Anda di halaman 1dari 16

Transportasi Kereta Api.....

(Lasmiyati) 197

TRANSPORTASI KERETA API DI JAWA BARAT


ABAD KE-19
(BOGOR-SUKABUMI-BANDUNG)
TRAIN TRANSPORTATION IN WEST JAVA IN 19th CENTURY
(BOGOR-SUKABUMI-BANDUNG)
Lasmiyati
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jln. Cinambo 136 Ujungberung Bandung
e-mail: lasmiyatinizam@gmail.com

Naskah Diterima: 8 Mei 2017 Naskah Direvisi: 3 Juni 2017 Naskah Disetujui: 11 September 2017

Abstrak
Kopi merupakan jenis tanaman yang laku di pasaranEropa. Kopi yang pernah diujicoba
ditanam di Batavia dan Karawang hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan kopi yang
ditanam di dataran Sukabumi. Selain kopi, tanaman yang laku di pasaran Eropa adalah teh,
kapas, dan nila. Dengan produk hasil bumi yang melimpah danlaku di pasaran Eropa tersebut
belum didukung adanya sarana transportasi yang mamadai, pasalnya jenis transportasi yang ada
masih menggunakan hewan beban, dan sarana jalan yang ada masih jalan setapak. Dari
permasalahan tersebut, para pemilik perkebunan memikirkan adanya jenis transportasi kereta
api yang dapat mengangkut hasil bumi dari gudang penyimpanan ke pelabuhan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui transportasi di Jawa Barat (Bogor-Sukabumi-Bandung) pada abad
ke-19. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi,
dan historiografi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa jalur
transpotasi kereta api dari Bogor-Sukabumi-Bandung dibangun untuk mengangkut hasil
perkebunan yang ternyata pembangunan jalur transportasi tersebut telah membawa dampak pada
pertumbuhan wilayah dan pergerakan penduduk dari desa ke kota.
Kata kunci: Transportasi Kereta Api, Bogor-Sukabumi-Bandung, Pertumbuhan Kota.

Abstract
Coffee is a plant that sells in the European market. Coffee ever tested planted in Batavia
and Karawang but the result is less satisfactory compared to the coffee grown in the plains of
Sukabumi. Beside coffee, the plants that sell well in the European market are tea, cotton, and nila.
This abundant produce of crops and products which is sold in the European market has not been
supported by the well transportation. The transportation is still using load animals, and the
existing road facilities are still paths. From these problems, plantation owners think of the kind of
rail transport that can transport crops from the warehouse to the harbor. This research was
conducted to know the transportation in West Java (Bogor-Sukabumi-Bandung) in the 19th
century. The method that used is a historical method that includes heuristics, criticism,
interpretation, and historiography. From the results of the research, obtained information that the
railway transportation from Bogor-Sukabumi-Bandung was built to transport the results of
plantations that turned out the construction of the transportation line has had an impact on the
growth of the region and the movement of villagers to the city.
Keywords: Train Transportation, Bogor-Sukabumi-Bandung, city growth.
198 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

A. PENDAHULUAN Kepemilikan tanah di Bogor misalnya,


Pada tanggal 25 Januari 1813, memberikan dampak berupa naiknya status
Van Rie Beek dan Zwadecroon(pengusaha sosial bagi sang pemilik tanah dalam
dari Belanda) membeli tanah seluas 5/12 stratifikasi sosial masyarakatnya
dari luas wilayah di Sukabumi yang (Nurbaity, 2015: 218). Secara geografis
berbatasan dengan lereng Gunung wilayah Bogor merupakan daerah yang
Pangrango di sebelah utara, Sungai baik untuk budi daya teh.
Cimandiri di sebelah selatan, berbatasan Pembudidayaan tanaman teh dan kopi
dengan Keresidenan Jakarta di sebelah khususnya di Bogor, Sukabumi, dan
barat, dan Sungai Cikupa1di sebelah timur. Bandungmemeroleh hasil memuaskan.
Pembelian lahan tersebut untuk Bahkan pemerintah Belanda
mengembangkan tanaman kopi. Mereka mencanangkan bahwa budidaya kopi
kemudian membudidayakan kopi tersebut tersebut dapat ditargetkan sebagai barang
di Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. ekspor yang laku di pasaran Eropa. Akan
Berbeda dengan perkebunan di tetapi pengangkutan kopi yang jumlahnya
wilayah Bogor, Cianjur dan Sukabumi, di terus meningkat dari pegunungan ke
wilayah Bandung, perkebunan yang pantai, menimbulkan masalah, sebab jalan
dikelola Kerajaan Belanda pada abad ke- yang dilalui oleh pengangkut beban
18, bertujuan untuk membantu dalam binatang pada musim hujan tidak dapat
menutupi kerugian akibat biaya dilalui. Hal tersebut tentu saja sangat
perang.Pada abad ke-19, sejumlah menyulitkan para petani. Adapun
perkebunan di Bandung beralih pembangunan jalan raya pos yang sudah
kepemilikan dari Kerajaan Belanda ada hanya berlaku untuk kalangan tertentu.
kepada orang-orang swasta.Perpindahan Pengangkut kopi tetap tidak diperkenankan
pengelolaan ini berdampak pada melewati jalan raya pos tersebut dengan
terbentuknya arus migrasi dari Eropa ke alasan jalan akan cepat rusak. Dengan
Jawa. Migrasi ini juga membawa tidak didukung oleh infrastruktur yang
perubahan dalam budaya di perkebunan memadai tersebut, para pemodal swasta
seperti pembangunan perumahan untuk mengusulkan kepada pemerintah Belanda
pemilik perkebunan, karyawan, pabrik untuk segera merealisasi pembangunan
pengelolaan teh dan bedeng-bedeng transportasi kereta api. Dengan adanya
pekerja di perkebunan serta jalur angkutan transportasi kereta api diharapkan dapat
menuju Bandung, telah membuka lahan mengatasi masalah transportasi dalam
pekerjaan sekaligus wawasan penduduk mengangkut hasil bumi.
asli di daerah-daerah tersebut (Wulan, Dengan demikian yang menjadi
2015, 129-130). permasalahan, yaitukapan transportasi
Pada 1869, Pemerintah Belanda kereta api di Bogor, Sukabumi, dan
melakukan survey mengenai hak Bandung di bangun. Apa yang
kepemilikan tanah di Jawa Barat yang melatarbelakanginya, dan bagaimana
dimuat pada Eindresume van het perkembangan selanjutnya. Dalam artikel
Onderzoek naar de Rechten van den ini penulis mencoba membahas mengenai
Inlander. Dari laporan tersebut tertulis transportasi kereta api di Jawa Barat
bahwa tanah yang dimiliki perseorangan di khususnya di Bogor, Sukabumi, dan
sepanjang dataran Jawa bagian barat jauh Bandung.Selain itu untuk mengetahui
lebih banyak dan luas daripada tanah yang kapan stasiun Bogor, Sukabumi, dan
dimiliki secara komunal. Berbeda dengan Bandung dibangun dan bagaimana
kepemilikan tanah di Jawa bagian tengah. perkembangan selanjutnya. Tulisan ini
dibatasi pada ruang dan waktu yaitu ruang
1
Sejarah Sukabumi, diakses dari adalah penelitian ini mengambil lokasi di
http://www.sukabumikab.go.id, tanggal 7 Maret Jawa Baratdan waktu pada abad ke-19.
2017.
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 199

