Anda di halaman 1dari 26

STEP 1

1. Hiperaktivitas otonomik : aktivitas yang meningkat pada saraf simpatis maupun parasimpatis
2. Cemas : sinyal yang menyadarkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi sumber yang tidak diketahui samar-samar atau
konfliktual.

STEP 2

1. Apa perbedaan panik, takut, dan cemas?


2. Mengapa pasien mengalami berdebar-debar, sesak nafas dan keringat dingin?
3. Mengapa cemas muncul saat mengerjakan skripsi dan bimbingan ?
4. Bagaimana perbedaan cemas normal dan patologis ?
5. Apa tanda dan gejala dari cemas ?
6. Apa saja macam-macam gangguan cemas ?
7. Bagaimana mekanisme yang menimbulkan cemas berlebihan?
8. Mengapa pasien mengalami ketegangan motoric?
9. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi cemas ?
10. Bagaimana alur diagnosis dari scenario?
11. Bagaimana pencegahan rasa cemas ?
12. Apa terapi farmaklogi dan psikososialnya ?
STEP 3

1. Apa perbedaan panik, takut, dan cemas?


Panik: pikiran negative yang berlebihan terhadap satu gejala tubuh. Co : seseorang nyeri dada ,
orang tersebut berpikir bahwa dia sakit jantung
Takut : bentuk konkrit yang memiliki latar belakang yang jelas dan diekspresikan dalam kata-
kata maupun tingkah laku.
Cemas :sesuatu yang tidak jelas, bersifat panjang dan meluas dan tidak berkaitan terhadap
suatu ancaman.

Perbedaan Cemas Takut Panik


Halusinasi - - v
Waham - - v
Keinginan bunuh diri - - v
Objek Belum bertemu, Tidak bisa
Sudah
sudah cemas menyebutkan objek
Gejala somatik v v v
Disorganisasi - - v

Takut merupakan bentuk konkrit yang memiliki latar belakang yang jelas, dan dapat
diekspresikan melalui kata kata apa yang ditakutkan. Fischer menyatakan baha rasa takut
ialah emosi yang timbul dalam situasi stress dan ketidakpastian serta dapat memberikan
rasa terancam bagi orang yang mengalaminya. Reaksi dari perasaan tersebut adalah
melawan atau menjauhi situasi sebagai antisipasi rasa sakit atau bahaya

Kecemasan terkadang disebut sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas, bersifat
panjang/meluas (diffuce) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik tertentu.
Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman internal, perasaan yang tidak baik, berbeda
dengan perasaan takut yang memiliki obyek eksternal atau apa yg bisa dilihat sebagai suatu
bahaya

Perbedaan cemas dan panik !


Serangan panik dapat menimbulkan pikiran negatif yang berlebih terhadap satu gejala
tubuh , seperti : Orang yang merasa sakit dada langsung berpikiran mengalami serangan
jantung, pada saat jari-jari merasa kesemutan berfikir akan mengalami serangan stroke,
sakit kepala berfikir akan mengalami kehilangan kesadaran
Sedangkan cemas suatu ketakutan yang tidak jelas, bersifat panjang/meluas (diffuce)
dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik tertentu. Kecemasan tampak dihasilkan
oleh ancaman internal, perasaan yang tidak baik, berbeda dengan perasaan takut yang
memiliki obyek eksternal atau apa yg bisa dilihat sebagai suatu bahaya
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27216/4/Chapter%20II.pdf

2. Mengapa pasien mengalami berdebar-debar, sesak nafas dan keringat dingin?


 Berdebar-debar :
Stressor – cemas  meningkatkan respon fisiologis  cardiovascular– tekanan darah
meningkat  denyut jantung meningkat  berdebar-debar
 Sesak napas : cardiovascular– tekanan darah meningkat  denyut jantung meningkat
respirasi meningkat  sesak napas
 Sistem saraf otonom : bergerak involunter, mengatur organ dalam- pada keadaan
fisiologis, ketika ada stressor – mekanisme pertahanan diri kelenjar melepaskan
Epinefrin  meningkatkan system saraf otonom  organ yang di persarafi  kerja
meningkat  jantung – berdebar-debar, keringat dingin. ket
Jika sudah tidak ada stressor  tubuh akan kembali normal
Jika respon berlebihan  menghambat pertumbuhan emosional , buruknya ketrampilan
menyelesaikan masalah.

