Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL BOOKS REPORT

“ FISIKA BANGUNAN - PRASASTO SATWIKO”


DAN
“ ILMU FISIKA BANGUNAN – HEINZ FRICK ”

Mata Kuliah : Fisika Bangunan

RIDOAN ANAK AMPUN 5162111005


AGUNG YUDHA PRATAMA 5161111009
RIZKI HALOMOAN Hsb 5162111006

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya hadiahkan ke hadirat Allah swt. Tuhan Yang Maha
Esa yang mana atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya selaku penyusun dapat
menyelesaikan Critical Book Report ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.Tugas ini berisikan tentang sebuah laporan dari hasil penilaian sebuah
buku yang telah dikritik. Tugas ini juga membahas mengenai adanya kelebihan
dan kekurangan yang juga telah dibandingkan antara penelitian pada Book utama
sebagai kritikan.

Saya sangat bersyukur atas terselesainya tugas ini, untuk itu saya
ucapkan terima kasih kepada kedua Orang tua yang terus mendukung dan
memberikan doa serta ridhonya kepada saya, tak lupa pula saya ucapkan terima
kasih banyak atas kerjasama semua pihak yang membantu dalam penyelesaian
tugas ini. Dan kepada Dosen pengampu mata kuliah saya mohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan pada makalah ini. Saya sangat mengharapkan adanya
berbagai kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun agar
menjadi masukan bagi penyusun dalam membuat dan menyajikan tugas yang
lebih baik lagi dimasa mendatang.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Kepada Allah swt. Tuhan Yang
Maha Esa saya mohon ampun dan kepada semua saya mohon maaf. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya sendiri selaku
penyusun. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih

Medan, 05 November, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................1
1.3 Manfaat .................................................................................................2
1.4 Identitas Buku ......................................................................................3
BAB II RINGKASAN ISI BUKU .........................................................................4
2.1 BAB I – Hakikat Ilmu dan Penelitian ................................................4
2.2 BAB II – Penelitian sebagai Proses Ilmiah ........................................5
2.3 BAB III – Konseptualisasi Masalah Penelitian .................................6
2.4 BAB IV - Hipotesis .............................................................................7
2.5 BAB V – Penarikan Sampel................................................................9
2.6 BAB VI – Desain Penelitian .............................................................11
BAB III KEUNGGULAN BUKU.........................................................................12
3.1. Keunggulan Buku 1 ..........................................................................12
3.2. Keunggulan Buku 2 ..........................................................................12
BAB IV KELEMAHAN BUKU ...........................................................................14
4.1 Kelemahan Buku 1 ............................................................................14
4.2 Kelemahan Buku 2 ............................................................................14
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bagi mahasiswa, mempunyai pemikiran yang kritis merupakan salah satu


hal yang harus dimiliki oleh setiap individu, dan selalu dituntut dalam proses
pembelajaran. Sebagai mahasiswa tentu harus memiliki kompetensi yang baik
mulai dari aspek kognitif, afektif maupun Psikomotorik. Sejalan dengan kesadaran
akan pentingnya hal tersebut, Pemerintah Pendidikan Indonesia telah menetapkan
adanya suatu perubahan besar terkait dengan Kurikulum yang diberlakukan dalam
dunia Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia yang disebut dengan KKNI.
Perubahan Kurikulum ini mewajibkan para mahasiswa untuk aktif dalam
mengaktualisasikan diri dengan menjadikan dirinya sebagai pusat pembelajaran
artinya setiap mahasiswa harus mampu menggali sendiri sumber informasi yang
diperlukan selain mengharapkan informasi dari dosen pengampu. Selain itu,
perubahan kurikulum ini juga menyebabkan mahasiswa dituntut untuk mampu
menyelesaikan 6 tugas pokok yang salah satunya adalah Critical BookReport yang
dimana hal ini dinilai akan mempengaruhi softskill dan kompetensi mahasiswa
kedepan nantinya.