Tulisan yang berkaitan dengan orang pribumi. Selain menjadi kuli bebas
Transportasi Kereta Api di Jawa Barat dan kuli musiman, mereka menjadi kuli
telah dilakukan oleh beberapa penulis baik wajib. Dalam pembangunan jalan kereta
berupa jurnal penelitian atau pun makalah. api di Priangan, orang Cina banyak
Tulisan terdahulu yang berkaitandengan berperan sebagai pemborong, yang
transportasi kereta api di Jawa Barat diborongkan kepada orang-orang Cina
adalah artikel S. Herwana. Artikel yang yaitu pekerjaan pembangunan, pemasok
berjudul “Perkembangan Transportasi bahan yang dibutuhkan, dan pengerahan
Darat di Sukabumi, Pengaruhnya terhadap tenaga kerja.
Kehidupan Sosial Ekonomi dan Artikel lainnya yang berkaitan dengan
Perkembangan Kota Tahun 1881-1842”. S. transportasi kereta api di Jawa Barat adalah
Herwana mengungkapkan bahwa artikelnya Tri Wahyuning M. Irsyam yang
rencana pembangunan kereta api di berjudul “Depok dalam Jalur Kereta Api
Sukabumi dikemukakan oleh dua orang Buitenzorg-Batavia”. Tri Wahyuning
pejabat Belanda yaitu Maarschalk dan mengutarakan bahwa Depok yang berada
Mijner. Mereka menyarankan agar di selatan Batavia dan berjarak tempuh 7,5
pembangunan kereta api yang jam perjalanan, selama periode kolonial
menghubungkan Bogor dengan Bandung menjadi pintu gerbang keluar dan masuk
melalui jalur Sukabumi. Keberadaan ke dan dari Batavia ke selatan. Setelah
transportasi ini bukan hanya memperlancar dibukanya jalur transportasi kereta api
pengangkutan hasil perkebunan, tetapi Batavia-Buitenzorg oleh perusahaan
berpengaruh pada kehidupan kota atau Nederland Indissche Spoorweg
daerah yang dilaluinya, bahkan Maatschappij, Depok tumbuh menjadi
keberadaan transportasi kereta api sebuah kota.
berkaitan erat dengan terjadinya Dari artikel dan makalah
peningkatan jumlah penduduk dan terdahulu, ada sisi yang kosong yaitu tidak
percepatan pertukaran ekonomi. Sejalan mengupas mengenai perkembangan jalur
dengan beroperasinya transportasi di transportasi kereta api Bogor-Sukabumi-
Sukabumi, daerah-daerah yang dilintasinya Bandung yang dalam artikel ini perlu
sepanjang jalur keretaapi terutama di dilakukan penulisan. Tulisan ini dilakukan
tempat-tempat pemberhentian seperti dengan pendekatan sejarah ekonomi.
halte-halte (Cicurug, Parungkuda, dan Sartono Kartodirdjo mengatakan sejarah
Sukaraja)banyak bermunculan warung- ekonomi dengan berbagai aspeknya
warung dan pedagang-pedagang asongan. semakin menonjol, lebih-lebih setelah
Tulisan lainnya adalah makalah modernisasi dimana-mana semakin
Agus Mulyana yang berjudul “Kuli dan memfokuskan perhatian pada
Anemer, Keterlibatan Orang Cina dalam pembangunan ekonomi. Terutama proses
Pembangunan Jalan Kereta Api di industrialisasi beserta trasformasi sosial
Priangan (1878-1924)”. Dalam makalah yang mengikutinya menuntut pengkajian
tersebut, Agus Mulyana mengungkapkan pertumbuhan ekonomi dari sistem produksi
bahwa jumlah orang Cina yang tinggal di agraris ke sistem produksi industrial.
Keresidenan Priangan termasuk jumlah Sistem itu mempunyai implikasi luas dan
yang banyak dibandingkan dengan mendalam tidak hanya di bidang ekonomi
beberapa keresidenan lainnya di Jawa. tetapi erat hubungannya dengan bidang
Mereka pada umumnya tinggal di ibukota politik (Kartodirdjo, 1992: 136).
afdeeling (kabupaten). Kegiatan mereka Sebagian besar ahli ekonomi mula-
adalah dalam bidang perdagangan jasa. mula mengira bahwa suatu masyarakat
Dalam pembangunan kereta api, orang akan dapat membangun ekonominya
Cina bekerja sebagai kuli bebas tetap dan dengan cepat apabila telah dicukupi dan
kuli musiman. Berbeda dengan orang- dipenuhinya syarat-syarat yang khusus
200 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

diperlukan dalam bidang ekonomi. Akan merangkaikan fakta hingga menjadi tulisan
tetapi pengalaman mereka untuk sejarah.
mengadakan pembangunan terbukti bahwa
syarat-syarat ekonomis saja tidak cukup C. HASIL DAN BAHASAN
untuk melancarkan pembangunan, selain Dataran Jawa pada umumnya
itu diperlukan perubahan-perubahan memiliki hasil hutan, hasil pertambangan,
masyarakat yang menetralkan faktor-faktor hasil perkebunan seperti tembakau, tebu
kemasyarakatannya yang mengalami (gula), teh, kopi, nila, lada, karet, dan
perkembangan. Hal itu dapat memperkuat vanili. Kesemua komoditas tersebut
atau menciptakan faktor-faktor yang dapat mempunyai nilai ekspor. Nilai ekspor yang
mendukung pembangunan tersebut sangat menguntungkan bagi VOC adalah
(Soekanto, 2105: 258). budi daya kopi. Penghasilan yang
Dalam perkembangannya, sejarah diperoleh para bupati dari penghasilan kopi
ekonomi mengalami pula diferensiasi dan dari tahun ke tahun sangat meningkat.
subspesilisasi, antara lain dengan Bahkan pada tahun 1726 Bupati pertama
timbulnya sejarah pertanian, sejarah kota, Cianjur masih berhak mendapat 26.000
formasi kapital, sejarah bisnis, dan sejarah ringgit gulden dan bunga atas jumlah itu,
perburuhan (Kartodirdjo, 1992: 136). walaupun ia telah meninggal dunia
(Breman, 2014: 61).
A. METODE PENELITIAN Dibawah pemerintahan Marsekal
Metode yang digunakan adalah Daendels, wajib tanam kopi meningkat
metode sejarah yang meliputi tahap tajam. Pada tahun 1808, jumlah pohon
heuristik, yaitu tahap mencari dan kopi meningkat dari 26.956.467 menjadi
menemukan sumber, baik sumber primer 45 juta pohon, tiga tahun kemudian dari
maupun sekunder. Pada tahap ini pencarian 45 juta pohon meningkat menjadi
sumber antara lain dilakukan di 72.669.860. Selain daerah Priangan
Perpustakaan Nasional Jakarta, Dispusipda muncul pula daerah lain seperti Jawa
(Dinas Perpustakaan Kearsipan Daerah) Tengah dan Jawa Timur yang
Provinsi Jawa Barat, dan Perpustakaan memproduksi kopi (Breman, 2014: 109).
pascasarjanaUniversitas Padjadjaran Agar tidak mengganggu budidaya kopi,
Bandung. Setelah sumber-sumber Daendels tidak memperkenankan para
terkumpul tahap berikutnya adalah pribumi untuk menjual tanahnya di
verifikasi/kritik sejarah/keabsahan sumber. Priangan, tetapi ia memperkenankan
Terdapat dua macam verifikasi yaitu bangsa-bangsa Cina untuk menempati
otentisitas atau keaslian sumber atau kritik lahan-lahan liar yang kemudian ditanami
ekstern dan kredibilitas atau kebiasaan tembakau, kapas, nila, dan kacang tanah.
dipercayai atau kritik intern (Kuntowijoyo, Pada awal abad ke-19, sistem pertanian di
1997: 99).Sumber yang telah terkumpul Priangan diwarnai dengan monopoli kopi
diuji secara saksama akan otensitas dan oleh pemerintah Belanda, penanaman,
kredibilitasnya, hal itulah yang dianggap perawatan, dan panen tanaman dilakukan
sebagai fakta. Fakta bagi sejarahwan masih dengan cara kerja paksa. Dalam melakukan
merupakan bahan mentah. Untuk kerja paksa, bukan hanya di sektor
menjadikan sebuah buku perlu dilakukan perkebunan. Di sektor pembukaan jalan
seleksi penyusunan (Gottschalk, 1985: 5). pun, Daendels mengerahkan tenaga kerja
Setelah dilakukan kritik ekstern dan intern, untuk membangun jalan raya pos yang
langkah berikutnya adalah tahap menghubungkan Jakarta–Bogor–Puncak–
pengelompokan fakta dalam berbagai Cianjur–Bandung-Sumedang (Dienaputra,
hubungan formulasi dan presentasi. Hasil- 2000:139).Ketika mengangkut kopi,
hasil gabungan kedua langkah ini penduduk pribumi tidak diperkenankan
menghasilkan karya historiografi, yaitu melewati jalan tersebut alasannya jalan
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 201