Gejala klinik kecemasan


a. Fase 1
Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan
diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya).Pada fase ini tubuh
merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor
adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan
nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis
dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat
dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan
mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf
fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988
b. Fase 2
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot,
gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya
dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985.Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah
menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawaKehilangan
motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke
tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang
jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988)

c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-
gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan
stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku
dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat
terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan
toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi
terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian
Andri & Yenny, Dewi P. 2007.Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan
Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan.Jurnal Maj Kedokt Indon, 57
(7): Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas
involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Serabut saraf
simpatis “ mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk
mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang
menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan
meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat konstriksi
pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem gastrointestinal dan reproduksi
serta meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung,
otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis
membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda
ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons simpatis (Videbeck, 2008)
Videbeck, 2008_Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

 Mekanisme cemas.
Susunan Saraf otonom terdiri dari 2 bagian, tepi dan pusat.
Pusat ( Sistem limbic, hipotalamus, jaras yang menghubungkan kolumna
intermediolateralis medulla spinalis)
tepi ( sepasang rantai neuron (ganglion paravertebra) serta juluran aferen dan eferen
mereka yang bersambung dengan neuron organ – organ thoracal dan abdominal.

Sistem limbic  struktur anatomis dari emosi


 keringat dingin,
 Menggalakkan sekresi keringat dan adrenalin
 jantung berdebar,
 Meningkatkan frekuensi jantung
 Melancarkan impuls AV
 pusing,
 mual,
1) bisa karena impuls iritatif pada GIT
2) motion sickness
3) impuls dari kortex serebri
 nafas cepat
metabolism basal meningkat  pemakaian O2 meningkat dan produksi CO2
meningkat  kompensasi tubuh peningkatan frekuensi bernafas.

Neurologi klinis dasar.


Buku Ajar Fisiologi KEdokteran Guyton & Hall.
Sistem limbik merupakan jaringan interaktif yang kompleks, ini berkaitan dengan emosi,
pola perilaku, sosio seksual dan kelangsungan hidup dasar, motivasi dan belajar. Adanya
stimulasi pada daerah tertentu dalam sistem limbik akan menimbulkan sensasi subyektif,
salah satu diantaranya adalah kecemasan. Kecemasan dapat mempengaruhi sistem limbik
sebagai kontrok emosi yang dapat meningkatkan sistem syaraf otonom (terutama sistem
syaraf simpatis). Syaraf otonom berkaitan dengan pengendalian organ-organ dan secara
tidak sadar. Dimana serabut-serabut syaraf simpatis mensarafi otot jantung, otot tidak
sadar semua pembuluh darah serta semua organ dalam seperti lambung, pankreas, dan
usus. Melayani serabut-serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit. Hal ini dapat
meningkatkan ketegangan otot yang akan menyebabkan peningkatan persepsi nyeri
seseorang (Potter, 2001).
Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme berikut
ini:
Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem
limbik dan RAS (Reticular Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis.
Kemudian kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf
otonom (Mudjaddid, 2006).
Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi berbagai sistem organ dan
menyebabkan gejala tertentu, misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
(contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan
(contohnya: nafas cepat).
Kecemasan atau anxietas akan merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang akan
mengsekresi CRF ( Cortisocoprin- Releasing Factor) yang meneybabkan sekresi hormon-
hormon hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah ACTH (Adreno- Corticotropin
Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk mengsekresi kortisol
kedalam sirkulasi darah (2,15). Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan
mengakibatkan [peningkatan renis plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan
pembuluh darah terhadap katekolmin (26), sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Selain itu hipotalamus juga berfungsi sebagi pusat dari system saraf otonom(15,29).
Sistem ini terbagi atas system simpatis dan system parasimpatis(23,30). Menurut Salan
(26) pada anxietas sedang terjadi sekresi adrenalin berlebihan yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah, sedanngkan pada anxietas yang sangat berat dapat terjadi
reaksi yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan
penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis
kadar adrenalin terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain
berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi.
Menurut Iskandar (21) pada Gangguan Cemas Menyeluruh yang terutama berperan
adalah neurotransmiter serotonin. Pada saat ini telah diidentifikasi tiga reseptor serotonin,
yaitu : 5-HT1, 5-HT2 dan 5-HT3 (23,31). Menurut Kabo(33) reseptor 5-HT1 bersifat
sebagai inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan reseptor 5-HT3 bersifat sebagai eksitator.
Menurut Gothert (31) aktivasi reseptor 5-HT1 akan mengurangi kecemasan sedangkan
aktivasi reseptor 5-HT2 akan meningkatkan tekanan darah.
Sumber : Adiwena, Nuklear. 2007.Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas IslamIndonesia.
3. Mengapa cemas muncul saat mengerjakan skripsi dan bimbingan ?
Karena saat mengerjakan skripsi dan bimbingan takut dan cemas  sebagai stressor
Cemas – takut berlebihan  sebagai stressor  jika teringat  jadi stress

4. Bagaimana perbedaan cemas normal dan patologis ?


 Normal : suatu penyerta yang normal dari petumbuhan, pengalaman baru yang belum
pernah dicoba dari penemuan identitas sendiri dan arti hidup. Bisa disertai gejala
otonom seperti nyeri, berdebar-debar, berkeringat
Co : anak anak pertama kali sekolah,
 Patologis : suatu respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan
pada intensitas dan durasinya
Biasanya didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak berpotensi mengancam jiwa, bisa
disertai dengan gejala otonom seperti nyeri.

