Anda di halaman 1dari 110

BAB 20

PENDIDIKAN DAN GENERASI

MUDA
B A B 20

PENDIDIKAN DAN GENERASI MUDA


A. PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN

Salah satu tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah "mencerdaskan kehi-
dupan bangsa". Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pasal 31
Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa: "(1) Tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran; (2) Pemerintah me-
ngusahakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan
Undang-undang".

Untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum


dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) telah menggariskan kebijaksanaan dasar
pembangunan pendidikan sebagai berikut:

a. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk


meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ke-
cerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebang-
saan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan
bangsa.

b. Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu di-


perluas dan ditingkatkan usaha-usaha penghayatan dan pe-
ngamalan Pancasila oleh seluruh lapisan masyarakat.

509
c. Pendidikan Pancasila termasuk pendidikan pelaksanaan Pe-
doman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pendi-
dikan Moral Pancasila serta unsur-unsur yang dapat mene-
ruskan dan mengembangkan jiwa, semangat, dan nilai-nilai
1945 kepada generasi muda harus makin ditingkatkan dalam
kurikulum sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dan di ling-
kungan masyarakat.

d. Dalam rangka meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat


dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda maka di seko-
lah-sekolah baik negeri maupun swasta, wajib diberikan
pendidikan sejarah perjuangan bangsa.

e. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di


dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama an-
tara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

f. Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada pe-


ningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar dalam rang-
ka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib belajar,
serta meningkatkan perluasan kesempatan belajar pada
tingkat pendidikan menengah.
g. Dalam rangka memperluas kesempatan untuk memperoleh pen-
didikan, perlu dilanjutkan usaha penyediaan fasilitas
pendidikan untuk menampung anak-anak usia sekolah. Usaha
tersebut perlu menjangkau pula kelompok masyarakat yang
karena kurang mampu, cacat ataupun bertempat tinggal ter-
pencil kurang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan
yang tersedia, agar mereka pun mendapat kesempatan belajar
dan kesempatan meningkatkan keterampilan. Demikian pula

510
perhatian khusus perlu pula diberikan kepada anak-anak
yang berbakat istimewa agar mereka dapat mengembangkan
kemampuannya secara maksimal.

h. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pem-


bangunan di segala bidang yang memerlukan jenis-jenis ke-
ahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkat-
kan produktivitas, kreativitas, mutu dan efisiensi kerja.
Dalam hubungan ini berbagai tingkat dan jenis pendidikan
serta latihan kejuruan dan politeknik, perlu lebih diper-
luas dan ditingkatkan mutunya dalam rangka mempercepat
dipenuhinya kebutuhan tenaga-tenaga yang cakap dan teram-
pil bagi pembangunan di berbagai bidang.

i. Perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan usaha-usaha pem-


binaan secara fungsional dan terintegrasi bidang pendi-
dikan umum dan kejuruan dalam rangka tercapainya suatu
sistem pembinaan pendidikan secara nasional, mantap dan
terpadu. Dalam hubungan ini perlu dilanjutkan usaha-usaha
untuk menertibkan fungsi dan peranan pendidikan dan la-
tihan kedinasan.

j. Pendidikan luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat


kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan ke-
terampilan dan pemberantasan buta huruf dikembangkan dan
diperluas dengan mendayagunakan sarana dan prasarana yang
makin ditingkatkan.

k. Perguruan swasta perlu ditingkatkan mutu, peranan dan


tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan pendidikan nasio-
nal dan makin dikembangkan pertumbuhannya berdasarkan
pola pendidikan nasional yang mantap, dengan tetap me-
ngindahkan ciri-ciri khas perguruan yang bersangkutan.

511
1. Pendidikan tinggi dikembangkan dan peranan perguruan
tinggi diarahkan untuk :

1) Menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pengembang-


an ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pusat kegi-
atan penelitian sesuai dengan kebutuhan pembangunan
masa sekarang dan masa datang.

2) Mendidik mahasiswa agar mampu menguasai ilmu pengeta-


huan dan teknologi, berjiwa penuh pengabdian serta
memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap masa
depan bangsa dan negara Indonesia dalam rangka pelak-
sanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

3) Mengembangkan tata kehidupan kampus sebagai masyara-


kat ilmiah yang ber budaya, bermoral Pancasila, dan
berkepribadian Indonesia.

m. Peranan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian


dalam kegiatan pembangunan perlu makin ditingkatkan, an-
tara lain dengan cara :

1) Menjamin penggunaan kebebasan mimbar akademi dalam


bentuk yang kreatif, konstruktif dan bertanggungja-
wab, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan
pembangunan.

2) Melanjutkan usaha-usaha ke arah integrasi dan konso-


lidasi kegiatan mahasiswa dan cendekiawan sesuai de-
ngan disiplin ilmu dan profesinya dalam wadah-wadah
yang efektif sehingga mereka dapat menyumbangkan
prestasi-prestasi serta partisipasi yang positif.

n. Pembinaan dan pengembangan guru dan tenaga pendidik lain-


nya untuk semua tingkat dan jenis pendidikan dilaksanakan

512
secara terpadu dan perlu ditingkatkan, baik pengadaannya
dalam jumlah yang memadai maupun pembinaan mutu serta ke-
sejahteraannya. Prasarana dan sarana pendidikan seperti
gedung sekolah termasuk ruang perpustakaan serta ruang
keterampilan dan latihan praktek, peralatan, buku pelajar-
an dan perpustakaan, serta fasilitas lainnya perlu makin
disempurnakan dan ditingkatkan.

o. Pendidikan jasmani dan olahraga perlu makin ditingkatkan


dan dimasyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatan jas-
mani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Selanjut-
nya perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan dan pening-
katan prestasi dalam berbagai cabang olahraga. Untuk itu
perlu ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana pendi-
dikan jasmani dan olahraga, termasuk para pendidik, pela-
tih dan penggeraknya, dan digalakkan gerakan untuk mema-
syarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.

p. Pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia perlu makin


ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup semua lemba-
ga pendidikan dan menjangkau masyarakat luas.
q. Kepustakaan serta penerbitan, penulisan dan menerjemahkan
buku dan terbitan lainnya, perlu lebih ditingkatkan jum-
lah dan mutunya sehingga dapat lebih menunjang
program- program pendidikan dan pembangunan bangsa.

Selanjutnya dalam kaitan dengan berbagai bidang, lainnya


yang berhubungan dengan bidang pendidikan, GBHN telah mene-
tapkan sebagai berikut :

1) Penerangan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan


bagi seluruh lapisan masyarakat baik wanita maupun pria,
terutama generasi muda, perlu ditingkatkan dan lebih di-

513
perluas agar makin disadari mendesaknya masalah kepen-
dudukan serta pentingnya keluarga kecil sebagai cara
hidup yang layak dan bertanggungjawab.

2) Kemampuan lembaga penelitian di dalam maupun di luar


lingkungan perguruan tinggi lebih ditingkatkan melalui
peningkatan peralatan dan mutu maupun jumlah tenaga pene-
litiannya. Selanjutnya, perlu dikembangkan sistem peng-
hargaan yang lebih sepadan bagi basil karya ilmiah yang
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta berguna untuk pem-
bangunan.

Dengan demikian jelas bahwa pendidikan nasional merupakan


usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bangsa In-
donesia, memperbaiki mutu kehidupan seluruh warganya, dan me-
ngembangkan diri sebagai satu bangsa yang besar. Hal ini ber-
arti bahwa pendidikan nasional adalah bagian penting dari ke-
tahanan nasional.

Pembangunan pendidikan nasional dalam Repelita IV pada


dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan dari usaha pem-
bangunan pendidikan nasional pada masa Repelita sebelumnya.
Pembangunan pendidikan nasional dalam Repelita IV dipusatkan
pada perluasan dan peningkatan usaha-usaha penghayatan dan
pengamalan Pancasila oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain
itu, ditingkatkan pula usaha pemenuhan hak warga negara untuk
memperoleh pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan dalam
rangka membangun masyarakat Pancasila dengan titik berat pada
peningkatan mutu serta perluasan kesempatan memperoleh pendi-
dikan guna memantapkan pelaksanaan wajib belajar pada tingkat
pendidikan dasar. Kesempatan belajar pada tingkat pendidikan
menengah, terutama pendidikan kejuruan akan diperluas, demi-

514
kian pula pada pendidikan tinggi. Usaha-usaha tersebut dilak-
sanakan baik di dalam maupun di luar sekolah dengan meningkat-
kan peranserta perguruan swasta, masyarakat, dan orang tua.

Pembangunan bidang pendidikan dengan penekanan pada ber-


bagai bidang kegiatan sebagaimana disebutkan di atas akan
membuahkan keseimbangan dan keserasian pendidikan nasional
yang sangat penting bagi pengembangan sumber daya manusia,
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dalam Repelita
IV. Hal ini akan menunjang tercapainya keserasian dan keseim-
bangan bidang pendidikan dengan bidang-bidang ekonomi, poli-
tik, agama dan sosial budaya.

Pembangunan pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan


kebijaksanaan umum sebagai berikut :

1. Pendidikan Seumur Hidup

Seluruh usaha dan kegiatan pendidikan dan kebudayaan ber-


jalan secara terus menerus dan berlangsung dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Usaha dan kegiatan itu
menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat,
dan pemerintah dan dilaksanakan sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka pembangunan manusia In-
donesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indo-
nesia.

2. Pendidikan Semesta, Menyeluruh, dan Terpadu.

Semesta berarti bahwa usaha dan kegiatan pendidikan meli-


puti semua unsur kebudayaan. Menyeluruh berarti bahwa seluruh
usaha dan kegiatan pendidikan meliputi semua jenis dan jen-

515
jang pendidikan, baik pendidikan di dalam maupun di luar se-
kolah. Terpadu berarti bahwa seluruh usaha dan kegiatan pen-
didikan mempunyai kejelasan kaitan fungsional dan hubungan
berurutan antar jenjang dan antar jenis, dan antara jenis dan
jenjang pendidikan, serta serasi dengan pembangunan nasional.

3. Kemajuan Adab, Budaya, dan Persatuan.

Usaha dan kegiatan pendidikan ditujukan untuk membina si-


kap dalam rangka mengembangkan atau memperkaya kebudayaan
bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia tumbuh menjadi bangsa
yang maju dan ber budaya, kuat dan terhormat, serta bersatu.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Sejak Repelita III telah mulai ditangani secara lebih


mendasar berbagai permasalahan pokok pendidikan. Permasalahan
pokok tersebut meliputi usaha memperluas dan meningkatkan
usaha-usaha penghayatan dan pengamalan Pancasila oleh seluruh
lapisan masyarakat; meningkatkan mutu pendidikan; memperluas
kesempatan belajar dalam rangka perwujudan pemerataan kesem-
patan memperoleh pendidikan; memantapkan dan meningkatkan
pendidikan luar sekolah; meningkatkan kesesuaian pendidikan
dengan kebutuhan pembangunan nasional; meningkatkan pembinaan
olahraga; dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelo-
laan pendidikan. Sehubungan dengan usaha-usaha tersebut, da-
lam Repelita III telah diusahakan penyusunan rancangan undang-
undang pokok pendidikan nasional yang lebih memadai bagi kebu-
tuhan pembangunan. Rancangan undang-undang tersebut direncana-
kan dapat diundangkan dalam Repelita IV.

Sejalan dengan ketentuan Garis-garis Besar Haluan Negara,


pada dasarnya permasalahan pembangunan pendidikan selama
516
Re-
pelita IV merupakan kelanjutan dari kegiatan yang belum dapat
diselesaikan sepenuhnya pada masa Repelita-Repelita sebelum-
nya maupun permasalahan yang diperkirakan timbul dalam rangka
mencapai tujuan Repelita IV. Keadaan yang menggambarkan kegi-
atan-kegiatan yang telah dilaksanakan pada masa Repelita III
dan permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi dalam Repe-
lita IV adalah sebagai berikut:

1. Usaha memperluas dan meningkatkan penghayatan dan penga-


malan Pancasila oleh seluruh lapisan masyarakat dalam Re-
pelita III telah dilaksanakan melalui pendidikan nasional
berlandaskan Pancasila. Pendidikan Pancasila, termasuk
pendidikan pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4), Pendidikan Moral Pancasila serta unsur-
unsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, sema-
ngat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda, telah di-
tingkatkan perwujudannya melalui kurikulum taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Dalam Repelita IV perlu dilakukan usaha-usaha untuk me-


nanggulangi adanya kecenderungan-kecenderungan ke arah :
pendangkalan kehidupan spiritual keagamaan, penekanan
usaha mengejar kemajuan lahiriah-kebenaran dalam pemba-
ngunan yang menjurus kepada timbulnya ketidakseimbangan
dengan dasar-dasar moral dan nilai-nilai kerokhanian yang
luhur, pengurangan usaha menjunjung tinggi martabat ma-
nusia, serta penipisan semangat kebangsaan dan cinta
tanah air.

2. Usaha meningkatkan mutu pendidikan di tingkat pendidikan


dasar dan menengah dalam Repelita III, telah dilakukan
melalui penyediaan berbagai sarana pendidikan seperti bu-

517
ku pelajaran, perpustakaan sekolah, alat peraga dan pera-
latan laboratorium serta pembinaan pelaksanaan kurikulum
dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar melalui berba-
gai bentuk pendidikan dan latihan. Selain itu, telah di-
lakukan pula usaha-usaha pengujian baku dalam bentuk Eva-
luasi Belajar Tahap Akhir Nasional dan pengujian terhadap
tingkat kemampuan anak didik. Usaha peningkatan mutu pada
tingkat pendidikan tinggi telah dilaksanakan melalui pe-
nataan struktur dan organisasi lembaga pendidikan tinggi,
optimasi pemanfaatan prasarana dan sarana pendidikan yang
tersedia, perbaikan metode pengajaran, peningkatan kemam-
puan tenaga pengajar, peningkatan kemampuan tenaga penge-
lola pendidikan, pembinaan kegiatan ilmiah di lingkungan
kampus, pembinaan motivasi untuk perbaikan iklim belajar
dan mengajar, peningkatan kepekaan sosial perguruan ting-
gi melalui pengabdian masyarakat dan pemantapan pembinaan
mahasiswa yang menyangkut pembinaan profesi dan minat ma-
hasiswa.

Dalam Repelita IV usaha peningkatan mutu pendidikan


perlu dikembangkan lebih lanjut mengingat bahwa hasil-ha-
sil yang telah dicapai tersebut telah membuka kesempatan
dan telah memperluas cakrawala kehidupan untuk lebih me-
ningkatkan harkat hidup orang banyak.

3. Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar tingkat


pendidikan dasar dalam Repelita III telah dilaksanakan
dengan meningkatkan angka partisipasi murni pendidikan
dasar (persentase jumlah murid pendidikan dasar usia 7 -
12 tahun terhadap jumlah penduduk usia 7 - 12 tahun), ya-
itu dari sebesar 79,1 persen pada tahun 1978/79 menjadi
97,2 persen pada tahun 1983/84. Kenaikan itu meliputi se-

518
banyak 17,0 juta murid pendidikan dasar usia 7 - 12 tahun
dibandingkan dengan 21,5 juta penduduk usia 7 - 12 tahun
pada tahun 1978/79, yang telah meningkat menjadi 23,15 ju-
ta murid pendidikan dasar usia 7 - 12 tahun terhadap 23,8
juta penduduk usia 7 - 12 tahun pada tahun 1983/84. Jum-
lah murid pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah) secara keseluruhan (termasuk murid di bawah 7
tahun dan di atas 12 tahun) telah meningkat dari 22,4 juta
pada tahun 1978/79 menjadi 28,9 juta pada tahun 1983/-
84. Usaha peningkatan ini dilakukan, terutama melalui
pembangunan lebih dari 74,7 ribu unit gedung sekolah baru
yang terdiri masing-masing dari 3 ruang kelas sampai ke
pelosok-pelosok tanah air. Sekolah-sekolah tersebut beru-
pa gedung sekolah yang terdiri dari 3 ruang kelas atau 6
ruang kelas sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperha-
tikan penyebaran lokasinya. Selain itu, telah diadakan
penambahan 110,7 ribu ruang kelas baru pada sekolah yang
sudah ada. Kesemuanya itu ditunjang dengan pengadaan
373,7 ribu guru yang meliputi guru kelas, guru agama, gu-
ru olahraga dan kesehatan serta guru SDLB sebagai penam-
bah tenaga pendidik maupun sebagai pengganti yang telah
pensiun atau meninggal. Sementara itu telah dilakukan
penghapusan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) untuk
semua kelas. Dalam kaitan ini telah disempurnakan pula
pemetaan lokasi sekolah, experiment sekolah kecil dan
sistem PAMONG (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru) dan Kejar (bekerja sambil belajar) serta berbagai
bentuk penyajian pendidikan yang disesuaikan dengan kebu-
tuhan masyarakat akan pendidikan.

519
Angka partisipasi kasar pendidikan menengah tingkat
pertama (persentase jumlah murid pendidikan menengah
tingkat pertama terhadap jumlah penduduk usia 13 - 15 ta-
hun) pada masa Repelita III telah meningkat, yaitu dari
sebesar 28,4 persen pada tahun 1978/79 menjadi 44,0 per-
sen pada tahun 1983/84. Kenaikan itu meliputi jumlah se-
banyak 2,7 juta murid pendidikan menengah tingkat pertama
dibandingkan dengan 9,5 juta penduduk usia 13 - 15 tahun
pada tahun 1978/79, yang telah meningkat menjadi 4,7 juta
murid pendidikan menengah tingkat pertama dibandingkan
dengan 10,7 juta penduduk usia 13 - 15 tahun pada tahun
1983/84. Angka partisipasi kasar pendidikan menengah
tingkat atas (persentase jumlah murid pendidikan menengah
atas terhadap jumlah penduduk usia 16 - 18 tahun) dalam
Repelita III telah meningkat dari sebesar 14,7 persen
pada tahun 1978/79 menjadi 25,3 persen pada tahun 1983/84.
Kenaikan itu meliputi sebanyak 1,3 juta murid
pendidikan menengah tingkat atas dibandingkan dengan 8,8
juta penduduk usia 16 - 18 tahun pada tahun 1978/79 dan
meningkat menjadi sebanyak 2,5 juta murid pendidikan me-
nengah tingkat atas dibandingkan dengan 9,9 juta penduduk
usia 16 - 18 tahun pada tahun 1983/84.

Angka partisipasi kasar pendidikan tinggi (persentase


jumlah mahasiswa pendidikan tinggi terhadap jumlah pendu-
duk usia 19 - 24 tahun) pada masa Repelita III, telah me-
ningkat dari 2,5 persen pada tahun 1978/79 menjadi 5,1
persen pada tahun 1983/84. Kenaikan tersebut meliputi 385
ribu mahasiswa dibandingkan dengan 14,8 juta penduduk
usia 19 - 24 tahun pada tahun 1978/79, yang meningkat
menjadi sebanyak 0,8 juta mahasiswa terhadap 15,7 juta

520
penduduk usia 19 - 24 tahun pada tahun 1983/84.

Perkembangan-perkembangan tersebut di atas berarti


pula bahwa angka melanjutkan pendidikan menengah tingkat
pertama (persentase jumlah masukan pada tingkat pendidik-
an menengah tingkat pertama terhadap jumlah lulusan dari
Sekolah Dasar tahun sebelumnya) pada masa Repelita III,
telah meningkat dari 70,5 persen pada tahun 1978/79, men-
jadi 71,4 persen pada tahun 1983/84. Kenaikan tersebut
meliputi 1.025 ribu masukan pendidikan menengah tingkat
pertama pada tahun 1978/79 dibandingkan dengan 1.453 ribu
lulusan sekolah dasar tahun 1977/78, yang meningkat men-
jadi sebanyak 1.771 ribu masukan pendidikan menengah
tingkat pertama pada tahun 1983/84 terhadap 2.479 ribu
lulusan sekolah dasar tahun 1982/83. Angka melanjutkan
pendidikan menengah tingkat atas (persentase jumlah ma-
sukan pada tingkat pendidikan menengah tingkat atas ter-
hadap jumlah lulusan dari tingkat pendidikan menengah
tingkat pertama pada tahun sebelumnya) pada masa Repelita
III adalah 84,3 persen pada tahun 1978/79, dan menjadi
84,4 persen pada tahun 1983/84. Kenaikan itu meliputi
sebanyak 626 ribu masukan pendidikan menengah tingkat
atas tahun 1978/79 dibandingkan dengan 742,6 ribu lulusan
pendidikan menengah tingkat pertama pada tahun 1977/78,
menjadi sebanyak 946 ribu masukan pendidikan menengah
tingkat atas tahun 1983/84 dibandingkan dengan 1.120,5
ribu lulusan pendidikan menengah tingkat pertama pada ta-
hun 1982/83. Angka melanjutkan pendidikan tinggi (persen-
tase jumlah masukan pada tingkat pendidikan tinggi terha-
dap jumlah lulusan dari pendidikan menengah tingkat atas
pada tahun sebelumnya) pada masa Repelita III telah

521
menu-
run sedikit dari 46,4 persen pada tahun 1978/79, menjadi
43,0 persen pada tahun 1983/84. Meskipun demikian, dari
segi jumlahnya tetap ada peningkatan yakni dari sebanyak
120,0 ribu masukan pendidikan tinggi tahun 1978/79 ber-
banding 258,0 ribu lulusan pendidikan menengah tingkat
atas pada tahun 1977/78, menjadi sebanyak 250,0 ribu ma-
sukan pendidikan tinggi tahun 1983/84 dibandingkan de-
ngan 581,0 ribu lulusan pendidikan menengah tingkat atas
pada tahun 1982/83.