akan cepat rusak. Dengan meningkatnya dapat berkutik dan tetap berupa potensi
jumlah kopi yang akan dikirim, perbaikan belaka yang tidak dapat dimanfaatkan
jalan pun mulai dilakukan. Alat angkut untuk memenuhi kebutuhan manusia,
yang tadinya menggunakan pikulan, betapa pun melimpahnya kekayaan alam.
kemudian berubah menjadi angkutan yang Untuk itu diperlukan pengangkutan, yaitu
ditarik dengan kerbau atau kuda. Namun untuk memindahkan manusia, hewan,
tidak seluruh kondisi jalan di Jawa Barat barang dari satu tempat ke tempat lain
dapat diperbaiki, tidak sedikit ditemukan (Subarkah, 1981: 2).
kondisi jalan masih terjal dan licin, Transportasi adalah kegiatan
sehingga pengangkutan barang dirasakan pemindahan penumpang dan barang dari
sangat menyulitkan.Kalaupun ada satu tempat ke tempat lain. Dalam sistem
jasapengangkutan barang menggunakan transportasi terdapat dua aspek yang sangat
gerobak, ongkosnya sangat mahal, penting yakni sarana dan prasarana. Aspek
sehingga berpengaruh pada upah tenaga sarana berhubungan dengan jenis atau
kerja. Bagi para penumpang umum yang piranti barang seperti mobil, kapal, kereta
bepergian tidak jauh dengan jalan pos api, dan pesawat terbang. Aspek sarana ini
dapat menggunakan kereta pos, dan yang juga sering disebut dengan moda atau jenis
bepergian dekatcukup menggunakan angkutan. Aspek prasarana berhubungan
pedati. Akan tetapi lain halnya dengan dengan wadah atau alat lain yang
pengangkut kopi, apabila kondisi jalan digunakan untuk mendukung sarana seperti
sangat buruk, tidak memungkinkan jalan raya, jalan rel, dermaga, terminal,
pengangkutan kopi berjalan sesuai jadwal, bandara, dan stasiun kereta api (Munawar,
sehingga kapal yang akan mengangkut 2011: 1). Transportasi tidak dapat
kopi ke luar wilayah harus menunggu lama dipisahkan dalam kehidupan manusia
di pelabuhan, yang berakibat kopi-kopi karena keberadaan transportasi mendukung
yang ada di gudang-gudang penampungan keberlangsungan ekonomi, sosial budaya,
baik di gudang pelabuhan atau pun di politik, dan pertahanan keamanan
gudang pedalaman mutunya menjadi (Herwana, 2012: 2-3).
rendah karena menunggu lama2 di gudang Kereta api adalah kereta yang
penyimpanan. terdiri atas rangkaian gerbong (kereta)
Dengan demikian yang menjadi yang ditarik oleh lokomotif dijalankan
hambatannya adalah segi transportasi dari dengan tenaga uap (atau listrik), berjalan di
perkebunan ke pelabuhan. Para pemilik atas rel (rentangan baja, dan sebagainya),
perkebunan khususnya pemilik swasta digunakan untuk kendaraan umum (Tim
mengharapkan kepada pemerintah untuk Penyusunan KBBI, 2011: 678).
segera merealisasikan jenis transportasi
kereta api. 1. Sejarah Kereta Api
Transportasi adalah pengangkutan Pada akhir tahun 1830, seluruh
oleh berbagai jenis kendaraan sesuai daerah Jawa Barat sudah merupakan
dengan kemajuan teknologi (Tim penghasil bumi yang dimanfaatkan
Penyusunan KBBI, 2011: 1485). pemerintah Belanda. Akan tetapi
Transportasi erat hubungannya dengan Preangerstelsel atau pemungutan upeti di
faktor ekonomi. Bahkan syarat utama bagi daerah-daerah lain di luar Jawa Barat
peningkatan ekonomi adalah transportasi. belum mencukupi kebutuhan pemerintah
Tanpa transportasi sumber kekayaan alam Belanda. Oleh sebab itu diperlukan suatu
tidak dapat diperdayakan. Kekayaan tidak sistem pemungutan pajak atau upeti yang
dapat menjamin pemasukan dana yang
cukup besar, yaitu hasil bumi yang dapat
2
Muhsin, dalam http://pustaka.unpad.ac.id, dipasarkan oleh pemerintah Belanda tanpa
tanggal 20 Maret 2008. ada campur tangan dari bangsa lain.
202 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

Menurut Van den Bosch, perhitungan Usulan Van der Wijk mendapat
cacah di Jawa Barat untuk keluarga dapat tentangan dari pemerintah Belanda,
menghasilkan kopi F1.7 dan untuk mereka berpendapat bahwa pembangunan
pemerintah Hindia Belanda dapat jalan rel akan membuka kesempatan bagi
menghasilkan F1.5. Dengan penghasilan masuknya modal asing. Adapun negeri
itu, petani merasa terjamin hidupnya, Belanda sendiri akan dibebani utang bekas
karena selain menanam kopi, penduduk biaya pembangunan jalan rel dan terancam
masih sempat mengurus ladangnya(Badan kehilangan daerah jajahan mereka yang
Pelaksana Penelitian dan Penyusunan sangat menguntungkan. Mereka lebih
Sejarah Jawa Barat, 1973: 134). menyukai perbaikan pengangkutan yang
Pasaran dunia hanya memerlukan sudah ada dengan cara memperbanyak atau
beberapa jenis hasil bumi seperti kopi, mendatangkan kuda, unta, atau gajah dari
gula, nila, kapas, dan kayu manis. Rakyat luar negeri. Usulan ini juga belum dapat
petani dirasa belum mampu memelihara diterima.
tanaman-tanaman semacam itu. Oleh sebab Pihak yang sependapat dengan
itu rakyat petani diimbau menanam Van der Wijk, justru memandang usulan
tanaman untuk kepentingan penjajah yang tersebut dipandang baik, sehingga
laku di pasaran dunia. Akan tetapi karena pemerintah Kerajaan Belanda
prasarana belum memadai, hasil panenan mengeluarkan Surat Keputusan (Koninklijk
tertimbun di gudang akibat kesulitan Besluit) Nomor 270 tertanggal 28 Mei
pengangkutan. Untuk mengatasi kesulitan 1842 yang menetapkan bahwa pemerintah
angkutan, Pemerintah Belanda akan membangun jalan rel dari Semarang
mendatangkan hewan ternak (kuda dan ke Kedu dan Yogyakarta/Surakarta (Tim
unta) untuk mengangkut hasil bumi dari Telaga Bakti Nusantara 1997:49).
gudang ke pelabuhan. Akan tetapi Pada 1846, Gubernur Jenderal
penambahan jumlah hewan tersebut tidak Hindia Belanda J. Rochussen
memecahkan masalah, disebabkan hewan- mengusulkan kepada pemeritah Belanda
hewan tersebut mati karena membawa agar menolak permohonan konsesi dari
muatan yang melebihi beban normal. pihak swasta yang waktu itu mulai
Timbullah pemikiran untuk membangun berminat untuk menanamkan modalnya di
jaringan rel kereta api di Hindia Belanda. bidang transportasi. Rochussen
Akan tetapi pemikiran untuk membuat berpendapat bahwa pengadaan alat
transportasi kereta api tersebut masih transportasi kereta api hendaknya
menimbulkan pro dan kontra. Pasalnya dilakukan oleh pemerintah. Untuk itu, ia
untuk membangun sarana transportasi, mengajukan usul agar pemerintah
pemerintah Belanda memiliki dana menyediakan dana sebesar £. 2.500.000,00
terbatas. Terjadinya pro dan kontra untuk biaya pemasangan jalan rel antara
tersebut diawali adanya usulan yang Jakarta dan Bogor. Bertolak dari usulan
diajukan Van der Wijk. Van der Wijk Rochussen, Gubernur Jenderal A.J
mengusulkan agar di Pulau Jawa dibangun Duymaer Va Twist (1851-1865)
alat transportasi. Usulan tersebut muncul mengusulkan agar pemerintah Kerajaan
karena mereka kesulitan transportasi Belanda mempertimbangkan usulan
terutama berkaitan dengan kepentingan konsesi pihak swasta. Usulan Twist
pertahanan dan keamanan serta ekonomi. disetujui oleh parlemen Belanda. Sebagai
Van der Wijk mengusulkan agar bentuk jawabannya, pada 31 Oktober
Pemerintah Belanda membangun jaringan 1852, Pemerintah Kerajaan Belanda
transportasi cepat dari Surabaya ke mengeluarkan Surat Keputusan No. H.22
Batavia melalui Surakarta, Yogyakarta, Ind. Stbl. 1853 No. 4 yang menetapkan
dan Bandung (Irsyam, 2016: 70). pemberian kemudahan bagi kalangan
pengusaha swasta yang bermaksud untuk
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 203

