Anda di halaman 1dari 5

MASYARAKAT YANG TIDAK SADAR AKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Sampah dimana-mana, air tergenang disana-sini, dan selokan tersumbat. Itulah yang sering kita lihat
sekarang ini, seiring dengan perkembangan zaman dan masa.
Masyarakat kini tidak lagi sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan. Ada banyak orang membuang
sampah setiap hari sampai bertumpuk dan bahkan sudah menjadi gunung sampah.
Limbah rumah tangga, industri dan kegiatan lain yang dilakukan manusia dibuang begitu juga saja
kedalam selokan ataupun sungai. Mereka tidak tahu akibat yang akan timbul setelah itu. Pada drama ini,
kami akan mengangkat tema Lingkungan.
BABAK I
Di sore hari yang masih terik, Efendy, Gusman dan Herta sedang jalan-jalan dan berhenti diatas
jembatan sungai Moawo.
Fendy : (Sambil berhenti dan memandang kearah sungai yang penuh dengan sampah
Eh .... Gusman. Coba lihat sungai ini lah. . . .
Gusman : Ia kenapa ? (Sambil menoleh ke arah yang diperhatikan si Fendy)
Fendy : Lihatlah, banyak sekali sampah bertumpuk disungai ini. (Sambil menunjuk kearah
tumpukan sampah).
Herta : Ia ya. . . Kenapa bisa begitu ya . . . ? (Sambil melihat tumpukan sampah terus
menggelengkan kepalanya).
Fendy : Itu karena masyarakat sekitar sini itu terus membuang sampah ke dalam sungai ini.
(Sambil memandang kearah Herta)
Gusman : (Berbalik ke arah jalan) Ia . .ya. . Kenapa masyarakat begitu tidak sadar akan
kebersihan lingkungan ya . . . ? (memandang kearah Herta)
Herta : Yah, aku juga tak tahu mengapa bisa begitu. (Sambil berbalik ke arah jalan)
Fendy : (Seakan seperti menjelaskan). Itu semua perlu partisipasi dari seluruh kalangan
masyarakat untuk sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dan juga
perlu peranan pemerintah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk
menjaga kebersihan lingkungan.
Gusman : (Menyambung perkataan si Fendy). Dengan begitu tercipta lingkungan yang bersih,
indah dan sejuk.
Herta : Eh . . ngomong-ngomong udah malam. Pulang yukk !!!
Fendy & Gusman : Ayo. . .(berjalan pulang mengajak Herta)
Mereka bertiga pulang ke rumah karena senja juga sudah mulai gelap.
BABAK II
Ivan dan Waldiman duduk berbarengan dan sejajar dikursi di depan Rental & Fotocopy di simpang
Moawo. Mereka sedang menunggu angkot.
Ivan : Eh . . Wal, kamu udah dapat nggak artikel lingkungan itu ? (Sambil menepuk
punggung kawannya itu)
Waldiman : (Kaget sebentar). Masih belum. Aku aja baru mau mencarinya di warnet
(Memandang kearah Ivan).
Ivan : Oh gitu ya. Berarti tujuan kita sama donk.
Tiba-tiba Valent datang dari arah depan dan menyapa kedua temannya itu.
Valent : (Sambil memberi senyum dan menyapa). Hy . . . .Lagi ngapain kalian disini?
Waldiman & Ivan : Lagi nunggu angkot, mau ke warnet. (Menjawab secara bersamaan dan melihat
kearah Valent)
Ivan : (Menggeser seakan memberi tempat duduk buat si Valent) Silakan duduk
Valent, kamu mau kemana ? Wal. . . geser sini sikit donk beri dia tempat
duduk !!! (Mumukul pelan paha si Waldiman).
Valent : Oh ia . . .Terimakasih ya . .
Ivan : Eh . .Wal, kamu kan mau nyari artikel tentang lingkungan tu. Kamu foto aja ini parit,
lalu kamu print dan kasih pendapatmu!! (Memberi saran kepada Waldiman)
Waldiman : Oh, ia juga ya. Bisa-bisa (Sambil mengeluarkan handphonenya lalu memotret parit
yang memang tergenang dan penuh sampah itu ?