Dalam Repelita IV usaha-usaha peningkatan kesempatan


belajar tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut mengi-
ngat pertumbuhan penduduk dan penyebarannya yang belum
merata. Usaha pengembangan itu menjadi lebih penting da-
lam rangka mewujudkan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan.

4. Usaha meningkatkan pendidikan luar sekolah berupa pelayan-


an terhadap warga masyarakat, terutama mereka yang masih
buta huruf serta pemuda yang tidak bersekolah dan tidak
bekerja, dalam Repelita III telah diselenggarakan melalui
berbagai jenis kegiatan belajar baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun masyarakat. Di samping itu, telah di-
laksanakan peningkatan mutu petugas dan pembina serta pe-
ngadaan sarana dan perlengkapan belajar dan mengajar. Me-
lalui program Pendidikan Masyarakat telah berhasil di-
jangkau sekitar 8 juta warga masyarakat usia 10-45 tahun
yang buta aksara Latin dan angka. Mereka ini termasuk
pula yang belum memiliki sumber nafkah yang tetap dan
layak, sama sekali belum pernah mendapat pelayanan pendi-
dikan, ataupun belum tertampung dalam lembaga pendidikan
yang ada. Demikian pula mereka yang terpaksa keluar dari

522
lembaga pendidikan karena tidak mampu memenuhi persyarat-
an lembaga pendidikan yang bersangkutan, ataupun yang
sudah tamat dari satu atau beberapa sekolah tetapi masih
menganggur, dan yang masih memerlukan pengetahuan walau-
pun sudah memiliki sumber nafkah tetap. Dalam usaha ter-
sebut telah dilakukan pula pengadaan dan peningkatan sa-
rana kegiatan belajar yang meliputi antara lain pengadaan
buku-buku Paket A sebanyak 57,9 juta buah dan buku-buku
pelengkap Paket A sebagai penunjang sebanyak 11,6 juta
buah. Selain itu, telah dilaksanakan pengadaan dan pe-
ningkatan paket perlengkapan belajar yang mencapai seki-
ar 2,8 ribu set dan perlengkapan kerja sebanyak 391,0
ribu set. Selanjutnya telah dilakukan peningkatan prasa-
rana fisik yang meliputi perluasan Sanggar Kegiatan Bela-
jar (SKB) sebanyak 100 buah, pembangunan SKB baru seba-
nyak 38 buah serta pembangunan 6 buah Balai Pendidikan
Masyarakat (BPM) dan perluasan 2 buah Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar (BPKB). Di samping itu telah berhasil
dipersiapkan 29,1 ribu tenaga pengajar Pendidikan Masya-
rakat di seluruh Indonesia.

Dalam Repelita IV usaha-usaha tersebut perlu diting-


katkan mengingat setiap warga masyarakat perlu sedini
mungkin dan sepanjang hidupnya tetap mendapat kesempatan
menuntut ilmu yang berguna sesuai dengan lapangan mata
pencaharian, dan masyarakat sebagai kesatuan belum mampu
membiayai sendiri kegiatan pendidikan dan pembudayaan
yang diperlukannya.

5. Peningkatan kesesuaian pendidikan dengan pembangunan pada


tingkat pendidikan dasar dan menengah, pada masa Repelita
III, telah dilaksanakan melalui usaha - usaha penyesuaian

523
jumlah dan mutu lulusan agar lebih mengarah pada terben-
tuknya komposisi perkembangan arus murid yang sesuai de-
ngan pola kebutuhan pembangunan serta terwujudnya keikut-
sertaan dunia usaha/industri dalam forum konsultasi untuk
membantu kesesuaian lulusan dengan kebutuhan pembangunan.
Pada tingkat pendidikan tinggi, usaha tersebut dilaksana-
kan melalui penyediaan kebutuhan tenaga kerja professional
di berbagai bidang pembangunan tanpa mensyaratkan gelar
kesarjanaan (dalam hal ini program diploma, termasuk po-
liteknik), pengadaan, persiapan, dan pengarahan kuliah
kerja nyata (KKN), serta pemilihan bidang studi dan pokok
masalah penelitian yang lebih diarahkan kegunaannya kepa-
da pengembangan ilmu dan pembangunan. Dibidang pendidikan
masyarakat telah dilaksanakan usaha membentuk kelompok-
kelompok belajar usaha bagi warga masyarakat yang putus
sekolah dan tidak bekerja.

Dalam Repelita IV usaha-usaha tersebut perlu diting-


katkan mengingat kebutuhan pembangunan akan tenaga-tenaga
terampil semakin bertambah dan permintaan terhadap pendi-
dikan semakin meningkat dan terperinci.

6. Kegiatan olahraga pada masa Repelita III, telah dilaksa-


nakan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga pendi-
dikan, peningkatan prestasi olahraga, ketenagaan, prasa-
rana dan sarana serta penelitian di bidang kesegaran jas-
mani. Sasaran olahraga sebanyak 3,2 juta pelajar dan ma-
hasiswa telah berhasil dicapai dan kegiatan tersebut juga
telah berhasil diikuti sebanyak 3,2 juta warga masyara-
kat. Untuk meningkatkan prestasi para olahragawan dan
atlit telah berhasil dibina sebanyak 6,7 ribu orang yang
tersebar di semua propinsi di Indonesia. Untuk menjangkau

524
seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan prestasi olah-
raga telah dibangun sejumlah prasarana olahraga, antara
lain taman bermain sebanyak 43 buah lapangan rumput, 89
buah lapangan keras, 6 buah kolam renang, dan 2 buah ge-
dung olahraga. Untuk mendukung peningkatan prasarana olah-
raga tersebut telah diusahakan pengadaan buku-buku pela-
jaran olahraga dan penerbitan hasil-hasil penelitian olah-
raga sebanyak 214,0 ribu exemplar serta pengadaan paket
olahraga bagi 27 propinsi di Indonesia sebanyak 27,3 ribu
set.

Dalam Repelita IV usaha-usaha tersebut perlu diting-


katkan lebih jauh dalam rangka mengolahragakan masyarakat
dan memasyarakatkan olahraga, mengingat masih kurangnya
pengertian dan kesadaran akan manfaat dan pentingnya arti
serta fungsi nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
jasmani dan olahraga dalam rangka pembinaan kesehatan
jasmani dan rohani, baik bagi diri pribadi maupun bagi
seluruh bangsa Indonesia.

7. Usaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan


pendidikan, pada masa Repelita III telah dilaksanakan me-
lalui penyempurnaan organisasi dan koordinasi, peningkat-
an kemampuan petugas, penyempurnaan tata laksana dan pe-
rencanaan, pemantapan pembakuan prasarana dan sarana ser-
ta peningkatan kegiatan pengendalian, pengawasan, dan pe-
meriksaan. Usaha pengelolaan telah dilaksanakan dengan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem perencanaan
dan pelayanan. Usaha penelitian juga telah dilaksanakan
untuk menunjang keperluan pimpinan dan pelaksana tugas
pokok.

525
Dalam Repelita IV usaha-usaha tersebut perlu diting-
katkan mengingat adanya pertambahan volume dan kompleks-
nya pelaksanaan tugas pokok yang menjadi semakin berat
dan rumit. Hal-hal tersebut menuntut dukungan kegiatan
penunjang, yaitu sistem pengelolaan, pengawasan, dan pe-
nelitian yang semakin kokoh dan mantap, serta tenaga pim-
pinan dan pelaksana yang makin meningkat kemampuan profe-
sionalnya.

I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Berdasarkan penggarisan GBNN sebagaimana dikemukakan di


atas, kebijaksanaan pokok dan langkah-langkah yang akan di-
tempuh dalam Repelita IV di bidang pendidikan adalah sebagai
berikut :

(1) Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila selain


diwujudkan dengan meningkatkan kecerdasan dan keterampil-
an, juga meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa; mempertinggi budi pekerti; memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air
agar dapat selalu belajar dan ber karya secara mandiri
yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
bangsanya.

(2) Pendidikan Pancasila selain diwujudkan dengan meningkat-


kan pendidikan pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Penga-
malan Pancasila (P4), Pendidikan Moral Pancasila, juga
dengan menegakkan tata krama yang didasarkan atas asas
kekeluargaan serta bernafaskan keselarasan dan keseim-
bangan dalam lingkungan sekolah serta kampus. Pendidikan
sejarah perjuangan bangsa dilaksanakan di sekolah - seko-

526
lah, baik negeri maupun swasta dalam rangka meneruskan
dan mengembangkan jiwa dan semangat nilai-nilai 1945.

(3) Mutu dan relevansi pendidikan diarahkan pada usaha mewu-


judkan kemampuan setiap warga menghadapi masa depan de-
ngan kesiapan yang mencukupi untuk dikembangkan lebih
lanjut sesuai dengan tantangan dan harapan lingkungannya
termasuk kehidupan yang makin kompleks karena kemajuan
ilmu dan teknologi. Dalam setiap jenis dan jenjang pendi-
dikan diintegrasikan pendidikan berpikir yang membiasakan
berpikir tertib dengan pendidikan humaniora yang berusaha
menginterpretasikan makna hidup manusia di dunia dan me-
ningkatkan martabat kehidupan serta eksistensinya.

(4) Pendidikan selain dilaksanakan di sekolah, dilakukan juga


dalam lingkungan rumah tangga serta masyarakat. Selanjut-
nya pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah me-
lainkan juga tanggungjawab keluarga, masyarakat, dan warga
belajar itu sendiri.

(5) Perluasan kesempatan memperoleh pendidikan di dalam dan


di luar sekolah pada tingkat pendidikan dasar dilakukan
dalam rangka melaksanakan wajib belajar. Usaha tersebut
termasuk pula penjangkauan kelompok-kelompok masyarakat
yang karena kurang mampu, cacat ataupun bertempat tinggal
terpencil kurang dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan
yang tersedia, agar mereka pun mendapat kesempatan bela-
jar dan kesempatan meningkatkan keterampilan. Pembinaan
anak berbakat dilakukan antara lain melalui pemberian be-
asiswa pada murid sekolah negeri dan swasta yang berbakat
tetapi kurang mampu, yang diarahkan pada pengembangan ba-
kat atau kelebihan tertentu pada mereka agar dapat me-

527
ngembangkan kelebihan tersebut untuk pembangunan bangsa.
Perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan me-
nengah dilakukan dengan meningkatkan daya tampung di da-
lam maupun di luar sekolah dan meningkatkan partisipasi
perguruan swasta.

(6) Pengembangan tenaga kependidikan diarahkan pada pemenuhan


kebutuhan jumlah, peningkatan mutu dan kesejahteraan,
serta usaha penyusunan persyaratan minimal tenaga kepen-
didikan. Pemenuhan kebutuhan jumlah tenaga itu dimaksud-
kan untuk menunjang tujuan perluasan kesempatan mempero-
leh pendidikan. Peningkatan mutu dan kesejahteraan tenaga
kependidikan dimaksudkan agar mereka dapat melaksanakan
tugas pendidik secara utuh yaitu tugas profesional untuk
mengajarkan ilmu kepada anak didik, tugas kemanusiaan un-
tuk membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas utama
kemanusiaan, dan tugas kemasyarakatan yang sesuai dengan
tuntutan DUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Penyusunan persyaratan minimal dimaksudkan untuk mening-
katkan mutu tenaga kependidikan yang akan dilaksanakan
secara bertahap.

(7) Pembangunan gedung-gedung sekolah baru dengan memperha-


tikan lokasi penyebarannya, pembangunan ruang perpusta-
kaan, ruang keterampilan dan latihan praktek, pengadaan
buku pelajaran, buku bacaan dan alat-alat peraga serta
pemeliharaan seluruh prasarana dan sarana pendidikan
ditujukan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pen-
didikan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan.
Dalam usaha meningkatkan pemerataan pendidikan antar
daerah serta untuk menyerasikan penyebaran penduduk dan

528
tenaga kerja, maka diberikan perhatian khusus kepada
peningkatan sarana pendidikan dan kesempatan memperoleh
pendidikan pada kota-kota yang merupakan pusat-pusat
pembangunan daerah transmigrasi dan kota-kota sedang/
kecil lainnya.

(8) Pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia makin diting-


katkan pada semua jenis dan jenjang pendidikan di dalam
dan luar sekolah. Pembinaan dan pengembangan bahasa In-
donesia lisan maupun tulisan ditujukan untuk meningkat-
kan mutu penggunaannya dengan baik dan benar, di samping
menjalin keserasian bahasa Indonesia sebagai bahasa na-
sional dengan bahasa daerah yang merupakan unsur kebuda-
yaan yang hidup.

(9) Pembinaan kepustakaan serta penerbitan, penulisan dan


menerjemahkan buku dan terbitan lainnya dilaksanakan an-
tara lain dengan menciptakan iklim yang baik guna mendo-
rong perkembangan penerbitan dan dunia pembukuan, peng-
adaan buku yang meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, buku pengetahuan umum dan pengetahuan ilmiah
populer, buku yang dapat mempertinggi budi pekerti, mem-
perkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan
dan cinta tanah air, buku-buku feksi dan non feksi, buku
pengetahuan sastra dan pelbagai cabang seni, ilmu dan
falsafah serta buku mengenai tanah air, dunia, bumi dan
alam semesta.

(10) Pendidikan kejuruan dan keterampilan sebagai bagian dari


sistem pendidikan nasional, diarahkan untuk mengembang-
kan suatu mekanisme yang menggerakkan usaha pendidikan
kejuruan dan keterampilan dalam suatu sistem yang utuh

529
dan mantap sehingga terdapat kesinambungan antara dunia
pendidikan dan dunia kerja. Berbagai jenis pendidikan
kejuruan dan keterampilan akan disesuaikan dengan berba-
gai kesempatan kerja sejalan dengan perencanaan tenaga
kerja nasional.

(11) Perguruan tinggi agar supaya melaksanakan Wawasan Al-


mamater dalam upaya menjadikan perguruan tinggi sung-
guh-sungguh sebagai lembaga ilmiah dan menjadikan kam-
pus sebagai masyarakat ilmiah dengan melaksanakan Tri-
karya, yakni institusionalisasi, profesionalisasi dan
transpolitisasi dalam tata krama pergaulan atas asas
kekeluargaan serta menjunjung tinggi keselarasan dan
keseimbangan. Usaha integrasi dan konsolidasi kegiatan
mahasiswa dan cendekiawan, khususnya penyelenggaraan
kegiatan yang berupa usaha nyata dalam rangka pengem-
bangan sikap ilmiah dan profesi dilakukan melalui Ikatan
Senat Mahasiswa Sejenis (ISMS). Daya tampung perguruan
tinggi akan ditingkatkan sesuai dengan kemampuan yang
ada. Perguruan tinggi swasta akan ditingkatkan mutu dan
daya tampungnya secara lebih terarah dan terpadu agar
dapat menyelenggarakan pendidikan secara memadai. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan tenaga yang mempunyai keteram-
pilan teknis, keahlian profesional, dan politeknik akan
makin dikembangkan dan ditingkatkan.

(12) Pembinaan perguruan swasta ditujukan untuk membantu per-


tumbuhan dan perkembangannya dengan tetap mengindahkan
ciri-ciri khas masing-masing perguruan swasta dalam
rangka memenuhi kebutuhan tenaga untuk pembangunan.
Usaha tersebut antara lain berupa penerapan sistem akre-
ditasi, bantuan guru dan tenaga teknis lainnya, bantuan

530
ruang belajar dan laboratorium, serta buku dan perpus-
takaan.
(13) Pendidikan masyarakat diarahkan agar setiap warga ma-
syarakat sedini mungkin dan sepanjang hidupnya menda-
pat kesempatan menuntut ilmu yang berguna yang meng-
arah kepada lapangan mata pencaharian hidup dalam bentuk
usaha bersama, dalam rangka mewujudkan masyarakat
belajar, bekerja, dan berusaha.

(14) Pendidikan jasmani dan olahraga diarahkan pada usaha


membina kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap ang-
gota masyarakat serta usaha memasyarakatkan olahraga,
mengolahragakan masyarakat dan meningkatkan prestasi.

(15) Pelayanan dan pengelolaan pendidikan diarahkan untuk


meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
program seluruh unsur dan unit organisasi di bidang
pendidikan. Peningkatan efisiensi dan efektivitas ini
diarahkan pada usaha untuk memanfaatkan kemampuan pe-
layanan dan pengelolaan yang sekarang tersedia dan me-
ngembangkan kemampuan pelayanan dan pengelolaan mela-
lui program pendidikan dan latihan karyawan yang ter-
koordinasi sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekno-
logi mutakhir.

(16) Pengawasan di bidang pendidikan diarahkan untuk mewu-


judkan aparatur pemerintah yang bersih, berwibawa dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan program dalam upaya
memenuhi kebutuhan yang disesuaikan dengan pertambahan
volume dan kompleksitas permasalahan dalam pelaksanaan
program pendidikan.

531
(17) Penelitian dan pengembangan diarahkan terutama kepada
penelitian kebijaksanaan dan pengembangan kebijaksana-
an bidang pendidikan, sesuai dengan laju perkembangan
pendidikan dan laju pembangunan pada umumnya.

IV. PROGRAM-PROGRAM
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan
penggarisan yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara serta kebijaksanaan dan langkah-langkah yang
telah dirumuskan tersebut di atas, disusun berbagai program
sebagai rangkaian kegiatan yang akan dilakukan. Program-pro-
gram tersebut adalah sebagai berikut:

1. Program Pembinaan Pendidikan Dasar


Pendidikan dasar merupakan usaha yang secara sadar di-
lakukan untuk mengembangkan kepribadian, menanamkan penge-
tahuan, dan memberi bekal keterampilan bagi anak usia muda
yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungannya.

Program pembinaan pendidikan dasar tersebut terutama


diarahkan untuk meningkatkan pendidikan Pancasila melalui
pendidikan pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4), Pendidikan Moral Pancasila serta pendidikan
sejarah perjuangan bangsa. Usaha pendidikan tersebut dila-
kukan dalam suasana tata pergaulan dan tata krama yang di-
dasarkan asas kekeluargaan serta bernafaskan keselarasan
dan keseimbangan di dalam dan di luar sekolah. Dalam hu-
bungan ini, pendidikan berpikir diintegrasikan dengan tuju-
an membiasakan berpikir tertib serta pendidikan humaniora
yang berusaha menginterpretasikan makna hidup manusia di
dunia dan meningkatkan kehidupan serta eksistensinya.

532
Dalam kaitannya dengan usaha-usaha tersebut di atas
perlu ditingkatkan pembinaan kesiswaan (di antaranya mela-
lui paket program televisi atau media pendidikan lain) un-
tuk menunjang pemantapan ketahanan sekolah menuju terwujud-
nya sekolah sebagai pusat kebudayaan dan perwujudan ling-
kungan serta sistem pendidikan dasar sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional. Peranserta pribadi, keluarga,
dan masyarakat juga akan ditingkatkan. Kegiatan pengemba-
ngan kurikulum dan sarana pendidikan serta evaluasi belajar
pada tingkat pendidikan dasar ditujukan untuk semua jenis
pendidikan dasar dan meliputi semua bidang studi. Tenaga
guru dan tenaga pendidik lainnya akan ditingkatkan baik mu-
tu dan jumlah maupun kesejahteraannya. Tercakup dalam pro-
gram ini adalah usaha-usaha penyediaan fasilitas belajar
pada tingkat sekolah dasar bagi semua anak usia 7-12 tahun
terutama melalui pembinaan Sekolah Dasar (SD); usaha-usaha
pembinaan pendidikan pra sekolah pada Taman Kanak-kanak
(TK); dan usaha-usaha menyediakan kesempatan belajar bagi
anak-anak berkelainan (mengalami ketidakberuntungan fisik
atau mental) melalui pembinaan Sekolah Luar Biasa (SLB)
serta Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Dalam rangka usaha
untuk meningkatkan pembinaan pendidikan dasar, maka kegiat-
an Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) akan ditingkatkan
dan dilaksanakan secara terpadu.

a. Pembinaan Sekolah Dasar (SD)

Dalam rangka melaksanakan wajib belajar, angka partisi-


pasi murni pada sekolah dasar (persentase jumlah murid se-
kolah dasar usia 7-12 tahun terhadap penduduk kelompok 7-12
tahun) direncanakan sudah mencapai 100 persen sejak tahun

533
1986/87. Pelaksanaannya dilakukan melalui Sekolah Dasar
(SD), termasuk Sekolah Luar Biasa, Sekolah Dasar Luar Biasa,
serta pendidikan kelompok belajar (Kejar) Paket A, dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Dalam Repelita IV penduduk kelompok usia tingkat pendi-


dikan dasar (7-12 tahun) diperkirakan akan meningkat sejum-
lah 2,2 juta anak , yaitu dari sejumlah 23,8 juta anak pada
tahun 1983/84 menjadi 26,0 juta anak pada tahun 1988/89.

