Anda di halaman 1dari 3

PAROL FORKASI MAKASSAR

18 April 2019
Kamis 7:00pm WIB
Narsum:
Fransiska Oetami
Moderator:
Rara

PARENTING DI ERA DIGITAL – GADGET DAN BALITA

Paparan teknologi digital dalam kehidupan keluarga semakin besar. Selain harga gadget
semakin murah, interaktifitas yang ditawarkan gadget sangat menarik perhatian segala usia,
dari balita hingga ke usia dewasa. Di kalangan orang tua yang cukup sibuk, memiliki balita yang
bisa tenang bermain sendiri adalah sebuah idaman. Karena itu tidak jarang gadget menjadi
jawaban untuk memberi waktu lebih agar ayah dan bunda punya waktu lebih banyak mengurus
hal-hal lain.

Namun, mengingat bahwa perkembangan otak manusia paling pesat terjadi di usia 0-5 tahun,
tentunya besar sekali pengaruh gadget pada perkembangan anak kita di usia balita ini. Karena
itu para psikolog semakin gencar memperingatkan bahaya yang mengancam jika balita
terpapar oleh screen time gadget yang terlalu banyak.

Apa saja bahayanya, dan bagaimana mengatasinya?

Mari kita bagi balita menjadi 2 kelompok usia:

Usia 0-2 tahun

Kebutuhan bayi di kelompok usia ini, bisa dibilang cukup sederhana namun sangatlah penting
untuk perkembangannya di kemudian hari.

Dari segi fisik, perkembangan bayi yang awalnya hanya terfokus pada makan, minum, dan
buang air, dengan cepat berkembang ke perkembangan motorik kasar, yaitu berguling, duduk,
merangkak, berdiri lalu berjalan. Selain itu kendali pada tangan juga berkembang menjadi
semakin halus, dari sekedar menggerakkan tangan jadi memegang hingga mengendalikan
objek yang dia pegang (misalnya sendok). Semua perkembangan ini akan terjadi dengan baik
jika distimulasi dengan baik, misalnya, dengan memberi ruang yang aman untuk bayi bergerak,
diberi mainan yang aman untuk dipegang dan dimainkan menggunakan tangannya.

Dari segi psikologis, perkembangan bayi juga sangat penting. Sejak usia beberapa bulan saja,
bayi sudah menatap, mengenal, dan mencari wajah ayah bunda dan orang-orang terdekatnya,
dan berinteraksi dengan senyum dan bersuara. Ini pertanda bayi sudah mulai mengembangkan
kemampuan sosial-nya dengan membangun relasi, belajar berkomunikasi melalui bahasa
tubuh, ekspresi wajah, hingga bahasa lisan dengan meniru orang-orang di sekitarnya. Dari sini
juga berkembang rasa percaya anak pada orang-orang di sekitarnya, yang kemudian
berpengaruh pada rasa percaya dirinya juga.
Besar sekali pengaruh lingkungan pada perkembangan fase ini, karena itu sangatlah penting
untuk para orang tua menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak di
kelompok usia ini.

Selain itu, ada beberapa konsep berpikir yang juga mulai berkembang di usia ini, yaitu
dasar-dasar pemahaman sebab akibat yang sangat sederhana untuk menjadi rangka dasar
logika berpikirnya nanti.