Dalam mengaktualisasikan dirinya melalui Critical BookReport ini


mahasiswa dituntut untuk dapat melaporkan penilaian terhadap kekurangan dan
kelemahan dari Buku penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan kemudian
akan dibandingkan dengan Buku sejenis lainnya yang relevan. Untuk itu
mahasiswa harus mampu menyelesaikan tuntutan tersebut dengan menggali
sumber-sumber informasi melaui berbagai sumber bacaan berupa artikel ilmiah
atau karya ilmiah yang disebut Buku Penelitian. Buku penelitian ini juga
merupakan sumber informasi yang paling dominan dan termasuk yang paling
mudah didapat adalah Buku Penelitian karena artikel jenis dapat diproleh dan
diakses melalui media elektronik dan sifatnya global dalam artian Internasional.

Atas dasar inilah penulisan tugas CBR (Critical BookReport) ini tertulis
dan sekaligus untuk memenuhi tagihan tugas yang telah diberikan. Dengan adanya

1
CBR ini diharapkan akan menjadi sebuah upaya yang dapat dilakukan untuk
memberikan tanggapan mengenai Buku penelitian khususnya Buku yang
berkaitan dengan penggunaan perangkat lunak komputer, yang dimana hasil dari
penulisan ini nantinya akan dapat berpengaruh pada cara berpikir seorang
mahasiswa yang lebih kritis dan mampu berargumentasi. Serta dengan adanya hal
ini diperkirakan akan mampu memberikan sebuah ulasan yang baik sebagai suatu
bahan dalam menilai Buku tersebut.

1.2 TUJUAN

1. Sebagai bentuk penyelesaian tugas yang diberikan kepada mahasiswa KKNI


2. Menambah wawasan terkait dengan materi yang dibahas pada setiap Buku.
3. Meningkatkan kemampuan ber-Argument dengan menumbuhkan sikap kritis
serta menyampaikan pendapat ataupun gagasan
4. Menguatkan paham-paham materi yang sebelumnya kurang/belum
tersampaikan pada Buku dan kemudian menjadi bahan kajian.

1.3 MANFAAT

1. Mendapat tambahahan wawasan terkait dengan materi yang dibahas pada


setiap Buku.
2. Menambah kemampuan dalam ber Argument dengan menumbuhkan sikap
kritis serta menyampaikan pendapat ataupun gagasan
3. Memberikan peenguatan paham-paham materi yang sebelumnya kurang/
belum tersampaikan pada Buku yang menjadi bahan kajian.

2
1.4 IDENTITAS BUKU

Keterangan BUKU 1 BUKU 2

JUDUL Fisika Bangunan Ilmu Fisika Bangunan

1. Heinz Frick
PENULIS Prasasto Satwiko 2. Antonius Ardiyanto
3. AMS Darmawan

Penerbit Kanisius (Anggota


PENERBIT Gramedia Widiasarana Indonesia IKAPI), Penerbit Universitas
Soegijapranata.

TAHUN 2009 2008

HALAMAN 372 Halaman 210

ISBN 978 – 979 – 29 – 0734 – 6 978 – 979 – 21 – 1903 – 9

FOTO

3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 BAB I – Ventilasi Alami


Ventilasi bangunan dapat berupa ventilasi alami (tidak melibatkajn
mesin), ventilasi buatan (melibatkan mesin pengodisi udara yang akan
menurunkan suhu dan kelembaban udara, ac) dan ventilasi semibuatan (ventilasi
alami yang dibantu kipas angin untuk mengerakkan udara tetapi tidak melibatkan
alat penurun suhu).

Ventilasi alami adalah pergantian udara secara alami (tidak melibatkan


peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara yangt dikenal sebagai air
conditioner atau AC). Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat dan
nyaman, tanpa memerlukan energi tambahan.

