Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah pekerjaan yang direncanakan dengan matang maka akan
menghasilkan suatu hasil yang matang pula, tidak terkecuali evaluasi. Evaluasi
yang merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran haruslah memiliki
perencanaan yang matang agar dapat terlaksana dan mencapai hasil yang
maksimal. Perencanaan yang matang adalah perencanaan yang dilakukan dengan
baik dan benar.

Dalam dunia pendidikan, semua unsur yang ada dalam proses belajar-
mengajar merupakan hal yang penting untuk menjadi acuan sukses atau tidaknya
hasil dari pembelajaran tersebut. Maka demi terwujudnya hasil belajar yang sesuai
dengan standar kelulusan minimal perlu juga adanya rancangan penilaian hasil
belajar.

Rancangan penilaian hasil belajar disusun sebagai acuan bagi satuan


pendidikan dan pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas guna
mendukung penjaminan dan pengendalian mutu lulusan. Di sisi lain, dengan
menggunakan rancangan penilaian hasil belajar ini diharapkan pendidik dapat
mengarahkan peserta didik menunjukkan penguasaan kompetensi yang telah
diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian perencanaan?
2. Langkah-langkah apa saja yang diperlukan untuk perencanaan?
3. Bagaimana cara pembuatan kisi-kisi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan.
3. Untuk mengetahui pembuatan kisi-kisi.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perencanaan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata
dasar rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan
berarti proses, perbuatan, cara merencanakan. Selain itu, rencana dapat diartikan
sebagai pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, proses perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan
yang akan dicapai melalui analisia kebutuhan serta dokumenyang lengkap,
kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu.

Beberapa ahli mendefinisikan perencanaan sebagai berikut:


1. Menurut William G. Chunningham, perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang
akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan dan perilaku dalam batas-batas
yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Oleh karena
itu, perencanaan lebih menekankan pada wujud tujuan yang akan datang, dan
usaha untuk mencapainya.

2. Menurut Arthur W. Steller, perencanaan adalah hubungan antara apa yang


ada sekarang (What is) dengan bagaimana seharusnya (What should be) yang
berhubungan dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan
alokasi sumber. Oleh karena itu, perencanaan menekankan pada usaha
mengisi kesenjangan atau menghilangkan jarak antara keadaan sekarang
dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa yang dicita-
citakan.

3. Menurut Donald P. Ely, perencanaan adalah suatu proses untuk menetapkan


“ke mana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ke “tempat” itu dengan
3

cara yang paling efektif dan efisien. Menetapkan “ke mana harus pergi”
mengandung pengertian sama dengan merumuskan tujuan dan sasaran yang
hendak dituju, sedangkan “bagaimana untuk sampai ke tempat itu” berarti
menyusun langkah-langkah yang efektif untuk mencapai tujuan.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan


mengandung paling sedikit empat unsur yaitu:
a. Ada tujuan yang harus dicapai.
b. Ada strategi untuk mencapai tujuan.
c. Sumber daya yang mendukung.
d. Implementasi setiap keputusan.

Perencanaan selalu mempunyai arah yang hendak dicapai yaitu tujua yang
harus dirumuskan dalam bentuk sasarn yang jelas dan terukur. Strategi untuk
mencapai tujuan berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan
oleh seorang perencana. Penetapan sumber daya dapat mendukung diperlukan
untuk mencapai tujuan meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan,
anggaran biaya dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber
daya. Untuk menilai efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari
implementasinya.

Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk memperkecil
kesenjangan yang ada dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan
merupakan hasil proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian dari berbagai
alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi, yang
merupakan awal dari semua proses pelaksanaan kegiatan yang bersigat rasional.

