Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KERANGKA TEORITIS, BERPIKIR DAN

HIPOTESI

A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat belajar
Teori belajar pada dasarnya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar
terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam memahami
bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga hal tersebut akan
membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efektif
dan efisien.
Pembelajaran merupakan bagian dari dua aspek belajar dan mengajar.
Belajar tertuju pada apa yang harus dilakukan oleh siswa, sementara mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu sehingga terjadi sebuah kegiatan yang
disebut pembelajaran. Pembelajaran berlangsung pada saat terjadi interaksi antara
guru dan siswa, ataupun interaksi sesama siswa itu sendiri.
Sugiyanto (1994: 2) berpendapat bahwa, ”kemampuan memanfaatkan
pengalaman merupakan salah satu ciri kecemerlangan perilaku seseorang”. Oleh
karena itu pengalaman inilah yang sengaja dibuat untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa agar tercapai kompetensi atau tujuan pembelajarannya.
Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) mengemukakan bahwa, “pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Menurut Isjoni (2010: 49) pembelajaran adalah “suatu proses perubahan
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat dua
komponen utama yaitu guru sebagai pengajar dan siswa sebagai orang yang belajar.
”pembelajaran juga merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada peserta didik”.
(Winataputra, dkk, 2007: 118).
Belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi diantaranya
terjadi hubungan yang saling mempengaruhi. Baik belajar ataupun mengajar memiliki
keunikan tersendiri di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya modifikasi yang
terus berkembang sejalan akan perkembangan jaman. Joyce dan Well dalam Jihad
dan Haris (2013: 8) menyatakan bahwa mengajar adalah membantu siswa
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk
mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar.
Salah satu tugas guru adalah mengevalusai tingkat keberhasilan rencana
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Perubahan yang dikehendaki adalah
perubahan dalam bidang pengetahuan, perasaan atau sikap dan perbuatan (Surjadi,
1989: 177). Menurut Sudjana (2010: 3) “hasil belajar pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku, sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik”.
Ditambahkan pula menurut Gagne dalam Aunurrahman (2012: 47)
menyatakan bahwa belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, akan
tetapi hanya akan terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu : (a) kondisi internal,
antara lain menyangkut kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajarai, (b)
eksternal, merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan
tujuan memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil belajar yang dikemukakan
sebelumnya memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang perlu diatur dan dikontrol.
Banyak guru dinegara kita kebingungan ketika mendapatkan pertanyaan
mengenai pengajaran yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum. Untuk
menjawab pertanyaan itu, terlebih dahulu harus ditetapkan apa yang menjadi kriteria
keberhasilan pengajaran, kemudian menetapkan alat untuk menaikkan keberhasilan
pengajaran.

2. Hakikat Kualitas Pembelajaran


Menurut Glaser, “kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik”.
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno pembelajaran adalah upaya membelajarkan
siswa. Jadi Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan
pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan
luaran yang baik pula.
Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya dapat
diandalkan, maka perbaikan pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses
pembelajaran. Dalam hal ini bagaimana peran strategis pembelajaran yang
dikembangkan di sekolah menghasilkan luaran pendidikan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Kualitas pembelajaran merupakan salah satu elemen yang sangat krusial
dalam sebuah pendidikan. Berkenaan dengan ini Suhardan yang dikutip dalam Andri
Hardiyana, mengemukakan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan
akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dan peserta didik proses
ini merupakan sebuah tindakan professional yang bertumpu padakaidah-kaidah
ilmiah. Aktivitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar
peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar.
Berkaitan dengan pembelajaran yang kualitas, Muljono yang dikutip dalam
Andri Hardiyana, menyebutkan bahwa konsep kualitas pembelajaran mengandung
lima rujukan, yaitu:
a) Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik
peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok
dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras
dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru
dalam pendidikan.
b) Pembelajaran yang bermutu atau berkualitas juga harus mempunyai daya tarik
yang kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan karena
itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah
diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa
saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa
yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga clan
lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang dengan
sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, clan suasana yang akrab hangat dan
merangsang pembentukan kepribadian peserta didik.
c) Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau
dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau
“doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem
(sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui
tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan
penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan
pembelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk
mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang
bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).
d) Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu,
biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat
dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung
meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model mengacu pada
kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan
belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang
diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas
seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai
keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang
merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan
pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan
mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi
adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik)
untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang
paling menguntungkan.
e) Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan
diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas
pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari
menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan
masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam
sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber
belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar- pembelajaran
sehingga menghasilkan mutu yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan
yang lebih luas, lulusan dan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh
masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.