Valent : Eh, kalian berdua pikir dulu, kenapa parit ini bisa tergenang dan penuh dengan
sampah kayak gini ?
Ivan : Meneketehe, masyarakatnya kali yang ga sadar. (Sambil memandang kearah jalan)
Waldiman : Termasuk kamukan, Van. Sampahmu tadi kamu buang disitu juga kan... (Sambil
tertawa kecil)
Valent : Masyarakat tak ada sadar-sadarnya juga ya. Apa mereka tidak tahu ini akan
menimbulkan penyakit (Sambil menggelengkan kepalanya).
Ivan : Ia juga sich, ini kan akan menimbulkan penyakit, khusunya malaria dan membuat u
dara tercemar. (Memandang kearah Valent dan Waldiman)
Valent : Coba perhatikanlah sekitar sini. Masyarakat membuang limah industri rumah
tangganya diparit. (Sambil melihat sekeliling)
Waldiman : (Menyambung perkataan si Valent). Kantin sekitar sini membuang sampahnya juga
diparit ini. Bagaimana tidak tersumbat ?
Ivan : Disinilah sebenarnya diperlukan peranan pemerintah untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan.
Valent : Tapi tidak terlepas juga kan dari kesadaran tiap insan masyarakatnya, kan?
Waldiman : Ya, kalian berdua benar. Menurut kamu Van, bagaimana cara pemerintah berperan
dalam hal ini?
Ivan : Ya, lewat sosialisasi dan media massa. Misalnya memberikan pemahaman kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya septitank dirumah, atau
memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk membuang sampah
ditempatnya dengan memisahkan yang organik dan anorganik.
Valent : (Menyambung perkataan si Ivan). Setelah semua itu terlaksana maka aku yakin,
lingkungan akan jadi bersih dan sehat.
Waldiman : Baiklah kalau begitu.
Valent : Eh itu angkot datang. (Sambil menunjuk angkot yang baru datang). Kalian mau
berangkat bareng aku nggak ?
Ivan & Waldiman : Dengan terpaksa, daripada disini terus sampai malam. (Tertawa kecil dan sambil
bercanda).
BABAK III
Pagi hari pada waktu istrahat pertama. Ivan, Fendy dan Waldiman sedang duduk diteras kelas. Seperti
biasa mereka sedang cerita tentang siapa yang akan bertanding malam ini. Mereka saling memuji klub
favorite masing-masing. Ivan yang tadi baru dari kantin membeli permen, membagi-bagikan sama kedua
temannya itu Fendy membuang bungkusan permennya sembarangan (bukan di tempat sampah).
Waldiman : jangan buang sampahmu disitulah kawan, buanglah ditempat sampah
(memandang kearah Fendy sambil menunjuk ke arah tempat sampah).
Fendy : Ialah (sambil mengambil sampahnya tadi dan membuangnya ditempat sampah).
Waldiman : Kau juga, Van ! Sampahmu itu buang di tempat sampah. (Menyuruh si Ivan).
Ivan : Mana. Siapa yang membuang sampah sembarangan. Aku tidak membuang sampah
kok, aku hanya menaruh sampah aja. Apa itu salah ?
Fendy : Sama aja kali. Membuang dan menaruh sama aja, yang penting kan bukan di
tempat sampah kau taruh. (Tertawa kecil)
Valent dan Herta yang sejak tadi memperhatikan mereka datang untuk bergabung.
Valent : Kalian ngomongin masalah sampah ya. (Sambil memandang kearah mereka seakan
memastikan yang dibilangnya itu benar).
Fendy & Waldiman : Iya nih, kami lagi ngomongin masalah sampah.
Ivan : Sampah kok dipikirin (Berlagak serius tapi sebenarnya bercanda)
Herta : Jangan salah Van, sampah itu mesti harus dipikirin oleh seluruh lapisan
masyarakat. (Memandang kearah Ivan yang sedang membuka permen
keduanya).
Ivan : Ahh masa. . . (Mencandai si Herta)