Murid tingkat pendidikan dasar dalam Repelita IV akan


meningkat sejumlah 511 ribu murid, yaitu 28,9 juta murid pa-
da tahun 1983/84 menjadi 29,4 juta murid pada tahun 1988/89.
Pada akhir Repelita III (tahun 1983/84) terdapat 28,9 juta
murid tingkat pendidikan dasar yang terdiri atas 23,3 juta
murid Sekolah Dasar Negeri dan 2,3 juta murid Sekolah Dasar
Swasta serta 3,3 juta murid Madrasah Ibtidaiyah. Dari jumlah
murid tingkat pendidikan dasar tersebut terdapat sejumlah
23,2 juta murid berusia 7-12 tahun, sedangkan sisanya sejum-
lah 5,7 juta murid berusia kurang dari 7 tahun atau lebih
dari 12 tahun. Pada akhir Repelita IV (tahun 1988/89) jumlah
murid tingkat pendidikan dasar diperkirakan akan meningkat
menjadi 29,4 juta murid yang terdiri atas 23,7 juta murid
Sekolah Dasar Negeri dan 2,3 juta murid Sekolah Dasar Swasta
serta 3,4 juta murid Madrasah Ibtidaiyah. Dari jumlah murid
pendidikan dasar itu terdapat sejumlah 26,0 juta murid ber-
usia 7-12 tahun, dan sejumlah 3,4 juta murid berusia kurang
dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun (Tabel 20 - 1). Hal
ini berarti bahwa pada akhir Repelita IV seluruh anak usia
7-12 tahun yang berjumlah 26,0 juta sudah dapat ditampung
di tingkat pendidikan dasar. Bahkan angka partisipasi murni

534
TABEL 20 - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU DAN LULUSAN
TINGKAT SEKOLAH DASAR DALAM REPELITA IV
(dalam ribu)

T a h u n A j a r a n
No. K o m p o n e n

1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89


1. Penduduk usia 7 - 12 tahun 23.808,0 24.270,4 24.694,7 25.149,7 25.585,4 25.983,6
2. Murid baru kelas I Tingkat
Sekolah Dasar (tiap tahun) 4.767,0 4.732,0 4.700,0 4.691,0 4.541,0 4.520,0
3. Murid Tingkat Sekolah Dasar 28.869 ,0 29.270,0 29.317,0 29.350,0 29.366,0 29.380,0
3.1. SD Negeri 23.238,4 23.595,9 23.635,1 23.660,3 23.673,1 23.683,4
SD Swasta 2.326,4 2.332,6 2.335,7 2.339,7 2.341,2 2.342,3
MI 3.304,2 3.341,5 3.346,2 3.350,0 3.351,7 3.354,3
3.2. Murid 6 tahun 960,4 1.022,6 1.056,0 1.092,6 1.176,8 1.187,8
Murid 7 - 12 tahun 23.152,9 24.001,4 24.597,0 25.141,2 25.575,3 25.971,9
Murid 13 + tahun 4.755,7 4.246,0 3.664,0 3.116,2 2.613,9 2.220,3
4. Murid Sekolah Dasar 25.564,8 25.928,5 25.970,8 26.000,0 26.014,3 26.025,7

Murid 6 tahun 848,1 907,6 934,9 962,0 1.042,6 1.054,6


Murid 7 - 12 tahun 20.605,2 21.390,9 21.893,4 22.412,0 22.812,5 23.175,4
Murid 13 + tahun 4.111,5 3.630,0 3.142,5 2.626,0 2.159,2 1.795,7
5. Guru Sekolah Dasar 879,1 931,3 1.002 0 1.045,7 1.088,4 1.138,5

Guru SD Negeri 787,7 836,7 898,5 935,2 974,2 1.020,8


Guru SD Swasta 91,4 94,6 103,5 110,5 114,2 117,7
6. Tambahan Guru SD (tiap tahun) 91,7 52,2 70,7 43,7 42,7 50,1
7. Lulusan Tingkat Sekolah Dasar
(tiap tahun) 3.134,0 3.569,9 3.627,6 3.737,1 3.815,1 3.835,8

SD 2.869,0 3.297,9 3.348,6 3.451,1 3.522,1 3.535,8


MI 265,0 272,0 279,0 286,0 293,0 300,0
8. Angka partisipasi murni (%) 97,2 98,9 99,6 100,0 100,0 100,0
9. Angka partisipasi kasar (%) 121,3 120,6 118,7 116,7 114,8 113,1

Catatan: Angka partisipasi murni = jumlah murid tingkat sekolah dasar 7 - 12 tahun terhadap kelompok
usia 7 - 12 tahun
Angka partisipasi kasar = jumlah murid tingkat sekolah dasar terhadap kelompok usia 7 - 12
tahun

535
536
100 persen diharapkan sudah dapat mulai dimantapkan sejak
tahun ajaran 1986/87.

Pertambahan murid sekolah dasar dalam Repelita IV membu-


tuhkan 370,3 ribu orang guru yang terdiri dari 259,4 ribu gu-
ru kelas, 47,5 ribu guru olahraga/kesehatan dan 63,4 ribu
guru agama, termasuk untuk mengganti mereka yang meninggal
ataupun pensiun. Untuk meningkatkan kualitasnya, terutama da-
lam segi teknis edukatif akan dilaksanakan penataran terhadap
1,9 juta guru dan pembina, termasuk diantaranya guru Madrasah
Ibtidaiyah. Sebagian dari usaha ini akan ditunjang oleh tekno-
logi komunikasi pendidikan dasar. Dalam rangka memantapkan
pelaksanaan wajib belajar diperlukan 300 orang kepala seksi
wajib belajar tingkat kabupaten/kotamadya dan akan ditatar
3,8 ribu petugas pemantapan wajib belajar tingkat kecamatan,
kabupaten/kotamadya dan propinsi.

Dalam usaha meningkatkan daya tampung, akan dibangun rua-


ngan kelas baru sebanyak ekivalen sekitar 100 ribu untuk Se-
kolah Dasar negeri dan swasta, yang dalam pelaksanaannya me-
ngutamakan daerah-daerah pemukiman baru. Selanjutnya akan di-
rehabilitasi 108,5 ribu gedung sekolah. Dalam rangka pelaksa-
naan dan pemantapan wajib belajar akan dibangun kantor pe-
ngelolaan pembinaan pendidikan dasar pada tingkat kecamatan,
di samping penataran petugas dan pengadaan tenaga teknis. Se-
lanjutnya akan dibangun 225,0 ribu rumah dinas kepala sekolah
dan/atau perumahan guru, dan 20,0 ribu rumah dinas penjaga
sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Di sekolah-se-
kolah yang daya jangkauannya luas, khususnya di Irian Jaya,
Timor Timur dan daerah-daerah perbatasan akan dibangun asrama
guru dan asrama murid. Kebutuhan guru di daerah-daerah itu
akan diisi terutama oleh lulusan pendidikan guru daerah itu

537
sendiri, sedangkan kekurangannya didatangkanlah dari daerah lain
dengan memperhatikan lama masa penugasan dan penggantiannya.

Dalam rangka peningkatan mutu bagi murid Sekolah Dasar


negeri dan swasta serta Madrasah Ibtidaiyah akan disediakan
96,0 juta buku pelajaran pokok, termasuk buku Pendidikan
Moral Pancasila dan buku pendidikan sejarah perjuangan bangsa
serta 196,2 juta buku perpustakaan. Di samping itu, disedia-
kan pula alat peraga berbagai bidang studi dan alat keteram-
pilan, masing-masing sebanyak 420,0 ribu perangkat.

Pembinaan anak berbakat diarahkan untuk mengembangkan ke-


lebihan kecerdasan, kemampuan dan keterampilan anak didik
tingkat pendidikan dasar. Dalam Repelita IV akan ditingkatkan
usaha identifikasi anak berbakat yang pembinaannya akan di-
laksanakan melalui proyek-proyek percontohan sebelum disebar-
luaskan di berbagai daerah lainnya.

b. Pembinaan Taman Kanak-kanak (TK)

Pembinaan Taman Kanak-kanak akan dilaksanakan antara lain


melalui pembangunan sebuah Taman Kanak-kanak Pembina tingkat
kabupaten di sejumlah propinsi, yang berfungsi sebagai per-
contohan dan tempat latihan. Di samping itu diadakan rehabi-
litasi dan penambahan ruangan pada 30 buah Taman Kanak-kanak
negeri. Selanjutnya bagi Taman Kanak-kanak negeri dan swasta
akan disediakan sejumlah buku kurikulum Taman Kanak-kanak dan
buku pedoman guru dan penyelenggara serta 5,9 juta buku per-
pustakaan murid dan guru. Alat peraga akan disediakan sekitar
10,0 ribu perangkat dan peralatan administrasi sekitar 0,8
juta perangkat. Dengan meningkatnya murid Taman Kanak-kanak
dalam Repelita IV, diperlukan tambahan 26,2 ribu guru Taman

538
Kanak-kanak negeri dan swasta. Demikian pula, akan dilaksanakan
penataran bagi 13,0 ribu orang guru, pembina/penilik dan
penyelenggara.
c. Pembinaan Sekolah Luar Biasa (SLB)

Pembinaan Sekolah Luar Biasa dilaksanakan dengan memba-


ngun 2 buah pusat pembinaan pendidikan luar biasa tingkat na-
sional, 5 buah pusat pembinaan pendidikan luar biasa tingkat
propinsi, dan rehabilitasi 18 buah Sekolah Luar Biasa. Disam-
ping itu, diadakan pengadaan perlengkapan bagi 90 buah Seko-
lah Luar Biasa negeri dan swasta. Selain itu, juga akan di-
lakukan kegiatan pengembangan kurikulum, penyediaan buku pe-
lajaran pokok, buku pedoman murid, dan buku pedoman guru, ma-
sing-masing sejumlah 1,4 juta exemplar, serta alat peraga
sebanyak 2,8 ribu perangkat. Dalam rangka meningkatkan mutu
guru akan dilaksanakan penataran bagi 3,2 ribu guru, pembina,
tenaga bimbingan dan penyuluhan serta tenaga administrasi.
Juga akan disediakan 50 rumah kepala sekolah dan/ atau peru-
mahan guru SLB. Untuk memenuhi kebutuhan guru akan diadakan
penambahan guru Sekolah Luar Biasa/Sekolah Dasar Luar Biasa/
Pendidikan Terpadu, tenaga administrasi, dan tenaga tata
usaha.

2. Program Pembinaan Pendidikan Menengah Tingkat Per-


tama.

Program pembinaan pendidikan menengah tingkat pertama me-


rupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian, menanam-
kan pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan bagi tamatan
pendidikan dasar yang disesuaikan dengan perkembangan ling-
kungannya. Program pembinaan pendidikan menengah tingkat per-

539
tama, baik pada sekolah negeri maupun swasta, diarahkan untuk
meningkatkan pendidikan Pancasila melalui pendidikan pelaksa-
naan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), Pen-
didikan Moral Pancasila, serta pendidikan sejarah perjuangan
bangsa. Usaha pendidikan itu dilaksanakan juga dengan mene-
gakkan tata pergaulan dan tata krama yang didasarkan atas asas
kekeluargaan serta bernafaskan keselarasan dan keseimbangan
dalam lingkungan sekolah. Dalam kaitan ini diintegrasikan
pendidikan berpikir yang membiasakan berpikir tertib dengan
pendidikan humaniora yang berusaha menginterpretasikan makna
hidup manusia di dunia dan meningkatkan martabat kehidupan
serta eksistensinya.

Dalam usaha meningkatkan perluasan kesempatan memperoleh


pendidikan pada pendidikan menengah tingkat pertama (Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama Kejuru-
an dan Teknik), angka partisipasi kasar (jumlah murid pendi-
dikan menengah tingkat pertama terhadap penduduk usia 13 - 15
tahun) akan meningkat dari 44,0 persen pada tahun 1983/84
menjadi 65,0 persen pada tahun 1988/89. Peningkatan itu ber-
arti kenaikan jumlah murid sebesar 64,0 persen atau sejumlah
3,0 juta murid, yaitu dari 4,7 juta murid pada tahun 1983/84
menjadi 7,7 juta murid pada tahun 1988/89 (Tabel 20 - 2).

Dalam usaha meningkatkan daya tampung, angka melanjutkan


(persentase jumlah murid baru yang diterima pada pendidikan
menengah tingkat pertama terhadap lulusan sekolah dasar dari
tahun sebelumnya) akan meningkat dari 71,4 persen pada tahun
1983/84 menjadi 77,8 persen pada tahun 1988/89. Hal ini ber-
arti bahwa sebanyak 12,4 juta akan ditampung sebagai murid
baru tingkat I pada pendidikan menengah tingkat pertama dari
sebanyak 16,5 juta lulusan Sekolah Dasar dalam Repelita IV.

540
TABEL 20 – 2
PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU DAN LULUSAN
PENDIDIKAN MENENGAH TINGKAT PERTAMA
DALAM REPELITA IV

(dalam ribu )
No Komponen Tahun Aj a ra n
1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89
1. Penduduk Usia 13 - 15 10.709,4 10.944,8 11.185,5 11.423,3 11.661,4 11.898,8
2. Lulusan Sekolah Dasar 2.479,3 2.869,0 3.297,9 3.348,7 3.451,1 3.522,1 3.535,8
(tiap tahun)
3. Murid baru tingkat I SMTP 1.771,0 2.085,0 2.440,2 2.520,7 2.642,1 2.741,5
(tiap tahun)
a. SMP 1.742,5 2.058,5 2.414,8 2.501,3 2.628,6 2.734,5
b. SMTP-KT 28,5 27,5 25,4 19,4 13,5 7,
0
4. Murid SMTP 4.713,3 5.342,2 6.164,8 6.885,1 7.427,7 7.737,7
a. SMP Negeri 2.550,3 2.895,9 3.351,0 3.752,1 4.057,8 4.237,5
b. SMP Swasta 2.079,2 2.361,8 2.733,9 3.062,3 3.312,8 3.460,9
c. SMTP-KT 83,8 84,5 79,9 70,7 57,1 39,3
5. Guru PMTP 269,2 300,9 342,2 376,7 400,7 411,6
a. SMP Negeri 143,4 160,9 183,9 203,5 217,3 224,3
b. SMP Swasta 117,0 131,2 150,0 165,9 177,5 183,3
c. SMTP-KT 8,8 8,8 8,3 7,3 5,9 4,0
6. Tambahan guru SMTP (tiap tahun) - 31,7 41,3 34,5 24,0 10,9
7. Lulusan SMTP (tiap tahun) 1.225,1 1.389,0 1.537,1 1.804,8 2.111,7 2.195,9
a. SMP 1.231,9 1.362,6 1,512,1 1.780,7 2.089,4 2.178,6
b. SMTP-KT 23,2 26,4 25,0 24,1 22,3 17,3
8. Angka partisipasi kasar PMTP (%) 44,0 48,8 55,1 60,3 63,7 65,0
9. Angka melanjutkan ke SMTP (%) 71,4 72,7 77,0 75,3 76,6 77,8
Catatan : Angka p a r t i s i p a s i
kasar PMTP = jumlah murid PMTP terhadap penduduk kelompok usia
13 – I5 tahun.
Angka melanjutkan ke SMTP = persentase jumlah murid baru t i n g k a t I
terhadap lu lu sa n SI7 tahun sebelumnya.

541
Lulusan SD yang tidak tertampung di SMTP antara lain diusaha-
kan sebagian dapat ditampung melalui program Peningkatan Pen-
didikan Masyarakat dalam bentuk pendidikan mata pencaharian.
Pendidikan ini berwujud dalam bentuk kelompok belajar (Kejar)
usaha, meliputi pembinaan pendidikan dan keterampilan dasar,
pendidikan dan keterampilan dasar fungsional yang diperlukan
untuk mencari nafkah.

Pendidikan kependudukan, pembauran pendidikan dan penga-


turan sekolah asing, serta pembinaan kesiswaan termasuk di
dalamnya pembinaan organisasi siswa intra sekolah dan usaha
kesehatan sekolah akan terus ditingkatkan efisiensi dan efek-
tivitas kegiatannya secara terpadu dalam rangka mewujudkan
lingkungan dan sistem pendidikan sekolah menengah tingkat
pertama yang mantap.

Pembinaan sekolah menengah tingkat pertama swasta dituju-


kan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya tanpa
meninggalkan ciri-ciri khas masing-masing pendidikan swasta.
Dalam rangka perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan
peningkatan mutu akan diterapkan sistem akreditasi, bantuan
guru dan tenaga teknis lainnya, bantuan ruang belajar dan
laboratorium, serta buku dan perpustakaan.

Dalam kaitan dengan usaha-usaha tersebut akan ditingkat-


kan pembinaan kesiswaan (di antaranya melalui paket program
televisi atau media pendidikan lain) untuk menunjang pelaksa-
naan pemantapan ketahanan sekolah menuju terwujudnya sekolah
sebagai pusat kebudayaan, dan perwujudan lingkungan serta
sistem pendidikan menengah tingkat pertama sebagai bagian da-
ri sistem pendidikan nasional. Peranserta pribadi, keluarga,
masyarakat, dan pemerintah dalam pendidikan juga akan diting-

544
katkan. Kegiatan pengembangan kurikulum dan sarana pendidikan
serta evaluasi belajar pada tingkat pendidikan ini ditujukan
untuk semua jenis pendidikan dan meliputi semua bidang studi.

Untuk memenuhi kebutuhan guru pendidikan menengah tingkat


pertama, maka pengadaannya akan ditingkatkan melalui berbagai
kegiatan dalam program pendidikan tinggi serta usaha-usaha
lain seperti pemanfaatan pusat-pusat pendidikan, perpanjangan
masa tugas guru, pengerahan tenaga masyarakat dan penyederha-
naan proses pengangkatan, penempatan dan perpindahannya. Di
samping itu, akan ditingkatkan mutu dan kesejahteraan guru
dan tenaga kependidikan lainnya.

Dalam hal itu, untuk memupuk rasa cinta tanah air, persa-
tuan dan kesatuan bangsa, akan diselenggarakan serangkaian
kegiatan antara lain lomba seni dan olahraga, pementasan tari
nasional, serta pameran pembangunan pendidikan dan kebudayaan
yang dikaitkan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

a. Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diarahkan untuk


mempersiapkan siswa-siswa mengikuti pendidikan yang lebih
tinggi dan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di berbagai
bidang.

Dalam rangka meningkatkan perluasan kesempatan belajar


pada Sekolah Menengah Pertama, angka partisipasi kasar (jum-
lah murid Sekolah Menengah Pertama terhadap penduduk usia 13
- 15 tahun) akan meningkat dari 43,2 persen pada tahun 1983/
84 menjadi 64,7 persen pada tahun 1988/89. Peningkatan itu
berarti bahwa selama Repelita IV jumlah murid SMP meningkat
dari 4,6 juta murid (2,5 juta pada SMP Negeri dan 2,1 juta

545
pada SMP Swasta) pada tahun 1983/84 menjadi 7,7 juta murid
(4,2 juta pada SMP Negeri dan 3,5 juta pada SMP Swasta) pada
tahun 1988/89 (Tabel 20 - 2).

Hal ini berarti pula bahwa daya tampung sekolah menengah


pertama yang ditunjukkan oleh angka melanjutkan (persentase
jumlah masukan Sekolah Menengah Pertama terhadap lulusan pen-
didikan dasar (SD dan MI) pada tahun sebelumnya) akan mening-
kat dari 70,3 persen pada tahun 1983/84 menjadi 77,7 persen
pada tahun 1988/89. Dengan demikian SMP akan menampung 12,3
juta murid baru dari 16,5 juta lulusan SD selama Repelita IV.
Lulusan sekolah dasar (SD) yang tidak dapat ditampung di se-
kolah menengah pertama akan disalurkan melalui sekolah mene-
ngah pertama terbuka (SMP Terbuka), SMTP Kejuruan dan Tekno-
logi, dan program peningkatan pendidikan masyarakat dalam
bentuk pendidikan mata pencaharian.

Untuk menampung tambahan murid Sekolah Menengah Pertama


dengan perbandingan satu ruang kelas untuk sekitar 40 murid,
diperlukan ruang kelas baru untuk SMP sejumlah ekivalen 47,3
ribu buah. Dalam pelaksanaannya akan dibangun 3,5 ribu gedung
SMP negeri dengan rata-rata 6 ruang kelas, lengkap dengan ber-
bagai ruang khusus dan fasilitas lainnya serta rumah penjaga
sekolah. Sebagai tambahan pada sekolah yang ada, akan diba-
ngun 26,3 ribu ruang kelas baru (termasuk 5,2 ribu pada SMP
swasta). Selanjutnya, akan dibangun ruang laboratorium ilmu-
ilmu alam sebanyak 1.500 ruang (termasuk 300 ruang untuk SMP
swasta). Bagi SMP negeri akan dibangun pula 7,6 ribu ruang
kerja dan peragaan ilmu-ilmu sosial, 2,8 ribu ruang perpusta-
kaan, dan 3,5 ribu ruang keterampilan. Sementara itu, akan
dilaksanakan rehabilitasi gedung dan penambahan perabot pada
1,5 ribu gedung sekolah. Untuk meningkatkan kesejahteraan gu-

546
ru, khususnya di daerah terpencil dilanjutkan pembangunan se-
jumlah perumahan guru dan rumah kepala sekolah, di samping
sejumlah asrama murid secara selektif. Untuk meningkatkan
keahlian guru akan dikembangkan 250 buah sanggar pemantapan
kerja guru (PKG).

Dalam rangka meningkatkan mutu SMP akan disediakan pula


21,4 ribu set buku kurikulum lengkap (termasuk 8,6 ribu set
untuk SMP swasta) dan 235,4 ribu perangkat buku kurikulum bi-
dang studi, (termasuk 94,6 ribu perangkat untuk SMP swasta)
93,2 juta eksemplar buku pelajaran pokok, (termasuk 41,7 juta
eksemplar untuk SMP swasta) dan 24,7 juta eksemplar buku pe-
gangan guru, (termasuk 11,1 juta eksemplar untuk SMP swasta)
serta 55,2 juta eksemplar buku perpustakaan (termasuk 4,5 ju-
ta eksemplar untuk SMP swasta). Di samping itu, akan disedia-
kan antara lain alat-alat pelajaran matematika, alat praktek
kesenian dan alat praktek olahraga dan kesehatan masing-ma-
sing 6,0 ribu perangkat (termasuk 1,5 ribu perangkat untuk
SMP swasta), alat peraga pendidikan agama, alat peraga pendi-
dikan moral Pancasila, alat peraga bahasa, alat peraga pendi-
dikan sejarah perjuangan bangsa dan alat peraga ilmu-ilmu so-
sial, masing-masing 10,5 ribu perangkat (termasuk masing-ma-
sing 2,1 ribu perangkat untuk SMP swasta), alat pelajaran
praktek ilmu-ilmu alam 13,0 ribu perangkat (termasuk 2,7 ribu
perangkat untuk SMP swasta), dan alat praktek keterampilan
7,7 ribu perangkat (termasuk 1,7 ribu perangkat untuk SMP
swasta). Untuk SMP terbuka akan disediakan 11,8 ribu perang-
kat modul.