Menurut Hamzah B. Uno Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru


menjadi salah satu kajian untuk mengukur kualitas pembelajaran, maka di dalamnya
terdapat tiga strategi yang menjadi pusat perhatian. Ketiga strategi tersebut, yaitu (1)
strategi pengorganisasian (organizational strategy), (2) strategi penyampaian
(delivery strategy), dan (3) strategi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro
dan strategi makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk pengorganisasian isi
pengajaran yang berkisar pada konsep, prosedur, atau prinsip. Sedangkan strategi
makro mengacu pada metode untuk mengorganisasian isi pengajaran yang melibatkan
lebih dari satu konsep, prosedur, atau prinsip. Startegi makro berurusan dengan
bagaimana memilih, menata urutan, membuatsintesis, dan rangkuman isi mengajaran
(konsep, prosedur, atau prinsip) yang saling berkaitan.
Strategi penyampaian isi pengajaran merupakan komponen variabel metode
untuk melaksanakan proses pengajaran. Sekurang- kurangnya ada dua fungsi dari
strategi ini, yaitu (1) menyampaikan isi pengajaran kepada siswa, (2) menyediakan
informasi atau bahan- bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja
(seperti latihan tes). Menurut Degeng dalam Hamzah B. Uno, Strategi ini lebih
menekankan pada peran media pembelajaran. Dalam hubungan ini, paling tidak ada
lima cara dalam mengklasifikasikan media dalam strategi penyampaian: (1) tingkat
kecermatannya dalam menggambarkan sesuatu, (2) tingkat interaksi yang dapat
ditimbulkan, (3) tingkat kemampuan khusus yang dimiliki, (4) tingkat motivasi yang
dapat ditimbulkannya, dan (5) tingkat biaya yang ditimbulkan.
Strategi pengelolaan ini berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara
siswa dengan variabel-variabel metode pengajaran lainnya. Terdapat tiga klasifikasi
penting dalam strategi penglolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan
belajar siswa, dan motivasi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, “Penggunaan media dalam
pengajaran lebih diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar dan
membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru”. Dengan
perkataan lain, menggunakan media pembelajaran maka hasil belajar yang dicapai
siswa akan lebih tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.40 Media
pembelajaran digunakan dalam rangka upaya meningkatkan atau mempertinggi mutu
proses kegiatan belajar mengajar Menurut nana Sudjana yang dikutip dalam Ely
Suratyya, mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, kehadiran media
mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut, ketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Dikatakan bahwa, media pengajaran digunakan dalam rangka peningkatan
atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar.(1) Dikatakan juga bahwa,
Media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang
berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan, bahkan adanya alat atau media
tersebut dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membuat
pemahaman murid lebih cepat pula”. (2) Dikatakan juga bahwa, “Penggunaan media
pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas
pengajaran”.
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran,
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Sebagai alat bantu, media berfungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan
pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar
dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang
waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media
akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan
media.