Valent : Iya Ivan, sampah itu tanggungjawab kita bersama. Kamu masih ingat tidak waktu
kita ngomongin masalah parit yang tergenang akibat sampah yang
tertumpuk kemarin di simpang ?
Ivan : Iya masih . . (mengangguk-anggukkan kepalanya)
Herta : Iya, kami juga kemarin sempat ngomongin sampah yang bertumpuk di muara
sungai Moawo ?
Fendy : Masalah yang sama ya. Tapi kenapa masyarakat tidak sadar-sadar juga ya . .
Waldiman : di situlah kita sebagai orang yang telah berpendidikan berperan!
Ivan : Maksudnya kau apa ? Ha . .
Waldiman : Kita semua kan sudah tahu sampah itu berakibat fatal bagi lingkungan...
Herta : Nah, kita sebagai siswa yang telah berpendidikan harus ambil bagian.
Ivan : Dalam hal apa ?
Waldiman : Ya, lewat sosialisasi ataupun bakti sosial.
Fendy : Benar itu, jangan kita tunggu- tunggu pemerintah. (Menyela pembicaraan).
Herta : Kamu kan Ketua Pramuka di sekolah kita ?
Valent : Iya tu, Van. Kamu kan Ketua Pramuka di sekolah kita, aku aja hampir lupa . . dan
Gusman termasuk koordinatornya.
Waldiman : Benar itu. Mana si Gusman ? (Memandang sekeliling)
Fendy : Gusmaan .........Hu .....Gusman (Sambil berteriak)
Gusman : Iya (Menghentikan pekerjaannya yang sedang OL)
Fendy : Sini bentar dulu (Sambil memanggil dengan isyarat tangan )
Gusman : (Sambil berlari dari dalam kelas) Iya . . Kenapa ..?
Waldiman : Gak ada apa-apa, duduk dulu. (Menyuruh sambil menggeser sedikit seakan
memberi tempat buat Gusman).
Ivan : Kembali ke yang tadi. Apa hubungannya aku Ketua Pramuka di sekolah dengan
sampah yang disana. (Mengembalikan alur cerita)
Herta : Begini lo Van. Kamu programkan Bakti Sosial dan sosialisasi kebersihan lingkungan
dilaksanakana oleh Pramuka ?
Ivan : Terus ? (agak penasaran)
Herta : Nanti bakti sosial itu diikuti oleh seluruh siswa disini.
Ivan : Jadi maksudmu, kita semua turun untuk membersihkan lingkungan diluar sekolah
dan termasuk sungai itu. (Berlagak heran)
Valent : Yaialah Van.
Ivan : Ok lah, akan saya programkan dalam waktu dekat
Herta : Nah, itu baru Ivan namanya. .
Ivan : Asal ia ajalah. Ini nanti si Gusman yang membantu mengkoordinir. (Menepuk bahu
Gusman).
Valent : Oklah, mudah-mudahan bisa terwujud dalam waktu dekat.
Waldiman : Masuk kelas yukk, udah bell.
Valent & Herta : Yukk (Sambil berdiri dan masuk kelas)
Fendy : Ayo (Sambil berdiri dan berjalan memasuki kelas)

Mereka semua masuk kelas dan bersiap melanjutkan pelajaran berikutnya. Dua minggu kemudian,
tepatnya hari Jumat dilaksanakan Bakti Sosial untuk membersihkan lingkungan di luar sekolah (termasuk
selokan dan sungai Moawo). Dan juga beberapa siswa terpilih untuk memberikan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar untuk sadar akan pentinya kebersihan lingkungan. Bahwa dengan terciptanya
lingkungan yang bersih maka akan tercipta lingkungan yang sehat dan sejuk.

Mudah – mudahan setelah dilaksanakannya program ini, maka masyarakat jadi sadar akan pentingnya
kebersihan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang sehat. Khususnya di lingkungan SMK Negeri 1
Gunungsitoli dan terlebih lingkungan desa Moawo pada umumnya.

Disusun Oleh : Kelompok VI

Pemeran :

Irvansyus Lawolo sebagai Ivan

Waldimansyah Bate’e sebagai Waldiman

Gusman Jaya Telaumbanua sebagai Gusman

Efendy Zendrato sebagai Fendy

Valentina Telaumbanua sebagai Valent


Bestina Hertamina Ziliwu sebagai Herta

Anda mungkin juga menyukai