1.1. Istilah istilah dan pengertian dalam ventilasi


Ventilasi (ventus, wind, angin) adalah aliran udara, baik di ruang terbuka maupun
tertutup (di dalam ruangan). Ventilasi alami adalah proses pergantian udara
ruangan oleh udara segar dari luar ruangan tanpa bantuan peralatan mekanik.
Pergantian udara per jam adalah jumlah pergantian seluruh udara di dalam
ruangna dengan udara segar dari luar setiap jamnya.

1.2. Memperkirakan kecepatan angin dan arah angin, suhu, dan kelembaban.
1.2.1 Memperkirakan Kecepatan Angin

Untuk mengukur kecepatan angin dapat dilakukan dengananemometer. Namun,


kecuali kita memang berprofesi sebagai pengukur kecepatan angin, alat tersebut
sering tidak tersedia.

1.2.2 Memperkirakan suhu udara

Suhu udara cukup mudah dan murah diukur dengan termometer ruangan yang
tersedia di toko kelontong sekalipun. Termometer murah, walau mungkin tidak
terlalu akurat, dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.
1.2.3 Memperkirakan kelembaban udara

4
Kelembaban relatif udara (RH) dapat diukur langsung dengan hygrometer. alat
tersebut cukup mudah didapat dan murah, biasanya menjadi satu dengan
termometer dan namanya menjadi thermo-hygrometer.

1.3. Ringkasan pengetahuan dasar


Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehesif sesorang
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kenyamanan tidak dapat diwakili oleh
satu angka tunggal. Kita menilai kondisi lingkungan berdasarkan ransangan yang
masuk ke diri kita melalui keenam indera kita yang oleh syaraf dibawa ke otak
dan nilai.

1.4. Aspek perancangan

Bila kemungkinan, pilihlah lahan rumah yang ada didaerah berudara sejuk
ndan sehat. ingat bahwa ventilasi alami sangat bergantung pada kualitas udara
lingkungan sehingga udara lingkungan yang sejuk dan sehat menjadi modal utama
keberhasilan ventilasi alami.

2.2 BAB II – Ventilasi Buatan


2.1 Istilah-istilah dan pengertian dalam ventilasi buatan

Ventilasi buatan atau penghawaan buatan adalah penghawaan yang


melibatkan peralatan mekanik. Penghawaan buatan sering juga disebut
pengondisian udara, yaitu proses perlakuan terhadap arah angin, kebersihan, bau,
serta distribusinya menciptakan kenyaman bagi penghuninya.

2.2. Ringkasan pengetahuan dasar

Prinsip utama mesin penyejuk udara (AC) adalah mengangkut kalor dari
satu lokasi ke lokasi lain. Dalam bangunan, tugas AC adalah mengangkut
kelebihan kalor dari dalam ruangan ke luar ruang.

Pertambahan panas di ruangan dapat diperoleh dari :

 Panas tubuh manusia dan mahluk hidup lain yang bersuhu tubuh hangat.

5
 Panas yang berasal dari peralatan rumah tangga seperti lampu, televisi,
kompor, setrika dan lain-lain.
 Panas berasal dari selubung bangunan yang terkena langsung radiasi
matahari.
 Panas yang berasal dari selabung bangunan akibat udara luar yang hangat.

Udara yang bersuhu lebih rendah akan berada di bawah udara yang
bersuhu lebih tinggi. Udara sejuk yang keluar dari ac akan mengalir turunke
bawah dan mengambil panas (kalor) dari lingkungan sekitar.

2.3 Aspek perancangan

Dalam merancang penghawaan buatan kita harus senantiasa berusaha


sepenuhnya untuk mengolah seluruh potensial arsitektural bangunan agar dicapai
kualitas udara dalam ruangan yang baik dengan energi AC.

2.4 Aspek matematis

Menghitung kebutuhan penyejuk udara secara teliti amat rumit. dalam


aspek matematis menjelaskan penyejuk yang dapat dimanfaatkan untuk melatih
rasa dan naluri yang diperlukan untuk merancang penghawaan buatan.