3. Hakikat hasil belajar


Terdapat berbagai tujuan dari pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar,
salah satunya adalah hasil belajar siswa. Hal ini karena, hasil belajar siswa
merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan dan
pemahaman siswa dalam kegiatan pembelajaran
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah suatu yang diperoleh kerana usaha. Sedangkan belajar
adalah “perubahan” yang terjadi pada diri seseorang setelah akhirnya melakukan
aktivitas belajar.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, hasil belajar atau achievement
merupakan realisasi atau pemekaran hasil kecakapan-Interaksi antara pendidik
dengan peserta didik yang di lakukan secara sadar, terancana baik di dalam maupun
diluar ruangan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik di tentukan oleh hasil
belajar. Hasil belajar akan tanpak pada beberapa aspek antara lain : penegtahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan social, jasmani,
etis atau budi pekerti, dan sikap. Seseorang yang telah melakukan hasil belajar maka
akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku
sebagai akibat dari hasil belajar.
Menurut Arikunto (2012) hasil belajar adalah hasil yang di capai seseorang
setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seseorang
siswa untuk mmengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang di ajarkan
sudah di terima siswa.
Menurut susanto (2013:5) hasil belalajar adalah perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Nana Sudjana (2009:3) hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat
dari suatu proses belajar, hal ini berarti optimalnya hasil bebelajar seseorang akan
mengalami perubahan dalam tingkah lakunya, hal ini berarti, optimalnya hasil belajar
seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah lakunya. Perubahan dalam
tingkah laku yang terjadi dalam diri seseorang melalui belajar di sebut hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas bahwa di simpulkan hasil belajar adalah suatu hasil
yang di peroleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan
pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah di capai oleh seseorang dengan
melibatkan aspek kognitif, efektif maupun psikomotor, yang di nyatakan dalam
symbol huruf maupun kalimat.
a. Klasfikasi hasil belajar
Menurut Bloom (Supriono,2007:6-7) defenisi hasil belajar mencakup
komampuan koknitif, efektif dan psimotorik. Domain kognitif adalah knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), application (menerapakan), analysis (menguraikan, menetukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) dan
evaluation (menilai).
1) Ranah kognitif
Pada dasarnya kogitif adalah kemampuan intelektual siswa dlam berpikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berpikir dari jenjang terendah sampai tertinggi yang meliputi 6 tingkatan
antara lain: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), Analisis (C4),
Sintesis (C5), Evaluasi (C6).
2) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah yang berkaitan dangan sikap dan nilai. Lima kategori
ranah ini di urutkan mulai dari prilaku yang sederhana hingga paling kompeks yaitu,
penerimaan (receiving), Tanggapan (responding), Penilaian (value), Pengorganisasian
(Organization), Krakterisasi (characterterizasion).
3) Ranah Psikomotorik
Ranah pskomotorik adalah kemampuan yang di hasilkan oleh fungsi motorik
manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu, Klasfikasi ranah ini
dari 5, yaitu: Peniruan (Imitation), Pengunaan (Manipulation), Ketepatan (Precison),
Perangkaian (Articulation), Naturalisasi (Naturalitation)

4. Materi Produk Kreatif Dan kewirausahaan


Bedasarkan silabus mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK)
merupakan salah satu kompetensi dalam kelompok dalam mata pelajaran produktif
yang harus di kuasai oleh siswa SMK Negeri Lubuk Pakam di Kelas XII DPIB. PKK
memiliki beberapa sub kompotensi dasar seperti memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional
dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Produk Kreatif dan
Kewirausahaan pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.
Dalam KD 3.17 materi yang di ajarkan adalah menentukan media promosi.
dan pada KD 4.17 kegiatan yang dilakukan adalah membuat media promosi
berdasarkan segmentasi pasar. indikator pembelajaran yang di tentukan dari KD
tersebut adalah menentukan media promosi yang sesuai, mengidentifikasi media
promosi yang sesuai, menganalisis media promosi yang sesuai, membuat media
promosi berdasarkan segmentasi pasar. Dalam mempelajari PKK akan membantu
siswa untuk berterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan
keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,
menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
5. Hakikat Hasil belajar PKK
PKK merupakan mata pelajaran produktif yang penting diiajarkan di SMK
jurusan DPIB karena bidang studi ini merupakan pengetahuan mendasar dalam
berwirausaha. PKK di SMK yang bersifat tegas karena terdiri dari memahami
paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasive tentang produk/jasa dan
Menyusun paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang
produk/jasa. Mata pelajaran Desain.
PKK mengarah pada penguasaan dasar dalam berwirausaha yang dalam
pelaksanaanya di kelas di bagi menjadi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan teori
penegtahuan dan praktek membuat kerajinan. Teori dalam pengetahuan mata
pelajaran PKK menjadi hal yang sangat mendasar dan penting, di mana siswa
memperoleh penegtahuan dasar mengenai prinsib-prinsib berwirausaha dalam
menggambar dan menjadi sumber pengetahuan untuk mengetahuai tentang praktek.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan hasil belajar PKK adalah kemampuan
siswa dalam memahami pengetahuan dasar produk dan kewirausahaan, prinsip-
prinsip berwirausaha dan praktek membuat kerajinan.