Dalam Repelita IV akan diangkat dan ditempatkan sekitar


98,7 ribu guru bidang studi untuk SMP (termasuk 9,9 ribu guru
untuk SMP swasta), guru bimbingan dan penyuluhan dan pengelo-

547
la perpustakaan, masing-masing 3,0 ribu orang, serta 6,3 ribu
orang kepala sekolah dan 1,3 ribu orang pengawas. Penataran
akan dilakukan terhadap 92,8 ribu orang guru SMP (termasuk
35,0 ribu guru, kepala sekolah dan penyelenggara SMP swasta/
yayasan).

Selanjutnya pembinaan SMP swasta akan dilakukan melalui


akreditasi terhadap sekitar 10,6 ribu SMP swasta.

b. Pembinaan Sekolah Menengah Tingkat Pertama Kejuruan dan


Teknologi (SMTP-KT).

Pembinaan sekolah-sekolah menengah tingkat pertama keju-


ruan dan teknologi yaitu Sekolah Teknik (ST) dan Sekolah Ke-
sejahteraan Keluarga Tingkat Pertama (SKKP) diarahkan untuk
mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja sesuai de-
ngan pendidikan kejuruan yang diikutinya, serta untuk meme-
nuhi keperluan tenaga pembangunan terutama di daerah pedesa-
an, ataupun untuk mengikuti pendidikan keterampilan pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Pengembangan SMTP Kejuruan dan Teknologi akan disesuaikan


dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu akan dilakukan penata-
an dan penyesuaian terhadap 11 jurusan dalam kurikulum yang
sedang berlaku. Bagi mereka yang ingin memiliki keterampilan
dasar dapat pula memperolehnya melalui pendidikan luar seko-
lah yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti kegiatan Ke-
jar Usaha, Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) dan berbagai
kursus lainnya yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Pembinaan SMTP Kejuruan dan Teknologi meliputi pengem-


bangan 49 Sekolah Teknik negeri, 15 Sekolah Kesejahteraan Ke-
luarga Tingkat Pertama negeri, serta 11 SMTP Kejuruan dan
Teknologi swasta. Pengembangan tersebut antara lain meliputi

548
rehabilitasi bagi gedung sekolah yang memerlukannya serta pe-
nambahan ruang teori dan ruang praktek.

Dalam pada itu akan disediakan sarana pendidikan berupa


268,7 ribu eksemplar buku pelajaran pokok dan buku perpusta-
kaan (termasuk 41,5 ribu eksemplar untuk sekolah swasta),
40,0 ribu eksemplar buku pegangan guru yang terdiri dari 10
judul (termasuk bagi sekolah swasta) dan peralatan praktek
sebanyak 375 unit (termasuk 55 unit untuk sekolah swasta).
Untuk meningkatkan kualitas guru, akan ditatar 2,8 ribu orang
guru. Untuk memenuhi tuntutan kurikulum, dalam rangka penulis-
an buku, akan ditatar 120 tenaga penulis buku. Semua kegiatan
peningkatan mutu akan ditekankan pada aspek teknik pendidikan
menengah kejuruan.

Dalam rangka melancarkan usaha penempatan tenaga kependi-


dikan, khususnya di daerah-daerah terpencil di luar pulau Ja-
wa akan dibangun sejumlah rumah dinas untuk kepala sekolah
dan guru yang berkeluarga serta sejumlah asrama bagi guru-gu-
ru yang belum berkeluarga.

3. Program Pembinaan Pendidikan Menengah Tingkat Atas.

Program pembinaan pendidikan menengah atas mencakup pem-


binaan Sekolah Menengah Atas (SMA), berbagai Sekolah Menengah
Tingkat Atas Kejuruan dan Teknologi (SMTA-KT) dan Sekolah Me-
nengah Tingkat Atas Keguruan (SPG). Pembinaan pendidikan me-
nengah tingkat atas merupakan usaha radar untuk menanamkan
kepribadian, mengembangkan pengetahuan, dan meningkatkan ke-
terampilan bagi tamatan pendidikan menengah tingkat pertama
yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungannya. Program
pendidikan menengah tingkat atas, baik negeri maupun swasta
diarahkan untuk meningkatkan pendidikan Pancasila melalui

549
pendidikan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila (P4), pendidikan moral Pancasila (PMP), serta pen-
didikan sejarah perjuangan bangsa. Usaha pendidikan tersebut
dilaksanakan juga dengan menegakkan tata pergaulan dan tata
krama yang didasarkan atas kekeluargaan serta bernafaskan ke-
selarasan dan keseimbangan dalam lingkungan sekolah. Dalam
kaitan ini diintegrasikan pendidikan berpikir yang membiasa-
kan berpikir tertib dengan pendidikan humaniora yang berusaha
menginterpretasikan makna hidup manusia di dunia dan mening-
katkan martabat kehidupan serta eksistensinya manusia.

Dalam rangka perluasan kesempatan memperoleh pendidikan


pada sekolah menengah tingkat atas maka angka partisipasi
kasar sekolah menengah tingkat atas (persentase murid pen-
didikan menengah tingkat atas terhadap jumlah penduduk usia
16 - 18 tahun) akan meningkat dari 25,3 persen pada tahun
1983/84 menjadi 39,5 persen pada tahun 1988/89. Hal ini ber-
arti bahwa jumlah murid pendidikan menengah tingkat atas se-
lama Repelita IV akan meningkat sebesar 76,0 persen atau de-
ngan sejumlah 1,9 juta murid yaitu dari 2,5 juta murid pada
tahun 1983/84 menjadi 4,4 juta murid pada tahun 1988/89 (Ta-
bel 20 - 3).

Hal ini berarti pula bahwa angka melanjutkan (persentase


jumlah murid baru yang ditampung pada pendidikan menengah
tingkat atas terhadap lulusan pendidikan menengah tingkat
pertama dari tahun sebelumnya) dalam Repelita IV dapat diper-
tahankan pada 84,4% sebagaimana keadaannya pada akhir Repeli-
ta III. Dengan demikian maka jumlah murid baru kelas I pendi-
dikan menengah tingkat atas akan meningkat dari 946 ribu pada
tahun 1983/84 menjadi 1,8 juta pada tahun 1988/89.

550
TABEL 20 – 3
PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU, DAN LULUSAN
SEKOLAH MENENGAH TINGKAT ATAS
(dalam ribu)
No Komponen Tahun Ajaran
1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89
1. Penduduk Usia 16– 18 tahun 9.923,8 10.158,1 10.393,7 10.625,9 10.861,1 11.100,0
2. Lulusan SMTA (tiap tahun) 1.120,5 1.255,1 1.389,0 1.537,1 1.804,8 2.111,7 2.195,9
a. SMP 1.231,9 1.362,6 1.512,1 1.780,7 2.089,4 2.178,6
b. SMTP-KT 23,2 26,4 25,0 24,1 22,3 17,3
3. Murid baru tingkat I SMTA 1.1 1.2 1.52 1.7
(tiap tahun) 946,0 1.058,8 71,7 96,7 2,5 81,4
a. SMA 658,0 731,0 809,0 895,2 1.051,2 1.229,3
b. SMTA-KT 196,7 235,3 269,2 306,4 373,4 451,7
c. SPG 80,2 80,4 80,5 80,9 81,3 81,5
d. SGO 11,1 12,1 13,0 14,2 16,6 18,9
4. Murid SMTA 2.489,6 2.733,2 3.021,6 3.355,7 3.806,8 4.393,3
a. SMA Negeri 751,7 813,5 887,0 962,1 1.066,4 1.250,0
b. SMA Swasta 945,2 1.060,8 1.195,2 1.345,0 1.541,0 1.750,0
c. SMTA-KT 551,7 600,9 675,1 780,1 925,8 1.112,8
d. SPG 215,4 227,3 229,9 230,9 231,4 231,8
e. SGO 25,6 30,7 34,4 37,6 42,2 48,7
5. Guru SMTA 161,8 176,5 196,1 217,7 247,0 279,9
a. SMA 108,3 117,8 129,1 141,0 157,2 175,4
b. SMTA-KT 44,0 47,3 53,5 61,2 72,9 86,9
c. SPG 7,2 8,8 10,5 12,3 13,4 13,7
d. SGO 2,3 2,6 3,0 3,2 3,5 3,9
6. Tambahan Guru SMTA 1 2 3
(tiap tahun) 14,7 9,6 1,6 29,3 2,0
-
7. Lulusan SMTA (tiap tahun) 666,1 720,7 783,0 875,5 973,7 1.080,6
a. SMA 449,0 481,2 536,2 596,8 658,5 726,8
b. SMTA-KT 155,8 164,0 168,0 197,9 233,1 270,0
c. SPG 56,3 68,2 69,9 70,1 70,9 71,3
d. SGO 5,0 7,3 8,9 10,1 11,2 12,5
8. Angka partisipasi kasar SMTA (%) 25,3 26,9 29,0 31,6 35,0 39,5
a. SMA 17,2 18,5 20,0 21,7 24,0 27,0
b. SMTA-KT 5,6 5,9 6,5 7,3 8,5 10,0
c. SPG 2,2 2,2 2,2 2,2 2,1 2,1
d. SGO 0,3 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4
9. Angka melanjutkan ke SMTA (%) 84,4 84,4 84,4 84,4 84,4 84,4

551
Catatan : Angka partisipasi kasar SMTA = persentase jumlah murid SMTA terhadap penduduk
kelompok usia 16 - 18 tahun.
Angka melanjutkan ke SMTA = persentase jumlah murid baru tingkat I
terhadap lulusan SKIP tahun sebelumnya.
552
553
Dalam kaitan usaha perluasan kesempatan tersebut di atas, akan
ditingkatkan pula pembinaan kesiswaan (di antaranya melalui
paket program TV atau media pendidikan lain) untuk menunjang
pemantapan ketahanan sekolah dalam rangka mewujudkan sekolah
sebagai pusat kebudayaan serta perwujudan lingkungan dan
sistem pendidikan menengah tingkat atas sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional. Juga akan dilaksanakan pe-
ningkatan jumlah dan mutu kepustakaan sekolah, peningkatan
dan perluasan penulisan dan menerjemahkan buku-buku pelajaran
pendidikan menengah tingkat atas serta pengadaan lomba bidang
studi untuk merangsang anak didik memperluas cakrawala ilmu.
Di sini peranserta pribadi, keluarga, masyarakat dan pemerin-
tah akan ditingkatkan pula.

Dalam pada itu kegiatan pengembangan kurikulum dan sarana


pendidikan serta evaluasi belajar pada tingkat pendidikan ini
ditujukan untuk semua jenis pendidikan yang meliputi semua
bidang studi.

Untuk memenuhi kebutuhan guru pendidikan menengah tingkat


atas, maka pengadaannya akan dilaksanakan melalui program pen-
didikan tinggi serta usaha-usaha lain seperti pemanfaatan pu-
sat-pusat pendidikan, perpanjangan masa tugas guru, pengerahan
tenaga masyarakat dan penyederhanaan proses pengangkatan, pe-
nempatan dan perpindahannya. Di samping itu, akan ditingkatkan
mutu dan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Pembinaan sekolah menengah tingkat atas swasta ditujukan


untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya dengan tetap
mengindahkan ciri-ciri khas masing-masing pendidikan swasta
dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga untuk pembangunan.

554
Usaha tersebut berupa antara lain penerapan sistem akredita-
si, bantuan guru dan tenaga teknis lainnya, bantuan ruang be-
lajar dan laboratorium, serta buku dan perpustakaan.

a. Sekolah Menengah Atas (SMA)


Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA) diarahkan untuk
mempersiapkan siswa meneruskan ke tingkat pendidikan yang le-
bih tinggi dan sekaligus mengarah pada pemenuhan kebutuhan
pembangunan di segala bidang.

Kurikulum yang disempurnakan akan diterapkan secara ber-


tahap, mula-mula pada permulaan tahun ajaran 1984/1985 pada
tingkat terendah dari masing-masing jenjang pendidikan, se-
hingga pada permulaan tahun ajaran 1986/1987 semua tingkat
sudah menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini diharapkan mem-
beri peluang yang lebih besar pada para anak didik untuk mem-
peroleh pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat dan tujuan
masing-masing dan untuk menghindari mata pelajaran yang ku-
rang sesuai dengan bakat, minat dan tujuan ini. Kurikulum
yang disempurnakan ini jauh lebih luwes dan lebih mampu meme-
nuhi keanekaragaman kebutuhan masyarakat terutama lapangan
kerja.

Perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di Seko-


lah Menengah Atas yang ditunjukkan oleh angka partisipasi ka-
sar SMA (persentase jumlah murid SM4 terhadap penduduk 16 -
18 tahun), akan meningkat dari 17,2 persen pada tahun 1983/84
menjadi 27,0 persen pada tahun 1988/89. Jumlah murid SMA se-
lama Repelita IV akan bertambah dengan sebesar 75,3 persen

555
atau dengan sebanyak 1,3 juta murid, yaitu dari 1,7 juta mu-
rid pada tahun 1983/84 (0,75 juta pada SMA negeri dan 0,95
juta pada SMA Swasta) menjadi 3,0 juta murid pada tahun
1988/89 (1,25 juta pada SMA negeri dan 1,75 juta pada SMA
Swasta) (Tabel 20 - 3).

Tambahan murid SMA membutuhkan 750 gedung baru SMA negeri


yang masing-masing memiliki rata-rata 9 ruang kelas, yang di-
lengkapi dengan ruang laboratorium ilmu-ilmu alam, laborato-
rium kerja dan peragaan ilmu-ilmu sosial dan bahasa, serta
berbagai ruang khusus dan fasilitas lainnya, termasuk rumah
penjaga sekolah. Pada SMA yang ada akan ditambahkan 9,9 ribu
ruang kelas baru (termasuk 3,1 ribu untuk SMA swasta) dan re-
habilitasi 550 sekolah, (termasuk 50 sekolah untuk SMA swas-
ta). Di samping itu, akan dibangun pula 420 ruang laboratorium
ilmu-ilmu alam pada SMA yang sudah ada (termasuk 140 ruang
laboratorium pada SMA swasta). Untuk SMA negeri yang sudah
ada akan dibangun pula 1,8 ribu ruang kerja dan peragaan il-
mu-ilmu sosial dan bahasa, 635 ruang perpustakaan dan 350 ru-
ang keterampilan. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan gu-
ru terutama di daerah terpencil akan dibangun rumah kepala
sekolah dan perumahan guru, di samping asrama murid.

Perkembangan murid SMA membutuhkan tambahan guru baru bi-


dang studi sebanyak 67,1 ribu orang (termasuk 15,2 ribu orang
untuk SMA swasta). Pada SMA negeri akan ditempatkan pula se-
jumlah guru bimbingan penyuluhan, tenaga pengelola perpusta-
kaan dan tenaga laboran. Selain itu akan diangkat 1,1 ribu
orang kepala sekolah yang terdiri dari 825 orang untuk seko-
lah baru, dan 275 orang untuk sekolah yang sudah ada. Dalam
pada itu akan ditatar 50,3 ribu guru SMA (termasuk 15,1 ribu
guru SMA swasta), 2,5 ribu orang kepala SMA (termasuk 1,6

556
ri-
bu orang kepala SMA swasta) dan sejumlah tenaga pengelola
perpustakaan serta akan diusahakan pemerataan 74,5 ribu guru
bidang studi, 130 orang kepala SMA dan 85 orang pengawas. Se-
lanjutnya di sekolah-sekolah yang daya jangkauannya luas,
khususnya daerah Timor Timur, Irian Jaya, dan daerah perba-
tasan akan dibangun asrama guru dan asrama murid. Kebutuhan
guru di daerah-daerah tersebut akan diisi oleh lulusan pendi-
dikan guru daerah itu sendiri, sedangkan kekurangannya dida-
tangkan dari daerah lain dengan mempertimbangkan lama masa
penugasan dan penggantiannya.

Dalam rangka pembinaan sekolah swasta akan ditatar pula


sejumlah penyelenggara/pengurus yayasan SMA swasta dan akan
dilakukan akreditasi terhadap SMA swasta. Pembinaan tenaga
pengawas akan ditingkatkan sehingga mencakup rasio satu orang
pengawas bagi 15 sekolah negeri ataupun swasta. Untuk itu
akan ditatar dan diangkat 490 orang pengawas secara selektif
yang mencerminkan spektrum bidang-bidang studi secara leng-
kap. Mekanisme pengawasan dan supervisi akan disempurnakan
dengan penyediaan fasilitas dan sarana yang memadai.

Selanjutnya, akan disediakan 121,6 ribu perangkat buku


kurikulum bidang studi untuk SMA (termasuk 35,0 ribu perang-
kat untuk SMA swasta). Buku pelajaran pokok akan disediakan
52,6 juta eksemplar (termasuk 20,9. juta eksemplar untuk SMA
swasta), juga 24,0 juta eksemplar buku perpustakaan (termasuk
4,3 juta eksemplar untuk SMA swasta). Kemudian untuk alat pe-
lajaran matematika bagi SMA negeri akan disediakan sebanyak
1,5 ribu perangkat; alat pelajaran praktek ilmu-ilmu alam se-
banyak 4,4 ribu perangkat (termasuk 1,8 ribu perangkat untuk
SMA swasta); dan alat ketrampilan sebanyak 3,3 ribu perangkat
(termasuk 1,2 ribu perangkat untuk SMA swasta). Di samping

557
itu untuk sekolah negeri akan diadakan alat pelajaran praktek
olahraga/kesehatan dan pendidikan agama masing-masing 1,5
ribu perangkat; juga 1,8 ribu perangkat alat laboratorium
kerja dan peragaan ilmu-ilmu sosial dan 1,1 ribu perangkat
alat laboratorium bahasa.

Pembinaan Pendidikan Moral Pancasila akan terus diinten-


sifkan sebagai usaha penanaman nilai-nilai Pancasila yang di-
arahkan pada pembentukan watak dan kepribadian anak. Untuk
itu dalam Repelita IV akan disediakan alat peraga PMP seba-
nyak 3,1 ribu perangkat (termasuk 1,3 ribu perangkat untuk
SMA swasta).

Pendidikan kependudukan, pembauran pendidikan dan penga-


turan sekolah asing serta pembinaan kesiswaan, termasuk di
dalamnya pembinaan organisasi siswa intra sekolah serta usaha
kesehatan sekolah selama Repelita IV terus dibina dan diting-
katkan kegiatannya secara terpadu sejalan dengan pelaksanaan
pembinaan pendidikan di SMA.

Sehubungan dengan fungsi pendidikan SMA antara lain seba-


gai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, maka
sistem pendidikannya (penjurusan, kurikulum dan evaluasi be-
lajar) akan disempurnakan secara bertahap. Pada akhir Repeli-
ta IV sudah dapat dimantapkan dan diterapkan suatu sistem se-
leksi memasuki pendidikan tinggi sebagai suatu bagian dari
proses pendidikan SMA.

b. Sekolah Menengah Tingkat Atas Kejuruan dan Teknologi.

Sekolah menengah tingkat atas kejuruan dan teknologi di-


kembangkan dan diarahkan pada peningkatan mutu dan keterampil-
an agar para tamatan makin memenuhi persyaratan kerja.
Pembi-

558
naannya akan diselaraskan dengan perkembangan teknologi se-
hingga sesuai dengan pertumbuhan industri baik menyangkut in-
dustri konstruksi, pengolahan, maupun manufaktur, di samping
kebutuhan akan jasa-jasa di bidang perdagangan dan dunia usa-
ha pada umumnya.

Pembinaan ini juga diarahkan untuk menangani kebutuhan


latihan dan latihan ulang dalam bidang-bidang spesialisasi
khusus atau penerapan cara-cara baru dalam dunia teknologi
bagi masyarakat yang memerlukannya. Kegiatan tersebut dituju-
kan pada usaha penyediaan tenaga kerja terampil tingkat mene-
ngah.

Mutu pendidikan akan terus ditingkatkan dengan jalan me-


ningkatkan tenaga guru, pembakuan dan pembinaan kurikulum,
penyempurnaan metode belajar mengajar, pengembangan sistem
evaluasi serta pemantapan sistem pengelolaan sekolah. Pendi-
dikan kewiraswastaan akan lebih dimantapkan dalam kurikulum
terutama dengan tujuan agar lulusannya mampu bermotivasi da-
lam dunia usaha. Demikian pula akan ditingkatkan penyediaan
fasilitas praktek kerja dan bantuan berupa layanan informasi
mengenai penempatan terhadap para lulusan. Di samping itu,
akan dilakukan evaluasi ketrampilan kejuruan dan penyiapan
bahan-bahan ujian. Untuk peningkatan efisiensi dan efektifi-
tas pendidikan dilakukan perintisan. penggunaan alat dan media
pendidikan yang sesuai, pengembangan unit produksi di seko-
lah-sekolah tertentu, dan pembinaan kegiatan ekstra kurikuler.