2.2 Langkah-langkah Perencanaannya


Langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar, dimana dijelaskan enam
langkah pokok, yaitu :
4

2.2.1 Menyusun Rencana Evaluasi Hasil Belajar


Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu
perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar
itu umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:
1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan
evaluasi hasil belajar penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas
maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada
gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan
fungsinya.
2. Menentapkan aspek-aspek yang hendak di evaluasi. Misalnya apakah
aspek kognitif, aspek afektif ataukah aspek psikomotorik.
3. Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan
dengan menggunakan teknik tes ataukah nontes.
4. Menyusun alat-alat pengukuran yang akan dipergunakan dalam
pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, seperti butir-
butir soal tes hasil belajar (pada evaluasi hasil belajar yang
menggunakan teknik tes). Daftar check (check list), ranting scale,
panduan wawancara (interview guide) atau daftar angket
(questionnaire), untuk evaluasi hasil belajar yang menggunakan teknik
nontes.
5. Menentukan tolak ukur, norma, atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan untuk memberikan interpretasi terhadap data
hasil evaluasi. Misalanya apakah yang dipergunakan Penilaian
Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan Penilaian
Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).
6. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi kegiatan hasil belajar itu
sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan
dilaksanakan).
5

2.2.2 Menghimpun Data


Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun
data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan
tes hasil belajar atau melakukan pengamatan, wawancara, atau angket dengan
menngunakan instrumen-instrumen tertentu.

2.2.3 Melakukan Verifikasi Data


Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum
diolah lebih lanjut. Proses penyaringan data yang dikenal dengan istilah
penelitian data atau vertifikasi data. Vertifikasi data dimaksudkan untuk dapat
memisahkan data yang “baik” (yakni data yang dapat memperjelas gambaran
yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang
sedang di evaluasi) dan data yang “kurang baik” ( yakni data yang akan
mengaburkab gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta
diolah).

2.2.4 Mengolah dan Menganalisis Data


Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud
untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam
kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu maka data hasil evaluasi perlu disusun
dan diatur demikian rupa sehingga “dapat berbicara”. Dalam mengolah dan
menganalisis data evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik atau teknik
nonstatistik, tergantung kepada jenis data yang akan diolah dan dianalisis.

2.2.5 Memberikan Interprestasi dan Menarik Kesimpulan


Data yang telah diolah sebelumnya, dan kesimpulan harus sesuai dengan
tujuan evaluasi tersebut. Penafsiran atau interprestasi terhadap data hasil
evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalitas dari makna
yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan dan
menganalisis data itu. Atas dasar interprestasi terhadap data hasil evaluasi itu
pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu.
6

Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tentu harus mengacu


kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.

2.2.6 Tindak Lanjut Hasil Evaluasi


Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah,
dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang
terkandung di dalamnya maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil
keputusan atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu
sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut. Harus senantiasa diingat
bahwa setiap kegiatan evaluasi menuntut adanya tindak lanjut yang kongkret.
Tanpa diikuti oleh tindak lanjut yang kongkret maka pekerjaan evaluasi itu
hanya akan sampai kepada pernyataan, yang menyatakan bahwa: “Saya tahu,
bahwa ini begini dan itu begitu”. Apabila hal seperti itu terjadi, maka
kegiatan evaluasi itu sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bagi
evaluator.

Dalam buku berjudul, Guru dalam Proses Belajar Mengajar Karya


Muhammad Ali, juga dijelaskan mengenai langkah-langkah evaluasi, yakni:

a. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini bahan-bahan yang diperlukan untuk menyusun alat
evaluasi dihimpun, bahan-bahan tersebut meliputi:
1) Tujuan pengajaran. Yakni bentuk perilaku yang akan dievaluasi. Bila
evaluasi dilakukan secara formatif tujuan pengajaran disamping untuk
kepentingan evaluasi, juga dalam rangka pengembangan sistem
pengajaran. Bila evaluasi dilakukan sebagai evaluasi sumatik atau
kepentingan diagnostik maupun penempatan. Maka perumusan tujuan
disesuaikan dengan maksud tertentu. Dalam perumusan tujuan
diperlukan aspek yang diukur berdasarkan klasifikasi pendidikan.
2) Menentukan ruang lingkup dan urutan bahan berpedoman pada kisi-kisi
yang dibuat. Dalam hal ini perlu diperhatikan pula penggunaan sumber
yang refrensatif, sehingga dalam mengambil sample bahan yang akan
7