6. Media pembelajaran
Media pembelajaran menurut Miarso (2004) berpendapat media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar.
Menurut Rayanda Asyar (2012 : 8), menyebut bahwa Media pembelajaran
dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan
pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang
kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif.
Menurut Munadi (2008:7) Pengertian media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

7. Pembelajaran berbasis Internet (E-learning)


Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002) E- learning adalah pembelajaran yang
menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan
isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Menurut Smaldino yang dikutip Dewi
Salma Prawiradilaga, E-learning adalah proses belajar yang memanfaatkan sumber
belajar bersifat elektronik, dan berbantuan komputer, namun tidak selalu harus
berhubungan dengan internet.
Menurut Som Naidu (2006) yang dikutip oleh Dewi Salma Prawiradilaga, E-
learning sebagai penggunaan secara sengaja jaringan teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses belajar dan mengajar. Istilah lain yang mengacu pada hal
yang sama, yaitu online learning, virtual learning, distributed learning, atau web-
based learning. Secara fundamental, menurut Prawiradilaga e-learning adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memediasi aktivitas pembelajaran baik secara sinkronous yaitu pembelajaran yang
dilaksanakan guru dan peserta didik dalam waktu yang bersamaan maupun
asinkronous yaitu pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik tidak dalam
waktu yang bersamaan.
Menurut Khan (2005) bahwa e-learning menunjuk pada pengiriman materi
pembelajaran kepada siapapun, di manapun, dan kapanpun dengan menggunakan
berbagai teknologi dalam lingkungan pembelajaran yang terbuka, fleksibel dan
terdistribusi. Lebih jauh, istilah pembelajaran terbuka dan fleksibel merujuk pada
kebebasan peserta didik dalam hal mengefisienkan waktu, tempat, kecepatan, isi
materi, gaya belajar, jenis evaluasi, belajar kolaborasi atau mandiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah suatu proses
pembelajaran dengan menggunakan seperangkat alat-alat elektronik sebagai sumber
dan media penunjang agar terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar yang tidak
terbatas oleh ruang dan waktu.
Menurut Rashty (1999) terdapat beberapa metode e-learning adalah sebagai
berikut:
a) Model Adjunct. Model ini dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang
tradisional. Artinya pembelajaran tradisional yang ditunjang dengan sistem
penyampaian secara online sebagai pengayaan. Keberadaan sistem
penyampaian secara online merupakan suatu tambahan.
b) Model Mixed/Blended. Model Blended menempatkan sistem penyampaian
secara online sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran
secara keseluruhan. Artinya baik proses tatap muka maupun pembelajaran
secara online merupakan satu kesatuan utuh.
c) Model Online Penuh (Fully Online). Dalam model ini semua interaksi
pembelajaran dan penyampaian bahan belajar terjadi secara online.

Dalam penerapan E-Learning ada beberapa aplikasi yang dapat di gunakan


dalam pembelajaran yaitu:
1) Sevima Edlink
Sevima EdLink adalah aplikasi berbasis android yang dikhususkan untuk
dunia pendidikan dalam membantu dosen/guru menghemat waktu, menjaga kelas
tetap teratur, dan meningkatkan komunikasi dengan mahasiswa. Dengan
mendownload Sevima EdLink, para dosen/guru dapat berbagi informasi, materi
perkuliahan/pelajaran, dan yang tak kalah penting dosen dapat memberikan tugas
menjadi lebih mudah dan cepat, karena hanya lewat genggaman tangan. Aplikasi
canggih ini dapat diunduh di playstore secara gratis.

2) Moodle
Moodle adalah sebuah aplikasi Course Management System (CMS) yang
gratis yang dapat di-download, digunakan ataupun dimodifikasi oleh siapapun dengan
lisensi secara GNU (General Public License).
Pada saat ini, Moodle bisa digunakan oleh siapa saja secara open source.
Dengan menggunakan Moodle kita dapat membangun sistim dengan konsep E-
Learning (pembelajaran secara elektronik) ataupun Distance Learning (pembelajaran
jauh). Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi Moodle
ini. Berbagai sumber (resource) dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran.
Dibawah ini adalah beberapa pembelajaran yang di dukung oleh Moodle :
a) Assignment
b) Chat
c) Forum
d) Kuis
e) Survey
Moodle juga menyediakan kemudahan untuk mengganti model tampilan
(themes) website e-learning dengan menggunakan teknik template. Beberapa model
tema yang menarik telah disediakan oleh Moodle. Selain itu juga bisa mengedit tema
sendiri. Kelebihan dan Kekurangan Moodle :
a) Sistem jaringan dan keamanannya dapat disetting sendiri
b) Ruang akses yang dapat dibatasi sesuai dengan jaringan yang dibuat
c) Sistem pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan (karena
bersifat Open source)
d) Fitur yang lengkap untuk sebuah proses pembelajaran jarak jauh

