Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia, karena
suatu peradaban hanya akan tercipta ketika setiap individu masyarakat memiliki
pendidikan yang baik. Melalui lembaga pendidikan kegiatan proses belajar
mengajar berjalan, yang diharapkan mampu menghasilkan individu yang
berkualitas.
Sektor pendidikan yang merupakan kunci perdaban manusia, pada realitanya
di Indonesia belum mampu menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan. Salah satu faktor penyebabnya adalah evaluasi
pendidikan di Indonesia saat ini harus diperbaiki. Dalam melaksanakan evaluasi
hasil belajar dituntut untuk melakukan penilaian dengan baik.
Penilaian adalah “mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk”. Menurut Wayan Nurkancana bahwa penilaian adalah “suatu
tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu”.
Depdiknas, mengemukakan penilaian adalah suatu proses sistematis yang
mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasi
informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan. Dari pendapat di
atas dapat dijelaskan bahwa penilaian adalah suatu tindakan atau proses yang
mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dalam mengambil keputusan
baik dan buruk, untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu.
Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh terhadap peserta
didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang
telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif),
dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian
harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah

1
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).Ketiga
aspek atau ranah tersebut saling terkait dan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan
atau proses evaluasi hasil belajar. Tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu
kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri
peserta didik, yaitu:
a. Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b. Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c. Ranah keterampilan (psychomotor domain)

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penilaian hasil belajar pada ranah kognitif?
2. Bagaimanakah penilaian hasil belajar pada ranah afektif?
3. Bagaimanakah penilaian hasil belajar pada ranah psikomotorik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah penilaian hasil belajar pada ranah
kognitif.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah penilaian hasil belajar pada ranah
afektif.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah penilaian hasil belajar pada ranah
psikomotorik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. RANAH KOGNITIF
1. Pengertian Ranah Kognitif
Kognitif adalah perolehan atau penataan, dan penggunaan pengetahuan
dan sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan. Dan ranah kejiwaan yang berpusat di otak juga berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.

2. Jenjang Ranah Kognitif


Menurut Benjamin S. Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

3. Tipe hasil belajar


a. Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge
dalam taksonomi Bloom...hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman.
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Mesnyusun item tes pengetahuan, tes yang paling banyak dipakai untuk
mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe
benar salah.

3
b. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat
menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar
secara lancar dan jelas. “Menyusun item tes pemahaman, karakteristik soal-soal
pemahaman mudah dikenal misalnya/k mengingkapkam tema, topik, dan masalah
yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya
berbeda."

c. Penerapan (application)
Penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya:
Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang
diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat.

d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu

4
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu
hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang
wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran
Islam.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses
berfikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian
atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang
berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat
lebih tinggi daripada jenjang analisis.
Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik
dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah
diajarkan oleh Islam.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta
didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-
akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak
disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kedisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam
sehari-hari.

5
4. Penilaian Hasil Belajar Kognitif
Penilaian pada ranah kognitif ini selalu diakhiri dengan penilaian baik
dilaksanakan dengan waktu tersendiri maupun termasuk dalam kegiatan
belajar mengajar. Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan
di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau
uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio
dan (8) performans. Konsep dan teknik penilaian yang sesuai untuk menilai
ranah kognitif adalah tes tulis dan tes lisan.
a. Tes tertulis: adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara
tertulis baik berupa pilihan atau isian.
b. Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta didik
dengan penguji dan jawaban diberikan secara lisan. Tes seperti ini
memerlukan daftar pertanyaan dan dokumen penskoran.

B. RANAH AFEKTIF
1. Pengertian Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif adalah
perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan
sikap seseorang memerlukan waktu yang relative lama, demikian juga
pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran
agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru
pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima

6
(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik
suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang
terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori
sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada
hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga
komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan
dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan
dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap
selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan
nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua
kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala
Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun
negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat,
tidak setuju, sangat tidak setuju.

2. Jenis Kategori Ranah Afektif


Terdapat beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.
Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang
kompleks, yang dijelaskan oleh Nana Sudjana, yaitu sebagai berikut:

1) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima


rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus yang datang dari luar
khususnya guru, adanya kontrol, serta seleksi gejala atau rangsangan
dari luar.

7
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan menjawab stimulus yang berasal dari luar
yang datang kepadanya.

3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap


gejala-gejala atau stimulus tadi. Termasuk kesediaan menerima nilai,
latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan
terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi, yakni pengembangan diri ke dalam suatu sistem organisasi,


termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam
organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan
lain-lain.

5) Karakteristik nilai dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua


sistem nilai yang dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan
nilai dan karakteristiknya.

3. Ciri-Ciri Ranah Afektif


Ada 5 ciri-ciri ranah afektif yaitu :
a. Sikap
Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara
positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Objek
sekolah adalah sikap peserta didik terhadap sekolah dan mata pelajaran, ranah
sikap ini penting.

8
b. Minat
minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat dalam dirinya. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya, secara umum minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki intensitas tinggi.
c. Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif lainnya. Target konsep diri biasanya orang bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari
rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir
peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi
konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik
dengan tepat.
d. Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan
atau perilaku, yang diannggap baik dan jelek. Sikap mengacu pada suatu
organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai
mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target juga dapat
berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat
negatif, sedangkan intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung
pada situasi dan nilai yang diacu.
e. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah satu atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain. Perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri,
moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang. yaitu keyakinan

9
akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.

4. Pengukuran Hasil Belajar Afektif


Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah
a. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
d. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami
hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.

Pengukuran ranah afektif berbeda dengan ranah kognitif, di mana dalam


hal ini terdiri dari dua aspek pengukuran yaitu:
a. Pandangan atau pendapat (opinion)
Apabila guru hendak mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan
pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respons yang
melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal
yang relatif sederhana tetapi bukan fakta.

b. Sikap atau nilai (attitude, value)


Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai responsnya
yang melibatkan sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru
meminta dia untuk mempertahankan pendapatnya.

10
C. RANAH PSIKOMOTOR
1. Pengertian Ranah Psikomotor
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor”, “sensory motor
atau perceptual-motor”. Jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja
otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang
termasuk dalam klasifikasi gerak di sini mulai dari gerak yang paling sederhana
yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang telivisi komputer. Secara
mendasar perlu dibedakan antara dua hal yaitu keterampilan (skills) dan
kemampuan (abilities).
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berpengaruh
dampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan
psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik
kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka kecakapan
psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran
serta mentalnya.

2. Penilaian Hasil Belajar Psikomotorik


Penilaian pada ranah psikomotor berdasarkan pengamatan terhadap
performance atau unjuk kerja. Dalam penilaian psikomotor terdiri dari lima
tingkatan, yaitu:
1) Peniruan: terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan, mulai memberi
respon serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol
otor-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan
tidak sempurna.
2) Manipulasi: menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan
suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan
sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku
saja.

11
3) Ketetapan: memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih
tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan
kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi: menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan
membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan: menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling
sedikit mengeluarkan energi fisik maupu psikis. Gerakannya dilakukan
secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi
dalam domain psikomotor.

12
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan, pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran
dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan
dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor
(keterampilan).
Ketiga aspek atau ranah tersebut saling terkait dan tidak dapat dilepaskan
dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Tujuan pendidikan harus
senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a. Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b. Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c. Ranah keterampilan (psychomotor domain)

13

Anda mungkin juga menyukai