Dalam rangka peningkatan relevansi program pendidikan,


pada Sekolah Menengah Tingkat Atas Kejuruan dan Teknologi
akan dilakukan pengkajian dan penyesuaian terhadap 61 jurusan
yang tercakup dalam kurikulum yang berlaku, agar tamatannya
makin memenuhi persyaratan kerja.
559
Dalam Repelita IV jumlah penduduk usia 16 - 18 tahun
yang dapat ditampung di SMTA Kejuruan dan Teknologi diperki-
rakan akan naik dari 5,6 persen pada tahun 1983/84 menjadi
10,0 persen pada tahun 1988/89. Jumlah murid SMTA Kejuruan
dan teknologi dalam Repelita IV akan dapat ditingkatkan de-
ngan 100 persen, yaitu dari 551,7 ribu murid pada tahun
1983/84 menjadi lebih dari 1,1 juta murid pada tahun 1988/89
(Tabel 20 - 3).

Perkembangan murid ini membutuhkan tambahan guru SMTA Ke-


juruan dan Teknologi sebanyak 42,9 ribu orang. Untuk mening-
katkan mutunya, akan dilakukan penataran terhadap 16,0 ribu
guru (termasuk 2,5 ribu guru sekolah swasta), di samping ke-
pala SMTA Kejuruan dan Teknologi negeri dan swasta. Oleh ka-
renanya semua Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi
(PPPG-Teknologi), PPPG-Kejuruan, PPPG-Pertanian, serta PPPG
Kesenian dan Industri Kerajinan akan terus dikembangkan.

Pembinaan SMTA Kejuruan dan Teknologi yang mencakup pen-


didikan menengah teknologi industri, teknologi pertanian,
ekonomi dan perdagangan, teknologi kerumahtanggaan selama Re-
pelita IV diharapkan dapat menghasilkan sekitar 1 juta lulus-
an yang memenuhi persyaratan kerja.

Untuk itu akan terus dikembangkan 9 Balai Latihan Pendi-


dikan Teknik (BLPT) (sebagai fasilitas latihan praktek terpu-
sat yang melayani sejumlah Sekolah Teknik Menengah yang ber-
dekatan/sekitarnya), di samping bantuan pembangunan/pengadaan
4 Balai Latihan Pendidikan Teknik khusus untuk meningkatkan
mutu sekolah swasta. Bagi SMTA Kejuruan dan Teknologi negeri
yang memerlukan, akan direhabilitasi gedung sekolah, antara
lain meliputi ruang praktek, ruang kelas dan ruang penunjang.

560
Bagi SMTA Kejuruan dan Teknologi swasta akan diberikan pula
bantuan rehabilitasi sekitar 500 gedung, di samping penambah-
an 200 ruang yang terdiri dari ruang kelas, ruang praktek dan
ruang penunjang lainnya. Sementara itu akan disediakan buku
pedoman guru sejumlah 3,5 juta eksemplar (termasuk 800,0 ribu
eksemplar untuk sekolah swasta) dan buku perpustakaan sejum-
lah 6,4 juta eksemplar (termasuk 765,4 ribu eksemplar untuk
sekolah swasta). Pelaksanaan akreditasi akan dilakukan terha-
dap 1,2 ribu 94TA Kejuruan dan Teknologi swasta dan penataran
terhadap para penyelenggara sekolah swasta/yayasan.

Untuk meningkatkan daya tampung maka berbagai SMTA Keju-


ruan dan Teknologi akan dibina dan dikembangkan baik jumlah
maupun kemampuannya.

Usaha tersebut terutama akan dilaksanakan dengan pening-


katan daya tampung dan kemampuan pelaksanaan SMTA Kejuruan
dan Teknologi yang ada, yang meliputi 145 Sekolah Teknik Me-
nengah (3 dan 4 tahun), 23 Sekolah Menengah Teknologi Perta-
nian, 277 Sekolah Menengah Ekonomi Atas, 88 Sekolah Menengah
Kesejahteraan Keluarga dan Sekolah Menengah Teknologi Keru-
mah-tanggaan, 10 Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial serta 17
Sekolah-sekolah Kesenian dan Industri Kerajinan.

Khusus dalam rangka menunjang program pengembangan kope-


rasi akan dibuka jurusan Manajemen Koperasi pada Sekolah Me-
nengah Ekonomi Atas, di samping pemberian mata pelajaran ma-
najemen koperasi pada SMTA Kejuruan dan Teknologi lainnya.

Selanjutnya dalam Repelita IV akan dilakukan pembangunan


baru sejumlah SMTA Kejuruan dan Teknologi diantaranya 30 Se-
kolah Menengah Teknologi Pertanian, 40 Sekolah Menengah Eko-
nomi Atas, 40 Sekolah Teknik Menengah (termasuk sebuah STM

561
Penerbangan serta beberapa STM Perkapalan dan STM Grafika)
dan 10 Sekolah-sekolah Kesenian dan Industri Kerajinan.

Kursus-kursus untuk pegawai akan dibina yang meliputi


kursus tingkat lanjutan pertama (kursus pegawai administrasi
dan kursus karyawan perusahaan) dan kursus-kursus lanjutan
tingkat atas (kursus pegawai administrasi atas dan kursus
karyawan perusahaan atas).

Dalam rangka penempatan tenaga kependidikan di daerah


terpencil akan dibangun sejumlah rumah bagi kepala sekolah
dan guru yang berkeluarga, serta asrama bagi guru yang belum
berkeluarga.

c. Sekolah Menengah Tingkat Atas Keguruan

Pendidikan guru diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang


siap pakai sebagai tenaga kependidikan dalam jumlah yang cu-
kup dan memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat melaksa-
nakan tugas profesional, tugas kemanusiaan, serta tugas kema-
syarakatan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Garis-
garis Besar Haluan Negara secara utuh dan baik. Pengembangan
SPG diarahkan pada usaha refungsionalisasi tugas SPG dalam
memenuhi kebutuhan guru sekolah dasar, guru taman kanak-ka-
nak, serta guru keterampilan dan kesenian.
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) direncanakan menghasilkan
lulusan untuk calon guru SD dan TK, yaitu sebanyak 298,3 ribu
orang calon guru SD dan 35,0 ribu orang calon guru TK selama
Repelita IV. Sehubungan dengan itu, murid SPG diperkirakan
akan meningkat dari 215,4 ribu pada tahun 1983/84 menjadi
231,8 ribu pada tahun 1988/89, terutama karena kenaikan pada
SPG negeri. Angka partisipasi murid SPG terhadap anak usia

562
sekolah akan menurun sedikit dari 2,2 persen pada tahun
1983/84 menjadi 2,1 persen pada tahun 1988/89 (Tabel 20 - 3).

Dalam Repelita IV akan dikembangkan 207 SPG negeri, yaitu


berupa rehabilitasi gedung bagi sekolah yang memerlukan, di
samping rehabilitasi ruang kelas, ruang penunjang dan asrama
murid. Juga akan direhabilitasi sebanyak 100 SPG swasta. Se-
lain itu akan dibangun perumahan kepala sekolah dan/atau gu-
ru, terutama bagi sekolah yang jauh dari daerah pemukiman.
Dalam rangka meningkatkan mutu akan diangkat 6,1 ribu orang
guru SPG yang sesuai dengan bidang pengajarannya, di samping
penataran 28,0 ribu guru dan pembina. Buku kurikulum akan di-
sediakan sebanyak 22,8 ribu set (termasuk 352 set untuk SPG
swasta), buku pelajaran pokok sebanyak 11,6 juta eksemplar
(termasuk 1,6 juta eksemplar untuk SPG swasta), buku pedoman
guru 1,3 juta eksemplar (termasuk 653,4 ribu eksemplar untuk
SPG swasta), buku perpustakaan 2,5 juta eksemplar (termasuk
89,1 ribu eksemplar untuk SPG swasta), serta alat pelajaran
dan media pendidikan sebanyak 257 unit (termasuk 50 unit un-
tuk SPG swasta). Sehubungan dengan pemberian bantuan pada se-
kolah swasta akan dilaksanakan akreditasi terhadap 352 SPG
swasta.

Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) yang ada akan


dibina dan dikembangkan menjadi 6 SGPLB negeri agar mampu
menghasilkan guru sesuai dengan perkembangan-perkembangan
SLB. Pengadaan guru akan meliputi 218 orang di samping
penataran guru dan pembina sebanyak 176 orang. Buku kuriku-
lum, buku murid dan guru akan disediakan sebanyak 610,0 ribu
eksemplar dan buku perpustakaan sebanyak 42,0 ribu eksemplar.
Di samping itu, akan disediakan alat pelajaran dan media pen-
didikan yang meliputi semua bidang pengajaran.

563
Sekolah Guru Olahraga (SGO)akan dikembangkan agar pada
akhir Repelita IV mendekati sasaran yakni setiap SD mempunyai
seorang guru olahraga dan kesehatan. Selama Repelita IV lulus-
an SGO akan mencapai sekitar 50,0 ribu. Sehubungan dengan itu,
murid SGO akan meningkat dari 25,6 ribu pada tahun 1983/84
menjadi 48,7 ribu pada tahun 1988/89. Dengan demikian, angka
partisipasi SGO akan meningkat dari 0,3 persen pada tahun
1983/84 menjadi 0,4 persen pada tahun 1988/89 (Tabel 20 - 3).
Untuk itu jumlah SGO negeri akan ditambah menjadi 57 buah.
Pembinaan terhadap 16 SGO swasta akan terus ditingkatkan, dan
akan dikembangkan sebanyak 47 SGO (termasuk 8 SGO swasta),
sehingga kebutuhan 55,9 ribu lulusan SGO diharapkan akan ter-
penuhi. Dalam Repelita IV dibutuhkan tambahan 1,6 ribu guru
SGO. Untuk meningkatkan mutu pendidikan akan ditatar 1,3 ribu
guru SGO negeri dan swasta, dan disediakan buku kurikulum 1,0
ribu set (termasuk 160 set untuk SGO swasta), 1,3 juta eksem-
plar buku murid/guru (termasuk 151,5 ribu eksemplar untuk SGO
swasta), buku perpustakaan sebanyak 280,0 ribu eksemplar (ter-
masuk 60,0 ribu eksemplar untuk SGO swasta), serta alat-alat
pelajaran sebanyak 285 unit dan media pendidikan lainnya yang
meliputi seluruh bidang studi. Sehubungan dengan pemberian
bantuan pada sekolah swasta akan dilaksanakan akreditasi ter-
hadap 16 SGO swasta.

Dalam rangka menuju sistem pendidikan tenaga kependidikan


yang terpadu, kurikulum SPG, SGPLB, SGO akan terus disempur-
nakan. Untuk menunjang penyempurnaan tersebut akan dilakukan
penilaian termasuk monitoring serta pengelolaannya. Penilaian
tersebut terutama dilakukan dalam kaitannya antara pembinaan SPG,
SGPLB, dan SGO dengan kegiatan pendidikan guru lainnya

564
baik yang bersifat pra-jabatan maupun yang bersifat dalam ja-
batan.

Untuk mengatasi kekurangan guru bidang pengajaran keseni-


an dan keterampilan akan dirintis adanya Sekolah Guru Keseni-
an dan Keterampilan (SGKK) sebanyak 12 buah. Bagi siswa ting-
kat akhir Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah Guru Pendi-
dikan Luar Biasa (SGPLB), Sekolah Guru Olahraga (SGO), dan
Sekolah Guru Kesenian dan Keterampilan (SGKK) akan disediakan
tunjangan belajar.

Untuk menunjang kegiatan penataran (pendidikan dalam ja-


batan) akan dibangun 15 Balai Penataran Guru (BPG) baru di 15
propinsi dan satu unit Pusat Pengembangan Penataran Guru (PP-
PG) serta terus dibina dan dikembangkan 12 Balai Penataran
Guru (BPG) dan 8 Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG)
yang sudah ada. Dalam rangka meningkatkan fungsi PPPG/BPG
tersebut, dalam Repelita IV semua kegiatan penataran di tiap
propinsi akan dilaksanakan oleh PPPG dan BPG. Bagi propinsi
yang belum memiliki lembaga ini maka kegiatan penataran di-
ikutsertakan pada PPPG/BPG terdekat untuk meningkatkan koor-
dinasi pelaksanaan penatarannya.

4. Program Pembinaan Pendidikan Tinggi

Pembinaan pendidikan tinggi diarahkan pada terselenggara-


nya pola pendidikan tinggi sebagai subsistem dari sistem pen-
didikan nasional dan terlaksananya Tridharma Perguruan Tinggi
dengan kebebasan akademis yang bertanggung jawab. Dengan me-
laksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, perguruan tinggi meng-
hubungkan keadaan sekarang dan masa depan dan sekaligus meru-
pakan penghubung antara dunia ilmu dan teknologi dengan kebu-
tuhan nyata masyarakat. Dengan demikian, perguruan tinggi

565
berpartisipasi dalam perbaikan serta pengembangan mutu kehi-
dupan masyarakat Indonesia.

Pendidikan tinggi bertujuan untuk menghasilkan tenaga


ahli untuk mengisi jaringan tekno-struktur masyarakat melalui
pendidikan, penelitian dan karya ilmiah, informasi dan jasa
untuk pembangunan nasional serta pembinaan perguruan tinggi
itu sendiri.

Pengelolaan pendidikan tinggi ditujukan kepada terwujud-


nya suatu sistem pendidikan tinggi nasional yang mencakup
perguruan tinggi negeri dan swasta serta menyelenggarakan
pembinaan fungsional perguruan tinggi kedinasan.

Perguruan tinggi merupakan wadah yang memungkinkan ber-


kembangnya seluruh kemampuan pribadi manusia yang menyangkut
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bertindak sebagai
manusia berbudaya di masyarakatnya. Dalam kaitan ini mahasis-
wa dididik agar berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa
tanggungjawab terhadap masa depan bangsa dan negara Indone-
sia. Kebijaksanaan tentang mahasiswa manunggal dengan rakyat
merupakan pelaksanaan dharma ketiga dari Tridharma Perguruan
Tinggi yaitu pengabdian masyarakat, dan dilaksanakan dalam
bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN merupakan suatu kegiatan
perkuliahan intrakurikuler dalam bentuk pengabdian pada ma-
syarakat yang dilakukan oleh mahasiswa secara interdisipliner
dan lintas sektoral. Kegiatan ini ditujukan untuk mengembang-
kan kepekaan rasa dan kognisi sosial mahasiswa serta membantu
proses pembangunan terutama di daerah pedesaan.

Dalam pembangunan bangsa, perguruan tinggi diusahakan


agar dapat merupakan wadah terbinanya generasi muda dari ber-
bagai lapisan sosial ekonomi serta latar belakang etnik dan

566
daerah menjadi manusia Indonesia. Dalam kaitan ini penyebaran
geografis perguruan tinggi diikuti dengan penetapan pola il-
miah pokok masing-masing perguruan tinggi yang akan mendorong
tumbuhnya pusat-pusat pengembangan ilmu, teknologi dan seni
yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Hal ini, ber-
sama dengan penetapan kurikulum minimum serta sistem pengalih-
an kredit, akan memacu mobilitas mahasiswa dan staf akademik
dan memungkinkan terjadinya pembauran bangsa. Peranserta dari
pemakai lulusan dalam menyediakan sumber daya pendidikan akan
ditingkatkan dan dikembangkan.

Upaya dan langkah mewujudkan pola ilmiah pokok masing-ma-


sing perguruan tinggi meliputi antara lain pengembangan pendi-
dikan bidang-bidang pertanian dan sumber sadapan di Universi-
tas Syiah Kuala; pertanian, perkebunan, teknologi dan manaje-
men di Universitas Sumatera Utara; teknologi, saints, pertani-
an dan ekonomi di Universitas Andalas; ekonomi, ilmu-ilmu so-
sial dan ilmu kependidikan di Universitas Riau; pertanian,
ekonomi, manajemen, dan ilmu hukum di Universitas Jambi;
pertanian, kehutanan, kesehatan, perindustrian, dan konserva-
si lingkungan di Universitas Sriwijaya; pertanian, ilmu-ilmu
sosial, dan sumberdaya alam di Universitas Bengkulu; pertani-
an, teknik, ekonomi, dan manajemen di Universitas Lampung;
kesehatan masyarakat di Universitas Brawijaya; kehutanan di
Universitas Mulawarman : perikanan di Universitas Pattimura;
pertanian tanah kering di Universitas Nusa Cendana; pelesta-
rian lingkungan flora dan fauna di Universitas Mataram; tek-
nologi industri rigan dan berat di Institut Teknologi Ban-
dung; aneka tanaman di Institut Pertanian Bogor : teknik,
saints, ekonomi, manajemen komputer dan bahasa di Universitas
Indonesia, dan seterusnya.

567
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga profesional dalam
berbagai sektor pembangunan dan sekaligus untuk meningkatkan
produktivitas dan kreativitas serta mutu dan efisiensi kerja
maka pendidikan politeknik akan dikembangkan dari 7 politek-
nik pada tahun 1983/84 menjadi sekitar 34 politeknik pada
akhir tahun 1988/89 yang tersebar di 32 universitas dan
institut negeri di Indonesia. Di samping itu akan didorong
dan dikembangkan pula politeknik-politeknik pada perguruan
tinggi swasta. Bidang-bidang yang dikembangkan dalam pendi-
dikan politeknik adalah bidang teknologi, bidang tata niaga
dan bidang pertanian. Bidang teknologi mencakup bidang studi
teknik sipil, teknik listrik, teknik elektronika dan komuni-
kasi, teknik mesin, teknik tenaga dan energi, teknik kondisi
lingkungan, teknik kimia, teknik penerbangan, teknik perkapal-
an dan teknik pengecoran. Bidang tata niaga meliputi program
studi kesekretariatan dan pengelolaan kantor, manajemen ter-
masuk manajemen koperasi, akuntansi, perbankan dan pariwisa-
ta. Sedangkan bidang pertanian mencakup jurusan-jurusan tana-
man pangan dan tanaman perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan. Usaha-usaha tersebut ditunjang oleh tiga Pusat Pe-
ngembangan Politeknik, masing-masing di bidang teknologi, ta-
ta niaga, dan pertanian, yang berfungsi sebagai pusat pengem-
bangan kurikulum, penataran dan/atau penyediaan tenaga penga-
jar. Sementara itu akan ditingkatkan tiga Fakultas Keguruan
Teknik untuk memantapkan pemenuhan kebutuhan tenaga pengajar
politeknik, di samping dua FKT yang telah ditingkatkan dalam
Repelita III.

Sehubungan dengan itu, maka akan dilanjutkan dan diman-


tapkan pendidikan di perguruan tinggi yang akan diselenggara-
kan dalam dua jalur yaitu jalur yang berlandaskan pengembang-
an kognitif akademik dan jalur yang berlandaskan pengembangan

568
keterampilan profesional. Jenjang pendidikan jalur yang dise-
but pertama adalah sarjana (SI), magister (S2), dan Dok-
tor (S3), sedang untuk jalur yang lain ialah pembantu ahli
(D I ), ahli muda (D 2 ), ahli madya (D 3 ), ahli (D 4 ), spe-

sialisasi 1 (Sp]) dan spesialisasi 2 (Sp2). Prioritas bi-


dang keilmuan selama Repelita IV ialah keguruan, ilmu-ilmu
dasar, teknologi, manajemen (termasuk manajemen koperasi),
kesehatan, ilmu sosial, dan humaniora. Perhatian akan diting-
katkan untuk pengembangan kegiatan ilmiah yang bersifat lin-
tas, multi, dan antar disiplin.
Bidang ilmu keguruan dianggap penting mengingat pengem-
bangan sumber daya keseluruhan pendidikan bertolak dari ter-
sedianya tenaga kependidikan yang baik. Dalam hubungan ini,
pendidikan tinggi dalam Repelita IV akan menyediakan sebagian
besar kebutuhan tenaga guru sekolah menengah tingkat pertama
dan sekolah menengah tingkat atas yang keseluruhannya seba-
nyak 245,1 ribu tenaga yang terdiri dari 142,4 ribu tenaga
guru SMIP dan 102,7 ribu tenaga guru SMTA, serta menyediakan
tenaga teknis pendidikan luar sekolah dan olahraga serta te-
naga teknis kebudayaan melalui program SI (program reguler)
kependidikan, program diploma kependidikan, pengerahan tenaga
mahasiswa yang dibekali dengan akta, program belajar jarak
jauh, dan pengerahan tenaga instruktur yang memiliki keahlian.

Dalam Repelita IV akan dikembangkan dan dimantapkan Uni-


versitas Terbuka sebagai suatu bentuk usaha baru dalam rangka
memperluas kesempatan belajar di pendidikan tinggi melalui
terutama sistem belajar jarak jauh (media cetak, mekanik dan
elektronika) di samping tatap muka sebagai pelengkap secara
berkala, sehingga efisiensi tenaga pengajar dan mutu pendidik-
an tetap dapat dipertahankan. Jenis pendidikan meliputi baik

569
jalur sarjana maupun diploma dan akta, dengan mengutamakan
program studi dan/atau bidang keilmuan yang relevan bagi ber-
bagai bidang pembangunan, di samping dapat dilaksanakan dengan
cara belajar jarak jauh.
Perluasan kesempatan memperoleh pendidikan di perguruan
tinggi yang ditunjukkan oleh angka partisipasi, yaitu persen-
tase jumlah mahasiswa perguruan tinggi terhadap penduduk usia
19 - 24 tahun, direncanakan akan meningkat dari 5,1 persen
pada tahun 1983/84 menjadi 8,2 persen pada tahun 1988/89 (Ta-
bel 20 - 4).