Adapun Kekurangan dari Moodle yaitu:


a) Membutuhkan pemahaman lebih tentang sistem
b) Perlunya tenaga ahli untuk membangun sistem e-learning nya
c) Membutuhkan biaya lebih
d) Memerlukan hardware khusus
e) Harus menginstall aplikasi khusus

3) Google Classroom
Google classroom (GC) adalah suatu learning management system yang dapat
digunakan untuk menyediakan bahan ajar, tes yang terintegrasi penilaian. Berbeda
dengan media pembelajaran yang lain keunggulan media google class room adalah
masalah efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran.
Untuk memulai menggunakan google class room kita terlebih dahulu masuk
dalam akun google dan kemudian mencari produk google tersebut. setelah masuk
pada akun GC kita dihadapkan pada tiga menu utama yaitu stream/aliran,
classwork/aktifitas siswa dan people. Stream adalah fasilitas GC yang dapat
digunakan untuk membuat pengumunan, mendiskusikan gagasan atau melihat aliran
tugas, materi, quiz dari topik-topik yang diajarkan guru.

4) Edmodo
Edmodo adalah jejaring sosial pribadi bagi guru dan siswa dengan platform
sosial yang aman. Dengan model kicauan seperti situs jejaring sosial pada umumnya,
Edmodo dapat menjadikan jaringan khusus bagi guru dan siswa untuk berbagi ide,
berkas, peristiwa, dan tugas (Shelly, 2001:6-54).
Edmodo adalah jejaring sosial dan layanan micro blogging yang di desain
khusus untuk dunia pendidikan, yang dapat dioperasikan seperti layaknya Twitter.
Dengan membatasi jalan akses ke ruang khusus atau grup, guru dan siswa dapat
saling mengirim catatan, link, berkas, pengumuman, tugas dan bertukar informasi di
lingkungan yang aman (Wankel, 2011:24).
Edmodo adalah website yang dapat dijadikan sebuah wadah atau forum
diskusi oleh kaum pembelajar yang memiliki tampilan latar seperti Facebook atau
Myspace. Pengguna Edmodo dapat membuat profil dan berbincang dengan orang lain
yang terhubung dalam website tersebut. Selain itu siswa juga dapat meminta
informasi kepada guru tentang nilai atau tugas, dan guru dapat mengunggah nilai
siswa dan tugas di dalam web tersebut (A. Purcell, 2012:14).
Dapat disimpulkan bahwa Edmodo adalah situs jejaring sosial yang
diperuntukkan untuk membantu proses pembelajaran, dimana tampilan Edmodo
menyerupai tampilan Facebook yang mempermudah dalam penggunaan.

Kelebihan Edmodo menurut Shelly Gary (2011:6-45) adalah:


a) Edmodo bisa membantu guru dalam membuat berita dalam grup atau memberi
tes yang bersifat online.
b) Edmodo juga akan memungkinkan siswa untuk mengirim artikel dan blog
yang relevan dengan kurikulum kelas sesuai dengan perintah guru.
c) Guru dapat menggunakan Edmodo untuk mengembangkan ruang diskusi
dimana siswa dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya diwaktu yang
sama.
d) Guru juga dapat menggunakan Edmodo untuk menginstruksikan, menetapkan,
dan membicarakan dengan siswanya secara online diwaktu yang sama secara
bersamaan.

Kekurangan Edmodo menurut Pierpaolo Vittorini (2012:40) adalah:


a) Tidak mempunyai pilihan untuk mengirim pesan tertutup antar sesama
siswa, komunikasi sesama siswa berlangsung secara global di dalam grup
tersebut.
b) Tidak adanya fasilitas chat seperti yang terdapat pada jejaring sosial
(Facebook, tuenti dan myspace) pada umumnya yang menerapkan area untuk
chating secara langsung.
c) Tidak adanya foto album dan fasilitas tagging seperti jejaring sosial lainnya,
Edmodo hanya bekerja dengan file tipe generik dan tidak mengijinkan
tagging.
d) Tidak menerapkan beberapa halaman atau view yang dapat dilihat oleh user.
e) Struktur Edmodo adalah pendidikan informal, walaupun begitu urutan dari
konten pada rangkaian materi bisa dijelaskan secara terbuka.