2.3 BAB III – Pencahayaan Alami


Sebelum mengetahui definisi pencahayaan alami, Zacky (2012)
memberikan penjelasan tentang pencahayaan yang baik berikut ini. Pencahayaan
pada sebuah bangunan sebaiknya bersumber dari cahaya alami. Kita sangat
beruntung tinggal di wilayah yang penuh akan sinar matahari sepanjang tahunnya.
Selain sehat, ini juga dapat menghemat energi. Untuk itulah, pada setiap ruangan
ada baiknya dibuatkan jendela kaca yang berhubungan dengan ruang terbuka.
Sedangkan Soegijanto (1998:40) menjelaskan tentang apa saja yang perlu
diketahui unuk merancang pencahayaan alami yaitu sebagai berikut.

Pencahayaan alami dimaksudkan untuk mendapatkan pencahayaan di


dalam ruangan dari cahaya alami. Untuk merancang pencahayaan alami, yang

6
perlu diketahui adalah ketersediaan cahaya alami yang diterima di lokasi yang
bersangkutan. Yang dimaksud dengan cahaya alami di sini adalah cahaya
matahari langsung dan cahaya matahari difus. Selanjutnya cahaya matahari
langsung disebut cahaya matahari dan matahari difus disebut cahaya langit.
Ketersediaan cahaya dipengaruhi oleh:

1. Letak geografis, terutama adalah jarak terhadap khatulistiwa atau derajat


lintangnya.
2. Iklim, terutama kondisi langit ialah jumlah dan jenis awan.

Cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal dari beberapa
sumber, yaitu sinar matahari langsung, langit cerah, awan atau pantulan
permukaan bawah dan bangunan sekitarnya. Cahaya dari masing-masing sumber
tersebut bervariasi tidak hanya dari jumlah dan panas yang dibawanya, tetapi juga
pada kualitas lainnya, seperti warna, penyebaran, dan penghematan.

Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan


jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai. Dibawah ini menjelaskan pengaruh bentuk jendela terhadap
pencahayaan alami yang datang.

Cahaya yang datang melalui jendela banyaknya ditentukan oleh besar dan
bentuk jendelanya. Memanjang ke atas menyebabkan cahaya masuk cukup
banyak namun distribusi cahayanya kurang baik. Bentuk jendela memanjang ke
samping lebih efektif untuk memberikan pencahayaan optimal.

Kadang sumber pencahayaan alami dirasa kurang efektif karena intensitas


cahaya yang tidak tetap dan sumber alami yaitu matahari menghasilkan suhu
panas terutama pada siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar
penggunaan pencahayaan alami efektif antara lain:

1. Variasi intensitas cahaya matahari,


2. Iklim,
3. Letak geografis,
4. Kegunaan bangunan, dan

7
5. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, dan jarak antar bangunan.

Lechner (2000:422) menyatakan bahwa "tujuan umum pencahayaan alami


adalah menghasilkan cahaya berkualitas yang efisien serta meminimalkan silau
langsung, lapisan pemantul, dan berlebihnya rasio tingkat terang".

Manfaat pencahayaan alami adalah:


1. Memberikan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan dengan kualitas
bangunan yang mirip dengan pencahayaan alami di luar bangunan,
2. Mengurangi energi listrik, dan
3. Dapat membunuh kuman.

2.4 BAB IV – Pencahayaan Buatan


Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain sumber cahaya alami, contohnya adalah lampu. Perkembangan
cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara, lampu minyak tanah,
lampu gas sampai dengan lampu listrik.

Penjelasan tentang alasan diperlukannya pencahayaan sebagai berikut.


