby.ac.id/6464/3/Bab%202.pdf, Pada Tanggal 8 Oktober 2019 Pukul 10.20 WIB
1
baik apabila dalam pelaksanaanya senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip
berikut ini:
Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat. Jadi teknik desain evaluasi
berarti alat yang digunakan dalam rangka melakukan kegiatan evaluasi. Dalam
hal evaluasi, sekolah diberikan wewenang untuk melakukan evaluasi,
3
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta : PT
Remaja Rosdakaya, 2012 ), hlm 22-31
2
khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi internal atau
sering juga disebut evaluasi diri, dilakukan oleh warga sekolah untuk
memantau proses pelaksanaan dan mengevaluasi hasil program-program yang
telah dilaksanakan. Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran
disekolah dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes, maka evaluasi
dilakukan dengan jalan menguji peserta didik, sedangkan teknik non test, maka
evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik4.
a. Teknik tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian dibidan pendidikan yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkain tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan atau perintah-perintah oleh tes sehingga dapat dihasilkan
nilai yang melambangkan tingkah laku dengan nilai-nilai yang
dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar
tertentu.
Ditinjau dari segi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar peserta didik, tes dibedakan menjadi empat
golongan:
1. Tes diagnostik, adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-
kelemahan siswa tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan
yang tepat.
2. Tes formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sudah
sejauh manakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan
tujuan pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
3. Tes sumatif, adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan,
4
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta : PT
Remaja Rosdakaya, 2012), hlm 22-31
3
disekolah tes ini dikenal dengan “ulangan umum”, dimana
hasilnya digunakan untuk mengisi nilai raport atau mengisi Surat
Tanda Belajar (STTB) atau Ijazah.
b. Teknik non tes
Dengan teknik non tes, maka penilain atau evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik,
melainkan dilakukan dengan:
1. Skala bertingkat (Ranting scale) skala menggambarkan suatu nilai
yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
2. Quesioner (Angket) Yaitu sebuah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Daftar cocok
(check list) yaitu deretan pernyataan dimana responden yang
dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) ditempat yang
sudah disediakan.
3. Wawancara (Interview) suatu metode atau cara yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya
jawab sepihak.
4. Pengamatan (observation) suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.
5. Riwayat hidup gambaran tentang keadaan seseorang selama
dalam masa kehidupannya5.
5
Ibid hlm 30
4
arah dan mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti
dan fungsinya.
b) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, misalnya
aspek kognitif, afektif atau psikomotorik.
c) Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan
didalam pelaksanaan evaluasi, misalnya apakah
menggunakan teknik tes atau non tes.
d) Menyusun alat-alat pengukur yang dipergunakan dalam
pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, seperti
butir-butir soal tes.
e) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan
dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan
interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar
itu sendiri.
b. Menghimpun data dalam evaluasi pembelajaran, wujud nyata dari
kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran,
misalnya dengan menyelenggarakan tes pembelajaran.
c. Melakukan verifikasi data verifikasi data dimaksudkan untuk
memisahkan data yang baik individu atau sekelompok individu
yang sedang dievaluasi dari data yang kurang baik (yang akan
mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut
serta diolah).
d. Mengolah dan menganalisis data, mengolah dan menganalisis
hasil evaluasi dilakukan dengan memberikan makna terhadap data
yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi6.
e. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan interpretasi
terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data
yang telah mengalami pengolahan dan penganalisaan.
6
Sukardi, Evalusi Pendidikan, (Yogjakarta : Bumi Aksara 2012 ) hlm 4
5
f. Tindak lanjut hasil evaluasi bertitik tolak dari data hasil evaluasi
yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan
sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung didalamnya,
maka pada akhirnya evaluasi akan dapat mengambil keputusan
atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan dipandang perlu
sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
4. Faktor-Faktor Yang Melemahkan Suatu Bentuk Evalusi
a. Sejarah7
Ketika program dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, dan dalam
jangka waktu tersebut ada program lain yang juga dilaksanakan, maka hal
ini akan menyebabkan hasil akhir yang menjadi tidak jelas. Sebagai
contoh: program spesial remedial sedang dilaksanakan di sebuah SD,
sementara pada saat yang bersamaan, stasiun TV pendidikan lokal
menayangkan program pelajaran matematika SD. Ketika pada akhirnya
dari hasil evaluasi menunjukkan ada peningkatan nilai matematika pada
anak SD, tidak jelas apakah disebabkan oleh remedial atau oleh program
TV.