Kecemasan normal
 Rasa ketakutan yang difus tidak menyenangkan samar – samar disertai gejala otonomik (nyeri
kepala, keringat, palpitasi, kekakuan pd dada, merasa gelisah)
 Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia.
 Ketakutan dan kecemasan
Kecemasan sinyal yg menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yg mengancam dan
ambil tindakan untuk membatasi ancaman, respon terhadap ancaman yg sumbernya tdk
diketahui, internal, samar – samar, konfliktual.
Ketakutan  sinyal serupa yg menyadarkan, respon dari suatu ancaman yg sumbernya
diketahui, external, jelas, bukan bersifat konflik.
Ketakutan didahului oleh keheranan dan berjalan bersama – sama
 Fungsi adaptif dari kecemasan :
Kecemasan memperingatkan adanya ancaman external dan internal, memilki kualitas
menyelamatkan hidup, kecemasan mencegah dengan cara menyadarkan seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu mencegah bahaya
 Stress, konflik, kecemasan
Melibatkan ego, abstraksi kolektif untuk proses dimana seseorang merasakan, berpikir, dan
bertindak terhadap peristiwa external dan dorongan internal. Ego yang berfungsi dengan baik
 dlm keseimbangan adaptif dunia external dan internal, ego tidak berfungsi baik dan tidak
seimbang dan cukup lama  kecemasan kronis
Ketidakseimbangan external, internal, ego impuls  konflik
 Gejala psikologis dan kognitif
Kecemasan menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi pd ruang, waktu, orang, peristiwa.
Buku saku Psikiatri Klinik, Kaplan & Sadock Ed.7 Jilid 2
Kecemasan abnormal

 Teori psikologis
- Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk
mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan
mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya
gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme
pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala.
- Teori perilaku
teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap
stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan
internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya (MPJidentitas).
- Teori eksistensial
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang
menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang
kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah
respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.

 Teori biologis
- System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu  kardiovaskuler, gastrointestinal,
dan pernapasan. Manifestasi kecemasan perifer tersebut tidak khusus terhadap kecemasan
maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman kecemasan subyektif.
- Neurotransmitter
 NE  agonis adrenergic beta (isoproterenol) dan antagonis alfa 2 (co : yohimbin)
mencetuskan serangan panic. Agonis alfa 2 (clonidin)  menurunkan gejala cemas
 Serotonin  antidepresan serotonergik (clomipramine) punya efek terapetik
gangguan obsesif kompulsif, busprione untuk obat gangguan cemas, fonfluromine
menyebabkan pelepasan serotonin sehingga menyebabkan peningkatan kecemasan
pd pasien dgn gangguan kecemasan.
 GABA  dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh manfaat
benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri, yang meningkatkan aktivitas GABA pd
reseptor GABAa di dalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan.
- Pencitraan otak
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis.
Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.
- Penelitian genetic
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki
sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan.
- Neuroanatomis
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada
binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-
aminobutyric acid.
Synopsis of Psychiatry Volume I, Kaplan and Sadock

5. Apa tanda dan gejala dari cemas ?


 Fase pertama : flight or fight  peningkatan hormone adrenalin maupun nonadrenalin .
rasa tegang otot, kelelahan, tremor
 Fase kedua : gejala di fase satu dan penderita mengalami gangguan emosi dan tidak
dapat memotivasi diri sendiri. Co : tertawa tanpa sebab, gampang menangis
 Fase ketiga : cemas pada fase pertama dan kedua yang tidak teratasi. Gejala berupa
perubahan perilaku, kehilangan toleransi terhadap sesuatu, serta gangguan kepribadian.

Gejala psikologi :

 Ketegangan
 Kekuatiran
 Panic
 Perasaan tak nyata : takut mati, takut gila, takut kehilangan kontrol, dsb
 Memperngaruhi pikiran, persepsi dan pembelajaran
Gangguan persepsi : konsentrasi dan daya ingat
 Gangguan asosiasi dalam berpikir
Gejala fisik :

 Gemetar
 Berkeringat
 Berdebar-debar
 Kepala terasa ringan
 Pusing
 Diare
 Mual
 Sulit bernapas
 Ketegangan otot
 Lain : rasa sesak napas seperti tercekik , mulut kering, sering kencing
Menurut Stuard & Sudden (1998) membagi respon kecemasan meliputi :
a. Respon fisiologis
1. Kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan
darah menurun, dan denyut nadi meningkat
2. Pernafasan
Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada
tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah.
3. Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
4. Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa
terbakar pada jantung, diare.
5. Tractus Uriarius
Tidak dapat menahan kencing, selalu ingin berkemih.
6. Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal dan rasa panas yang
dingin pada, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon Perilaku
Respon perilaku terhadap kecemasan meliputi : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
bicara cepat, kurang terkoordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, melarikan dari masalah, menghindari dan hiperventilasi.
c. Respon Kognitif
Respon kognitif terhadap kecemasan meliputi : konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, produktivitas
menurun, binggung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan obyektifitas,
takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut pada cedera atau
kematian.
d. Respon Afektif
Respon afektif terhadap kecemasan meliputi : mudah terganggu, tidak sadar, gelisah,
tegang nervous, ketakutan dan gugup.
Andri & Yenny, Dewi P. 2007.Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan
Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan.Jurnal Maj Kedokt Indon, 57
(7): Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