5) Schoology
Schoology adalah jejaring sosial berbasis web khusus untuk K-12 (sekolah
dan lembaga pendidikan tinggi) yang difokuskan pada kerjasama, untuk
memungkinkan pengguna membuat, mengelola, dan saling berinteraksi serta berbagi
konten akademis. E-learning ini juga memberikan akses pada guru dan siswa untuk
presensi, pengumpulan tugas, latihan soal dan media sumber belajar yang bisa
diakses kapanpun dan dimanapun serta juga memberikan akses pada orang tua untuk
memantau perkembangan belajar siswa di sekolah. (Farmington, Schoology 2014).
a) Kelebihan Schoology
(1) Stay Connected
Guru dapat mengirim pembaharuan ke course, group serta pesan pribadi dan
memberikan umpan balik pada siswa, dan mengatur acara dengan antarmuka intuitif
Schoology pada perangkat mobile mereka.
(2) Extend Class Time
Siswa dapat melihat pelajaran secara online, berkolaborasi dengan rekan –
rekan mereka dan dapat belajar secara mandiri melalui perangkat mobile mereka yang
dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun mereka inginkan.
(3) Manage on the Go
Melalui Schoology guru dapat dengan mudah mengabsen,membuat
penugasan, berdiskusi, memeriksa hasil pekerjaan rumah siswa serta menilai hasil
pekerjaan tersebut. Selain itu melalui Schoology guru dapat memberikan umpan balik
pada siswa melaui perangkat mobile mereka.
(4) Leverage iOS and Android Devices
Schoology merupakan aplikasi mobile gratis yang dapat di unduh dari semua
perangkat mobile berbasis iOS maupun Android. Aplikasi ini juga memiliki
pemeberitahuan jika ada update (pembaharuan) atau kiriman terbaru dari aplikasi
tersebut, sehingga pengguna bisa mudah memperbaharui aplikasi ini setiap waktu.

8. Google class room


a. Pengertian Google Classroom
Menurut Abdul Barir Hakim, Google Classroom (GC) adalah layanan
berbasis Internet yang disediakan oleh Google sebagai sebuah sistem e-learning.
Service ini didesain untuk membantu pengajar membuat dan membagikan tugas
kepada pelajar secara paperless. Pengguna service ini harus mempunyai akun di
Google. Selain itu GC hanya bisa digunakan oleh sekolah yang mempunyai Google
Apps for Education.
Dengan demikian GC merupakan suatu aplikasi yang disediakan oleh Google
For Education untuk menciptakan ruang kelas dalam dunia maya. Aplikasi ini dapat
membantu memudahkan guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar dengan
lebih mendalam. Pembelajaran dengan menggunakan rancangan kelas yang
mengaplikasikan Google Classroom sesungguhnya ramah lingkungan. Hal ini
dikarenakan siswa tidak lagi menggunakan kertas dalam mengumpulkan tuganya.
Pemanfaatan GC dapat melalui multiplatform yakni melalui komputer dan
telepon genggam. Guru dan siswa dapat mengunjungi situs
https://classroom.google.com atau mengunduh aplikasi melalui playstore di android
atau app store di iOS dengan kata kunci Google Classroom. Penggunaan GC
tersebut tanpa dipungut biaya, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.

b. Fungsi GC
GC merupakan sebuah produk bagian dari Google For Education yang sangat
istimewa, karena produk yang satu isi memiliki banyak fasilitas didalamnya seperti
memberi pengumuman atau tugas, mengumpulkan tugas dan melihat siapa saja yang
sudah mengumpulkan tugas.
Pada situs GC juga tertulis bahwa GC terhubung dengan semua layanan
Google For Education yang lainnya, sehingga pendidik dapat memanfaatkan Google
Mail, Google Drive, Google Calendar, Google Docs, Google Sheets, Google Slides,
dan Google Sites dalam proses pembelajarannya. Sehingga saat pendidik
menggunakan Google Classroom pendidik juga dapat memanfaatkan Google
Calendar untuk mengingatkan peserta didik tentang jadwal atau tugas yang ada,
sedangkan penggunaan Google Drive sebagai tempat untuk menyimpan keperluan
pembelajaran seperti Power Point, file yang perlu digunakan dalam pembelajaran
maupun yang lainnya. Dengan demikian. GC dapat membantu memudahkan guru dan
siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan lebih mendalam. Hal ini
disebabkan karena baik siswa maupun guru dapat mengumpulkan tugas,
mendistribusikan tugas, dan berdiskusi tentang pelajaran dimanapun tanpa terikat
batas waktu atau jam pelajaran. Hal tersebut membuat proses pembelajaran lebih
menarik dan lebih efisien dalam hal pengelolaan waktu, dan tidak ada alasan lagi
siswa lupa tentang tugas yang sudah diberikan oleh guru.