b. Kedewasaan
Pada saat sebuah perlakuan sedang dalam proses, mungkin terjadi
pertumbuhan alami pada murid yang diteliti, baik secara biologis,
psikologis,maupun sosiologis. Pertumbuhan ini akan menyebabkan hasil
evaluasi menjadi tidak jelas. Conrohnya: hasil akhir tes membaca murid-
murid kelas 1 pada akhir tahun pelajaran meningkat. Namun peningkatan
ini tidak jelas apakah disebabkan oleh pembelajaran yang mereka terima,
atau karena mereka berusia 9 bulan lebih tua.
c. Ujian
siswa yang sudah 2 kali mengikuti tes, seperti dalam desain pre tes-post
tes, biasanya akan lebih ‘ahli’ pada saat posstes. Hal ini membingungkan.
Apakah siswa tersebut menjadi ‘ahli’ karena memang diberi perlakuan,
7
Udin Syaefudin Sa’ud Dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan
Suatu Pendekatan Komperhensif , (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 127-150
6
atau kerena memang dia sudah pernah mengikuti tes yang hampir mirip
pada saat pre tes.
d. Instrumentasi
Jika alat ukur diganti selama proses evaluasi, maka perubahan yang terjadi
pada murid terkadang dikaitkan dengan perubahan alat ukur tersebut,
bukan karena fenomena pendidikan yang sedang dievaluasi. Contohnya:
ketika 2 jenis tes digunakan untuk melakukan evaluasi, di mana pretest
lebih sulit dibandingkan posttes, maka ketika terjadi peningkatan hasil
siswa pada posttes, lebih sering dikaitkan dengan masalah sulit-mudah ini,
bukan karena adanya program yang diberikan.
e. Ketidakstabilan
Ketika pengukuran yang digunakan dalam evaluasi tidak terlalu stabil,
maka hasil akhir yang didapatkan juga menjadi tidak jelas.
f. Seleksi
Dalam suatu evaluasi, hasil akhir biasanya menjadi tidak jelas apabila
individu yang dimasukkan dalam kelompok penelitian memiliki perbedaan
yang sangat besar. Sebagai contoh: sekelompok siswa yang rajin belajar
dan bermotivasi tinggi diberi perlakuan X, sementara perlakuan Y
diberikan kepada sekelompok siswa yang malas, maka seolah-olah
perlakuan X akan lebih efektif daripada perlakuan Y8.
g. Moralitas
Ketika dua atau lebih kelompok digunakan dalam penelitian, dan salah
satu atau beberapa individu keluar dari kelompok, maka hasil evaluasi
menjadi tidak jelas. Contohnya: 2 kelompok yang diberi perlakuan sedang
diteliti mengenai pendapat mengenai sekolah. Dalam penelitian, seorang
atau beberapa siswa dari salah satu kelompok, pindah ke sekolah lain,
sementara siswa-siswa ini merupakan siswa yang memiliki pandangan
positif terhadap sekolah. Karena kehilangan siswa ini, maka kelompok
8
Sudarwan danim, Inovasi Pendidikan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), hlm 33-46
7
yang lian seolah-olah terlihat lebih baik daripada kelompok yang
ditinggalkan.
5. Tujuan dan Fungsi Desain Evaluasi Pembelajaran
a. Memberikan umpan balik terhadap proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan bagi siswa
b. Menentukan angka kemajuan masing-masing siswa yang dipakai sebagai
laporan kepada orang tua.
c. Memperoleh hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran
d. Menentukan kenaikan tingkat atau status dan lulus tidaknya peserta didik.
e. Menempatkan peserta didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat,
minsalnya dalam menentukan program studi atau jurusan dengan tingkat
kemampuan dan karakteristik peserta didik9.
Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi
dilaksanakan bukan hanya untuk mengetahui hasil-hasil yang diperoleh,
namun juga mempunyai tujuan untuk menentukan dan melihat hambatan-
hambatan yang dialami. Sementara evaluasi di dalam pembelajaran tidak
dapat dilepaskan dari fungsi evaluasi itu sendiri, adapun fungsi evaluasi
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan
peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar mengajar.
b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran
c. Untuk keperluan bimbingan dan konseling10
9
A’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung PT Remaja Rosdakarya,
2013), hlm 111-123
10
Ibid hlm 115