Pencahayaan buatan diperlukan apabila:

1. Tidak tersedia cahaya alami siang hari, saat antara matahari terbenam dan
terbit.
2. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari, saat mendung tebal
intensitas cahaya bola langit akan berkurang.
3. Cahaya alami tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan
yang jauh dari jendela.
4. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar, pada ruang lebar hanya
lokasi di sekitar jendela saja yang terang, sedangkan di bagian tengah
akan redup.
5. Diperlukan intensitas cahaya konstan.
6. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah
diatur.
7. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus.

8
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pencahayaan buatan adalah:

1. Jarak pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang atau


melengkapi cahaya alami.
2. Tingkat pencahayaan yang diinginkan.
3. Distribusi dan iluminasi pencahayaan yang diperlukan, apakah terpusat
pada satu arah atau menyebar.
4. Warna yang akan dipergunakan serta efek warna dari cahaya tersebut.

2.5 BAB V – Akustik Alami


Penataan akustik pada bangunan memiliki dua tujuan , yaitu untuk :

a. Kesehatan (mutlak)
b. Kenikmatan (diusahakan)

Penataan bunyi melibatkan empat elemen yang harus dipahami arsitek:

a. Sumber bunyi
b. Penerima bunyi
c. Media
d. Gelombang bunyi

Pengertian

Akustika adalah ilmu tentang bunyi. Akustika sering dibagi menjadi:

a. Akustik Ruang (menangani bunyi yang diinginkan)


b. Kontrol kebisingan (menangani bunyi yang tidak diinginkan)
Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda
padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia. Dengan
rentang 20—20.000 Hz, yang menyempit seiring umur. Dibawah 20 hz
disebut infrasound, sedangkan diatas 20.000 disebut ultrasound.

Bunyi udara adalah bunyi yang merambat lewat udara, sedangkan bunyi struktur
adalah bunyi yang merambat lewat struktur bangunan.

1. Kecepatan Bunyi

9
Kecepatan rambat bunyi pada suatu media, diukur dengan m/detik. Rambat bunyi
di udara = 340 m/detik

2. Frekuensi Bunyi

Jumlah getaran/detik diukur dengan Hz. Frekuensi menentukan tinggi rendah


bunyi. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi. Contohnya :

a. Grand Piano (25-4200 Hz)


b. Percakapan manusia (600-4000 Hz)
c. 63 Hz (rendah)
d. 250 Hz ( tengah)
e. 2000 (tinggi)
f. 16000 (ultra)

Oktaf adalah jarak dua bunyi, kelipatan frekuensi. Contoh :

37,5 Hz  75 Hz
a. 75 Hz 150 Hz
3. Kebisingan

Bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu. Ambang bunyi adalah
-12
intensitas bunyi sangat lemah (10 W/m2). Ambang sakit adalah yang
menyebabkan sakit pada telinga manusia (1 W/m2)

4. Krteria Kebisingan

Bunyi latar yang diperkenankan agar aktivitas tidak terganggu, tingkat kebisingan
terendah yang disyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi utamanya.
Pengurangan kebisingan adalah pengurangan kekuatan-kekuatan bunyi diukur
dalam dB. Criteria pengurangan kebisingan (nrc) merupakan perhitungan rata-rata
antara 250, 500, 1000, 2000.

5. A, B, C Weighted Decibels

10
Koreksi terhadap tingkat bunyi untuk menyesuaikan perasaan manusia (A sangat
mengurangi kepekaan pada bunyi frekuensi rendah, B sedikit penyesuaian, C
tidak mengubah ukuran).

6. Tingkat Kebisingan Yang Diperbolehkan

Tingkat kebisingan yang diperkenankan di suatu ruangan agar aktivitas tidak


terganggu. Misalnya dalam ruang tidur pada malam hari melebihi 25dBA akan
menyebabkan gangguan.

7. Kehilangan Transmisi

Daya media untuk menghambat bunyi diukur dengan dB, berbeda untuk setiap
frekuensi dan pori-pori dapat mengurangi hingga 15dB

8. Kekerasan

Kekuatan bunyi yang dirasakan telinga manusia diukur dengan dBA.