c. Langkah-langkah membuat GC
1) Buka www.classroom.google.com lalu klik Sign In untuk memulai membuka
ruang kelas pada GC
2) Klik lanjutkan untuk memulai membuat kelas dengan menggunakan GC
3) Selanjutnya, untuk memulai membuat kelas digital pilihan tanda (+) yang ada
di tab, selanjutnya tuliskan nama kelas, kemudian klik (buat) untuk memulai
kelas baru
4) Undang siswa untuk bergabung ke kelas dengan cara menampilkan kode
kelas.

d. Kelebihan dan Kekurangan GC


1) Kelebihan GC Menurut Janzen M dan Mary menyatakan kelebihan dari GC
antara lain yaitu:
2) Mudah digunakan: Sangat mudah digunakan. Desain GC sengaja
menyederhanakan antarmuka instruksional dan opsi yang digunakan untuk
tugas pengiriman dan pelacakan; komunikasi dengan keseluruhan kursus atau
individu juga disederhanakan melalui pemberitahuan pengumuman dan email.
3) Menghemat waktu: Ruang GC dirancang untuk menghemat waktu. Ini
mengintegrasikan dan mengotomatisasi penggunaan aplikasi Google lainnya,
termasuk dokumen, slide, dan spreadsheet, proses pemberian distribusi
dokumen, penilaian, penilaian formatif, dan umpan balik disederhanakan dan
disederhanakan.
4) Berbasis cloud : GC menghadirkan teknologi yang lebih profesional dan
otentik untuk digunakan dalam lingkungan belajar karena aplikasi Google
mewakili sebagian besar alat komunikasi perusahaan berbasis claud yang
digunakan di seluruh angkatan kerja profesional.
5) Fleksibel: Aplikasi ini mudah diakses dan dapat digunakan oleh instruktur dan
peserta didik di lingkungan belajar tatap muka dan lingkungan online
sepenuhnya. Hal ini memungkinkan para pendidik untuk mengeksplorasi dan
memengaruhi metode pembelajaran yang dibalik lebih mudah serta
mengotomatisasi dan mengatur distribusi dan pengumpulan tugas dan
komunikasi dalam beberapa milieus instruksional.
6) Gratis: GC sendiri sudah dapat digunakan oleh siapapun untuk membuka
kelas di Google kelas asalkan memiliki akun gmail dan bersifat gratis. Selain
itu dapat mengakses semua aplikasi lainnya, seperti Drive, Documents,
Spreadsheets, Slides, dll. Cukup dengan mendaftar ke akun Google.
7) Ramah seluler: GC dirancang agar responsif. Mudah digunakan pada
perangkat mobile manapun. Akses mobile ke materi pembelajaran yang
menarik dan mudah untuk berinteraksi sangat penting dalam lingkungan
belajar terhubung web saat ini.

e. Kekurangan GC
1) GC yang berbasis berbasis web mengharuskan siswa dan guru untuk
terkoneksi dengan internet.
2) Pembelajaran berupa individual sehingga mengurangi pembelajaran sosial
peserta didik
3) Apabila peserta didik tidak kritis dan terjadi kesalahan materi akan
berdampak pada pengetahuannya.
4) Membutuhkan spesifikasi hardware, software dan jaringan internet yang
tinggi.