Hal ini berarti pula bahwa angka melanjutkan ke perguru-


an tinggi, yaitu persentase mahasiswa baru yang dapat ditam-
pung pada perguruan tinggi terhadap lulusan pendidikan mene-
ngah tingkat atas dari tahun sebelumnya, dapat meningkat dari
43,0 persen pada tahun 1983/84 menjadi 43,3 persen pada tahun
1988/89, walaupun jumlah lulusan sekolah menengah tingkat atas
meningkat dari 581 ribu pada tahun 1982/83 menjadi 973,7 ribu
pada tahun 1987/88. Kalau dibandingkan dengan lulusan SMA saja
maka angka melanjutkan ke perguruan tinggi dalam Repelita IV
berkisar pada 64,0 persen. Daya tampung perguruan tinggi se-
besar itu dimungkinkan dengan dimulainya Universitas Terbuka
pada tahun kuliah 1984/85, yang akan mempunyai 150,0 ribu ma-
hasiswa pada tahun 1988/89.

Pendidikan tinggi dalam Repelita IV, sejak tahun 1984/85


sampai dengan tahun 1988/89, diperkirakan akan dapat menyerap
sejumlah 1.740,1 ribu mahasiswa baru, termasuk 944,6 ribu ma-
hasiswa baru pada perguruan tinggi swasta. Selebihnya ditam-
pung di pendidikan tinggi kedinasan dan Universitas Terbuka.
Dari 1.740,1 ribu mahasiswa baru yang diserap selama
Repelita
570
TABEL 20 - 4
PERKEMBANGAN MAHASISWA, DOSEN, DAN LULUSAN PENDIDIKAN TINGGI

( dalam ribu )
DALAM REPELITA IV

No Komponen Tahun Aj a ra n
1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89
1. Penduduk Usia 19 – 24 tahun 15.667,6 18.166,8 18.514,4 18.900,1 19.327,1 19.786,9
2. Lulusan SMTA (tiap tahun) 581,0 666,1 720,7 783,0 875,5 973,7 1.080,6
SMA 449,0 481,2 536,2 596,8 658,7 726,8
SMTA-KT 155,8 164,0 168,0 197,9 233,1 270,0
SPG & SGO 61,3 75,5 78,8 80,8 82,1 83,8
3. Mahasiswa baru tingkat I 250,0 288,4 312,0 339,1 379,0 421,6
(tiap tahun)
Perguruan Tinggi Negeri 100,0 122,0 134,2 153,7 180,4 205,2
Program Diploma 15,5 31,5 35,0 43,7 48,3 50,7
DI – D3 (tanpa Politeknik) 13,6 29,0 31,8 39,7 43,2 43,9
Politeknik 1,9 2,5 3,2 4,0 5,1 6,8
Program Strata 1 84,5 90,5 99,2 110,0 132,1 154,5
Perguruan Tinggi Swasta 150,0 166,4 177,8 185,4 198,6 216,4
Program Diploma (D1 – D3) 13,0 36,6 38,9 41,2 43,3 47,0
Program Strata 1 117,0 129,8 138,9 144,2 155,3 169,4
4. Mahasiswa baru Program 2,5 3,1 3,5 3,7 3,9 4,1
Strata 2 dan 3
Perguruan Tinggi Negeri
5. Mahasiswa Perguruan Tinggi 805,2 931,8 1.052,6 1.203,0 1.369,5 1.614,5
Perguruan Tinggi Negeri 375,2 406,4 456,5 523,9 591,3 672,9
Program Diploma 75,2 76,4 90,0 120,0 139,0 150,0
D1 – D3 (tanpa Politeknik) 68,6 69,0 81,8 109,0 124,2 130,0
Politeknik 6,6 7,4 8,2 11,0 14,8 20,0
Program Strata 1 300,0 330,0 366,5 403,9 452,3 522,9
Perguruan Tinggi Swasta 355,0 420,4 476,1 529,1 582,2 650,5
Program Diploma (D1 – D3) 131,9 161,6 177,0 192,4 207,0 222,3
Program Strata 1 223,1 258,8 299,1 336,7 375,2 428,2
Perguruan Tinggi Kedinasan 8 8 10 12 1
(PTK) 75,0 0,0 5,0 0,0 1,0 41,1
Universitas Terbuka - 25,0 35,0 50,0 75,0 150,0

571
Sambungan Tabel 20 - 4

T a h u n A j ar an
No. KOMPONEN
1982/83 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88 1988/89

6. Mahasiswa Program Strata 2 dan 3


Perguruan Tinggi Negeri 3,6 4,8 6,7 9,4 13,2 18,6

7. Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi 25,2 28,3 32,8 37,5 42,4 49,0
Perguruan Tinggi Negeri 23,4 25,4 28,8 32,5 36,3 41,6
Perguruan Tinggi Swasta 1,8 2,9 4,0 5,0 6,1 7,4

8. Lulusan Perguruan Tinggi


(tiap tahun) 58,1 64,5 80,3 1017 123,3 143,0
Perguruan Tinggi Negeri 43,4 45,6 56,8 7426 90,6 104,2
Program Diploma (D1 - D3)
(termasuk Politeknik) 21,4 22,3 28,3 39,6 47,4 50,8
Program Strata 1 22,0 23,3 28,5 35,0 43,2 53,4
Perguruan Tinggi Swasta 14,7 18,9 23,5 2811 32,7 38,8
Program Diploma (D1 - D3) 6,8 8,7 10,5 12,9 15,1 17,7
Program Strata 1 7,9 10,2 13,0 15,2 17,6 21,1

Lulusan Program Strata 2 dan 3 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5

10. Angka Partisipasi kasar PT (%) 5,1 5,1 5,7 6,4 7,1 8,2

11. Angka melanjutkan ke PT (%) 43,0 43,3 43,3 43,3 43,3 43,3

Catatan : Angka partisipasi kasar PT = persentase jumlah mahasiswa terhadap


penduduk usia Kelompok 19 - 24 tahun
Angka melanjutkan ke PT = persentase jumlah mahasiswa baru tingkat I
terhadap lulusan SMTA tahun sebelumnya.

572
IV, terdapat sejumlah 416,2 ribu mahasiswa baru pada program
diploma termasuk politeknik dan 1.323,9 ribu mahasiswa baru
pada program strata 1 (program reguler).

Jumlah keseluruhan mahasiswa perguruan tinggi selama Re-


pelita IV diperkirakan akan meningkat sebesar 100,5 persen
atau sejumlah 809,3 ribu mahasiswa, yaitu dari 805,2 ribu ma-
hasiswa pada tahun 1983/84 menjadi 1.614,5 ribu mahasiswa pa-
da tahun 1988/89 (label 20 - 4). Dari sejumlah 805,2 ribu ma-
hasiswa pada tahun 1983/84 ini sejumlah 375,2 ribu adalah ma-
hasiswa perguruan tinggi negeri, yang terdiri dari 75,2 ribu
mahasiswa program diploma termasuk politeknik dan Belajar Ja-
rak Jauh; 355,0 ribu mahasiswa perguruan tinggi swasta, dan
75,0 ribu mahasiswa Perguruan Tinggi Kedinasan. Jumlah 1.614,5
ribu mahasiswa pada tahun 1988/89 terdiri dari 672,9 ribu ma-
hasiswa perguruan tinggi negeri termasuk di dalamnya 150,0 ri-
bu mahasiswa program diploma diantaranya 20,0 ribu mahasis-
wa politeknik, 650,5 ribu mahasiswa perguruan tinggi swasta,
141,1 ribu Mahasiswa Perguruan Tinggi Kedinasan dan 150,0 ribu
mahasiswa Universitas Terbuka.

Tenaga pengajar perguruan tinggi negeri dan swasta dalam


Repelita IV akan ditingkatkan sebesar 94,4 persen atau dari
25,2 ribu tenaga pengajar pada tahun 1983/84 menjadi 49,0 ribu
tenaga pengajar pada tahun 1988/89. Jumlah 49,0 ribu tenaga
pengajar tahun 1988/89 itu terdiri dari 41,6 ribu tenaga pe-
ngajar di perguruan tinggi negeri dan 7,4 ribu pada perguruan
tinggi swasta.

Lulusan perguruan tinggi dalam Repelita IV diperkirakan


berjumlah 513,8 ribu orang yang terdiri atas 253,3 ribu lulus-

575
an program diploma, termasuk di dalamnya lulusan politeknik
dan 260,5 ribu lulusan program strata 1.

Program pendidikan tinggi mencakup perbaikan pendidikan


tinggi dan pengembangan sistem pendidikan tinggi. Perbaikan
pendidikan tinggi meliputi peningkatan produktivitas dan mutu
lulusan, peningkatan daya tampung, pemantapan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, peningkatan kemampuan fungsi-
onal tenaga akademik, pemantapan pembinaan kemahasiswaan dan
kemampuan berkembang. Pengembangan sistem pendidikan tinggi
meliputi pengembangan kemampuan sistem itu sendiri termasuk
pembinaan perguruan tinggi swasta.

Pembinaan perguruan tinggi swasta ditujukan untuk memban-


tu pertumbuhan dan perkembangannya dengan tetap mengindahkan
ciri-ciri khas masing-masing perguruan tinggi swasta, dalam
rangka memenuhi tenaga-tenaga ahli untuk pembangunan. Usaha-
usaha tersebut antara lain meliputi penerapan sistem akredi-
tasi, bantuan tenaga pengajar, bantuan peralatan laboratori-
um, dan pemberian beasiswa. Pembinaan fungsional perguruan
tinggi kedinasan dilaksanakan dengan jalan melakukan perenca-
naan, akreditasi, pemilihan, dan perijinan.

Peranan perguruan tinggi diarahkan agar mampu menjadi pe-


lopor dalam memperluas cakrawala ilmu-ilmu pada umumnya serta
saints dan teknologi pada khususnya. Perguruan tinggi juga
menjadi kekuatan pelembagaan yang berperan di dalam upaya me-
mantapkan nilai-nilai baru yang modern namun tetap bernapas-
kan jiwa kekeluargaan dengan falsafah Pancasila.

Pendidikan tinggi harus benar-benar merupakan lembaga il-


miah, dan kampus harus benar-benar merupakan masyarakat ilmi-
ah. Perguruan tinggi sebagai Alma Mater (ibu asuh) merupakan

576
suatu yang bulat dan mandiri di bawah pimpinan rektor sebagai
pimpinan utama. Keempat unsur perguruan tinggi, yakni penga-
jar, karyawan administratif, mahasiswa serta alumnus harus
manunggal dengan Alma Mater, berbakti kepadanya dan melalui
Alma Mater mengabdi kepada rakyat, bangsa, dan negara dengan
jalan melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi. Keempat unsur
perguruan tinggi dalam upaya menegakkan perguruan tinggi se-
bagai lembaga ilmiah dan kampus sebagai masyarakat ilmiah
yang melaksanakan Trikarya, yakni institusionalisasi, profe-
sionalisasi dan transpolitisasi.

Ruang lingkup program ini meliputi peningkatan produkti-


fitas dan mutu lulusan, peningkatan daya tampung, pengembang-
an institusi pendidikan tinggi, pembangunan dan pengembangan
universitas/institut, peningkatan penalaran, minat dan kese-
jahteraan mahasiswa, pembinaan dan pengelolaan masyarakat il-
miah di kampus, penelitian dan pengembangan ilmu, teknologi
dan seni, peningkatan dan pemantapan pengabdian kepada masya-
rakat, penataan dan pembinaan perguruan tinggi swasta dan ke-
dinasan, penyempurnaan pendidikan guru dan tenaga kependidik-
an, pengembangan sistem dan pola pendidikan tinggi, pening-
katan sistem manajemen pendidikan tinggi, pemantapan jalur
pendidikan ketrampilan profesional dan politeknik, pemantapan
jenjang pendidikan pasca sarjana dan spesialis, peningkatan
kemampuan fungsional tenaga akademik, dan implementasi keta-
hanan nasional dan Wawasan Nusantara dalam program-program
Tridharma Perguruan Tinggi.

5. Program Penunjangan Bakat dan Prestasi

Program ini merupakan usaha pemberian bantuan kepada sis-


wa dan mahasiswa yang berbakat dan berprestasi tetapi mengha-

577
dapi hambatan ekonomi dalam rangka memperluas pemerataan pen-
didikan dan peningkatan mutu pendidikan. Program ini juga di-
tujukan untuk memberikan peluang lebih banyak untuk mening-
katkan minat siswa dan mahasiswa memilih cabang ilmu pengeta-
huan yang sumbangannya sangat diperlukan bagi pembangunan
akan tetapi karena satu dan lain hal sangat langka peminat-
nya. Di samping itu, dalam rangka kerja sama internasional
dipandang perlu memberikan kesempatan kepada mereka yang
ingin memperdalam kebudayaan atau bidang-bidang ilmu lainnya.

Kebijaksanaan yang mendasari program ini dikaitkan dengan


berbagai hal sebagai berikut (a) bantuan kepada mereka yang
berbakat dan berprestasi yang karena masalah ekonomi mengalami
hambatan dalam meningkatkan pendidikannya; (b) cabang ilmu
pengetahuan atau sesuatu aspek kebudayaan yang sangat berguna
bagi pembangunan yang karena satu dan lain hal langka peminat-
nya; (c) kebijaksanaan mengenai pembinaan, pengembangan, dan
penyebaran kebudayaan nasional.

Program ini dilaksanakan terutama dalam bentuk pemberian


tunjangan ikatan dinas dan pemberian sekitar 160 ribu beasis-
wa. Ruang lingkup program ini meliputi tingkat pendidikan da-
sar, menengah, dan tinggi, baik yang bersifat umum maupun ke-
juruan.

6. Program Peningkatan Pendidikan Masyarakat

Program ini diarahkan pada usaha memberikan kesempatan


belajar bagi warga masyarakat agar mampu memiliki sumber
penghasilan tetap yang layak dan agar warga masyarakat bersa-
ma-sama semakin mampu untuk melaksanakan sendiri kegiatan
pendidikan kebudayaan yang diperlukannya.

578
Isi program pendidikan masyarakat meliputi pembinaan pen-
didikan dan ketrampilan dasar, baik pendidikan dan ketram-
pilan dasar fungsional yang diperlukan untuk mencari nafkah
dan memperoleh pengetahuan praktis maupun pendidikan dan ke-
trampilan dasar budaya yang diperlukan untuk kehidupan berma-
syarakat. Dalam hal itu, lembaga pendidikan masyarakat merupa-
kan pusat penanaman nilai-nilai Pancasila yang melaksanakan
kegiatan pemantapan pendidikan Pancasila melalui pedoman peng-
hayatan dan pengamalan Pancasila, pendidikan moral Pancasila,
pendidikan sejarah perjuangan bangsa serta pendidikan berpikir
dan humaniora di samping turut mewujudkan lingkungan dan sis-
tem pendidikan masyarakat agar dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional.

Sasaran umum program pendidikan masyarakat adalah warga


masyarakat usia 7-44 tahun yang sama sekali tidak pernah se-
kolah ataupun tidak berhasil menamatkan suatu tingkat pendi-
dikan sekolah tertentu. Demikian pula warga masyarakat yang
sudah menamatkan suatu tingkat pendidikan tetapi tidak melan-
jutkan ke jenjang yang lebih tinggi, atau masih memerlukan
pengetahuan dan keterampilan agar dapat mempunyai sumber naf-
kah tetap yang layak.

Penyelenggaraan pendidikan masyarakat merupakan gabungan


berbagai cara belajar, antara lain belajar sendiri, belajar
bersama dan saling belajar dalam kelompok, bekerja-belajar

atau magang, belajar-bekerja menggunakan ilmu, belajar beker-


jasama, serta belajar melalui kursus. Dengan demikian pelak-
sanaan kegiatannya melibatkan unsur-unsur (1) lembaga, orga-
nisasi, paguyuban dan kelompok, sebagai kesatuan sosial yang
turut mendidik dan berfungsi dalam proses pembudayaan bangsa;
(2) prasarana dan sarana; (3) mekanisme sosial dan pola pe-

579
nyajian yang dikenal masyarakat dalam proses belajar (4) me-
dia penyampaian pesan pendidikan; dan (5) tenaga sebagai sum-
ber belajar. Melalui pendekatan itu dapat dikembangkan sumber
daya manusia dan sumber daya kelembagaan yang tumbuh dalam
masyarakat.

Kegiatan peningkatan pendidikan masyarakat meliputi usaha


(1) memberantas tiga buta, yaitu buta aksara Latin dan angka,
buta bahasa Indonesia, dan buta pendidikan dasar; (2) mening-
katkan jumlah dan mutu warga belajar pendidikan untuk mempe-
roleh mata pencaharian; (3) memantapkan pembinaan kelompok
belajar, paguyuban, organisasi dan lembaga-lembaga pendidikan
luar sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional;
(4) memantapkan sub-sistem pendidikan luar sekolah sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional; serta (5) memantapkan
kemampuan masyarakat di dalam membantu usaha pendidikan dan
pembudayaan masyarakat.

Dalam Repelita IV program ini akan mencakup 17,0 juta


orang yang terdiri dari 12,3 juta orang warga masyarakat usia
7-44 tahun yang buta huruf melalui kegiatan pendidikan dasar
yang terpadu dengan upaya pendidikan yang mengarah kepada ma-
ta pencaharian, dan 4,7 juta orang warga masyarakat usia 13--
29 tahun yang dapat membaca, menulis, dan berhitung, dengan
pendidikan untuk mata pencaharian, baik melalui kelompok be-
lajar usaha maupun melalui lembaga pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan masyarakat (PLSM). Selain itu, akan di-
laksanakan perintisan di 5 daerah dengan memanfaatkan penggu-
naan teknologi komunikasi pendidikan luar sekolah.

Untuk menunjang pelaksanaannya akan ditingkatkan usaha


pengadaan dan peningkatan mutu tenaga pendidikan masyarakat

580
serta pengadaan sarana dan prasarana. Dalam Repelita IV akan
dididik dan dilatih sekitar 234,7 ribu orang yang terdiri da-
ri pembimbing belajar (tutor), pembina kelompok-kelompok be-
lajar (monitor) serta tenaga teknis pendidikan masyarakat.
Juga akan di cetak 89 juta buku Paket A beserta buku peleng-
kapnya dan akan disediakan sarana belajar serta perlengkapan
kerja. Selain itu, akan dibangun 3 buah Balai Pendidikan Ma-
syarakat (BPM) sebagai tempat pembinaan dan peningkatan mutu
tenaga ditingkat propinsi, sejumlah Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB) sebagai tempat pengembangan sarana belajar di tingkat
kabupaten/kotamadya. Juga akan dilakukan perluasan terhadap 2
buah Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) sebagai lem-
baga pembinaan SKB dan perluasan terhadap SKB yang ada.

Di samping itu akan dididik dan dilatih sekitar 750 orang


tenaga penulis naskah dan produser media pendidikan luar se-
kolah yang meliputi media radio, audio, slide suara, permain-
an dan simulasi. Selanjutnya akan dihasilkan sejumlah program
radio audio, televisi, film, slide suara dan permainan simu-
lasi untuk pendidikan luar sekolah bagi kebutuhan 2,0 ribu
kelompok belajar.

Untuk memantapkan pelaksanaannya akan ditingkatkan pula


penyempurnaan sistem monitoring, pelayanan, pengawasan, peni-
laian dan pelaporan serta penelitian dalam rangka pengembang-
an subsistem pendidikan luar sekolah sebagai bagian dari sis-
tem pendidikan nasional.

7. Program Peranan Wanita

Program peranan wanita di bidang pendidikan diarahkan pa-


da usaha memberikan peranan dan tanggungjawab kepada kaum wa-
nita dalam pembangunan melalui peningkatan pengetahuan, ke-

581
terampilan dan sikap mental, sesuai dengan kemampuan dan ke-
butuhannya. Dalam hal itu, akan dilakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan partisipasi wanita dalam rangka menciptakan ke-
sempatan memperoleh meta pencaharian agar mampu mendapat
sumber penghasilan tetap yang layak. Program peranan wanita
meliputi pembinaan penyelenggaraan pendidikan dan keterampil-
an khusus bagi wanita yang diselenggarakan oleh masyarakat
dan pembinaan organisasi kewanitaan, khususnya dalam rangka
pembinaan generasi muda.

8. Program Generasi Muda

Program generasi muda di bidang pendidikan diarahkan pada


usaha mewujudkan kesadaran akan kewajiban warga negara usia
muda sebagai kader penerus perjuangan bangsa untuk mengisi
pembangunan nasional. Pendidikan generasi muda merupakan ben-
tuk usaha nyata yang menjembatani pelaksanaan program pem-
bangunan dengan aspirasi generasi muda. Dengan demikian gene-
rasi muda sebagai potensi bangsa dapat diantarkan ke masa de-
pan sebagai generasi muda yang sehat, tangguh, dan bertang-
gungjawab, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta pada
tanah air dan persatuan bangsa, demokratis serta memiliki
pandangan rasional yang terpadu dengan ketinggian moral ber-
landaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Arah pro-
gram ini dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda yang
berkemauan belajar, bekerja, dan berusaha serta berdisiplin
dan berjiwa kepeloporan.

Sasaran umum program generasi muda adalah warga masyara-


kat dengan prioritas usia 15-30 tahun di dalam dan di luar
sekolah. Dalam pelaksanaannya, program generasi muda akan di-
tangani secara lintas sektoral dan meliputi berbagai segi

582
pembinaan dan pengembangan, yaitu kepemimpinan dan ketram-
pilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, jiwa patriotisme
dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian
dan budi pekerti luhur, serta partisipasi dalam pembangunan.
Dalam rangka ini, pendidikan Pancasila melalui Pedoman Peng-
hayatan dan Pengamalan Pancasila, Pendidikan Moral Pancasila
dan pendidikan sejarah perjuangan bangsa akan makin dimantap-
kan, di samping usaha mewujudkan suatu lingkungan dan sistem
pendidikan generasi muda yang dapat menunjang tercapainya tu-
juan pendidikan nasional.

