Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

RHINOFARINGITIS
Dhana Rosy Astika, S.Ked
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang
dr. Regina Maya Manubulu, Sp.A , M.Kes

PENDAHULUAN
Rhinofaringitis akut atau biasa dikenal sebagai coryza akut, atau common cold
merupakan penyakit menular virus maupun bakteri dari sistem pernapasan bagian atas yang
mempengaruhi terutama pada bagian hidung. Rhinofaringitis akut biasa ditandai dengan
batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan demam yang biasanya selesai dalam tujuh sampai
sepuluh hari, dengan beberapa gejala yang berlangsung sampai tiga minggu. (1,3)

Common cold atau salesma merupakan infeksi primer di nasofaring dan hidung yang
sering dijumpai pada bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan
common cold untuk orang dewasa oleh karena manisfetasi klinis penyakit ini pada orang
dewasa dan anak berlainan. Pada anak infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal,
telinga tengah di samping nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi
mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi (2,3)

Kerentanan terhadap agen yang menyebabkan rhinofaringitis akut bersifat universal,


tetapi kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama pada waktu ke waktu. Menurut
kementrian kesehatan Indonesia tahun 2013, setiap tahunnya + 40 juta orang mengunjungi
pusat pelayanan kesehatan karana rhinofaringitis dan sejenisnya. Anak-anak dan orang
dewasa umumnya mengalami 3-5x infeksi virus pada saluran pernapasan atas termasuk
rhinofaringitis. (2,3)

Frekuensi munculnya rhinofaringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira


15−30% kasus rhinofaringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada
orang dewasa. Biasanya terjadi pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari tiga tahun.(1,2)

Rhinofaringitis merupakan peradangan yang disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri


(5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Faktor risiko lain penyebab rhinofaringitis akut

1
yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok dan
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam(1, 4,5)

Prognosis dari rhinofaringitis baik jika tandan dan gejala segera di tangani dengan
terapi yang tepat. Rhinofaringitis juga dapat dicegah dengan menghindari factor risiko yang
ada.

ETIOLOGI (2,5,9)
Rhinofaringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.

- Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza, Coxsackievirus, Epstein –Barr virus,


Herpes virus.
- Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia, Corynebacterium
diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae.

- Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita imunokompromis yaitu mereka
dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang merangsang sering merupakan faktor pencetus
atau yang memperberat .(3,4)

2
Patogenesis(2,8,9)

mikroorganisme Masuk melalui Serang mukosa Mikroorganisme


patogen masuk hidung hidung patogen serang
nasofaring

Gerakan silia
mendorong mukosa Inflamasi pada hidung
ke posterior
(nasofaring)

Edema
Inflamasi pada mukosa
nasofaring
Rangsang
reseptor batuk di
hidung : n.
trigeminal
Adenoid Rangsang
membesar reseptor batuk : n. demam Sekresi
glossofaringeus mukus

Hidung
tersumbat
Nyeri pilek
tengorokan

batuk

3
Mikroorganisme atau patogen masuk melalui hidung, pathogen tersebut akan
menyerang mukosa hidung dan pathogen yang sama juga akan menyerang nasofarang.
Patogen tersebut yang masuk melalui hidung akan meninduksi gerakan silia sehingga
mendorong mukosa ke posterior (nasofaring), akibat hal ini terjadi inflamasi pada daerah
nasofaring yang mengakibatkan adenoid membesar, merangsang reflex batuk (N.
glossofaringeus), akan terjadi demam dan hipersekresi mucus. Adenoid yang membesar akan
mengakibatkan nyeri pada daerah tenggorokan dan batuk. Sedangkan akibat dari sekresi
mucus yang berlebihan ini ialah akan terjadi pilek.

Patogen yang masuk dan menyerang nasofaring tadi akan memicu inflamasi atau
peradangan pada hidung, peradangan ini menyebabkan demam, sekresi mucus, merangsang
refleks batuk dihidung (N. trigeminus) dan menyebabkan edema mukosa, edema mukosa ini
yang akan menyebabkan hidung tersumbat.

infeksi virus:

Virus masuk melalui bagian depan hidung kemudian berikatan dengan reseptor (ICAM 1)
yang terdapat pada sel di nasal dan adenoid yang terdapat di dalam rongga nasofaring.

4
Setelah virus berikatan dengan reseptornya, virus masuk ke dalam sel yang akan diserang
dan mendudukinya. virus akan bereplikasi dalam sel yang terinfeksi dan akan melepaskan
virus virus baru sedangkan sel yang terinfeksi akan mati(2,9).