mengadakan izin (konsesi) pembukaan Beberapa orang ahli dari NISM


jalan rel atau usaha alat transportasi kereta (Nederlands Indische Spoorweg
api di Pulau Jawa (Tim Telaga Bakti Maatschappij) juga mengajukan usul
Nusantara, 1997: 50). kepada Pemerintah Hindia Belanda agar
Dengan dikeluarkannyaSurat Keputusan diizinkan untuk membangun dan
Raja Belanda tanggal 31 Oktober 1852 mengusahakan angkutan jalan rel dari
tersebut, banyak kalangan pengusaha Semarang ke Yogyakarta melewati
swasta mengajukan permohonan konsesi Surakarta. Karena daerah Semarang
untuk membuka perusahaan Kereta Api di Selatan, Kasunan Surakarta, Kesultanan
Pulau Jawa. Beberapa permohonan Yogyakarta, dan Kedu merupakan daerah
konsesi tersebut berasal dari perusahaan- yang kaya akan kayu, tembakau, gula, dan
perusahaan swasta yang sudah kelapa yang laku di pasaran Eropa dan
bermunculan. Maksud mereka agar dapat diangkut melalui Pelabuhan
perusahaan yang akan mereka kelola dapat Semarang (Subarkah 1992: 3).
mengangkut hasil perkebunan yang mulai Usulan yang diajukan Stieltjes
melimpah. Pihak dari kalangan perkebunan ditolak dalam suatu konsorsium yang
mengajukan saran-saran serta keinginan terdiri atas Poolman, Fraser, dan Kol.
mereka agar pembuatan jalan rel kereta Persoalan yang dihadapi pemerintah
dilakukan dari pusat perkebunan ke Belanda adalah perbedaan pendapat antara
pelabuhan di tepi pantai. Selain itu ada pemerintah Belanda dengan konsorsium
pula kalangan lain yang mengusulkan agar yang terdiri atas W. Poolman, A. Fraser,
dapat sekaligus dirancang pembuatan dan E.H. Kol, tentang jalur kereta api yang
jaringan jalan rel secara terpadu di Pulau akan dibangun atas saran Stieltjes, yaitu
Jawa (Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997: agar membangun jalur kereta api dari
50-51). Ungaran ke Salatiga.
Dengan adanya pro dan kontra Mereka yang juga pemilik
serta berbagai usulan tersebut, Pada 1860 perkebunan tersebut mengusulkan agar
Raja Belanda Willem III mengirimkan pembangunan rel kereta tersebut terhubung
komisi ke Jawa untuk melakukan dari Semarang-Solo- Yogyakarta.
penelitian mengenai sistem pengangkutan Alasannya usulan Stieltjes memerlukan
yang ada. Penelitian yang diketuai Stieltjes biaya yang sangat besar mengingat
meliputi penilaian terhadap sarana daerahnya merupakan daerah pegunungan,
angkutan yang ada serta pemikiran baru serta daerah yang dilalui merupakan
untuk pemecahan masalah perhubungan daerah Vorstenlanden yaitu daerah yang
yang semakin mendesak di Pulau Jawa. dikuasai Raja Sunan Surakarta dan Sultan
Stieltjes menyarankan kepada Pemerintah Surakarta. Pertimbangan lainnya adalah
Kolonial Hindia Belanda agar jalan rel Semarang Selatan, Surakarta, dan
dibangun melalui Ungaran dan Salatiga. Yogyakarta merupakan daerah penghasil
Pertimbangannya jalan rel tersebut dapat ekspor seperti kayu, tembakau, dan gula.
menghubungkan pusat-pusat kedudukan Barang-barang ekspor tersebut kemudian
tentara Kolonial Hindia Belanda yang ada diangkut ke Pelabuhan Semarang (Tim
di Ungaran, Ambarawa, dan Salatiga. Telaga Bakti Nusantara 1977:53).
Selain itu pemerintah kolonial berencana Permohonan konsesi Poolman dan
menempatkan 10.000 kepala keluarga kawan-kawannya ini akhirnya dikabulkan
orang Belanda di daerah pegunungan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda
sekitar Ungaran, Bawen, Salatiga, dan melalui Surat Keputusan Gubernur
Merbabu. Mereka diperuntukkan sebagai Jenderal No. 1 tanggal 28 Agustus 1862
tenaga inti perkebunan dan keturunan dan (27 Maret 1864). Poolman dan
mereka kelak akan dijadikan tentara kawan-kawannya memeroleh konsesi
cadangan. mendirikan perusahaan kereta api tahun
204 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