Dalam Repelita IV melalui latihan kepemimpinan dan ketram-


pilan pemuda serta pembinaan aktivitas generasi muda, akan di-
bina sekitar 665,5 ribu pemuda usia 15-30 tahun, sedangkan me-
lalui gerakan kepramukaan akan dibina sekitar 1 juta pramuka.

Untuk itu akan ditingkatkan pengadaan sarana dan prasa-


rana. Dalam Repelita IV akan didorong dan dibantu pembangunan
gedung cadika Pramuka dan gelanggang pemuda. Dalam hal itu,
akan sediakan buku pedoman dan peralatan untuk cadika, disam-
ping peralatan latihan untuk berbagai kegiatan kepemudaan di
daerah serta sarana penunjang pelaksanaan tugas lapangan bagi
penilik bidang generasi muda di tingkat kecamatan. Usaha un-
tuk mencukupi jumlah dan mutu tenaga teknis pembinaan genera-
si muda akan dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan. Da-
lam Repelita IV akan dididik dan dilatih tenaga teknis dan
tenaga pembina dan pelatih kepramukaan.

9. Program Keolahragaan

Program keolahragaan diarahkan pada usaha untuk memasya-


rakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat dengan mem-

583
berikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh lapisan ma-
syarakat untuk melakukan kegiatan olahraga melalui proses
pemahaman, penyadaran serta penghayatan tentang arti, fungsi
dan nilai olahraga dalam rangka membangun manusia seutuhnya
sesuai dengan nilai budaya bangsa. Di samping itu, program
ini diarahkan untuk mempertebal rasa persatuan dan kesatuan
serta rasa percaya pada diri sendiri dan rasa kebanggaan
nasional. Dalam hal itu pendidikan jasmani dan pembinaan
olahraga merupakan juga sarana penanaman nilai-nilai Panca-
sila yang turut memantapkan pendidikan Pancasila melalui
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, pendidikan
moral Pancasila dan pendidikan sejarah perjuangan bangsa,
yang turut mewujudkan pendidikan berpikir dan humaniora di-
samping mewujudkan lingkungan dan sistem pendidikan jasmani
dan pembinaan olahraga, yang dapat menunjang tercapainya
tujuan pendidikan nasional.

Program ini ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat,


yaitu pelajar dan mahasiswa di sekolah dan perguruan tinggi
serta warga masyarakat di luar sekolah.

Usaha-usaha yang dilaksanakan adalah perwujudan panji


olahraga, pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga, pe-
ningkatan pendidikan jasmani dan olahraga, serta pengadaan
dan peningkatan prasarana dan sarana olahraga.

Usaha mewujudkan panji olahraga adalah mendorong dan me-


mobilisasi setiap warga agar memahami dan menghayati langsung
akan Hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan pokok
dalam pembinaan hidup sehat. Untuk itu akan dilakukan kegiat-
an penyebaran informasi dan peningkatan minat masyarakat pada
olahraga asli/tradisional, gerak jalan, berbagai bentuk
lari,

584
senam pagi Indonesia dan bentuk senam lainnya, latihan ero-
bika, olahraga rekreasi serta olahraga hobi melalui media
massa, penyuluhan, tes kesegaran jasmani, ijazah/piagam ke-
tangkasan, pameran dan demonstrasi olahraga. Untuk mengukur
dan menilai tingkat pemahaman dan penghayatan masyarakat
olahraga akan dilakukan antara lain perlombaan dan pertan-
dingan. Melalui berbagai kegiatan olahraga masyarakat dan
olahraga khusus tersebut diatas akan terjangkau sekitar 65,4
juta warga masyarakat (termasuk penyandang cacat) sedangkan
olahraga pelajar dan mahasiswa akan menjangkau sekitar 15,5
juta pelajar dan mahasiswa.

Usaha pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga dilak-


sanakan melalui kegiatan pembinaan dan pemanduan bakat yang
dilaksanakan sedini mungkin sampai batas usia remaja, kurang
lebih 18 tahun. Pembinaan ini akan dilaksanakan berdasarkan
pada prioritas cabang olahraga, sistem pembinaan yang terus
menerus dan sistem perlombaan/pertandingan yang terkoordinasi
secara berjenjang dari tingkat daerah sampai ke tingkat na-
sional. Demikian juga akan dilaksanakan kegiatan pembinaan
prestasi olahraga yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan tek-
nologi. Pembinaan organisasi olahraga dan peningkatan kese-
jahteraan olahragawan yang berprestasi serta pelatih dila-
kukan dalam bentuk penghargaan atau beasiswa. Sehubungan
dengan itu, melalui usaha ini akan dibina bibit-bibit olah-
ragawan berbakat.

Usaha peningkatan pendidikan jasmani dan olahraga dilak-


sanakan melalui kegiatan penataan kembali kurikulum pendidik-
an jasmani dan olahraga di setiap jenjang sekolah sejak dari
sekolah taman kanak-kanak. Untuk itu akan diberikan sumbangan
yang positif dan efektif bagi pertumbuhan nilai-nilai pendi-

585
dikan jasmani dan olahraga yang meliputi aspek pembentukan
gerak, pembentukan prestasi, pembentukan tubuh serta pemben-
tukan norma dan tanggung jawab sosial. Sehubungan dengan itu,
pengadaan dan pembinaan pendidik, pelatih dan penggerak olah-
raga akan ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun kualita-
tif. Dalam Repelita IV akan dilatih tenaga pembina termasuk
tenaga administrasi olahraga serta tenaga ahli keolahragaan
yang akan disebarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi,
juga mulai dari tingkat desa sampai tingkat nasional. Demiki-
an pula akan ditingkatkan kegiatan pembinaan dan pengembangan
penelitian kesegaran jasmani dan rekreasi terutama kepada
anak-anak usia sekolah. Untuk menunjang seluruh usaha dan ke-
giatan tersebut, melalui kerjasama dengan pemerintah daerah
dan masyarakat setempat termasuk perusahaan-perusahaan akan
diusahakan tersedianya berbagai prasarana olahraga yang memadai
seperti taman bermain, lapangan keras, lapangan rumput, gedung
olahraga, kolam renang dan pusat latihan pelajar bagi olahra-
gawan berbakat. Di samping itu, akan disediakan sarana olahra-
ga berupa peralatan olahraga untuk tingkat desa dan sejumlah
buku-buku olahraga.

10. Program Pengembangan Sistem Pendidikan dan Kebudayaan.

Program ini merupakan kerangka umum untuk melaksanakan


usaha pengembangan kebijaksanaan, strategi dan perencanaan
dibidang pembangunan pendidikan dan pengembangan kebudayaan.
Usaha tersebut meliputi : (1) Pemikiran dan penelitian me-
ngenai sistem pendidikan dan sistem kebudayaan yang diperlu-
kan bagi perumusan kebijaksanaan dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan agar pembangunan pendidikan dan pengembangan
ke-

586
budayaan dapat diselenggarakan dengan hasil yang sebaik-ba-
iknya. (2) Pengembangan kebijaksanaan di bidang pendidikan
dan kebudayaan agar usaha pembangunannya dapat diselenggarakan
sesuai dengan rencana, yaitu sistem pendidikan dengan
memperhatikan tuntutan dan dampak perkembangan ekonomi,
saints, teknologi, sosial dan kebudayaan. (3) Pengembangan su-
atu sistem informasi yang terpusat dengan menggunakan tekno-
logi mutakhir tentang pendidikan dan kebudayaan yang diperlu-
kan bagi perencanaan dan perumusan kebijaksanaan di bidang
pendidikan dan kebudayaan serta yang sekaligus meningkatkan
penyediaan informasi untuk menunjang pembangunan nasional
pada umumnya.
Usaha-usaha tersebut di atas dipusatkan secara lebih khu-
sus pada permasalahan kebijaksanaan pengembangan pendidikan
sekolah, pendidikan masyarakat, pendidikan tinggi, kebudayaan,
dan manajemen dalam bidang-bidang pendidikan dan kebudayaan.
Disamping itu, akan dilaksanakan pula usaha-usaha yang
bersifat inovatif, pengembangan sistem pengujian, eksperimen-
tasi dalam rangka penyempurnaan kurikulum, dan penerapan per-
kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan
dan kebudayaan dalam bentuk berbagai sumber belajar, termasuk
penggunaan media komunikasi pendidikan untuk setiap jenjang
dan lingkungan pendidikan.

Program ini diarahkan pula untuk mengembangkan segenap


kegiatan penunjangan dan kelengkapan sistem pendidikan dan
kebudayaan, antara lain pengelolaan dan pelayanan administra-
si pendidikan, penyebaran informasi data dan kebijaksanaan
pendidikan dan kebudayaan, perencanaan dan penganggaran pen-
didikan yang terpadu dan/atau lintas sektoral, pendidikan dan
latihan kedinasan yang terpadu, penataan struktur organisasi

587
dan pembakuan tugas dan fungsi di bidang pendidikan, inventa-
risasi dan kearsipan, dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam Repelita IV direncanakan untuk dapat


menyelesaikan Undang-undang Pokok Pendidikan Nasional yang
baru.

11. Program-program Pendidikan Kedinasan

Pendidikan dan latihan karyawan aparatur pemerintah di-


arahkan terutama untuk mempersiapkan serta meningkatkan ke-
mampuan, kecakapan, ketrampilan serta keahlian karyawan apa-
ratur pemerintah sesuai dengan prioritas bidang-bidang pem-
bangunan. Dalam Repelita IV pendidikan dan latihan karyawan
aparatur pemerintah ditujukan untuk menunjang pelaksanaan
program-program di bidang pertanian, perhubungan, kesehatan,
transmigrasi, disamping itu juga dalam bidang pekerjaan umum,
pertambangan dan energi, industri, perindustrian, koperasi,
kehakiman, pendidikan dan kebudayaan. Secara selektif untuk
berbagai keahlian tertentu pendidikan dan latihan karyawan
aparatur pemerintah ditujukan pula untuk meningkatkan kemam-
puan karyawan aparatur di bidang pemerintahan umum, perda-
gangan, keuangan, penerangan, dan termasuk lembaga-lembaga
non departmental.
Pendidikan dan latihan karyawan aparatur pemerintah dia-
rahkan pada usaha peningkatan mutu profesional serta mutu
penghayatan dan pengamalan Pancasila bagi tenaga di berbagai
bidang pembangunan. Usaha tersebut dimaksudkan untuk lebih
mempersiapkan dan menyesuaikan mutu tenaga sesuai dengan bi-
dang tugasnya, dan supaya dapat terus menerus mengikuti dan
menguasai cara-cara pengelolaan yang selalu berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat modern. Sistem pendidikan ke-

588
dinasan ini akan dikaitkan dengan sistem karier dan prestasi.
Pendidikan dan latihan karyawan aparatur pemerintah ini di-
laksanakan melalui berbagai bentuk pendidikan, latihan, kur-
sus, dan penataran yang meliputi peningkatan kemampuan pega-
wai dengan keahlian dan ketrampilan di bidang pengelolaan,
pelaksanaan teknis, administratif dan edukatif terutama dalam
bidang-bidang yang mendapat prioritas dalam pembangunan tanpa
mengabaikan kebutuhan akan keahlian tertentu untuk bidang-bi-
dang lainnya. Sistem pendidikan dan latihan karyawan aparatur
yang ada dalam lingkungan berbagai departemen dan lembaga non
departemen serta dinas-dinas di daerah akan ditingkatkan dan
dikembangkan kearah suatu sistem pendidikan dan latihan ke-
dinasan yang menyeluruh dan terpadu.

12. Program Ilmu dan Teknologi

Pengembangan ilmu dan teknologi di bidang pendidikan di-


arahkan pada pengembangan kemampuan nasional dalam ilmu dan
teknologi pada perguruan tinggi yang diperlukan dalam tahap
pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan
dan penciptaan iklim yang menjamin pertumbuhan ilmu untuk ke-
pentingan nasional. Pusat penelitian ilmu dan teknologi akan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa seka-
rang dan masa datang. Sistem penghargaan yang lebih sepadan
akan dikembangkan bagi basil karya ilmiah yang bermanfaat ba-
gi ilmu serta berguna untuk pembangunan.

13. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah


dan Pengawasan.

Program ini diarahkan untuk meningkatkan efektivitas dan


efisiensi aparatur pemerintah di bidang pendidikan dalam me-

589
laksanakan tugas rutin maupun tugas pembangunan agar tugas-
tugas tersebut dapat berhasil sesuai dengan rencana dan kebi-
jaksanaan yang telah ditetapkan. Dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi aparatur pemerintahan dan pengawas-
an dilaksanakan fungsi perencanaan, administrasi kepegawaian,
organisasi, hubungan masyarakat, administrasi keuangan dan
pengelolaan perlengkapan dan usaha-usaha inventarisasi untuk
mengamankan kekayaan negara, serta pengawasan dan pemeriksaan
di bidang pendidikan.

Program ini juga ditujukan untuk meningkatkan pengawasan


dan pemeriksaan agar pelaksanaan kebijaksanaan serta kegiatan
berjalan menurut rencana dan mencapai tujuan yang telah dite-
tapkan secara efisien dan efektif. Kegiatan pengawasan diwu-
judkan dalam bentuk pengendalian pelaksanaan pembangunan dan
pengambilan tindakan penertiban yang sifatnya represif atau-
pun preventif. Pengawasan sistem pendidikan meliputi pengawasan
proses belajar mengajar (kurikulum), pengawasan admi-
nistratif dan teknis, pembinaan sikap mental, kemampuan dan
ketrampilan, dengan melaksanakan sistem pengawasan yang te-
pat, efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan aparatur pe-
merintah di bidang pendidikan yang bersih, berwibawa dan ber-
tanggungjawab atas pelaksanaan program-program yang telah di-
tetapkan.

14. Program Prasarana Fisik Pemerintah

Program penyempurnaan prasarana fisik pemerintah diarah-


kan untuk, melengkapi aparatur pemerintah baik di pusat maupun
di daerah yang diperlukan untuk menunjang pembangunan pendi-
dikan.

590
Sehubungan dengan itu, pada tingkat pusat, wilayah dan
kabupaten/kotamadya secara berangsur-angsur akan diadakan per-
luasan dan penambahan prasarana fisik yang disesuaikan dengan
peningkatan beban tugas dibidang pendidikan.

B. GENERASI MUDA
I. PENDAHULUAN
Dalam usaha meningkatkan pembinaan dan pengembangan gene-
rasi muda, Garis-garis Besar Haluan Negara menggariskan seba-
gai berikut :

a. Generasi muda adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa


dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Oleh karena
itu, perlu ditingkatkan upaya pembinaan dan pengembangan
generasi muda secara terus menerus dalam kerangka pendi-
dikan nasional. Pembinaan dan pengembangan generasi muda
menuntut partisipasi dan tanggungjawab semua pihak dan
untuk itu perlu ditingkatkan kebijaksanaan nasional ten-
tang kepemudaan yang menyeluruh dan terpadu.

b. Pembinaan dan pengembangan generasi muda bertujuan untuk


mewujudkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangu-
nan nasional yang Pancasilais dan dilaksanakan melalui
usaha-usaha meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa; menanamkan dan menumbuhkan kesadaran berbangsa dan
bernegara; mempertebal idealisme, semangat patriotisme
dan harga diri; memperkokoh kepribadian dan disiplin;
mempertinggi budi pekerti; memupuk kesegaran jasmani dan
daya kreasi; mengembangkan kepemimpinan, ilmu, keteram-
pilan dan kepeloporan serta mendorong partisipasi dalam

591
kehidupan berbangsa dan bernegara dan dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.

c. Pengembangan wadah-wadah pembinaan generasi muda seperti


organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan organisasi ma-
hasiswa di lingkungan perguruan tinggi, organisasi fung-
sional pemuda seperti antara lain KNPI, Pramuka, Karang
Taruna, organisasi olahraga dan lain-lain, perlu diting-
katkan secara terarah dan teratur. Untuk itu perlu selalu
dipelihara suasana yang sehat agar kreativitas dan tang-
gungjawab semakin berkembang serta diusahakan bertambah-
nya fasilitas dan sarana yang memungkinkan peningkatan
dan pengembangan kegiatan generasi muda.

Dari penggarisan GBHN tersebut diatas jelas pula tercer-


min bahwa pembinaan dan pengembangan generasi muda diarahkan
agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab
atas pembangunan bangsa. Generasi muda sebagai sumber insani
bagi pembangunan nasional akan menjadi kader-kader penerus
perjuangan bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang berpegang teguh pada Pancasila sebagai satu-satunya
ideologi dan pandangan hidup bangsa; menjadi kader-kader ang-
katan kerja yang berbudi luhur, dinamis dan kreatif, berilmu
dan berketrampilan, bersemangat kepeloporan yang berjiwa ke-
rakyatan. Selanjutnya generasi muda dibina menjadi kader-ka-
der pencipta budaya nasional yang maju dan modern tetapi te-
tap menampilkan kepribadian bangsa, menjadi kader-kader pem-
bela bangsa dan negara serta pengemban dan penerus nilai-ni-
lai serta cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Transformasi nilai budaya di kalangan generasi muda seba-

592
gai konsekuensi pembangunan nasional perlu dibina dan dikem-
bangkan melalui berbagai usaha pendidikan karena pendidikan
merupakan faktor utama untuk meneruskan nilai-nilai budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai terse-
but merupakan kondisi kejiwaan untuk membentuk watak dan me-
ngembangkan kecerdasan generasi muda yang sadar akan posisi-
nya sebagai bangsa yang merdeka.

Pembinaan dan pengembangan generasi muda dalam Repelita


IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan dari
usaha pembinaan generasi muda dalam Repelita sebelumnya. Se-
suai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara, tekanan pembina-
an generasi muda dalam Repelita IV ditujukan untuk memupuk
secara terus menerus jiwa dan semangat Sumpah Pemuda Tahun
1928 dalam rangka mempertebal semangat kebangsaan serta mem-
perkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui peningkatan
peranserta kepeloporan generasi muda dalam pembangunan nasio-
nal di segala bidang.

Dengan dijiwai tujuan pembangunan nasional, pembinaan dan


pengembangan generasi muda dalam Repelita IV berpedoman pada
pengembangan serangkaian sikap dan perilaku sebagai berikut :
1. Pengembangan Sikap dan Perilaku Keteladanan.

Generasi muda diarahkan untuk meneruskan cita-cita per-


juangan bangsa, maka pembinaan dan pengembangan generasi muda
harus memiliki ciri-ciri ing ngarso sung tulodo (di depan
memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membina
kemauan ), tut wuri handayani (di belakang mengikuti, membim-
bing, dan mengarahkan).

593
2. Pengembangan Sikap dan Perilaku Kepeloporan.

Di kalangan generasi muda perlu ditumbuhkan, digerakkan


dan digalakkan sikap dan perilaku kepeloporan untuk tampil ke
depan melalui prakarsa dan usaha-usaha nyata dalam turut ser-
ta mengadakan pembaharuan mendukung kegiatan pembangunan na-
sional

3. Pengembangan Sikap dan Perilaku Bertanggungjawab


serta Rasa Memiliki.

Generasi muda sebagai pewaris dan penerus cita-cita per-


juangan bangsa diarahkan untuk dapat menumbuhkan dan memper-
tebal rasa bertanggungjawab atas hasil-hasil perjuangan bangsa
yang telah dilakukan oleh para pendahulu serta rasa memiliki
hasil perjuangan tersebut sebagai milik mereka yang perlu di-
pelihara, dipertahankan, dikembangkan dan dilestarikan.

4. Pengembangan Sikap dan Perilaku Menjunjung


Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Usaha mencapai cita-cita dan aspirasi-aspirasi generasi


muda harus merupakan usaha bersama-sama dari seluruh rakyat
yang dilakukan secara gotong royong dan dijiwai oleh semangat
kekeluargaan. Usaha ini dilaksanakan secara silih asih (sa-
ling mengasihi), silih asah (saling mencerdaskan), dan silih
asuh (saling membimbing).

5. Pengembangan Sikap dan Perilaku serta Kemampuan


untuk Mandiri.

Seluruh usaha pembinaan generasi muda mengandung unsur-


unsur yang dapat menumbuhkan, membantu, dan mengembangkan ke-

594
mauan dan kemampuan generasi muda untuk membina serta mengem-
bangkan dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengembangan ini hendaknya tetap dapat dipelihara
sifat dan watak kemandirian yang akan melahirkan dinami-
ka dan kreativitas. Pembinaan dan pengembangan tersebut di-
laksanakan secara selaras dan terpadu dengan berbagai bidang
pembangunan lainnya.

6. Pengembangan Sikap dan Perilaku yang Bermanfaat bagi


Masyarakat dan Bangsa.

Pembinaan generasi muda harus dapat bermanfaat sebesar-


besarnya bagi seseorang, wadah-wadah organisasi, masyarakat
maupun lingkungan. Unsur-unsur generasi muda tidak hanya ber-
fungsi sebagai obyek, tetapi juga sebagai subyek yang secara
aktif berperanserta dalam berbagai kegiatan sesuai dengan ke-
mampuannya.

7. Pengembangan Sikap dan Perilaku Mewarisi dan Mewaris-


kan.