Dengan jumlah virus yang sedikit saja,kira – kira 1 – 30 partikel virus bisa
menyebabkan infeksi. Virus membutuhkan waktu 8 - 12 jam untuk berplikasi dan
membentuk virus baru,. Inilah yang disebut periode inkubasi. Sedangkan untuk menimbulkan
gejala membutuhkan waktu kira – kira 36 – 72 jam.(2, 4,6)

FAKTOR RISIKO

a) Usia. Bayi dan anak-anak prasekolah sangat rentan terhadap common cold karena
mereka belum mengembangkan kekebalan terhadap sebagian besar virus. Namun
sistem kekebalan tubuh belum menghasilkan adalah bukan satu-satunya yang
membuat anak-anak rentan. Namun sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna
bukan satu-satunya alasan. Anak-anak sering menghabiskan waktu dengan anak-anak
lain dan tidak berhati-hati mencuci tangan dan juga menutup mulut dan hidung saat
batuk dan bersin. (2)
b) Imunitas. Seiring penambahan usia, semakin bagus kekebalan terhadap virus. Namun
disaat imunitas yang menurun mudah sekali untuk mendapatkan penyakit ini. (7)
c) Waktu tahun. Biasa terjadi pada musim dingin(4)

GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda yang ditimbulkan tergantung pada mikroorganisme yang
menginfeksi. Gejala Rhinofaringitis Akut meliputi gejala peradangan pada faring ( faringitis)
dan hidung. Secara garis besar Rhinofaringitis Akut menunjukkan tanda dan gejala-gejala
seperti, nyeri tenggorokan, batuk, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum
molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan
bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan
leukosit bila bakteri penyebabnya, selain ditemukan gejala pada faring, dapat pula ditemukan
gejala yang berkaitan dengan hidung, seperti hidung tersumbat dan pilek. Selain itu juga
dapat ditemukan gejala seperti bersin, nafsu makan berkurang, myalgia, sakit kepala. Demam

5
juga dapat terjadi pada pasien dengan Rhinofaringitis Akut, terutama pada bayi atau anak –
anak. (2,7,9)

Tabel perbedaan antara faringitis karena virus dan bakteri :

Virus Bakteri
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai
meningkat sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan ringan sampai sedang pada
membesar kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif
negative untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
bakteri

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis Rhinofaringitis Akut dapat dimulai dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang cermat seperti pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi
tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada Rhinofaringitis Akut dapat dijumpai
faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar
getah bening di leher(2,9).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan diagnose
antara lain yaitu : (2)
- pemeriksaan darah lengkap
- Apusan Tenggorok
Namun pada umumnya peran diagnostic pada laboratorium dan radiologi tidak
diperlukan. Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama 10
hari atau dengan demam > 37,8 ◦ C. Rhinofaringitis sendiri dapat ditegakkan dengan gejala
klinis serta pemeriksaan fisik saja.

6
PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa (2,9)
- Minum banyak cairan untuk membantu mengencerkan dahak selain itu Minum
air akan mencegah dehidrasi dan menjaga tenggorokan lembab. Beberapa
dokter merekomendasikan bahwa orang dengan pilek harus minum setidaknya
delapan sampai 10 gelas air setiap hari.
- Tirah baring
b. Medikamentosa (2,9)
Rhinofaringitis Akut biasanya adalah self limiting disease sehingga pengobatan
yang dilakukan adalah pengobatan secara simtomatk saja.
- Antibiotik tidak diperlukan apabila penyebabnya adalah virus. Jika diduga
penyebabnya adalah streptococcus group A diberikan antibiotik yaitu
Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau amoksisilin
50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari.

- Untuk demam, nyeri tenggorok dan nyeri badan : menggunakan obat – obat
analgesik seperti acetaminofen, ibuprofen, atau naproxen. Acetaminofen atau
paracetamol bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin. Ibuprofen
dan naproxen adalah jenis obat NSAID ( non steroid anti inflamatory drugs)
Ibuprofen bekerja dengan cara menghentikan Enzim Sikloosigenase yang
berimbas pada terhambatnya sintesis prostaglandin sebagai mediator
inflamasi. Aktivitas antipiretik (penurun panas) bekerja di hipotalamus dengan
meningkatkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah). Jangan memberikan
aspirin pada anak – anak karena dapat menimbulkan reye’s syndrome.

- Batuk : menggunakan obat expectoran atau mukolitik

- Hidung tersumbat : bisa menggunakan decongestan. Decongestan adalah alfa


agonis yang bekerja dengan menyebabkan vasokontriksi sehingga menurukan
volume mukosa dan bisa mengurangi hidung tersumbat.

 Decongestan sistemik : efedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin

 Decongestan oral : oxymetazolin, xylometazolin yang merupakan


derivat imidazolin. Karena efeknya dapat menyebabkan depresi
susunan saraf pusat bila banyak terabsorbsi terutama pada bayi dan

7
anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-anak.
Jika digunakan berlebihan bisa bisa menyebabkan rinitis
medikamentosa.(2,9)