9. Bunyi Ambien

Bunyi total didalam ruangan diukur dengan dB. Bunyi ambien sangat
mempengaruhi tingkat kebisingan.

10. Bunyi Dengung

Bunyi yang terpantul-pantul. Setiap ruang mempunyai kebutuhan yang berbeda-


beda, dapat dibutuhkan atau dihindari. Misalnya ruangan untuk berceramah tidak
membutuhkan bunyi dengung, namun ruang untuk paduan suara sangat
membutuhkan bunyi dengung.

11. Waktu Dengung

Waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk berkurang 60dB, dihitung dalam detik.
Waktu dengung terlalu pendek akan menyebabkan ruangan mati, waktu dengung
yang panjang memberikan suasana hidup.

12. Serapan

11
Perbandingan antara energy yang tidak dipantulkan kembali dan energy
keseluruhan yang datang, diukur dengan sabine. Serapan bahan akan menentukan
lama waktu dengung.

13. Penyerapan Bunyi

Kemampuan suatu bahan untuk meredam bunyi yang datang dihitung dalam
persen atau pecahan bernilai 0 sampai 1. Nilai 0 berarti tidak ada peredaman
bunyi, nilai 1 berarti bunyi yang datang diserap seluruhnya.

14. Kekedapan Bunyi

Kemampuan suatu bahan untuk menahan bunyi yang datang dari satu sisi ke sisi
lain dihitung dalam dB. Papan akustik adalah bahan khusus yang dibuat untuk
menyerap bunyi pada frekuensi tertentu. Panel yang dipasang berselang-seling
seperti papan catur akan lebih baik dibanding panel yang disusun rapat ini
dinamakan area effect, yaitu penambahan area dar tepi panel.

15. Intesitas Bunyi

Banyaknya energy bunyi per unit luasan diukur dengan watt/m2.

16. Tingkat Bunyi

Perbandingan logaritmis energy suatu sumber bunyi dengan energy sumber bunyi
acuan, diukur dalam dB. Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB.
Setiap penggandaan sumber bunyi , tingkat bunyi bertambah 3 dB. Setiap
penggandaan massa dinding, tingkat bunyi berkurang 5 dB, setiap penggandaan
luas bidang, bunyi berkurang 5 dB.

2.6 BAB VI – Akustik Parameter Akustik Ruang


Kriteria yang biasa dipakai untuk mengukur kualitas akustik ruang
auditorium adalah parameter subjektif dan objektif. Parameter subjektif lebih
banyak ditentukan oleh persepsi individu, berupa penilaian terhadap seorang
pembicara oleh pendengar dengan nilai indeks antara 0 sampai 10. Parameter

12
subjektif meliputi intimacy, spaciousness atau envelopment, fullness, dan overal
impressions yang biasanya dipakai untuk akustik teater dan concert hall (legoh,
1993). Paramater ini memiliki banyak kelemahan karena persepsi masing-masing
individu dapat memberikan penilaian yang berbedabeda sesuai dengan latar
belakang individu, sehingga diperlukan metoda pengukuran yang lebih objektif
dan bersifat analitis seperti bising latar belakang (background noise), distribusi
tingkat tekanan bunyi (ttb), rt (reverberation time), edt (early decay time), d50
(deutlichkeit), c50, c80 (clarity), dan ts (centre time).