Apa yang terjadi jika bayi di usia ini sudah dibiarkan bermain dengan gadget?
Tablet atau handphone yang sarat hiburan, baik itu video atau beragam game yang menarik
dengan suara, warna, dan beragam gerak gerik, sangat mudah menarik dan menjadi pusat
perhatian bayi dalam kurun waktu cukup lama. Bahkan hiburan yang sama bisa diulang-ulang
tanpa rasa bosan. Resiko yang dikhawatirkan terjadi adalah:
1. Screen time yang terlalu lama, sebagai akibat dari pembiaran anak menikmati hiburan yang
tersedia oleh gadget tersebut.
2. Otot mata tidak terlatih untuk melihat jauh dan dekat, sebagai akibat dari screen time yang
terlalu lama.
3. Otot-otot motorik kasar dan halus tidak terlatih untuk bekerja sebagaimana mestinya di usia
ini jika tubuh anak pasif menikmati hiburan gadget, akibatnya perkembangan fisik anak
terhambat.
4. Perkembangan sosial terhambat karena anak kurang berinteraksi dengan orang-orang di
sekitarnya, sehingga kemampuan membaca ekspresi wajah, gerakan tubuh, hingga
berkata-kata tidak berkembang sebagaimana mestinya.
5. Perkembangan kognitif atau pola pikir juga terhambat karena tidak mendapat stimulasi yang
dibutuhkan.

Karena itu pemberian gadget kepada bayi usiae 0-2 tahun tidak dianjurkan sama sekali.**

Usia 2-5 tahun


Di kelompok usia ini, anak-anak masih memiliki kebutuhan yang sama namun lebih kompleks.
Secara fisik, kemampuan motorik kasa

rnya sudah lebih baik untuk melakukan berbagai permainan ataupun olahraga fisik. Dari segi
motorik halus, sudah banyak yang bisa anak lakukan, termasuk menggunakan alat makan, alat
tulis (tidak harus bisa menulis ya), menyikat gigi, dll. Anak semakin mandiri dalam mengurus
dirinya. Dalam bermain pun, semakin banyak tantangan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan kemampuan fisik dan berpikirnya. Anak mulai memahami konsep waktu,
hal-hal yang lebih abstrak, dan sebab-akibat (logika dasar). Secara sosial, anak semakin
tertarik untuk menjalin hubungan dengan anak-anak seusianya, menambah kosa kata dalam
bicara, dan semakin pandai mengungkapkan apa yang ia pikirkan, rasakan dan inginkan.

Di usia ini, teknologi digital dapat membantu beberapa perkembangan, terutama melalui video
dan game yang diciptakan khusus untuk mengembangkan motorik halus dan kemampuan
berpikirnya. Game-game yang dapat membantu anak belajar menulis huruf, mengenal bentuk
dan warna, serta mengenal angka dan berhitung, bisa didownload gratis dari Google Playstore
atau AppStore. Namun, mengingat masih banyaknya kebutuhan perkembangan fisik,
psikologis, dan kognitifnya yang tidak dapat digantikan oleh game maupun video, penggunaan
gadget atau screen time di kelompok usia ini dibatasi menjadi hanya 1 jam/hari saja, itupun
harus di bawah pengawasan orang tua.

(American Academy of Pediatrics 2016)

Beberapa tips untuk orang tua:


· Komunikasikan peraturan kepada semua anggota keluarga dan pengasuh, agar semua
dapat berkontribusi menciptakan lingkungan tumbuh untuk balita.
· Berikan contoh pada anak, bahwa aktivitas yang menyenangkan tidak harus melibatkan
gadget, dengan membaca atau bermain mainan non-elektronik. Jadwalkan aktivitas bersama
keluarga untuk melakukan kegiatan-kegiatan ini.
· Kenali permainan non-elektronik kepada anak, yang menantang berbagai kemampuan fisik,
psikologis, dan kognitifnya untuk berkembang, seperti permainan bersama teman, bermain
dengan balok (lego), dan lain-lain.
· Beri anak dorongan untuk bermain dengan permainan yang membuatnya asik sendiri,
misalnya puzzle atau balok, di mana dia harus membuat sesuatu. Dorongan bisa dengan
memuji anak saat dia sedang bermain (fokus pada proses, bukan hanya pada hasil).
· Pada saat bepergian, siapkan buku, crayon, atau mainan untuk menjadi hiburan anak saat
di luar, dan tidak terikat pada gadget.

Semoga bermanfaat. ^_^

Parol forkasi Makasar

Anda mungkin juga menyukai