PENCEGAHAN (2,8)
Upaya pencegah penyakit rhinofaringitis harus dilakukan oleh kedua belak pihak,
baik dari pihak penderita maupun komunitas sosialnya. Adapun dari pihak penderita
bisa melaukan isolasi diri agar mengurangi penyebaran virus yang ada pada orang
lain, selain itu konsumsi gamma globulin atau vitamin C dosis tinggi (2000 mg)
ataupun sumber-sumber vitamin C dapat membantu mengurangi penyebaran
rhinofaringitis dengan cara meminimalisir virus yang dikeluarkan oleh penderita.
Perlu diperhatikan juga adalah imunitas host, prinsip yang paling penting dari host
adalah menghambat rantai penularan penyakit tersebut yang dapat dilakukan dengan
dekontaminasi dan prinsip hidup sehat.
Pencegahan rhinofaringitis juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin
influenza. Menurut WHO, vaksin influenza aman dan efektif untuk digunakan.
Vaksinasi influenza dapat dilakukan tahunan, terutama pada kelompok risiko tinggi,
misalnya anak usia 6-59 bulan, geriatri, individu yang memiliki penyakit kronik, dan
pekerja medis.
Salah satu prinsip pencegahan penyebaran penyakit yang dilakukan oleh
penderita selesma yaitu dengan memperhatikan etika bersin dan batuk yang benar.
Berikut adalah hal-hal perlu diperlukan yaitu :
1. Lengan baju
2. Tissue
3. Sabun dan air
4. Gel pembersih tangan
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut
anda dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap
kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah.
Langkah 3

8
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil
kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel
pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker
Selain itu juga perlu dipertimbangkan tips & Peringatan dibawah ini :
1. Ajarkan anak-anak cara yang tepat untuk batuk dan bersin untuk membantu
mengurangi penyebaran penyakit di udara.
2. Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk membantu
mengurangi penyebaran penyakit udara di seluruh dunia.
3. Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali dan diikuti segera
dengan mencuci tangan dan membuang tissue pada tempat sampah.

KOMPLIKASI (2,8,9)

 Sinusitis paranasal
Gejala umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan tekan biasanya di
daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronis dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang
disertai dengan sumbatan hidung dan nyeri kepala yang hilang timbul, bersin yang
terus-menerus disertai skret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Komplikasi
sinus harus dipikirkan apabila di dapat pernapasan melalui mulut menetap dan
rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang tetap. Pengobatan dengan antibiotika.
 Dapat terjadi penutupan tuba Eustachii dengan gejala tuli atau infeksi menembus
lansung kedaerah telingah tengah yang menyebabkan otitis media akut (OMA).
Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badab yang mendadak
tinggi (hiperpireksia), kadang-kadang menyebabkan demam dan disertai gejala
muntah dan diare.
 Penyebaran infeksi nasofaring kebawah dapat menyebabkan saluran nafas bagian
bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan broncopneumonia.(2,8,9)

PROGNOSIS(2)
Umumnya prognosis adalah baik. Pasien dengan Rhinofaringitis Akut biasanya
sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

9
Rhinofaringitis akibat virus umumnya bersifat self limited dan jarang menimbulkan
komplikasi. Durasi penyakit umumnya berkisar satu minggu. Pada anak-anak bisa
lebih lama, hingga 2 minggu. Pada infeksi faringitis akibat EBV, limfadenopati dan
splenomegali dapat mengalami perbaikan dalam waktu sekitar sebulan.
Angka morbilitas dan mortalitas dari rhinofaringistis ini sangat rendah dan sangat
jarang terjadi.

KESIMPULAN
Rhinofaringitis akut merupakan penyakit menular virus maupun bakteri
yang biasanya ditandai dengan batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.

Rhinofaringitis Akut tidak berdiri sendiri, namun disebabkan oleh virus,


bakteri, alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Diagnosis dari rhinofaringitis akut akut ini
sendiri diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang tepat dan terarah serta dapat
juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap dan apusan
tenggorok

Rhinofaringitis Akut umunya self limiting disease jika penyebabnya adalah


virus sehingga pengobatan yang dilakukan adalah pengobatan secara simtomatik saja.
Pencegahan untuk RFA sendiri dapat dilakukan dengan menjaga daya tahan tubuh,
vaksin influenza, dan jika sudah terkena RFA dapat diterapkan etika batuk yang
benar. Prognosis rhinofaringitis akut baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff, Hood & H. Abdul Mukty. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press.
2. Rusmarjono, Soepardi ea. Faringitis, Tonsilitis dan Hipertropi adenoid. Dalam
: Soepardi EA, Iskandar N,Bashirudin J,Restuti Dwi R, editor. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung dan tenggorok. Edisi ke 6. Jakarta : FKUI; 2007 . H
223-235
3. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
4. Behrman, Richard E., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 2,
Edisi 15. Jakarta: EGC
5. George L. Adams M.D, Lawrence R. Boies Jr. M.D, Peter A. Higler M.D.
1989. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC
6. Guyton, Arthur, dkk. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
7. Martini, Frederic H. Seiger, Charles. Nath, Judi L. 2008. Fundamentals of
Anatomy & Physiology. San Fransisco: Benjamin-Cummings Publishing
Company.
8. Munir, Delfitri, dkk. 2006. Rhinofaringitis. Departemen Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala leher. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
9. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.

11

Anda mungkin juga menyukai