Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANALISIS PT.

KERETA API INDONESIA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis
Dosen Pengampu : Laras Ratu Khalida, S.S.T., M.M.

Disusun Oleh :

Maryam Saniah ( 18416261201113 )

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Buana Perjuangan Karawang
2018

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberkati Saya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Saya juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu Saya dalam pembuatan
makalah ini dan berbagai sumber yang telah Saya pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis
ini.

Saya mengakui bahwa Saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan kemampuan yang
Saya miliki. Dimana Saya juga memiliki keterbatasan kemampuan. Maka dari itu seperti yang
telah dijelaskan bahwa Saya memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, Saya bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Saya akan menerima semua kritik dan
saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis Saya di masa datang.
Sehingga semoga makalah berikutnya dan makalah lain dapat diselesaikan dengan hasil yang
lebih baik.

Dengan menyelesaikan makalah ini Saya mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini.

Penulis,

2
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I. PEMBAHASAN ............................................................................ 1

2.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

BAB II. ANALISIS REGULASI DAN BENCHMARKING ..................... 5

2.1 Analisis Regulasi ....................................................................... 5

2.2 Analisis Benchmarking.............................................................. 8

BAB III. PENUTUP .................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 10

3.2 Daftar Pustaka............................................................................ 10

ii3
BAB I
PEMBAHASAN

Latar Belakang
PT. Kereta Api (Persero) sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa
transportasi yaitu Kereta api yang dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan karena
kepuasan pelanggan adalah tuntutan mutlak konsumen yang tidak dapat ditawar-tawar. Banyak
hal yang harus dilakukan oleh PT. KAI yang ditandai dengan perubahan besar yang ditandai oleh
revolusi teknologi informasi, dengan adanya kemudahan komunikasi, informasi, dan pelaksanaan
yang baik yang menjadi landasan penyusunan perencanaan dan strategi-strategi yang lebih baik
dalam meningkatkan pelayanan dan kenyamanan bagi konsumen.
PT. Kereta Api (Persero) tidak terlepas dari sistem yang diterapkan oleh perusahaan pada
umumnya yaitu menyiapkan orientasi perusahaan menghadapi pasar. Menarik pelanggan untuk
memilih jasa Kereta Api adalah menjadi tugas utama perusahaan untuk dapat menjalankan sistem
transportasi ini sebagaimana semestinya, salah satunya membuat konsep manajemen pemasaran
dalam mencapai target-target penjualan dan pelayanan yang disusun dengan strategi-strategi yang
handal. Manajemen pemasaran ada bilamana setidak-tidaknya salah satu pihak dalam pertukaran
potensial mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh tanggapan yang diinginkan
dari pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan upaya yang dilakukan secara sadar untuk
menghasilkan pertukaran yang dikehendaki dengan pasar (target), orientasi perusahaan terhadap
pasar haruslah jelas, tersusun, efektif dan bertanggung jawab.
Salah satunya adalah penjualan (selling) yang menjadi acuan penting dalam perusahaan
meningkatkan dan mengukur kualitas perusahaan apakah naik atau turun, statis atau dinamis,
termasuk dibidang jasa seperti transportasi salah satunya Kereta api. Perusahaan harus
melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif terhadap pelanggan agar produk/jasa
yang ditawarkan sesuai harapan dan mempunyai nilai manfaat bagi penggunanya agar
perusahaan bisa mengukur jalan atau tidaknya perusahaan.

4 1
ANALISIS INDUSTRI KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA
BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA

Operator angkutan kereta api di Indonesia saat ini dilakukan oleh BUMN
Perkeretaapian, yaitu PT. Kereta Api (Persero). Pertumbuhan angkutan kereta api yang
dilakukan oleh PT. KA, baik penumpang maupun barang menunjukkan peningkatan (Grafik 1
dan Grafik 2). Bahkan, untuk angkutan penumpang, data menunjukkan realisasi volume yang
diangkut melebihi yang ditarget.

Grafik 1
Perkembangan Volume Angkutan Penumpang, Tahun 2013 s.d. 2017

300
[Juta Penumpang]

250
200
150
100
50

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017


RKAP 163,14 157,86 154,09 164,00 177,60
RJPP 242,75 169,56 154,09 164,00 177,60
Realisasi 149,79 151,49 159,30 175,50 187,40

PT. Kereta Api (Persero)

Data angkutan menunjukkan, peluang usaha angkutan kereta api ini masih sangat besar.
Di samping jumlahnya yang terus meningkat, realisasi angkutan penumpang yang melebihi
target menunjukkan kebutuhan akan jasa kereta api melebihi yang ditargetkan. Sementara
untuk angkutan barang, realisasinya belum mencapai target. Hal ini menunjukkan, operator
angkutan kereta perlu memperkuat diri untuk membidik angkutan barang.