6. Apa saja macam-macam gangguan cemas ?

Menurut PPDGJ

 F40. Gangguan anxietas fobik


F40.0 Agorafobia
F40.00 Tanpa gangguan panic
0.01 Dengan gangguan panic
 F40.1 Fobia social
 F40.2 Fobia khas atau terisolasi
 F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
 F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
 F41. Gangguan anxietas lainnya
41.0 Gangguan panic – anxietas paroksismal episodic
41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
41.8 gangguan anxietas lainnya YDT
41.9 gangguan anxietas YTT

F42. Gangguan Obsesive kompulsif


42.0 Predominant pikiran obsessive atau pengulangan
42.1 Predominan tindakan kompulsif
42.2 Campuran pikiran tindakan obsessive
42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya
42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT

7. Bagaimana mekanisme yang menimbulkan cemas berlebihan?


 Fase pertama : flight or fight  peningkatan hormone adrenalin maupun nonadrenalin .
rasa tegang otot, kelelahan, tremor
 Fase kedua : gejala di fase satu dan penderita mengalami gangguan emosi dan tidak
dapat memotivasi diri sendiri. Co : tertawa tanpa sebab, gampang menangis
 Fase ketiga : cemas pada fase pertama dan kedua yang tidak teratasi. Gejala berupa
perubahan perilaku, kehilangan toleransi terhadap sesuatu, serta gangguan kepribadian.

8. Mengapa pasien mengalami ketegangan motoric?


Tonus otot meningkat  kontraksi otot berlebihan
Cemas  ion tidak stabil  lebih banyak Ca masuk ke intrasel  merangsang kontraksi otot
berlebihan ketegangan otot  jika berlebihan timbul asam laktat  nyeri
Sedikit peningkatan hormone tiroid biasanya menyebabkan otot bereaksi dengan
kuat, namun bila jumlah hormone ini berlebihan, maka otot – otot malahan
menjadi lemah oleh Karena berlebihannya katabolisme protein. Sebaliknya,
kekurangan homon tiroid menyebabkan otot sangat lamban dan otot tersebut
berelaksasi dengan perlahan setelah kontraksi.
Tremor ini dianggap disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaps saraf di
medulla yang penting untuk mengatur tonus otot. Tremor ini merupakan cara yang
penting untuk memperkirakan tingkat pengaruh hormone tiroid pada system saraf
pusat.
Pada kebanyakan kasus, hampir semua bagian system saraf simpatis secara
simultan melepaskan impuls sebagai suatu unit yang sempurna, suatu fenomena
yang disebut pelepasan impuls masaal. Peristiwa ini sering kali timbul apabila
hipotalamus diaktivasi oleh timbulnya rasa takut atau cemas atau bila mengalami
rasa nyeri yang berat.
pelepasan impuls masaal ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
melakukan aktivitas otot yang besar.
Neurologi klinis dasar.
Buku Ajar Fisiologi KEdokteran Guyton & Hall.

KETEGANGAN MOTORIK kencang di daerah tengkuk dan gemetar

Gemetar / tremor
Tremor dapat didefinisikan sebagai gerakan bergetar involunter dan ritmis yang disebabkan oleh
kontraksi otot berlawanan secara bergantian yang sinkron dan irregular. Kualitas ritmis tersebut
membedakan tremor dari gerakan involunter lain.
Dua kategori umum dari tremor ialah fisiologis (normal) dan patologik (abnormal)

Tremor fisiologis
merupakan fenomena normal, yang muncul pada semua grup otot yang berkontraksi dan
berlangsung selama keadaan bangun dan bahkan pada fase-fase tidur tertentu. Pergerakan yang
terjadi sangat halus sehingga hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya deteksi
dilakukan denganmenggunakan instrumen khusus.
Kisaran frekuensinya antara 8-13 Hz. Pada orang dewasa, frekuensi dominan adalah 10 Hz dan
kurang pada anak-anak dan orang tua.
Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan tremor fisiologi. Salah satu hipotesis
tradisional menyebutkan bahwa tremor merupakan refleksi vibrasi pasif jaringan tubuh yang
dihasilkan oleh aktivitas mekanik dari jantung (ballistocardiogram). Tentu saja itu bukanlah
penjelasan keseluruhan dari tremor fisiologis. Seperti yang dikemukakan oleh Marsden, beberapa
faktor tambahan (seperti input spindle, sinyal yang tidak menyatu pada motor neuron, dan frekuensi
resonansi natural dan inersia otot dan struktur lain) mungkin memegang peranan lebih besar.