B. Penelitian yang Relevan


Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian-penelitian terdahulu
yang relevan, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang di lakukan oleh Diemas Bagas P. P. dan Rina Harimurti/
Pengaruh Penerapan Tools Google Calssroom Pada Model Pembelajaran
Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa (Jurnal IT-Edu. Vol. 02
No. 01 Tahun 2017/Universitas Negeri Surabaya). Yang menyimpulkan
bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas
eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan Google Classroom dan
kelas kontrol yang hanya menggunakan pembelajaran.
2. M. Ansyar Bora/ Analisa Kepuasan Penggunaan E-Learning Cloud Sekolah
Tinggi Teknik (STT) Ibnu Sina Batam/ Jurnal Kreatif Industri (JIK) Vol. 01
No. 1 2017/ Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina, Batam. Menyimpulkan Hasil
uji validitas, uji reliabilitas dan analisa kualitatif diperoleh bahwa Responden
puas (P) dengan penggunaan Elearning cloud STT Ibnu Sina Batam.
3. Dicky Pratama dan Hendri Sopryadi/ Pengaruh Pemanfaatan Google
classroom Terhadap Efektifitas dan Efisiensi Proses Belajar STMIK XYZ
(Jurnal Jatisi, Vol. 03 No. 1 Tahun 2016/ STMIK GI MDP, Palembang).
Menyimpulakan Bahwa variabel Google classroom berpengaruh terhadap
variabel efektifitas proses belajar dan variabel efesiensi proses belajar.
Pengaruh variabel Google classroom terhadap variabel variabel efesiensi
proses sebesar 25,5% .Sedangkan hasil uji regresi pada variabel Google
classroom terhadap variabel efesiensi proses sebesar 32,9%. Hasil berbagai
uji tersebut menunjukan bahwa ruang kelas elektronik berpengaruh terhadap
efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar berbasis proyek.
4. Euis Sofi/ Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri / Jurnal
Manajemen Pendidikan (TANZHIM) Vol. 01 No.1 Tahun 2016/ MTs N 1
Model Pandeglang. Menyimpulkan Pembelajaran yang dilakukan dengan
media Google Classroom diperoleh Nilai akhir pembelajaran 70% di atas
Kriteria Ketuntasan Minimum dan 30 % di bawah Kriteri Ketuntasan
Minimum

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, dapat di simpulkan bahwa media


pembelajaran mengunakan GC dapat meningkatkan hasil belajar siswa di bandingkan
dengan prilaku pembelajaran sebelmnya yang masih menerpakan pembelajaran
sebelumnya yang masih menerapkan pembelajaran individual maupun pembelajaran
yang berpusat pada guru.

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan inovasi bagi pendidikan terutama
tingkat SMK, dengan menggunakan media yang memanfaatkan TIK yang mana
pembelajaran di era modern ini sudah selayaknya memanfaatkan perkembangan
tersebut. Penggunaan aplikasi GC dalam pembelajaran sudah harus diterapkan dalam
dunia pendidikan, karena peneliti memandang bahwa aplikasi GC sebagai
pembelajaran yang inovatif dan efisien selama proses pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan aplikasi GC
terhadap kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKK
kelas XII DPIB di SMK 1 Negeri Lubuk Pakam. GC merupakan aplikasi yang
disediakan oleh Google For Education untuk menciptakan ruang kelas dalam dunia
maya. Aplikasi ini digunakan sebagai media pembelajaran dalam model blended
learning di sekolah. Aplikasi ini membantu guru dan siswa melakukan pembelajaran
dimana saja dan kapan saja pada mata pelajaran ekonomi. kegiatan tersebut
mempermudah proses pembelajaran menjadi lebih efisien serta melatih siswa
mengenal teknologi baru.
GC disini digunakan oleh guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar
untuk mengukur kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan
menggunakan aplikasi GC sebagai media pembelajaran akan meningkatkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik dan membantu siswa dalam memahami pelajaran
ekonomi sehingga siswa akan mencapai hasil belajar yang optimal.
Berikut bagan kerangka berpikir dari penelitian ini tentang pengaruh
penggunaan aplikasi GC terhadap kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berfikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Inovasi Media Pembelajaran Penggunaan GC

Pelajaran kreatif, inovasi dan efesien

Pembelajaran menggunakan GC pada mata pelajaran PKK

Evaluasi

Kualitas belajar Hasil belajar

Gambar.2.1 Bagan krangka berpikir

D. Hipotesis Penlitian
Hipotesis merupakan suatu pertanyaan penting dalam penelitian. Penagjauan
hipotesis adalah pemikiran tentang pemikiran tindakan yang di duga dapat mangatasi
masalah. Menurut Arikunto (2006:71)”Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap pemasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”. Berdasarkan kerangka berpikir dapat diajaukan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 =Terdapat pengaruh penggunaan Google Classroom terhadap kualitas
pembelajaran pada mata pelajaran Kelas XII DPIB Desain Produk dan
kewirausahaan SMK 1 Negeri Lubuk Pakam.

Ha2= Terdapat pengaruh penggunaan Google Classroom terhadap hasil belajar pada
mata pelajaran Desain Produk dan kewirausahaan kelas XII DPIB SMK 1 Negeri
Lubuk Pakam .

Anda mungkin juga menyukai