52
Grafik 2
Perkembangan Volume (Ton) Angkutan Barang, Tahun 2013 s.d. 2017

30,00

25,00

20,00
Juta Ton

15,00

10,00

5,00

-
2013 2014 2015 2016 2017
RKAP 21,51 20,23 18,61 18,20 20,30
RJPP 27,22 19,77 18,61 18,20 20,30
Realisasi 17,46 17,33 17,20 17,20 18,60

PT. Kereta Api (Persero)

Peluang besar angkutan kereta api ini juga didukung oleh beberapa
keunggulan yang dimiliki kereta api di samping moda angkutan lainnya. Kereta Api dikenal
sebagai moda angkutan yang memiliki multi keunggulan, antara lain: Hemat energi; Hemat
lahan; Bersahabat dengan lingkungan; Tingkat keselamatan tinggi; Mampu mengangkut dalam
jumlah yang besar & massal; serta Adaptif terhadap perkembangan teknologi. Dikaitkan
dengan kecenderungan saat ini, kereta api menjadi moda transportasi yang sangat relevan
untuk dikembangkan.

Tabel 1
Perbandingan Pemakaian BBM Antar Moda Angkutan
Volume Konsumsi Energi Konsumsi Energi BBM
No Moda Transportasi
Angkut BBm / KM / Orang

1 KERETA API 1500 orang 3 liter 0,002 liter

2 BUS 40 orang 0,5 liter 0,0125

PESAWAT
3 500 orang 40 liter 0,08 liter
TERBANG

4 KAPAL LAUT 1500 orang 10 liter 0,006 liter


Sumber: PT. Kereta Api (Persero)
6
3
Pihak PT KA sendiri mengakui, manfaat dalam skala nasional dari
pengembangan perkeretaapian di Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut:∗ (1) Menekan
Kerusakan Jalan Raya, sehingga mampu menghemat keuangan Negara yang dialokasikan untuk
perawatan jalan serta membayar berbagai resiko yang timbul selama ini. (2) Menekan
Kepadatan Lalulintas Jalan Raya, sehingga meminimalkan pemborosan konsumsi BBM akibat
kemacetan lalulintas, serta mengurangi resiko kecelakaan lalulintas di jalan raya. (3) Minimasi
biaya angkutan & distribusi Logistik Nasional, sehingga di satu sisi mampu menekan biaya
produksi dan membuka peluang kompetisi ekspor, di sisi lain menekan harga satuan produksi
konsumsi domestik di pasar. (4) Optimasi Kapasitas Angkut KA, yang selama ini sebagian
besar masih "idle capacity" khususnya untuk KA Barang.

7
4
BAB II
ANALISIS REGULASI DAN BENCHMARKING

Analisis Regulasi

Terdapat perkembangan peraturan perundang-undangan yang secara langsung


berpengaruh terhadap kegiatan operasional perusahaan.

1) Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


Berdasarkan masukan dari berbagai pihak, karena dinilai tidak sesuai dengan
kemajuan teknologi dan perkembangan tuntutan konsumen, Pemerintah
melakukan revisi UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian menjadi UU No. 23
Tahun 2007. Beberapa perubahan penting yang dimuat dalam UU tersebut adalah
dihilangkannya hak monopoli PT. KERETA API (Persero) dengan membuka
peluang bagi pihak swasta dalam penyelenggaraan perkeretaapian di bidang
sarana dan prasarana. Hal ini ditujukan untuk mendorong masuknya investasi
swasta di bidang perkeretaapian baik sebagai operator (yang diharapkan juga
meningkatkan kualitas sarana perkeretapaian yang digunakan) ataupun sebagai investor
di bidang prasarana guna mendorong perluasan jaringan transportasi kereta api
di Indonesia. Revisi lainnya menyangkut desentralisasi (seiring dengan
otonomisasi daerah), sehingga pemerintah lokal dapat berperan serta sebagai investor
sarana dan prasarana perkeretaapian di daerahnya sekaligus membuka peluang
pemerintah lokal untuk bertindak sebagai operator bisnis perkeretaapian di daerahnya.

8
5
Jadi ke depan pembiayaan untuk investasi sarana dan prasarana perkeretapaian dapat
dilakukan juga dengan skema Public Private Partnership (PPP), pembiayaan swasta,
maupun pembiayaan pemerintah daerah. Selain itu faktor, kewenangan, strandarisasi
pelayanan, sertifikasi, lisensi atau perizinan usaha serta perlindungan hak-hak konsumen
dalam menikmati layanan kereta api juga dibahas dalam UU tersebut.