1863 yang diberi nama Naamlooze memelihara lokomotif sehari-hari untuk


Venootschap Nederlandsch-Indishe balai karya (bengkel). Selain itu juga
Spoorweg-Maatschappij disingkat N.V. dilengkapi alat pengaman, telekomunikasi,
NISM yang dipimpin oleh Ir. P. den penerang jalan, penyediaan air, peron, dan
Bordes. Berdasarkan Surat Keputusan lain-lain (Subarkah, 1981: 6).
Gubernur Jenderal Nomor 1 tanggal 28 Pekerjaan rel kereta api Semarang-
Agustus 1862, NISM memeroleh konsesi Yogyakarta selesai sesuai rencana. Kereta
untuk pembuatan jalan kereta api dari api Semarang–Yogyakarta dioperasikan
Semarang – Surakarta - Yogyakarta. dan dibuka untuk umum. Selanjutnya
Persetujuan tersebut disebabkan Semarang NISM membangun lintas jalan rel cabang
Selatan-Surakarta-Yogyakarta merupakan ke Ambarawa (Tim Telaga Bakti
daerah penghasil kayu, tembakau, dan gula Nusantara, 1977: 55).
yang harus dibawa ke Pelabuhan Pada 1864, Poolman dan kawan-
Semarang. Dalam menjalankan kawan kembali memeroleh konsesi untuk
konsesinya pada pembangunan rel kereta memasang dan mengeksploitasi jalan rel
api di Semarang, pada 7 Juni 1864 di kereta api jalur Batavia-Buitenzorg.
Desa Kemijen (Semarang) Konsesi tersebut diberikan karena Jalur
diselenggarakan upacara tanda Batavia-Buitenzorg mempunyai nilai
pemasangan pekerjaan rel kereta api. ekonomi yang cukup tinggi, karena
Pencangkulan pertama dilakukan oleh berkaitan dengan pengangkutan hasil
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ produksi komoditi eksport seperti kopi,
Baron Sloet van den Beele. Diperkirakan teh, kina, dan beras dari wilayah-wilayah
pembangunan rel kereta api Semarang- pedalaman di sekitar Buitenzorg dan
Yogyakarta direncanakan selesai 21 Mei Priangan;alasan kedua Buitenzorg menjadi
1873. Setelah dilakukanupacara tempat kedudukan Gubernur Jenderal dan
pencangkulan, mulai dilakukan pusat administrasi pemerintahan (Irsyam,
pemasangan jalan baja (rel kereta api). 2016: 71-72).
Jalan baja adalah alat pengangkut yang
memenuhi kebutuhan untuk di darat. 2. Pembangunan Kereta Api di Jawa
Untuk pengangkutan secara besar- Barat (Bogor-Sukabumi Bandung)
besaran,jalan baja menggunakan beberapa a. Stasiun Bogor
satuan alat pengangkut sekaligus sebagai Pada 1851, Letnan 1 Geni David
suatu rangkaian yaitu kereta api. Jalan Maarschalk mendapat tugas untuk
baja memiliki jalannya sendiri yang harus membuat rencana pemasangan rel dari
dibuat, dipelihara dan dibiayai sendiri oleh Batavia ke Buitenzorg yang harus
perusahaan. Pada jalan ini termasuk pula diselesaikan pada tahun 1853. Rencana
gedung-gedung stasiun dengan inilah yang kemudian dijadikan dasar
halamannya yang disebut emplasemen. Di untuk pembuatan jalan kereta api
antara emplasemen-emplasemen ini lintasBatavia-Buitenzorg. David
didapatkan emplasemen stasiun untuk Marschalk mengusulkan pemasangan rel
naik dan turunnya penumpang dan dikerjakan oleh negara, eksploitasi,
bersilang atau bersusulan. Emplasemen disewakan kepada swasta. Tiap tahun
langsir untuk menyusun gerbong-gerbong diharuskan membayar bunga 3 % dari
barang menjadi suatu rangkaian kereta api biaya pemasangan, disertai pencicilan
barang dan untuk menceraikan kereta api biaya. Pada 1861, permohonan konsesi
barang. Selanjutnya dibutuhkan lagi dari perseorangan yaitu Poolman mendapat
emplasemen gudang, untuk melayani konsesi untuk memasang jalur rel kereta
kiriman barang, emplasemen penyusun Semarang-Surakarta-Yogyakarta.Dua
kereta api penumpang, emplasemen depo tahun kemudian mereka membangun jalur
lokomotif untuk menginap dan
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 205

kereta api Batavia-Buitenzorg (Simeon, karena kesulitan keuangan, pembangunan


1953: 36). rel kereta api jalur Batavia-Buitenzorg
Pemasangan jalan rel dan dilakukan secara bergelombang. Di
pengoperasian alat angkut kereta api jalur sepanjang jalan rel Jalur Batavia-
Batavia-Buitenzorg diperoleh NISM Buitenzorg yang letaknya 58,6 km terdapat
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur 15 stasiun yang dimulai dari Stasiun Pasar
Jenderal Hindia Belanda Nomor 1 tanggal Ikan, melalui stasiun-stasiun Jakarta Kota,
27 Maret 1864 dan Nomor 1 tanggal 19 Sawah Besar, Pintu Air (Noordwijk),
Juni 1865 serta Surat Keputusan Raja Gambir, Pegangsaan, Jatinegara, Pasar
Belanda tanggal 22 Juli 1868. Konsesi ini Minggu, Lenteng Agung, Pondok Cina,
diberikan karena jalur jalan rel Batavia- Depok, Citayam, Bojong Gedeh, Cibelut,
Buitenzorg dipandang mempunyai nilai dan berakhir di Bogor. Untuk
ekonomis yang cukup tinggi, sebab pembangunan rel kereta api jalur Batavia-
bertalian erat dengan pengangkutan hasil Buitenzorg didatangkan kuli-kuli dari Jawa
produksi tanaman ekspor dari wilayah dan Sunda dengan upah antara f.0.25-
Jawa Barat seperti kopi, teh, dan kina. f.0.40 per hari. Jika kuli tersebut berasal
Selain itu Buitenzorg merupakan tempat dari keturunan Cina mereka mendapat
kediaman gubernur jenderal. upah antara f.0.20-f.1,-. Sementara
mandornya mendapat upah f.0.75.
Kereta api pertama yang
dioperasikan menarik 14 rangkaian
gerbong setiap harinya. Kereta api tersebut
telah mengangkut 35.740 penumpang.
Untuk pengangkutan tersebut didatangkan
3 lokomotif, 5 kereta penumpang, dan 4
gerbong angkutan yang dibuat oleh
perusahaan kereta api Asbury di Leeds.
Kelima gerbong tersebut adalah gerbong
campuran yaitu kelas 1, 2, dan kelas 3
(Irsyam, 2016: 72-73).
Gambar 1: Kereta Api pertama di Pulau
Jawa Stasiun kereta api Bogor yang
Sumber: Koleksi Perpustakaan Nasional awalnya hanya merupakan sebuah stasiun
Indonesia. kereta api yang menghubungkan Batavia
(Jakarta)Buitenzorg (Bogor).Tahun 1881
bangunan stasiun Bogor diperbesar untuk
Pembangunan rel kereta api dapat menampung penumpang kereta api
Batavia-Buitenzorg dimulai tanggal 15 dalam jumlah lebih besar, khususnya bagi
Oktober 1869. Pembukaannya ditandai penumpang yang melakukan perjalanan
dengan upacara yang dihadiri oleh dari Sukabumi Bogor, ke Depok dan
Gubernur Jenderal P. Myer. Jakarta. Bangunan stasiun tersebut terdiri
Pelaksanaannya dipimpin oleh Ir. J.P. atas dua bangunan yang saling
Bordes yang menjalani berbagai kesulitan berhubungan, yaitu bangunan pintu masuk
antara lain soal pekerja yang harus kerja dan ruang tunggu stasiun, perkantoran,
secara bebas (sebaiknya kerja rodi). loket penjualan tiket dan fasilitas lainnya,
Pelaksanaanpembangunan rel kereta api serta bangunan stasiun yang menaungi
Batavia-Buitenzorg terbagi ke dalam tiga peron dan sebagian jalur rel kereta
gelombang yaitu bagian Jakarta sepanjang api(Katam, 2014: 15).Jalan kereta api
9.270 m. Bagian Jatinegara sepanjang Batavia- Buitenzorg yang dibangun oleh
20.892 m. Buitenzorg (Bogor) sepanjang NISM tersebut dijadikan pusat
28.344 m. Pengerjaannya sendiri dilakukan
secara serentak di semua bagian. Oleh
206 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