Tremor abnormal
Tremor abnormsal tertentu (seperti variasi metabolik dari tremor postural atau aksi, dan paling tidak
satu tipe dari tremor familial) disebut sebagai tremor fisiologis yang berlebihan (enhanced physiologic
tremor). 1
Tremor abnormal atau patologik, seperti yang dimaksud jika menggunakan kata ‘tremor’ dalam
kondisi klinis, mempengaruhi grup otot tertentu dan muncul hanya pada saat keadaan bangun. Grup
otot yang dipengaruhi ialah bagian distal anggota gerak (terutama jari dan tangan), bagian proksimal
anggota gerak (lebih jarang), kepala, lidah, rahang, atau pita suara, dan batang tubuh (jarang).
Frekuensi paling sering adalah 4-7 Hz, atau sekitar setengah dari frekuensi tremor fisiologis. Pada
orang yang terkena, frekuensi tersebut terbagi rata pada semua bagian yang terkena. Dengan
menggunakan electromyography (EMG) dan alat perekam mekanik, tremor abnormal dibagi
berdasarkan frekuensinya, hubungan dengan postur anggota gerak dan pergerakan volunter, pola
aktivitas EMG (synchronous or alternating) pada grup otot lawannya, dan respon terhadap obat-
obatan tertentu.1

Table 1. Kisaran frekuensi tremor pada berbagai keadaan.2


14-18 Tremor ortostatik primer
Hz Tremor fisiologis atau fisiologis yang
7-12 Hz enhanced
4-12 Hz Tremor esensial
4-10 Hz Tremor psikogen
3-12 Hz Sindrom tremor distonik
3-10 Hz Tremor terkait tugas atau posisi
3-10 Hz Tremor Parkinson
2-12 Hz Tremor neuropatik
2-12 Hz Tremor yang diinduksi obat
2-10 Hz Multiple sklerosis
2-5 Hz Tremor Holmes
Bain, 2002

Ropper, Allan H. dan Robert H. Brown. Adams and Victor’s Principles of Neurology. Ed. Ke-8.
USA: The McGraw-Hill Companies, 2005: 80-3.

Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :


Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek.
2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan
saat kontraksi.
3. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat
kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.
Otot mempunyai 4 fungsi utama yaitu, kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas dan elastisitas.
Contractility (kontraktilitas) adalah kemampuan otot untuk memendek dengan kekuatan tertentu.
Ketika otot berkontraksi, hal tersebut menyebabkan pergerakan struktur internal otot (filamen otot)
dan akan menngakibatkan tekanan pada organ dan pembuluh darah.
Excitability (eksitabilitas) adalah kemampuan otot untuk merespon stimulus, dimana
umumnya otot, khususnya otot rangka berkontraksi sebagai akibat stimulasi oleh saraf. Otot
polos dan jantung dapat berkontraksi tanpa stimulus luar, tetapi keduanya juga berkontraksi
akibat stimulus saraf dan hormon.
Extensibility (ekstensibilitas) adalah dapat meregang pada panjang tertentu dengan derajat tertentu.\
Elasticity (elastisitas) adalah kemampuan otot untuk kembali ke kondisi semula setelah melakukan
proses meregang
Sumber : MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIASISTEM OTOT Disusun oleh :
CHRISTIANI SIANTURI
Cemas : sda
Takut : sda
Panik : keadaan cemas yang luar biasa, menimbulkan kecurigaan, disorganisasi (bingung)
Tidak hierarki !
Pembeda Cemas Takut Panik

Halusinasi - - +

Waham - - +

Keinginan - - +
Bunuh diri
Objek Belum Sudah Tidak bisa
bertemu bertemu menyebutkan

Gejala + + +
somatik
Disorganisasi - - +

KECEMASAN adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingakan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
KETAKUTAN adalah sautu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan
Bedanya adalah
Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau
bukan bersifat konflik, sedangkan rasa cemas adalah respon terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak dikeahui, internal,samar-samar, atau konfliktual.
(KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRI)
Kecemasan adalah perilaku yang muncul karena adanya situasi yang oleh orang yang
mengalaminya dianggap membahayakan keadaan psikologisnya. Adapun ketakutan muncul
karena adanya situasi yang secara subyektif dianggap membahayakan keadaan fisik orang yang
mengalaminya.
Jadi hal yang mendasar dijadikan pembeda adalah apakah situasi tersebut membahayakan
keadaan psikologis ataukah keadaan fisik, kalau keadaan psikologis maka disebut kecemasan
dan sebaliknya jika fisik, maka disebut ketakutan.