Generasi muda diarahkan untuk dapat mewarisi nilai-nilai


Pancasila dan nilai-nilai perjuangan dan dapat melestarikan
nilai-nilai tersebut serta dapat mewariskan kepada generasi
muda penerus yang akan datang dalam rangka alih generasi.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Dalam Repelita III, telah nampak dan dirasakan adanya ke-


berhasilan pelaksanaan program generasi muda ini. Hal ini an-
tara lain tampak dengan tumbuh dan berkembangnya sikap dan
perilaku di kalangan generasi muda akan eksistensi dan peran-
an mereka sebagai angkatan yang memikul beban dan tanggungja-
595
wab atas kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. De-
ngan makin terciptanya iklim yang sehat di kalangan generasi
muda, maka terlihat adanya perkembangan-perkembangan yang wa-
jar dalam mengembangkan dan menyalurkan kreativitas mereka
secara bertanggungjawab. Sebagian besar dari generasi muda
cukup tanggap atas hasil-hasil pembangunan nasional dan untuk
itu kesempatan agar peranserta yang diharapkan dari generasi
muda perlu ditingkatkan. Dalam hubungan ini pengembangan wa-
dah-wadah penyaluran aspirasi generasi muda melalui Organisa-
si Siswa Intra Sekolah dan Mahasiswa di lingkungan Perguruan
Tinggi, Organisasi Fungsional Pemuda seperti Komite Nasional
Pemuda Indonesia (KNPI), Gerakan Pramuka, Karang Taruna, orga-
nisasi olahraga dan lain-lain, makin meningkat dan telah
berfungsi dengan baik. Di samping itu telah mulai tersedia
prasarana dan saran bagi pengembangan generasi muda sehingga
memungkinkan adanya peningkatan-peningkatan usaha khususnya
yang dikembangkan oleh para pemuda itu sendiri.

Dalam rangka pembinaan latihan kepemimpinan dan keteram-


pilan telah dihasilkan pola latihan kepemimpinan dan ketram-
pilan yang disusun secara terpadu menuju kepada pembakuan
latihan-latihan. Berdasarkan pola itu telah dihasilkan pula
rancangan kurikulum, baik bagi latihan kepemimpinan maupun
ketrampilan kejuruan. Pola kurikulum latihan tersebut diatas
telah mulai dilaksanakan antara lain pada Pusat Pengembangan
Sumber Daya Pemuda di Cibubur, pada Balai Latihan Ketrampilan
Pemuda di Solok dan Pandeglang, dan pada Pusat Latihan Pe-
rintis Pembangunan Regional Pemuda/Pramuka di Rajabalasama
(Lampung). Usaha lainnya yang telah dirintis ialah latihan-
latihan kewiraswastaan, koperasi, dan latihan ketrampilan di
bidang kelautan.

596
Usaha pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi telah
dikaitkan dengan pembinaan kepemimpinan kepemudaan dalam ben-
tuk yang mendasar dan bersifat menyeluruh melalui peristiwa
nasional, misalnya dalam Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indo-
nesia (POPSI) dan Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI). Dalam
rangka peningkatan dan perluasan peranserta pemuda dalam
pembangunan telah diletakkan perintisan dan kepeloporan pe-
muda dalam pembangunan koperasi di kalangan pemuda serta satuan
tugas nasional kepemudaan sebagai wujud dari keperansertaan
pemuda dalam pembangunan nasional.

Dalam rangka pembinaan patriotisme dan idealisme telah


disusun naskah "Sejarah Pergerakan Pemuda" sebagai salah satu
media pembinaan. Disamping itu telah dilaksanakan pertukaran
pemuda baik dalam maupun luar negeri. Demikian pula, telah
dikembangkan pembinaan penghayatan terhadap arti Sumpah Pemu-
da dan Pancasila. Dalam rangka menanamkan rasa berbangsa dan
bernegara kepada para pemuda telah diadakan latihan/penataran
P-4 serta keikutsertaan dalam pendidikan politik. Pengembang-
an kepribadian dan budi pekerti luhur telah diusahakan mela-
lui berbagai kegiatan antara lain, dengan jalan mengembangkan
komunikasi dan dialog dengan dan antar organisasi pemuda. Se-
jalan dengan itu pula, telah diusahakan iklim yang sehat guna
meningkatkan kreativitas generasi muda agar berkembang secara
wajar dan penuh tanggung jawab. Kondisi ini disertai pula de-
ngan usaha terbatas dalam memberikan bantuan sarana dan fasi-
litas sehingga memungkinkan adanya pengembangan wadah dan
fungsi pembinaan generasi muda.

Selanjutnya telah pula dilaksanakan berbagai usaha pembi-


naan generasi muda di berbagai bidang pembangunan antara lain
di bidang agama, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan,

597
kebudayaan, hukum, perdagangan, pertanian, perindustrian, ke-
tenagakerjaan, koperasi, transmigrasi dan lain sebagainya.
Masalah-masalah generasi muda di dalam Repelita IV adalah
sebagai berikut:

1. Angka partisipasi angkatan kerja di kalangan generasi mu-


da masih perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan
produktivitas nasional sehingga dapat lebih memantapkan
stabilitas, politik, sosial, budaya, pertahanan dan kea-
manan.
2. Masih perlu lebih diserasikan lapangan kerja yang tersedia
dengan sistem pendidikan dalam rangka meningkatkan parti-
sipasi generasi muda dalam pembangunan.

3. Perlunya pemeliharaan dan peningkatan citra idealisme,


patriotisme, nasionalisme dan daya kreasi di kalangan ge-
nerasi muda melalui peningkatan dan perluasan interaksi
dan komunikasi antar organisasi pemuda, terutama di dalam
negeri.
4. Perlunya mengembangkan secara terus menerus jiwa kepelo-
poran dan kewiraswastaan sebagai tantangan atas masalah
sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh generasi muda.

5. Perlu pula lebih ditingkatkan minat dan kemampuan genera-


si muda dalam ilmu dan teknologi di samping menanggulangi
pengaruh-pengaruh kebudayaan asing yang membawa dampak
negatif terhadap pertumbuhan generasi muda.

6. Perlunya penanggulangan penyalahgunaan obat-obat terlarang


dan narkotika dikalangan generasi muda.

7. Perlunya usaha pemanfaatan sarana dan prasarana pembinaan


yang lebih disesuaikan dengan perkembangan wadah - wadah

598
pembinaan dan pengembangan generasi muda agar usaha pem-
binaannya dapat ditingkatkan lebih teratur dan terarah.

8. Perlunya pemantapan keterpaduan, baik di tingkat pusat


maupun daerah, dalam usaha pembinaan dan pengembangan ge-
nerasi muda secara lintas sektoral yang mencakup antara
lain bidang agama, pendidikan dan kebudayaan, pertanian,
perindustrian, tenaga kerja, transmigrasi, perdagangan,
koperasi, sosial, hukum dan kesehatan.

I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Berlandaskan pada GBHN maka kebijaksanaan dan langkah-


langkah yang ditempuh dalam Repelita IV dalam pembinaan
generasi muda diarahkan sebagai berikut :

1. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


2. Menanamkan dan menumbuhkan kesadaran berbangsa dan berne-
gara.
3. Mempertebal idealisme dan semangat patriotisme serta har-
ga diri.
4. Memperkokoh kepribadian dan disiplin serta mempertinggi
budi pekerti luhur.
5. Memupuk kesegaran jasmani dan daya kreasi.
6. Mengembangkan kepemimpinan, ilmu dan ketrampilan
serta kepeloporan.
7. Mendorong dan mengembangkan peranserta pemuda dalam kehi-
dupan berbangsa dan bernegara di dalam pelaksanaan pemba-
ngunan.

8. Mengembangkan wadah-wadah pembinaan generasi muda.


9. Menciptakan suasana yang sehat agar kreativitas dan tang-
gungjawab generasi muda semakin berkembang.

599
10. Mengusahakan bertambahnya fasilitas dan sarana bagi
pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut di atas meli-


puti usaha-usaha mendorong dan mengarahkan generasi muda agar
menjadi kader-kader pembangunan dalam berbagai bidang pemba-
ngunan ekonomi, sosial-budaya, agama, politik dan pertahanan
keamanan.

Untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan generasi


muda yang didasarkan atas penggarisan yang telah ditetapkan
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, serta kebijaksanaan
dan langkah-langkah yang telah dirumuskan tersebut di atas,
disusun program pembinaan dan pengembangan generasi muda se-
bagai dasar langkah-langkah yang akan dilaksanakan. Keselu-
ruhan program tersebut bersifat lintas sektoral dan dilaksa-
nakan secara terintegrasi dalam berbagai bidang pembangunan
sesuai dengan lingkup pengelolaan utama berbagai instansi
yang bersangkutan. Dengan demikian maka langkah-langkah
dan kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan generasi muda
akan menunjang tujuan-tujuan pokok berbagai bidang pembangun-
an dan sekaligus pula mewujudkan tujuan utama dari program
pembinaan dan pengembangan generasi muda secara menyeluruh
dan terpadu.
IV. PROGRAM-PROGRAM

Secara khusus, kegiatan pembinaan dan pengembangan gene-


rasi muda dalam Repelita IV dalam berbagai bidang pembangunan
dituangkan dalam program lintas sektoral dan terpadu sebagai
berikut :

600
1. Di dalam bidang kesejahteraan sosial, pembinaan dan pe-
ngembangan Karang Taruna sebagai organisasi sosial masya-
rakat diarahkan kepada generasi muda baik di pedesaan
maupun di kota agar dapat menghimpun dan mengarahkan pe-
ranserta generasi muda dalam pembangunan, antara lain
berperan dalam pencegahan kenakalan remaja, penyalahguna-
an narkotika, dan penanggulangan masalah-masalah sosial
remaja/pemuda di lingkungannya seperti kegiatan pembauran
bangsa serta mempersiapkan generasi muda sebagai kader
penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Oleh
karena itu, akan diusahakan terus bertambah tumbuhnya
Karang Taruna. Untuk keperluan itu akan dilaksanakan latihan
bagi pembina, calon pengurus, dan pengurus Karang
Taruna, bimbingan forum komunikasi Karang Taruna, musya-
warah antar Pembina/Pengurus, studi perbandingan, serta
pengadaan paket penumbuhan dan pengembangan Karang Taruna
di seluruh Indonesia.
2. Dalam bidang agama pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa akan dikembangkan melalui paket-paket pem-
binaan keagamaan dan kehidupan beragama. Paket-paket itu
dijadikan bahan bagi segenap kegiatan pembinaan dan pe-
ngembangan generasi muda yang dilaksanakan oleh berbagai
pihak.

3. Dalam bidang pertanian pembinaan terhadap taruna tani dan


nelayan sebagai kader pembangunan di bidang pertanian
akan lebih ditingkatkan. Kader-kader ini diharapkan dapat
menggerakkan taruna tani dan nelayan untuk berperanserta
dalam pembangunan pertanian. Untuk mencapai sasaran itu
akan diadakan latihan bagi petugas, kursus kader bagi ta-
runa tani dan nelayan, penyelenggara aneka usaha tani,

601
pengembangan pola magang, lomba karya, diskusi dan temu
keterampilan.

4. Dalam bidang kesehatan akan dilakukan usaha untuk mewu-


judkan generasi muda yang sehat melalui upaya penyeleng-
garaan:

a. pelayanan/konsultasi remaja yang diadakan di ibu kota


kabupaten/kotamadya;

b. pelayanan/konsultasi kesegaran jasmani di ibu kota


propinsi;

c. upaya pencegahan penyalahgunaan dan kesalahgunaan


obat, narkotika, dan minuman keras, terutama di kota-
kota besar dan pusat pariwisata. Di samping itu, dalam
rangka menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi rema-
ja dalam pembangunan kesehatan, dikembangkan program
latihan bagi calon-calon kader kesehatan, baik di se-
kolah maupun di luar sekolah.

5. Dalam bidang hukum akan dilakukan usaha pembinaan kesa-


daran hukum di kalangan generasi muda. Dalam Repelita IV
akan dikembangkan paket-paket penyuluhan hukum untuk ke-
pentingan semua pihak yang melaksanakan pembinaan genera-
si muda itu melalui pendidikan, latihan, ceramah, kuliah,
dan sebagainya. Disamping itu akan diselenggarakan pula
kegiatan di bidang pemasyarakatan dan pengentasan anak/-
remaja di dalam maupun di luar lembaga pemasyarakatan de-
ngan pendidikan sekolah, pendidikan keagamaan, pendidikan
keterampilan bertani, keterampilan berternak, kepramukaan,
kewiraswastaan, serta usaha-usaha yang bersifat pembinaan
mental.

602
6. Di bidang transmigrasi pembinaan dan pengembangan genera-
si muda di daerah transmigrasi dilakukan dengan melatih
kader-kader generasi muda dengan pembentukan kepemimpinan
pemuda dan beragam jenis keterampilan yang sesuai dengan
bakat, situasi, dan potensi alam yang ada, agar mereka
diarahkan kepada pembentukan usaha-usaha yang ekonomis
produktif (wirausaha). Usaha ini dilakukan untuk menun-
jang perkembangan pemukiman di daerah transmigrasi.

7. Di bidang koperasi akan dikembangkan usaha pembinaan ge-


nerasi muda yang ditujukan membina jiwa wirausaha melalui
pendidikan koperasi dengan jalan meningkatkan mutu kete-
nagaan dan pengelolaan. Program ini dilaksanakan melalui
latihan pengurus/manajer/koperasi/KUD yang terdiri dari
pemuda terampil/anggota program Kejar Usaha, mahasiswa
dan generasi muda koperasi.

8. Di bidang ketenagakerjaan, dalam rangka usaha meningkat-


kan keterampilan para pemuda di pelbagai bidang kejuruan
dan untuk mendayagunakan kemampuan yang dimilikinya, ke-
pada generasi muda yang belum bekerja atau berpendapatan
rendah (di luar Jawa dan Bali), dilaksanakan alih kete-
rampilan dan pemberian latihan kepemimpinan serta kewi-
raswastaan. Untuk keperluan itu dalam Repelita IV akan
dilatih tenaga kerja usia muda. Sejalan dengan itu dise-
lenggarakan pula latihan bagi para pelatih dan sarana/fa-
silitas pendukung lainnya ditingkatkan. Di samping itu,
dalam rangka pembinaan dan perlindungan ketenagakerjaan,
diadakan penyuluhan mengenai hubungan perburuhan Pancasi-
la bagi pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang akan memasuki
pasaran kerja.

603
9. Di bidang perindustrian akan diselenggarakan latihan-la-
tihan kelompok pemuda di bidang industri agar dihasilkan
lulusan yang bermutu, siap berwiraswasta, dan mampu mem-
buka lapangan kerja atau mendapat pekerjaan. Untuk mendu-
kung keberhasilan latihan ini akan diadakan peningkatan
pengelolaan serta peningkatan mutu latihan dan bekerja
sama dengan Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil
(BIPIK), Balai Latihan Kerja dan Industri (BLKI), Kamar
Dagang dan Industri (KADIN). Di samping itu, diadakan
pula kegiatan motivasi kewiraswastaan dan widya wisata.
10. Di bidang perdagangan akan dilakukan pembinaan kepada pe-
ngusaha-pengusaha muda, dalam upaya meningkatkan kemampu-
an dan peranserta golongan ekonomi lemah dan calon pe-
ngusaha yang bergerak di bidang perdagangan. Untuk keper-
luan itu akan dilaksanakan kegiatan penataran dan penyu-
luhan. Selanjutnya, untuk mempercepat proses peranserta
dari para pengusaha muda itu akan dibentuk kelompok-ke-
lompok usaha bersama dengan bantuan fasilitas, yaitu be-
rupa tempat usaha yang layak dan bantuan modal melalui
koperasi.
11. Bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai inti dari pembi-
naan dan pengembangan generasi muda diarahkan pada usaha
mewujudkan kesadaran akan kewajiban warganegara usia muda
sebagai kader penerus perjuangan bangsa untuk mengisi
pembangunan nasional. Pendidikan generasi muda merupakan
usaha nyata yang menjembatani pelaksanaan program pemba-
ngunan dengan aspirasi generasi muda. Sesuai dengan kebi -
jaksanaan di atas, yang menjadi jangkauan pembinaan dan
pengembangan generasi muda adalah warga masyarakat di da-
lam dan di luar sekolah dengan prioritas usia 15 – 30 ta-

604
hun. Dalam pelaksanaannya program generasi muda akan di-
tangani oleh masing-masing instansi yang bersangkutan
melalui berbagai bentuk pembinaan dan pengembangan, yaitu
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, disiplin nasional,
rasa persatuan, rasa tanggung jawab, kepemimpinan dan ke-
terampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, jiwa pa-
triotisme dan idealisme; kesadaran berbangsa dan bernega-
ra; kepribadian dan budi pekerti luhur, partisipasi dalam
pembangunan, wadah kegiatan generasi muda termasuk kepra-
mukaan, serta pengendalian operasional kebijaksanaan na-
sional generasi muda. Dalam hubungan ini pendidikan Pan-
casila melalui Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca-
sila, Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa akan makin dimantapkan, di samping usaha
mewujudkan suatu lingkungan dan sistem pendidikan genera-
si muda yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidik-
an nasional.

Dalam Repelita IV ini, melalui latihan kepemimpinan


dan keterampilan pemuda serta pembinaan aktivitas genera-
si muda akan dibina pemuda yang berusia 15 - 30 tahun,
dan pramuka melalui gerakan pramuka. Di samping itu, usa-
ha pembinaan dan pengembangan pertukaran pemuda dan pem-
binaan organisasi fungsional pemuda akan makin ditingkat-
kan.

Bersamaan dengan usaha itu akan ditingkatkan pengadaan


sarana dan prasarana. Dalam Repelita IV akan didorong dan
dibantu pembangunan gedung Cadika Pramuka dan gelanggang
pemuda. Untuk itu akan dilaksanakan pengadaan buku pedom-
an, paket peralatan untuk Cadika, paket peralatan latihan
untuk berbagai-kegiatan kepemudaan di daerah, serta sarana

605
penunjang pelaksanaan tugas lapangan bagi penilik di
tingkat kecamatan. Usaha untuk mencukupi jumlah dan mutu
tenaga teknis dan pembinaan generasi muda akan dilaksana-
kan melalui pendidikan dan latihan. Dalam Repelita IV
akan dididik dan dilatih tenaga teknis dan tenaga pembina
dan pelatih kepramukaan.

12. Di samping bidang-bidang tersebut di atas, pembinaan dan


pengembangan generasi muda dilaksanakan pula di bidang
kepariwisataan, lingkungan hidup, keluarga berencana, ke-
baharian/kelautan, dan lain sebagainya.

606
TABEL 20 - 5

PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,


1984/85 - 1988/89
(dalam jutaan rupiah)

PENDIDIKAN DAN GENERASI MUDA

1984/85 1984/85-1988/89
No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran (Anggaran
Pembangunan) Pembangunan)

09 SEKTOR PENDIDIKAN, GENERASI MUDA, KEBUDAYAAN


NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN
YANG MAHA ESA 1.501.929,0 11.539.537,5

09.1 Sub Sektor Pendidikan Umum dan Generasi Muda 1.354.879,0 10.447.517,3
---------------------------------------------- ----------- ------------ —
09.1.01 -- -------
Program Pembinaan --- ---
Pendidikan dasar 636.663,2 3.842.362,5

09.1.02 Program Pembinaan Pendidikan Lanjutan Tingkat


Pertama 187.520,0 1.822.590,5

09.1.03 Program Pembinaan Pendidikan Lanjutan Tingkat


Atas 188.693,1 2.125.800,0

09.1.04 Program Pembinaan Pendidikan Tinggi 259.563,4 2.166.735,7

09.1.05 Program Pembinaan Bakat Dan Prestasi 2.500,0 27.400,0

09.1.06 Program Peningkatan Pendidikan Masyarakat 54.700,1 287.400,1

09.1.07 Program Generasi Muda 11.301,0 80.399,6

09.1.08 Program Keolahragaan 8.000,0 59.200,7

09.1.09 Program Pengembangan Sistem Pendidikan 5.938,2 35.628,2

09.2 Sub Sektor Pendidikan Kedinasan 99.460,0 743.319,6


- - - - - - - - - - - - - - - -------— ----------
09.2.01 Program Pendidikan Pertanian dan Pengairan 31.738,0 241.210,3

09.2.02 Program Pendidikan Industri 3.330,0 22.644,0

09.2.03 Program Pendidikan Pertambangan dan Energi 3.500,1 23.800,6

607
PENDIDIKAN DAN GENERASI MUDA

1984/85 1984/85-1988/89
No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran (Anggaran
Pembangunan) Pembangunan)

09.2.04 Program Pendidikan Perhubungan dan Pariwisata 6.272,1 50.176,5


09.2.05 Program Pendidikan Perdagangan dan Koperasi 1.350,0 9.720,7
09.2.06 Program Pendidikan Tenaga Kerja dan Trans-
migrasi 3.875,0 28.675,0
09.2.07 Program Pendidikan Generasi Muda, Kebudayaan
Nasional dan Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa 4.506,2 31.092,7
09.2.08 Program Pendidikan Kesehatan, Kesejahteraan
S o s i a l , Peranan Wanita, Kependudukan
dan Keluarga Berencana 18.661,3 134.282,6
09.2.09 Program Pendidikan Hukum 2.300,0 16.330,5

09.2.10 Program Pendidikan Penerangan, Pers dan


Komunikasi Sosial 3.092,0 16.368,1
09.2.11 Program Pendidikan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian 973,0 10.120,2
09.2.12 Program Pendidikan Aparatur Pemerintah 19.862,3 158.898,4

608

Anda mungkin juga menyukai