pemasangan jalan kereta api ke pedalaman Haurpugur – Cicalengka – Nagreg –


daerah Priangan (Oerip, 1953: 36). Lebakjero–Leles–Gandamirah -
Leuwigoong – Cibatu – Warungbandrek –
Malangbong – Cipeudeuy – Cilincing –
Cibeureum – Leuwidahu –Trowek – Ciawi
– Cihonje – Rajapolah – Bantarkadu –
Cibodas – Lewo – Indihiang –Tasikmalaya
– Awipari – Manonjaya – Cirahong –
Ciamis- Pakmalayan – Bojong –
Karangpucung –Banjar – Langen –
Cikawung - Meluwung – Cilongkrang -
Cipari (Katam, 2014: 14).
Gambar 2. Bangunan Stasiun Bogor
tahun 1890 b. Stasiun Sukabumi
Sumber:KoleksiSudarsono Katam. Di afdeeling Sukabumi, jalur
transportasi kereta api dibangun pada akhir
Layanan kereta api di lingkungan abad ke-19. Pembangunan tersebut
Jawa Barat dimulai tahun 1881 kemudian dilakukan secara bertahap, meneruskan
makin berkembang dari tahun ke tahun. jalur yang sudah ada yaitu dari Batavia ke
Setelah selesai pembangunan jalan rel Buitenzorg. Tahap awal pembangunan di
kereta api Batavia-Buitenzorg, kemudian Sukabumi sepanjang 27 kilometer
dilanjutkan dengan pembangunan sistem menghubungkan Buitenzorg dengan
jaringan kereta api Buitenzorg-Cipari. Distrik Cicurug, tahap pembangunan
Kota Bogor (Buitenzorg) yang terletak di selanjutnya menghubungkan Cicurug-
Keresidenan Buitenzorg merupakan kota Sukabumi- Cianjur sepanjang 39
yang terdekat dengan perbatasan kilometer. Dibangunnya transportasi
Keresidenan Buitenzorg dan Priangan kereta api di Sukabumi bertujuan untuk
Barat (Kabupaten Cianjur dan Sukabumi). mendukung perkembangan perkebunan-
Pembangunan jaringan kereta api pun perkebunan teh swasta di afdeeling
secara berkelanjutan dilakukan yaitu; Sukabumi terutama sebagai alat angkut
Bogor-Cicurug (5 Oktober 1881); Cicurug- hasil produksi. Dalam perkembangannya
Sukabumi (21 Maret 1882); Sukabumi- alat transportasi ini telah mendorong
Cianjur (10 Mei 1884); dan Bandung- heteroginitas penduduk di afdeling
Cicalengka (10 September 1884). Sukabumi karena dengan adanya
Kota-kota yang dilalui jalur kereta transportasi ini mobilitas penduduk yang
api antara Bogor dan Cipari antara lain akan masuk dan keluar wilayah semakin
adalah Bogor – Ciomas - Tanjakan mudah (Dienaputra, 2004:94).
Empang – Batutulis – Massing – Pemasangan jalan rel dan
Cigombong –Cicurug – Parungkuda – pengoperasian alat angkut kereta api jalur
Cibadak- KarangTengah– Cijambe – Batavia-Buitenzorg disahkan berdasarkan
Pondokleungsir – Cisaat - Sukabumi - Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia
Ranji – Gandasoli - Cireunghas- Belanda No. 1 tanggal 27 Maret 1864 dan
Lampegan – Cibeber – Cilaku – Nomor 1 tanggal 19 Juni 1865.
Pasirhayam – Cianjur – Maleber - Tipar- SementaraUndang-undang pembangunan
Selajambe – Ciranjang – Gununghalu – rel kereta api jalur Bogor-Sukabumi-
Cipeuyeum – Rajamandala- Cipatat – Cianjur baru disetujui tanggal 6 Juni 1878.
Tagogapu – Padalarang – Gadobangkong – Pembangunan rel kereta api Batavia-
Cimahi – Cimindi – Andir – Ciroyom – Buitenzorgdilaksanakan oleh perusahaan
Bandung– Cikudapateuh – Kiaracondong – swasta bernama NV. NISM. Naamlooze
Gedebage – Ciendog - Rancaekek Venootschap Nederlandsch-Indishe
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 207

Spoorweg-Maatschappij. Akan tetapi sepanjang 27 km. Tahap kedua 21 Maret


pembangunan rel kereta api Buitenzorg- 1882, Cicurug-Sukabumi sepanjang 31 km.
Sukabumi dilaksanakan oleh perusahaan Tahap ketiga tanggal 10 Mei 1883 dari
kereta api pemerintah Belanda bernama Sukabumi ke Cianjur sepanjang 39 km
Staatspoorwagen yang kemudian disingkat (Herwana dalam Santosa, 2012: 6).
(SS) disebabkan pihak NV. NISM mundur Pada tahun 1884, kereta api mulai
dari proyek tersebut. Keberadaan dioperasikan dengan menggunakan
transportasi kereta api di Sukabumi, selain lokomotif Seri B-50 pabrikan Manchester
untuk mendukung perkembangan tahun 1880-1881 dengan kecepatan 60 km
perkebunan juga diharapkan dapat per jam. Pada jalur kereta api Sukabumi
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang terdapat satu stasiun yaitu stasiun
memiliki potensi tanah yang subur. Tidak Sukabumi dan lima halte yaitu halte
ada alasan bagi rakyat Sukabumi untuk Cicurug, Parung Kuda, Cibadak, Karang
tidak mengembangkan usaha baik dalam Tengah, dan Halte Cisaat.
bidang pertanian, perkebunan, dan lain-
lain, yang diperkirakan oleh ahli geologi di
Sukabumi terdapat beberapa titik atau
lokasi yang memiliki potensi dalam hasil
pertambangan. Dengan adanya jaringan
transportasi yang baik diharapkan mereka
dapat memaksimalkan pengangkutan
dengan baik, terutama untuk pengangkutan
hasil produksi. Pemasaran hasil bumi
waktu itu tidak hanya di lingkup wilayah
Sukabumi saja, melainkan sudah menjadi
perdagangan antarkota seperti Jakarta, Gambar 3. Lapangan Stasiun Kereta Api
Sukabumi yang telah diperbaharui
Bogor, Cianjur, dan Bandung.
Sumber: Koleksi Perpustakaan Nasional
Seperti yang dikemukakan oleh Indonesia.
dua orang pejabat Belanda, Maarschalk
C. Stasiun Bandung
dan Mijners. Mereka menyarankan agar
membangun rel kereta dari Bogor menuju Stasiun Kereta Api Bandung
dibangun sekitar tahun 1870 berkaitan
Bandung melewati Sukabumi. Keberadaan
dengan pembukaan perkebunan di
kereta api di Sukabumi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Di Bandung. Stasiun ini diresmikan pada
tanggal 17 Mei 1884, yaitu pada masa
Sukabumi rakyat dapat mengembangkan
pemerintahan bupati Koesoemadilaga.
usahanya baik dalam bidang pertanian,
Dibukanya stasiun kereta api Bandung
perkebunan, dan pertambangan.
Denganadanya transportasi kereta api ini merupakan rencana pemberlakuan jalur
diperkirakan dapat mengangkut hasil-hasil transportasi Batavia-Bandung yang
bumi tersebut.Pekerjaan kereta api di melewati Bogor-Sukabumi-Cianjur.
Dimasa itu para tuan tanah perkebunan
Sukabumi yang dikerjakan oleh
(Preangerplanters) menggunakan jalur
perusahaan pemerintah (SS) tersebut,yang
ditunjuk sebagai inspektur adalah Jenderal kereta api untuk mengirimkan hasil
perkebunannya ke Batavia. Untuk
Maarschalk berkedudukan di Bogor.
Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk menampung dan menyimpan hasil
membangun kereta api tersebut disimpan perkebunan yang akan diangkut dengan
kereta api,sebelum diangkut dengan kereta
di Bogor. Pembangunan lajur kereta api di
Sukabumi tersebut terbagi ke dalam tiga api, hasil bumi tersebut disimpan di
gudang-gudang penyimpanan. Di Bandung
tahap, yaitu tahap pertama pada tanggal 5
Oktober 1881 dari Bogor-Cicurug gudang-gudang penyimpanan barang ada
di beberapa lokasi dekat Stasiun Bandung
208 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