Orang cemas ketika akan mengikuti ujian, karena jika tidak lulus ujian, maka ancaman kegagalan
bisa membahayakan keadaan psikologis orang tersebut. Orang takut ketika berada di atas
ketinggian, karena jika ia jatuh, maka tubuhnya akan mengalami cidera atau bahkan kematian.

Orang cemas ketika disuruh berpidato di depan orang banyak, karena jika ia gagal berpidato
dengan baik, maka rasa malu akan membahayakan keadaan psikologisnya, terutama harga
dirinya. Orang takut ketika dikejar anjing galak, karena jika anjing tersebut berhasil
menggigitnya, maka tubuhnya akan terluka dan sakit.
Fobia adalah bentuk kecemasan dan ketakutan yang berlebihan yang bercirikan:
 di luar proporsi tuntutan situasi;
 tidak dapat diterangkan atau dicari alasannya;
 di luar kontrol kehendak;
 menjurus ke penghindaran situasi yang ditakuti;
 menetap dalam waktu yang lama;
 tidak mampu menyesuaikan diri (tidak adaptif); dan
 tidak tergantung usia maupun tahap perkembangan tertentu.
Sumber : Marks, Miller dkk dalam De Clerq, Tingkah Laku Abnormal: Dari Sudut Pandang
Perkembangan

a. Cemas  respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-
samar atau konfliktual (memiliki kualitas menyelamatkan hidup)
b. Rasa takut  respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas atau bahkan
bersifat konflik.
c. Panic  tidak disertai dengan adanya stimulus situasional yang dapat dikenali, spontan dan
tidak diperkirakan. terjadi anxietas berat (severe attack of autonomic anxiety) selama 1 bulan,
serangan disertai (4 gejala/lebih) gejala spt palpitasi, sesak napas, nyeri dada, rasa takut mati,
gemetar, mual, takut menjadi gila dll yang terjadi tiba2 dan mencapai puncaknya dalam 10
menit (<20 menit).
(Kaplan & PPDGJ)

9. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi cemas ?


 Interna :
o Potensi stressor – semakin tinggi stressor  cemas meningkat
o Maturitas – tingkat kedewasaan, semakin dewasa – kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungan stress semakin baik
o Pendidikan dan status ekonomi – tingkat pendidikan individu berpengaruh thd
kemampuan berfikir yang digunakan untuk mengendalikan kecemasan individu
o Keadaan fisik – jika seseorang mengalami cidera, kelelahan fisik  lebih mudah
mengalami kecemasan dibandingkan orang yang sehat
o Lingkungan dan situasi – jika orang berada di tempat yang asing  lebih mudah
mengalami kecemasan daripada tempat yang biasa dia tempati
o Umur – seseorang umurnya lebih muda lebih mudah mengalami kecemasan
dibandingkan yang tua, tapi ada penelitian yang menunjukkan bahwa bisa
sebaliknya
o Jenis kelamin – biasanya wanita lebih mudah untuk cemas , karena wanita
merepresikan kebutuhan biologisnya secara berlebihan
 Externa
o Ancaman integritas fisik – meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan
kebutuhan dasar. Contoh : penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan yang akan
dilakukan
o Ancaman system diri –terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran
10. Bagaimana alur diagnosis dari scenario?
Hal 162 PPDGJ
Gejala cemas, takut, menghindar  dicari sebabnya apa.
o Penyakit umum : tumor,dll
o Penggunaan zat
Serangan panic ulang, rasa khawatir  curiga agoraphobia – cemas di tempat ramai
Curiga : agoraphobia – cemas di tempat ramai, mengerjakan skripsi dan bimbingan dengan
dosen
11. Bagaimana pencegahan rasa cemas ?
o Mengontrol napas dengan baik
o Melakukan relaksasi dengan duduk atau berbaring
o Intervensi kognitif – menyingkirkan pikiran-pikiran negative
o Terapi kognitif dan perilaku – memikirkan solusi dari masalahnya
o Pendekatan agama – sholat, dzikir
o Pendekatan keluarga – dukungan dari keluarga, menceritakan masalah yang dihadapi
o Olahraga – menyalurkan tumpukan stress secara positif

12. Apa terapi farmaklogi dan psikososialnya ?


Psikoterapi :
o Terapi kognitif dan perilaku- mengajak bicara pasien untuk menggali masalah nya apa,
mengenali gejala –gejalanya secara langsung
o Terapi supportif – pasien diberi kenyamanan dengan cara menggali potensi pasien
supaya pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya
o Psikoterapi berorientasi tilikan – tujuannya : menilai sejauh mana pasien dapat
diperbaiki emosi dan kecemasannya. Jika tidak berhasil : akan difasilitasi supaya pasien
dapat beradaptasi dengan fungsi social
Farmakologi
o Anti anxietas : benzodiazepine –lini pertama. Yang sering digunakan clordiazepoksid dan
diazepam. Biasanya diberikan dengan sediaan tab 5,10 mg. jika mengancam jiwa diberi
suntikan 25-100 mg diulang 2-4 jam. Kerja : inhibisi neuron GABA
o Buspiron : agonis reseptor serotonin. Dosis 15-30mg / hari

Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi
psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka
keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini.
Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dan
dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.
1. 1. Terapi Psikologis
Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula
dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas tersebut merupakan bagian
dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan
psikoterapi semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada
dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan pelayanan seringkali terbatas, dan tidak
semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.
Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri, namun seharusnya
dapat diterapkan oleh semua dokter yang berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan
dapat diatasi(House cit Stark, 2002). Memberikan informasi selalu menjadi langkah awal
dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan harus sesuai
dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang besar bagi setiap individu untuk
sembuh. Kebanyakan pasien menginginkan sebuah kejelasan dan informasi mengenai
kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan kepada
pasien bahwa mereka benar-benar diperdulikan dan dirawat.
Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter
terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka dari pasien, mampu
memahami kondisi psikis, dan kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik
sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan
mampu membantu pasien dalam mengurangi beban psikisnya(House cit Stark, 2002)
1. 2. Terapi Religi
Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak
semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat
dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya
membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami
dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini
cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang pasien sendiri.
Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita,
dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara invidual tanpa
seorang agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga
membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru dari penderita.
1. 3. Terapi farmakologi
Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan
mengurangi ansietas, dan masing-masing obat memiliki keuntungan dan kekurangan
masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan
membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri
Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah
benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa jenis obat yang lazim
digunakan adalah :
• Diazepam
• Lorazepam
• Alprazolam
• Propanolol
• Amitriptilin

Farmakoterapi (1) : gol. benzodiazepin


• Diazepam (Valium®, Stesolid® ) : dosis anjuran 10-30 mg/hari
• Klordiazepoksida (Cetabrium® Tensinyl® ) : dosis anjuran 15-30 mg/hari
• Lorazepam (Ativan® Renaquil® ) : 2-3 x 1 mg/hari 

Farmakoterapi (2) : gol. benzodiazepin
• Clobazam (Frisium® Clobazam DM® ) : 2-3 x 10 mg/ hari
• Bromazepam (Lexotan® ) : 3 x 1,5 mg/hari
• Oxazolam (Serenal-10® ) : 2-3 x 10 mg/hari
• Chlorazepate (Tranxene 5-10® ) : 2-3 x 5 mg/hari

Farmakoterapi (3) : gol. benzodiazepin


• Alprazolam (Xanax® Alganax® Frixitas® ) : 3 x 0.25 – 0,5 mg/hari
• Prazepam (Equipax® ) : 2-3 x 5 mg/hari

Farmakoterapi (4) : non-benzodiazepin


• Sulpiride (Dogmatil® ) : 100 – 200 mg/hari
• Buspirone (Buspar® Tran-Q® ) : 15 – 30 mg/hari
• Hydroxyzine (Iterax® ) : 3 x 25 mg/hari

Gangguan Panik
TERAPI
Konseling dan medikasi. 
Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan
panik berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks,
latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara
menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.
Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi.
Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri
antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100-150 mg malam selama 2
minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan
pemberian medikasi yang tidak perlu.

Gangguan Fobik
TERAPI
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar
situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut.
Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi
antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu
singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala
fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap


GangguanObsesif-kompulsif
TERAPI
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat
mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan
pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari
perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 -
150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors. 
Konsultasi spesialistik
bila kondisi tidak berkurang atau menetap.

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
TERAPI
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya
mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak
stres merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang
kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran
yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong.
Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala
menetap. Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2
minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada
depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.

EFEK SAMPING OBAT ANXIETAS
 Sedasi : rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah.
 Relaksasi otot : lemas, cepat lelah, dll.
 Potensi ketergantungan lebih rendah dibanding narkotika, oleh karena “ at therapeutic dose
they have low re-inforcing properties” (pada dosis terapi, penambahan dosis untuk penguatan
adalah rendah).
Potensi menimbulkan ketergantungan :
 Efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir sangat singkat.
 riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat (drug abusers), unstable personalities, oleh
karena itu benzodiazepam tidak dianjurkan diberikan pada pasien tersebut.
 Mengurangi resiko ketergantungan, maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam
rentang dosis terapi.

INTERAKSI OBAT
 Benzodiazepine + CNS depressan (fenobarbital, alkohol, antipsikosis, antidepresi,
opiates) = dapat terjadi potensiasi efek sedasi dan penekanan pusat napas, sehingga resiko
timbul respiratory failure.
 BZ + CNS stimulants (amphetamine, caffeine, appetite suppressants) = antagonisme efek
anti anxietas, akibatnya efek BZ menurun.
 BZ + Neuroleptika = manfaat efek klinis BZ mengakibatkan mengurangi kebutuhan dosis
neuroleptika, sehingga dosis neuroleptika dikurangi, sehingga resiko efek samping
neuroleptika mengurang.

