PENGENDALIAN PENYAKIT
DEMAM BERDARAH DENGUE
Kasubdit Arbovirosis
workshop on Clinical Management on Dengue”
Bogor, 9-12 Oktober 2019
SISTEMATIKA
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENANGGULANGAN DENGUE
KEBUTUHAN PROGRAM
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
DISTRIBUSI WILAYAH BERISIKO DENGUE
Sumber : Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2021-2020, WHO 2012
WHO OBJECTIVES
*2010 as baseline
KEGIATAN POKOK
1 Surveilans vektor & kasus
9 Monev
KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN DENGUE
Visi
Terwujudnya individu dan masyarakat yang mandiri dalam mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD melalui optimalisasi kegiatan PSN
3M Plus disamping meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
Misi
1. Pengendalian DBD mengedepankan aspek pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta kemitraan multisektor
2. Pengendalian DBD dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
aspek kesehatan lingkungan.
Strategi
1. Pengendalian vektor penular DBD dengan mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat dan peran serta masyarakat dalam PSN 3M Plus
melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
2. Penguatan sistim surveilans untuk deteksi dini, pencegahan & pengendalian kasus serta KLB DBD
3. Penguatan diagnostik dan penatalaksanaan penderita secara adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah kematian
4. Pengembangan dan pemanfaatan vaksin dan teknologi tepat guna lainnya dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD
Tujuan
1. Meningkatkan persentase kabupaten/kota yang mencapai angka kesakitan DBD kurang dari atau sama dengan 49 per 100.000 penduduk
2. Menurunkan angka kematian akibat DBD menjadi kurang dari 1 %.
3. Membatasi penularan DBD dengan mengendalikan populasi vektor sehingga angka bebas jentik (ABJ) di atas atau sama dengan 95%.
STRATEGI
Penguatan
Diagnosis Dini & Gerakan
Tatalaksana 1 Rumah Vaksinasi
Kasus Yang 1 Jumantik
tepat
3 PILAR
PENANGGULANGAN DENGUE
50 TAHUN PENGENDALIAN DBD
2008-2018
1998-2007
Integrasi PSN-Abatisasi Masal
Gerakan 3M memberdayakan PKK, anak sekolah
Abatisasi massal 1988-1997 2014 : Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
Memperkuat Tim Komli DBD (spesialis anak,
1979 : Perluasan Penyuluhan PSN (3M) difokus, penyakitdalam, obsgin), pelatihan tatalaksana
sekolah, Abatisasi Masal, Gerakan PSN di rumah, sesuai panduan WHO
sekolah & TTU. PJB/ 3 bulan utk memantau hasil PSN
dengan indikator ABJ Pelatihan Kader Jumantik di seluruh Indonesia
Gerakan 3 M (Menguras Menutup Mengubur) 2016 : Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)
oleh kader, anak TK SD melalui kegiatan UKS
dg dukungan penuh dr Depdikbud
1978-1987
Program abatisasi massal ,Sosialisasi bersama
klinisi, litbangkes, dinas kesehatan
Membentuk POKJANAL
1995 : dikenalkan istilah PSN
1968-1977
• Perlu dirawat?
• Perlu pemantauan? Rawat Inap Rawat Jalan
• Rawat jalan?
PE Fogging Fokus
Penderita
Lab
Jenis Pemeriksaan Puskesmas RS tipe C RS tipe B RS tipe A BBTKL Balitbangkes Swasta/Mandiri
Darah rutin v v v v - - v
RDT v v v v v - v
Elisa - - - v* v v V*
PCR - - - v* v v V*
BAGAN ALUR PELAPORAN PENYAKIT DENGUE
SITUASI TERKINI
JUMLAH KASUS & KAB/KOTA TERJANGKIT DBD PER TAHUN DI INDONESIA
TAHUN 1968-2018
KASUS KAB/KOTA
250.000 500
463
450
431 436 433 429
204.171
417 412
200.000 400 400
384
KASUS KAB/KOTA TERJANGKIT 374
361 355
350
334 158.115158.912
156.086
326 330
1,97%
10,23% 8,39%
< 1 tahun
1- 4 tahun
5 - 14 tahun
36,20% 15 - 44 tahun
> 44 tahun
43,21%
KEMATIAN DBD TAHUN 2018
0,01%
0,08%
0,15%
< 1 tahun
0,22%
1- 4 tahun
5 - 14 tahun
15 - 44 tahun
0,31%
> 44 tahun
DENGUE VIRUS SEROTYPES IN INDONESIA
UPAYA YANG TELAKSANAKAN
DILAKSANAKAN
KONSEP DASAR PENDEKATAN
TENAGA KESEHATAN 28
CAPASITY BUILDING
1. PENDIDIKAN → KURIKULUM → FAKULTAS KEDOKTERAN
2. PELATIHAN → MODUL → ORGANISASI PROFESI.
→ FAKULTAS KEDOKTERAN
→ ORGANISASI PROFESI + FAKULTAS
KEDOKTERAN.
3. WORKSHOP, REFRESHING,DLL :
→ ORGANISASI PROFESI.
→ FAKULTAS KEDOKTERAN
→ ORGANISASI PROFESI + FAKULTAS
KEDOKTERAN.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Di negara-negara endemik Dengue, pengetahuan tentang demam
berdarah, vektor dan penyakit penularannya harus dimasukkan ke
dalam kurikulum sekolah
• Program pendidikan seharusnya mengembangkan kapasitas triase
yang efektif dan harus meningkatkan pengenalan, manajemen klinis
dan laboratorium diagnosis demam berdarah
• Perawatan kesehatan primer dan sekunder bertanggung jawab atas
keadaan darurat, triase dan pengobatan
• Mengurangi angka kematian akibat demam berdarah diperlukan
proses yang terorganisir sejak awal diagnosis sampai rujukan bila
perlu
Berantas DBD, dimulai saya