Untuk menyikapi UU ini, PT KA harus proaktif melakukan penjajakan dan


merealisasikan berbagai kerjasama pengembangan sarana dan prasarana serta perluasan
bisnis transportasi integrasi antarmoda baik dengan pihak swasta maupun pemda agar
dapat mempertahankan eksistensinya sebagai pihak paling dominan dalam bisnis
perkeretaapian Indonesia. Upaya ini diharapkan membuat PT KA akan selalu terlibat dan
dilibatkan dalam setiap perkembangan bisnis perkereta apian dengan mengedepankan
pengalaman dan keahlian teknis pengelolaan yang sudah terbentuk puluhan tahun.

2) Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1998


tentang Prasarana dan Sarana Kereta api
Peraturan pemerintah ini mengatur secara lebih terperinci mengenai prasarana dan sarana
kereta api. Dalam PP ini, dijelaskan definisi dan cakupan sarana dan prasarana. Selain itu
diatur juga tentang pengaturan pemanfaatan prasarana dan sarana. PP ini cukup
akomodatif terhadap potensi pengembangan perkeretaapian khususnya yang terkait
dengan pemanfaatan prasarana dan sarana. PP ini memungkinkan/ mengizinkan
pemanfaatan stasiun dan properti milik PT. KERETA API (Persero) untuk dimanfaatkan
di luar usaha angkutan, misalnya untuk pertokoan, rumah makan, perkantoran dan atau
keperluan akomodasi lainnya sepanjang tidak mengganggu aktivitas dan fungsi stasiun itu
sendiri.

Selain itu pasal-pasal tertentu mengatur prinsip-prinsip yang idealnya diterapkan dalam
operasional kereta api, walaupun beberapa di antaranya belum dapat diterapkan dalam
perkeretaapian di Indonesia saat ini:
• Tentang perlintasan sebidang, PP ini menjelaskan jika untuk pembangunan jalan,
jalur kereta api khusus, saluran air dan atau prasarana lain, diperlukan
persambungan, pemotongan, atau persinggungan dengan jalur kereta api, maka hal
itu dapat dilakukan dengan seijin Menteri dengan memperhatikan beberapa prinsip
sebagaimana diatur pada pasal 17 ayat 2. Kenyataannya banyak sekali perlintasan
sebidang yang kurang mempertimbangkan faktor keselamatan.
• Komunikasi antar awak kereta api harus direkam (menurut PP pasal 31 ayat 2),
belum dapat diterapkan pada seluruh operasional KA karena berkaitan dengan

6
teknologi yang ada.
• Pengaturan pada pasal 47 ayat 2, bahwa dalam hal penyediaan sarana KA, perlu
diutamakan produksi dalam negeri, belum dapat dilakukan.
• Penyediaan fasilitas untuk penyandang cacat dan orang sakit pada prasarana dan
sarana KA sebagaimana diatur pada pasal 58 ayat 1, belum dimungkinkan
dalam waktu dekat menunggu beberapa kebijakan yang mendukungnya.

Namun beberapa pengaturan terlihat masih bernuansa birokratis antara lain terlihat pada:
• Pasal 17 (2) Perlunya izin Menteri dalam hal diperlukan persambungan,
pemotongan, atau persinggungan jalur kereta api, maka hal itu dapat dilakukan dengan
seizin Menteri dan dengan memperhatikan beberapa prinsip.
• Pasal 54 Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian sarana kereta api.

Selain itu, dalam pasal 77, dijelaskan bahwa: perlintasan sebidang yang pada saat
berlakunya PP ini telah ada tetapi belum memiliki izin, harus mendapatkan izin dan
dilengkapi dengan perlengkapan perlintasan. Ketentuan ini di satu sisi mengusahakan
agar tidak ada perlintasan sebidang yang liar, namun di sisi lain membuka celah untuk
legalisasi perlintasan liar.

3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


Dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri,
serta tantangan persaingan global, Pemerintah Pusat memandang perlu menyelenggarakan
Otonomi Daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan,
pembagian, dan pemanfaatan sumber daya

7
nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan prinsip-
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta potensi dan
keanekaragaman Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal tersebut dituangkan dalam Undang- Undang No. 32 Tahun 2004.
Pelaksanaan Undang-Undang ini memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah
dalam mengatur dan mengelola sarana dan prasarana, serta sumber daya yang berada di
bawah tanggung jawabnya.

Untuk itu terdapat peluang bagi PT. KERETA API (Persero) untuk bekerja sama dengan
Pemerintah Daerah untuk menyediakan solusi transportasi yang sustainable khususnya
dalam pengembangan perkeretaapian sehingga akan meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat, mendorong perekonomian daerah serta memperbesar akses transportasi antar
wilayah.

4) UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dalam rangka mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah melalui penyediaan
sumber-sumber pembiayaan berdasarkan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas dan
tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan, yang dituangkan dalam
Undang-Undang No. 33
Tahun 2004. Pelaksanaan Undang-Undang ini memberikan keleluasaan bagi Pemda untuk
melakukan pembiayaan dalam menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini berdampak positif bagi perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan
Pemerintah Daerah dalam upaya efisiensi / menekan pemborosan biaya ekonomis yang
sekaligus membuka peluang pengembangan bisnis yang juga menguntungkan Perusahaan

Analisis Benchmarking

Berdasarkan pada data kinerja konsolidasi untuk PT Kereta Api yang kemudian
dibandingkan dengan kinerja salah satu perusahaan pengelola jasa transportasi

8
perkeretaapian besar dunia, Central Japan Railway, diperoleh gambaran seperti
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Benchmark Kinerja PT. KA dan Central Japan Railway
KAI Central Japan Railway
Uraian Growth Komposisi Growth Komposisi
2007 2006 2007 2006 2007 2005 2006 2007

Operating Revenues -3.66% 100.00% 100.00% 1.61% 4.57% 100.00% 100.00% 100.00%
Total Operating Expense 3.98% 104.73% 113.03% 2.34% 3.33% 75.32% 73.01% 72.14%
Operating Income 165.19% -4.73% -13.03% -0.31% 7.94% 24.68% 26.99% 27.86%
Non Operating Revenue 112.56% 4.92% 10.85% -12.76% 0.00% 0.67% 0.56%
Non Operating Expense 0.00% 0.00% -5.06% 0.00% 11.79% 10.70%
Ordinary Income -1232.02% 0.19% -2.18% 16.73% 24.68% 15.87% 17.71%
Extraordinary Gain -100.00% 0.01% 0.00% 79.96% 0.00% 1.29% 2.21%
Extraordinary Loss 0.00% 0.00% 72.38% 0.00% 1.53% 2.52%
Income before income taxes
and minority interests -1167.30% 0.20% -2.18% 12.82% 16.49% 11.31% 15.63% 17.41%

Data Tabel 2 menunjukkan, Central Japan Railways berhasil menjalankan usahanya


secara efisien dengan margin laba operasi rata-rata di kisaran 30%. Sementara Gambar 1
menunjukkan, pengembangan bisnis pendukung jasa transportasi kereta api yang dilakukan
oleh Central Japan Railways. Gambar 1 menunjukkan, bisnis pendukung yang dilakukan oleh
Central Japan Railways dapat memberikan kontribusi hingga 26% total pendapatan dan 6%
keuntungan operasi. Hal ini juga dapat menjadi benchmark bagi PT. KA sebagai BUMN satu-
satunya operator kereta api di Indonesia saat ini.

Gambar 1
Komposisi Bisnis Central Japan Railway

Revenue Operating Income


2% 3% 1%
10%

4%

Transportation Transportation
12%
Merchandise and Other Merchandise and Other
Real Estate Real Estate
Other Service Other Service

74%

94%

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan pada beberapa bab sebelumnya, maka dapat menarik
beberapa kesimpulan, antara lain dapat disimpulkan bahwa faktor kunci Internal yang
dimiliki oleh PT. Kereta Api terdiri dari 2 faktor yaitu kekuatan dan kelemahan, kekuatan
yang dimiliki oleh PT. Kereta Api yaitu :
• Memili track/jalur sendiri sehingga terbebas hambatan perjalanan
• Penjadwalan perjalanan disesuaikan dengan waktu-waktu kegiatan sosial dan
ekonomi
• Setiap lini staf dikerjakan oleh yang ahli dibidangnya
• Sistem rencana anggaran yang terdesentralisasi
• Kemudahan reservasi dengan via online, telepon dll

Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh PT. Kereta Api, yaitu :


• Terbatasnya rangkaian Kereta Api kelas bisnis yang berangkat dari Yogya ke
Jakarta
• Sarana yang dimiliki sebagian besar sudah tua
• Koordinasi lebih sulit karena organisasi lebih kompleks
• Sulitnya pengontrolan dan pengawasan anggaran
• Kurang terpublishnya kemudahan reservasi KA
• Kererbatasan sistem informasi dalam pengaturan kedatangan KA

Daftar Pustaka

http://makalahkuliahstai.blogspot.com/2015/06/analisis-swot-pt-kai.html
https://www.scribd.com/document/56068913/Analisis-Industri-KA

10

Anda mungkin juga menyukai