yaitu di Jalan Cibangkong, Cikudapateuh menekankan bahwa semua kondisi


Kosambi, Kiaracondong, Braga, tersebut sama pentingnya, satu atau semua
Pasirkaliki, Ciroyom, dan Andir (Kunto, akan menularkan perubahan-perubahan
2008: 109). Selanjutnya SS (Staat Spoor) sosial (Soekanto, 2015: 262). Dengan
juga membangun jalur spoor simpang. adanya teknologi transportasi di Jawa
Pembangunan tersebut dilakukan untuk Barat pada abad ke-19, secara tidak
melayani pengangkutan hasil bumidari langsung pada masa itu tumbuh perubahan
gudang-gudang yang dihubungkan dengan sosialbagi masyarakat Jawa Barat.
jalur kereta api (spoor simpang). Soerjono Soekanto (2015: 262)
Pada1918 dibangun pula jalur transportasi mengatakan bahwa faktor penyebab
kereta api yangmenghubungkan Bandung - perubahan sosial satu di antaranya adalah
Rancaekek - Jatinangor – Citali.Setahun faktor penemuan-penemuan baru.
kemudian dibangun lintas Bandung- Pada dekade abad ke-19, di setiap
Citeureup– Majalaya. Pada jalur yang ibukota kabupaten pada umumnya terdapat
sama dibangun jalur Citeureup–Banjaran - pasar yang dibuka dua kali dalam satu
Pangalengan. Untuk jalur ke perkebunan minggu. Pasar biasanya dikuasai oleh
teh pada tahun 1918 dibangun jalur orang Cina sebagai penyewa tempat.
Bandung-Kopo dan kemudian ke Ciwidey. Beberapa orang Cina berperan sebagai
Tahun 1920, Bentuk bangunan Stasiun perantara dalam penjualan garam, gula,
Bandung dirombak dan diperbesar dengan tembakau, dan lain-lain. Kondisi
gaya arsitektur kolonial. Tahun 1931, perekonomian rakyat antara lain
bangunan stasiun dirombak total dan ditunjukkan oleh keberadaan toko dan
dibangun kembali berdasarkan rancangan warung-warung sederhana. Seiring dengan
arsitek Dr. Ir. J.W Ijzerman dengan tranportasi kereta api, warung-warung juga
arsitektur Art Deco (Kartodiwirio, 2006: bermunculan di sekitar halte-halte. Adanya
281) transportasi kereta api juga
memungkinkan terjadinya perdagangan
antarkota, baik hasil pertanian maupun dari
hasil-hasil industri (Lubis, dkk: 1956:
364).
Dengan ditemukannya transportasi
kereta api di Inggris dan Belanda yang
kemudian oleh pemerintah Belanda
diterapkan di Nusantara, secara tidak
langsung berdampak pada perubahan sosial
di masyarakat. Begitu halnya dengan
Gambar 4. Suasana Sasiun Bandung abad pembangunan transportasi di Jawa
ke-19 Barat.Dengan dibangunnya transportasi
Sumber: Koleksi Haryoto Kunto.
kereta api di Sukabumi misalnya,
masyarakat pribumi menyambut dengan
3. Perubahan Sosial gembira, sebab kereta api merupakan
Beberapa sosiolog berpendapat sarana transportasi baru, sehingga banyak
bahwa ada kondisi-kondisi sosialprimer penduduk yang ingin mencobanya. Orang
yang menyebabkan terjadinya perubahan. asing pun memanfaatkan transportasi ini
Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, untuk melihat pemandangan dan menuju
teknologis, geografis, atau biologis, yang tempat wisata (Hardjasaputra, 2002: 213).
menyebabkan terjadinya perubahan- Dengan dibukanya transportasi kereta api
perubahanpada aspek-aspek kehidupan jumlah penduduk yang menempati areal
sosial lainnya.Sukanto dalam William F. sekitar halte-halte semakin bertambah.
Ogburn menekankan pada kondisi Mereka menempati lahan-lahan kosong
teknologis. Sebaliknya ada pula yang
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 209

yang tidak jauh dari halte atau pun rel masyarakat yang berdomisili jauh dari
kereta api tersebut. Dengan demikian Bandung yang sengaja datang untuk
jalur trasportasi tersebut dapat membuka melihat kereta api tersebut. Si Gombar
lapangan pekerjaan karena dengan adalah lokomotif jalur pegunungan yang
dibukanya transportasi kereta api, modern dengan nomor seri DD yang
dibangun pula stasiun dan gudang berarti memiliki 8 buah roda besar di
penyimpanan, sebagian masyarakat datang depan, berpasangan empat-empat (D.D.).
sebagai pekerja. Si Gombar buatan pabrik tahun 1924,
Tentunya dengan dibukanya sengaja dibuat untuk jalur tanjakan berat
transportasi kereta api ini kehidupan rakyat wilayah pegunungan Priangan sambil
pun semakin meningkat, sebab hasil mengangkut hasil perkebunan (Kunto,
perkebunan meningkat, perkebunan swasta 2008: 97).
bertambah dan hasil pertanian lebih cepat
terjual, disebabkan sistem
pengangkutan menjadi lancar. Dan yang
lebih menarik lagi adalah timbulnya
warung-warung dan pedagang yang lama
kelamaan akan berdiri sebuah pasar,
khususnya di tempat-tempat
pemberhentian kereta.
Begitu halnya dengan dibukanya
transportasi kereta api di Bandung,
pengaruhnya sangat besar terhadap Gambar 5. Kereta Api Pegunungan yang dibuat
perkembangan ekonomi Kota Bandung 1921.
dan wilayah sekitarnya, terutama jalur Sumber: Dok. R. Oerip Simeon 1953.
simpang kereta api untuk menghubungkan
Bandung dan kota-kota kecil di sekitarnya. Dampak dari dibukanya jalur
Pemasangan rel kereta api ini pada transportasi kereta api dari Bogor ke
dasarnya dititikberatkan pada fungsinya Bandung membuat Kota Bandung menjadi
sebagai: (1) alat angkutan hasil produksi ramai. Masyarakat banyak memanfaatkan
perkebunan wilayah Jawa Barat, yang kala jalur transportasi ini, baik untuk membawa
itu menjadi komoditas ekspor yang laku di hasil perkebunan ataupun sekadar untuk
pasaran dunia; (2) sarana pendukung melancong. Apalagi dengan dibukanya
dalam rencana pemekaran wilayah transportasi kereta api Batavia-Surabaya,
gemeente Bandung di tahun 1919. Hasil para penumpang yang kelelahan di
produksi utama di sekitar Bandung adalah perjalanan memerlukan tempat istirahat
kina, teh, kopi, dan karet, yang pada saat dan tempat makan. Maka pada tahun-
itu merupakan jenis tanaman ekspor tahun tersebut di Bandung juga tumbuh
(Kunto, 2008: 103). Sehingga dampak dari tempat-tempat penginapan seperti hotel,
adanya jaringan transportasi tersebut losmen, dan rumah makan di daerah
pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung sekitar stasiun. Hotel di sekitar Stasiun
tumbuh dan berkembang pesat setelah Bandung tempo dulu biasa diinapi para
terjadinya pembukaan perkebunan di Jawa pejabat Belanda seperti Hotel Andreas
Barat, lebih-lebih setelah dibukanya jalur yang lokasinya di depan Stasiun Bandung
kereta api Batavia ke Bandung yang dan Grand National Hotel (sekarang
melewati Bogor dan Cianjur. Seperti menjadi kantor pusat PT KAI).
halnya kedatangan kereta api pertama kali Memasuki tahun 1941 permintaan
ke pegunungan Priangan yang dijuluki “si hasil perkebunan di Jawa Baratmengalami
Gombar”. “Si Gombar” menjadikan penurunan. Dengan menurunnya
sebuah tontonan yang menarik bagi permintaan hasil perkebunan Jawa Barat di
pasaran dunia, maka sedikit demi sedikit
210 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

