RESUME JURNALHUBUNGAN ANTARA INSOMNIA DAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DIKEC
AMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTAA.
Nama Peneliti
Armi Kurnia Tarbiyati, Soewadi, SumarniFakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogy
akarta
B.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara adanya gangguan tidur dengan kejadiandepresi pada la
nsia.
D.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan rancangancross sectional. Data
primer diambil melalui wawancara langsung denganresponden. Instrument penelitian berup
a kuesioner data pribadi, SPMSQ danKSPBJ Insomnia Rating Scale. SPMSQ (The Short Portabl
e Mental StatusQuestionere) untuk skrining kemampuan kognitif lansia. SDG (Skala Depresi
Geriatri) untuk mengukur depresi pada lansia. KSPBJ (Kelompok Studi PsikiatriBiologik Jakart
a) Insomnia Rating Scale digunakan untuk mengetahui skor dariinsomnia. Hubungan antara i
nsomnia dengan depresi dianalisis dengan ujistatistic Korelasi Pearson.
E.
Hasil Penelitian
Subyek penelitian sebanyak 61 lansia di kecamatan Mergangsan. Kriteriaresponden yang dii
kutsertakan dalampenelitian ini ditentukan oleh nilai SPMSQyang memuat 10 pertanyaan, bi
la responden menjawab salah > 4 maka tidakdiikutsertakan dalam penelitian ini. Setelah lolo
s SPMSQ responden diwawancarai dengan menggunakan SDG, bila skor > 4 maka responden
dinyatakan depresi. Responden dikatakan insomnia bila skor = 10
Variabel berdasarkan usia yaitu 60-88 tahun, dengan usia rata-rata 71,3tahun. Usia 60-
69 tahun berjumlah 28 orang (45,9%), usia 70-
79 tahun berjumlah 24 orang (39,3%) dan usia 80-
90 tahun berjumlah 9 orang (14,7%).Pada kelompok usia 60-
69 tahun yang mengalami depresi berjumlah 9 orang(14,7%), yang tidak depresi 19 orang (3
1,2%), yang mengalami insomnia 10orang (16,4%) dan yang tidak insomnia 18 orang (29,5%)
. Pada kelompok usia70-
79 tahun yang mengalami depresi berjumlah 8 orang (13,1%), yang tidakdepresi 16 orang (2
6,2%), yang mengalami insomnia 10 orang (16,4%) dan yangtidak insomnia 14 orang (22,9%)
. Pada usia 80-
90 tahun 5 orang (8,2%)mengalami depresi, yang tidak depresi 4 orang (6,6%), yang mengal
amiinsomnia 5 orang (8,2%) dan yang tidak insomnia 4 orang (6,6%). Dari 61responden yang
depresi dan tidak insomnia sebanyak 36 orang (59,1%).Responden yang depresi dan insomn
ia sebanyak 22 orang (36%). Respondenyang tidak depresi dan insomnia sebanyak 3 orang (
4,9%).Berdasarkan variabel jenis kelamin, dari 61 responden 19 orang (31,1%)adalah laki-
laki dan 42 orang (68,9%) perempuan. Pada responden laki-
laki 5orang (8,2%) mengalami depresi, 14 orang (22,9%) tidak depresi, 5 orang(8,2%) mengal
ami insomnia dan 14 orang (22,9%) tidak insomnia. Padaresponden perempuan 17 orang (2
7,9%) mengalami depresi, 25 orang (41%)tidak depresi, 5 orang (8,2%) mengalami insomnia
dan 22 orang (22,9%) tidakinsomnia.Berdasarkan status perkawinan, dari 61 responden 29 o
rang (47,5%) berstatus kawin dan 32 orang (52,5%) tidak kawin. Pada responden berstatusk
awin, 11 orang (18%) mengalami depresi, 18 orang (29,5%) tidak depresi, 10orang (16,4%)
mengalami insomnia dan 19 orang (31,1%) tidak insomnia. Padaresponden berstatus tidak k
awin, 11 orang (18%) mengalami depresi, 21 orang(34,5%) tidak depresi, 15 orang (24,6%)
mengalami insomnia dan 17 orang(27,9%) tidak insomnia. Dari data tersebut frekuensi depr
esi pada respondenyang berstatus kawin dan yang tidak kawin adalh sama, yaitu 11 orang b
erartitidak ada perbedaan bermakna antara terjadinya depresi pada lansia berstatuskawin d
an yang tidak kawin
Berdasarkan status pendidikan ada perbedaan yang cukup bermaknaantara depresi pada la
nsia dengan status responden yang sekolah dan tidaksekolah.
F.
Kesimpulan
Depresi pada lansia di kecamatan Mergangsan Yogyakarta berjumlah36,1% dan prevalensi in
somnia sebesar 44,26%. Terdapat pengaruh antaraterjadinya depresi pada lansia terhadap i
nsomnia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk status perkawinan tidak ada berpenga
ruh terhadap terjadinyadepresi.
G.
Saran Penelitian
a.
Perlu perhatian dan penatalaksanaan khusus pada kasus insomnia dandepresi pada lansia d
ari keluarga maupun orang-
orang terdekat karena haltersebut bisa berdampak kurang baik pada kehidupan lansia sebag
ai individumaupun dalam kehidupan sosial. b.
Perlu penatalaksanaan kesehatan lansia baik fisik dan mental yaitu denganadanya Posyandu
lansia yang bertujuan untuk memantau kesehatan paralansia di wilayah tersebut.c.
Perlu perhatian dan penatalaksanaan kesehatan fisik dan mental lansia daridinas kesehatan
setempat.d.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan yanglebih akurat sehingga
lebih bermanfaat.
H.
Kondisi riil di klinis atau lapanganUsia harapan hidup tertinggi dicapai oleh propinsi Daerah Y
ogyakarta.Factor psikososial lansia merupakan permasalahan yang sangat membebanikehid
upannya dan akan berpengaruh terhadap gangguan fisik, mental dansocial. Gangguan ment
al yang sering dijumpai pada lansia adalah insomnia
REFERENSI
1.
Suryo, S. 2003.
Depresi sebagai Faktor Resiko Insomnia pada Lansia di RSdr Sardjito Yogyakarta
. FK UGM Yogyakarta