dievaluasikan betul-betul mencerminkan tentang berbagai aspek yang


akan diukur. Hal ini terutama sekali berlaku bila bukan evaluasi formatif
yang dilakukan.
3) Menuliskan butir-butir soal dengan bentuk sebagaimana direncanakn dan
dibuat dalam kisi-kisi.
4) Bila evaluasi dilaksanakan selain untuk kepentingan evaluasi formatif,
soal yang dibuat diuji coba terlebih dahulu sebelum diperbanyak sesuai
dengan kebetulan.

b. Tahapan Pelaksana
Melaksanakan evaluasi harus disesuaikan dengan maksud tertentu.
Evaluasi formatif dilaksanakan setiap kali dilakukan pengajaran terhadap satu
unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program,
apakah semester atau kelas terakhir (Evaluasi belajar tahap akhir termasuk
pula evaluasi sumatif). Evaluasi diagnostik dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.

c. Tahapan Pemeriksaan
Penentuan dan pengolahan angka atau skor. Dalam memeriksa pekerjaan
hasil evaluasi seharusnya digunakan kunci jawaban, baik untuk evaluasi
dengan test essay maupun tes objektif. Dalam hal ini untuk mempermudah
pemeriksaan juga untuk menghindari subjektif dalam memberikan angka.
Angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan masih dalam bentuk angka
mentah. Agar kita memperoleh angka masak perlu dilakukan pengolahan
dengan menggunakan aturan-aturan tertentu. Untuk menghasilkan angka
terjabar ini dasar penentuan angka disesuaikan dengan acuan.

2.3 Pembuatan Kisi-kisi


2.3.1 Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal
setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya.
8

2.3.2 Penyusunan Kisi-kisi


Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi
adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis
soal.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang
telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

2.3.3 Perumusan Indikator Soal


Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal
yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari
kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat,
guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator
pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik
dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik:
1. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat.
2. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu
atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan.
3. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup
A = audience (peserta didik),
B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan),
C = condition (kondisi yang diberikan), dan
D = degree (tindakan yang diharapkan).

Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah


menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan
untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya
9

berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau


lainnya. Sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik
dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua
ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan
(stimulus).

2.3.4 Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis


Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam penyiapan bahan ulang/ujian. Setiap butir soal yang ditulis
harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi
dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan
soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung
pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal
uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes
tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun
uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat
mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian
di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan
dan menyatakan jawabannya kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal
bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya,
sedangkan untuk soal uraian diantaranya adalah sulit menyusun pedoman
penskorannya.
10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk
memperkecil kesenjangan yang ada dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

2. Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi:


a) menyusun rencana hasil belajar,
b) menghimpun data,
c) melakukan verifikasi data,
d) mengolah dan menganalisis data,
e) memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan data, dan
f) tindak lanjut evaluasi.

3. Pembuatan kisi kisi meliputi:


a) penentuan dan penyebaran soal,
b) penyusunan kisi-kisi,
c) perumusan indikator soal, dan
d) penyusunan butir soal tes tertulis.
11

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidika., Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2005.

Devista64. Cara Penyusunan Kisi-kisi dan Butir Soal, Wordpress.com. 2012


(Dilihat oleh penulis 07 Oktober 2017).

Doni, Sindu, BG Plahguna, dan Yogi, Evaluasi Pendidikan, Singaraja: Beta.


2014.
Nurdiansyah Andi. Pengertian Perencanaan. Blogspot.co.id. 2011 (Dilihat Oleh
Penulis 08 Oktober 2017).

Pawansya Jitraes. Makalah Teknik Evaluasi Hasil Belajar. Blogspot.co.id. 2016


(Dilihat oleh penulis 07 Oktober 2017).

Anda mungkin juga menyukai