Dalam setiap ruangan, dirasakan atau tidak, akan selalu ada suara. Hal ini
menjadi dasar pengertian tentang adanya bising latar belakang (background
noise). Bising latar belakang dapat didefinisikan sebagai suara yang berasal bukan
dari sumber suara utama atau suara yang tidak diinginkan. Dalam suatu ruangan
tertutup seperti auditorium maka bising latar belakang dihasilkan oleh peralatan
mekanikal atau elektrikal di dalam ruang seperti pendingin udara (air
conditioning), kipas angin, dan seterusnya. Demikian pula, kebisingan yang
datang dari luar ruangan, seperti bising lalu lintas di jalan raya, bising di area
parkir kendaraan, dan seterusnya. Bising latar belakang tidak dapat sepenuhnya
dihilangkan, akan tetapi dapat dikurangi atau diturunkan melalui serangkaian
perlakuan akustik terhadap ruangan. Besaran bising latar belakang ruang dapat
diketahui melalui pengukuran tingkat tekanan bunyi (ttb) di dalam ruangan pada
rentang frekuensi tengah pita oktaf antara 63 hz sampai dengan 8 khz, dimana
hasil pengukuran digunakan untuk menentukan kriteria kebisingan ruang dengan
cara memetakannya pada kurva kriteria kebisingan (noise criteria – nc).

13
BAB III
KEUNGGULAN BUKU

3.1. KEUNGGULAN BUKU 1

Dalam buku ini semua sub tema dijelaskan secara rinci sehingga sangat
memudahkan pembaca untuk memahami isi buku ini. Dalam buku itu juga
langsung membahas pada metode yang dipakai tanpa beretele-tele dan dijelaskan
secara rinci dan lebih spesifik. Dengan penjelasan yang detail itu sangat
memudahkan pembaca dalam memahami khususnya bagi mahasiswa yang sering
menggunakan buku ini sebagai refrensi.

Selain itu buku ini tergolong dalam buku yang mudah dipelajari oleh siapa saja.
Karena bahasa yang digunakan dalam buku ini komunikatif dan sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia. Selan itu buku ini juga didukung oleh tata letak yang
baik. Sehingga memudahkan pembaca dalam membaca buku ini.

Dalam buku ini memiliki keunggulan lainnya diantranya yaitu, tedapat


penyajian istilah-istilah yang umum ditemui dalam topik setiap bab supaya
pembaca lebih mudah memahami istilah umum yang muncul dalam setiap bab,
dilengkapi ringkasan pengetahuan dasar supaya memudahkan pembaca
mengetahui hal-hal yang perlu diketahui dalam topik yang dibahas secara
ringkas, terdapat contoh-contoh pemakaian rumus-rumus yang digunakan dengan
perhitungan yang mudah dan sederhana, terdapat gambar-gambar contoh gagasan
rancangan sesuai topik untuk memudahkan pembaca dalam menggambarkan
rancangan tesebut secara nyata.

3.2. KEUNGGULAN BUKU 2

Buku ini memiliki kelebihan yaitu mampu memberikan penjelasan secara jelas
dan rinci terhadap prinsip dan unsur- unsur penting yang harus diperhatikan dalam
suatu bangunan sehingga pembaca mampu mengatasi masalah- masalah dalam
suatu bangunan, buku ini memberikan gambaran dari dasar sehingga mampu
dipahami pembaca sekalipun pemula, buku ini juga memiliki banyak seri sehingga
mampu menjelaskan bab lain berkaitan buku tersebut , tulisan yang digunakan

14
dalam penulisan buku ini jelas, kertas yang digunakan juga sesuai standar. Buku
ini juga dilengkapi dengan ilustrasi yang banyak dan jelas sehingga
mempermudah dalam pemahaman.

15
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

4.1 KELEMAHAN BUKU 1

Buku ini selain memiliki keunggulan, namun juga tedapat kekurangan di


dalamnya. Diantaranya, gambar yang disajikan pada buku ini tidak berwarna
sehingga dapat meimbulkan salah penafsiran oleh pembaca. Dan juga terdapat
tulisan yang tidak jelas pada gambar 1.18 sehingga tidak bisa dibaca oleh
pembaca. Walaupun begitu hal-hal tersebut tidak mengurangi kualitas dari buku
tersebut. Sehingga pembaca bisa mempelajari buku tersebut secara maksimal

Penjelasan yang diuraikan kurang adanya penjabaran yang lebih luas sehingga
sulit dipahami bagi para pembaca yang baru mengenali dunia pendidikan. Buku
ini hanya membahas beberapa metode yang dirasa sangat dibutuhkan dan dapat
bermanfaat sampai kapanpun walau sudah berubah zamannya.