jalur kereta api tidak lagi difungsikan. memadai. Sarana yang adasaat itu masih
Kereta hanya digunakan sebagai alat merupakan jalan setapak. Sehingga hasil
angkutan penumpang yang tidak begitu bumi yang seharusnya lebih cepat sampai
menguntungkan. di pelabuhan banyak tertimbun di gudang
Dalam Laporan Tahunan penyimpanan yang berakibat hasil bumi
(jaarverslag) yang dikeluarkan SS cepat membusuk. Para pemilik
(Staatspoor Wegen) tahun 1941, perkebunan pun kemudian mengusulkan
tercantum berbagai kemunduran yang kepada pemerintah Belanda untuk
dialami perkeretaapian, terutama yang membangun sarana transportasi kereta api.
menyangkut bidang peralatan dan suku Di Jawa Barat, pembangunan rel
cadang. Untuk itu kepala laboratorium kereta api dimulai untuk menghubungkan
penelitian bahan-bahan, Prof. Ir. Van Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor).Dari
Alpen de Veer, menyarankan untuk Bogor pembangunan rel kereta api
mengganti besi lapis pada jembatan- dilanjutkan untuk menghubungkan
jembatan kereta api, peremajaan bantalan, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung.
serta mengadakan perbaikan tubuh jalan Pembangunan rel kereta api yang
rel. Adanya laporan tersebut maka menghubungkan Bogor-Sukabumi-
pimpinan SS segera menyusun program Bandung tersebut dibarengi dengan
kerja berupa rencana perbaikan untuk pembangunan emplesemen-emplasemen
jangka waktu 10 tahun. Hal itu dilakukan seperti stasiun, peron, dan ruang tunggu
untuk menghindari kemunduran untuk penumpang. Dalam perjalanan
perkeretaapian baik dari segi teknis waktu, transportasi kereta api yang
maupun ekonomis. Upaya lainnya yang menghubungkan Bogor-Sukabumi-
dilakukan pimpinan SS adalah dimulainya Bandung pada abad ke-19 tersebut tidak
penempatan golongan pribumi pada berjalan mulus. Memasuki tahun 1941,
beberapa pos penting sekalipun masih permintaan hasil perkebunan yang sempat
dalam jumlah terbatas. Di tengah-tengah laku di pasaran Eropa mulai menurun,
perkeretaapian melakukan penataan, akibatnya kereta api hanya berfungsi
pemerintah Belanda dikejutkan adanya sebagai alat angkutan penumpang yang
penyerangan dari tentara Jepang. Belanda tidak begitu menguntungkan. Yang sangat
pun harus mengalami kekalahan pada 8 mengejutkan sekali ketika Pemerintah
Maret 1942 di Subang (Tim Telaga Bakti Belanda harus menyerah kepada
Nusantara, 1997: 142). Jepangpada tahun 1942. Tentara
pendudukan Jepang pun melakukan
D. PENUTUP penutupan jalur-jalur kereta api yang telah
Kopi yang laku di pasaran dunia ada.
ternyata tumbuh subur di dataran
Sukabumi. Bukan hanya kopi, teh juga DAFTAR SUMBER
merupakan hasil bumi yang banyak dicari 1. Jurnal, Makalah, Laporan Penelitian
dan tumbuh subur di dataran Bogor dan
Bandung. Adanya hasil bumi yang laku di Hardjasaputra, A.Sobana.2002.
pasaran dunia tersebut, mendorong dua “Perubahan Sosial di Bandung 1810-
orang pengusaha dari Belanda Van Rie 1906”. Disertasi. Depok: Program
Pascasarjana Fakultas Ilmu dan Budaya
Beek dan Zwadecroon untuk membeli
Universitas Indonesia.
tanah seluas 5/12 dari luas wilayah di
Sukabumi, tanah tersebut kemudian Herwana, Sutiawan. “Perkembangan
ditanami kopi. Hasil bumi yang tumbuh Transportasi Darat di Sukabumi,
subur khususnya di Bogor, Sukabumi, dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi dan Perkembangan Kota Tahun
Bandung tersebut masih terkendala
1881-1942” dalam students e-journal.
adanya sarana transportasi yang belum
Transportasi Kereta Api..... (Lasmiyati) 211

Beranda 2012. Vol. 1. No. 1, hlm. 1 – Bandung, Kilas Peristiwa di Mata


14. Filatelis Sebuah Wisata Sejarah.
Bandung: Kiblat.
Irsyam, Tri Wahyuning M. 2016.
“Depok dan Jalur Kereta Api Buitenzorg- Katam, Sudarsono. 2014.
Batavia” dalam jurnal-fib.uns.ac.id. hlm. Kereta Apidi Priangan Tempo
65 -.81. Dulu.Bandung: Pustaka Jaya.
Mulyana, Agus.2006. Kunto, Haryoto. 2008.
“Kuli dan Anemer: Keterlibatan Orang Wajah Bandoeng Tempo
Cina dalam Pembangunan Jalan Kereta Doeloe.Bandung: Granesia.
Api di Priangan (1878-1924)” Makalah
Kuntowijoyo. 1997.
dalam Konggres Nasional Sejarah,
Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:
Jakarta 14-17 November 2006.
Bentang Budaya.
Nurbaity dan Saring. 2015.
Lubis, Nina Herlina, AwaludinNugroho, Dadan
“Swastanisasi Perkebunan Teh di Bogor
Wildan, Etty S Dyanti, Kunto Sofianto, Tony
(1905-1942)” dalam SOSIO-E-KONS,
Djubianto, Reiza Dienaputra. 1956.
Vol 7. No. 3 Desember 2015, hlm. 216-
Sejarah Tatar Sunda, jilid 1. \
225.
Bandung: Puslit Kemasyarakatan dan
Wulan, Roro Retno. 2015. Kebudayaan Lembaga Penelitian UNPAD
“Komunikasi Nonverbal Bangunan dan MSI Jawa Barat.
Kolonial di Perkebunan Teh Jawa Barat”,
Munawar, Ahmad. 2011.
Jurnal Sosioteknologi, Vol. 14. No.3,
Dasar-dasar Teknik Transportasi.
Desember 2015, hlm. 221-236.
Yogyakarta: Beta Offset.
Oerip, R. Simeon. 1953.
2. Buku Kissah Kereta Api Indonesia, S.S/S.S-
Badan Pelaksana Penelitian dan Penyusunan V.S?D.K.A-RI/D.K.A, djilid ke-1.
Sejarah Jawa Barat. 1973. Bandung: Pengurus Besar Persatuan
Sejarah Jawa Barat, Suatu Tanggapan. Buruh Kereta-Api.
Tidak diterbitkan.
Subarkah, Imam. 1981.
Breman, Jan. 2014. Jalan Kereta Api. Bandung: Idea Dharma.
Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa,
Sistem Perdagangan dari Tanam Paksa ----------------------.1994.
Kopi di Jawa 1720-1870.Jakarta: Pustaka Sekilas 125 tahun Kereta Api Kita (1967-
Obor Indonesia. 1992). Tidak diterbitkan.

Dienaputera, Reiza. 2000. Soekanto, Soerdjojo, Budi Sulistyowati. 2015.


Dalam Nina Herlina Lubis “Cianjur”, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raya
dalam Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Grafindo Perkasa.
Barat. Bandung: Alqaprint. Tim Penyusunan Kamus Besar Bahasa
Ekadjati, Edi S. 1991. Indonesia. 2011.
Historiografi Priangan. Universitas Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
Padjadjaran Fakultas Sastra Jurusan keempat. Departemen Pendidikan
Sejarah, tidak diterbitkan. Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Gottchalk, Louis. 1985.
Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Tim Telaga Bakti Nusantara. 1977.
Indoseia Press. Sejarah Perkeretaapian Indonesia, jilid 1.
Bandung: Angksa.
Kartodirdjo, Sartono. 1992.
Pendekatan Ilmu Sosial dalam 3. Internet
Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Irsyam, Tri Wahyuningsih. “Depok dan Jalur
Kartodiwio, Sudarsono Katam. 2006. Kereta Api Buitenzorg-Batavia (1873-
1942)”, diakses dari
212 Patanjala Vol. 9 No. 2 Juni 2017: 197 - 212

www.jurnal.fib.uns.ac.id, tanggal 23
April 2017, jam. 04.19.
Muhsin, Mumuh Z. dalam “Terbentuknya
Keresidenan Priangan”, diakses dari
www. pustakaunpad.ac.id, tanggal 20
Maret 2008, jam. 13.48.
“Sejarah Sukabumi”, diakses dari
www.Sukabumikab.go.id, tanggal 7 Mei
2017, jam. 16.13.

Anda mungkin juga menyukai