4.2 KELEMAHAN BUKU 2

Buku ini memiliki kelemahan yaitu memiliki sampul yang hanya berwarna merah
tua dengan tulisan putih yang terkesan sedikit membosankan, ilustrasi yang
terdapat didalamnya juga terlalu kecil sehingga perlu kejelian untuk
memahaminya, tulisan penjelas ilustrasi juga terlalu kecil sehingga membacanya
perlu kejelian. dan didalamnya juga hanya berisi tulisan dan gambar hitam putih
sehingga terkesan kurang menarik.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN

Kesimpulan yang diproleh dari adanya kritkan Buku ini, dapat dilihat
bahwa Walaupun sebuah Buku penelitian terakreditasi Nasional (ISBN)
sekalipun, namun masih banyak kekurangan atau kelemahan yang dimiliki Buku
tersebut. Berdasarkan apa yang sudah dielaskan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat saya simpulkan :

1. Penjelasan dari setiap sub pokok bahasan sangat rinci dan detail.
2. Penulisan buku sangat sistematis.
3. Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini sangat sederhana
sehingga mudah dipahami bagi pembaca.
4. Isi buku ini merupakan hasil pemikiran mahasiswa yang telah
dikolaborasikan dengan pihak para dosennya.
5. Penjelasan yang dijadikan sebagai pendukung dalam buku ini juga sangan
detail dan rinci.
6. Dalam buku ini disertai dengan diagram dan gambar-gambar serta tabel
yang menjelaskan beberapa metode sehingga mudah untuk dipahami.
7. Dalam buku ini tidak hanya hanya dengan teori namun juga dijabarkan
lewat bagan-bagan sehingga terlihat lebih sistematis.
8. Dalam setiap pembahasan sebelum masuk pada isi judul didahului dengan
pendahuluan sebagai pengantar dalam memahami isi tersebut.

5.2 SARAN

Buku ini bisa jadi rekomendasi semua khalangan di usia remaja, dewasa,
maupun orang tua yang ingin belajar mengenai bangunan baik pria maupun
wanita, khususnya mahasiswa Arsitek dalam study Arsiteknya dan mendorong
banyak arsitek dan perencana untuk memperhatikan fisika bangunan. Perhatian
fisika bangunan mendukung penciptaan rumah sehat yang aman dan nyaman.
Buku Ilmu Fisika Bangunan ini juga dapat memperdalam pengertian tentang

17
sebab dan akibat yang berhubungan dangan cahaya, kalor, kelembaban, iklim,
bunyi serta kebakaran, sehingga tujuan dari buku ini untuk meningkatkan
keamanan dan kenyamanan dalam gedung dapat terwujud.
Semoga setelah adanya para pembaca yang intelektual, mereka mampu
memberikan masukan terhadap buku ini sehingga para intelek baru bisa
bermunculan dalam pengembangan ilmu kebutuhan masyarakat sebagai suatu
kebutuhan dalam disiplin ilmu pengetahuan.
Dari berbagai kekurangan yang ada, saran yang dapat disampaikan kepada
penulis adalah seharusnya penulis lebih cermat dalam membuat sebuah karya
Ilmiah khususnya untuk Buku ini. Penggunaan metode juga lebih baik apabila
menggunakan pengumpulan data yang berssifat kuantitatif agar hasil penelitian
yang diproleh akan menjadi lebih akurat, dan juga relevan. Dan terakhir,
sebaiknya Buku itu dimuat dengan dalam bentuk singkat tepat dan padat agar
mencegah adanya ketidakpahaman maupun kejenuhan pada saat Buku itu dibaca
atau dicermati oleh para pembaca.

18

Anda mungkin juga menyukai