PEMILIHAN OBAT
 Golongan BZ sbg antianxietas mempunyai ratio therapuetic lebih tinggi dan lebih
minimal menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan
meprobamate atau fenobarbital.
 Golongan BZ tidak menginduksi enzim mikrosomal di hepar sedangkan fenobarbital
menginduksi.
 Gol. BZ adalah drug of choice anxietas, disebabkan : spesifitas, potensi, dan
keamanannya.
 Spektrum klinis BZ : anti-anxietas, anti-konvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan
operatif.
SIFAT KHUSUS
Diazepam / clordiazepoxide : broad spectrum / spektrum pendek (anti anxietas dan
antikonvulsan)
 Nitrazepam / Flurazepam : dosis anti anxietas dengan anti insomnia berdekatan lebih
condong penggunaan untuk anti insomnia.
 Midazolam : onset cepat, kerja singkat, sering sebagai premedikasi tindakan operatif.
 Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam : dosis anti ansietas dengan anti insomnia
berjauhan, sehingga lebih efektif untuk anti anxietas.
 Clobazam = 1,5 BZ, psikomotor performance paling kurang terpengaruh, cock untuk
pasien aktif baik dewasa maupun lansia.
 Lorazepam mempunyai waktu paruh pendek dan obat tidak terakulasi secara signifikan
pada dosis terapi (no significant drug accumulation at clinical close) sehingga cocok untuk
pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal.
 Alprazolam, onset cepat, cocok diberikan pada antisipasi cemas ( anticipatory anxiety) =
pemberian sewaktu waktu apabila sindrom anxietas dapat diramalkan datangkannya dan pada
situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering (sudah tahu kalau pada keadaan tersebut dapat
muncul kecemasan).
 Sulpiride-50 = efektif pereda gejala somatik yang muncul pada sindrom anxietas, paling
kecil resiko ketergantungan obat.

DOSIS
 Steady state = jumlah obat yg masuk sama jumlah obat yang keluar badan, biasanya
dicapai 5-7 hari pada dosis 2-3 kali sehari onset of action cepat dan langsung, pada keadaan
ini efek klinis baru terlihat.
 Dimulai dosis awal / dosis anjuran, dinaikkan bertahap setiap 3-5 hr sampai dosis
optimal, selanjutnya pertahankan 2-3 minggu, lalu turunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu, hingga
mencapai dosis minimal yang masih efektif (dosis maintenance), pertahankan dosis tersebut
4-8 minggu, selanjutnya lakukan tapering of.

LAMA PEMBERIAN
 anxietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, tidak lebih dari 1-3 bln.
 pemberian pada natisipasi cemas, seperlunya saja, atau sewaktu-waktu.
 penghentian secara bertahap (stepwise), supaya tidak timbul withdrawal symptoms.

KONTRA INDIKASI
 hipersensitif dengan BZ
 glaukoma myastenia gravis
 chronic pulmonary insufficiency
 chronic renal or hepatic disease.

GEJALA OVER DOSIS / INTOKSIKASI


 kesadaran menurun, lemas, jarang sampai koma.
Pernapasan, denyut nadi dan tekanan darah menurun sedikit.
Ataksia, disartria, convusion, reflek fisiologis menurun.

PENANGANAN
 Suportif : terhadap respiratory depression dan sock.
 Kausal : BZ antagonis (flumazenil / ANEXATE) amp. 0,5mg/5ml(IV).

Tidak ada kematian dg DZ sampai 1400 mg, Chlorazepoxite 6000mg (BZ are the safest of all
psychotropic agents when taken in overdose).

SEDIAN DAN DOSIS ANJURAN


N Generik Paten sediaa Dosis
o n Anjuran
1 Diazepam Diazepi 2mg, Oral 10-
. n 5mg 30mg/h
Lovium 2-3xsehari
Mentali 2-5-
um 10mg
Paraliu
m
Prozep
am
Stesoli
d
Trankin
on
Validex
Valisan
be
Valium
2 Chlordiazepo Cetabri 5- 15-
. xide um 10mg 30mg/h
Arsitra 5mg 2-3xsehari
n 5mg
Tensini
l
3 Lorazepam Ativan 0,5-1- 2-3 x
. Renaqu 2mg 1mg/h
il
Merlop
am
4 Clobazam frisium 10mg 2-3 x 10
. mg/h
5 Bromazepam Lexota 1,5-3- 3 x 1,5
. n 5mg mg/h
6 Oxazolam Serenal 10mg 2-3 x 10
. -10 mg/h
7 clorazepate Traxen 5-10 2-3 x 5
. e 2/10 mg mg/h
8 Alprazolam Xanax 0,25- 3 x 0,25-
. 0,5-1 o,5 mg/h
mg/h
9 Prazepam Equipa 5mg 2-3 x 5
. x mg/h
BUKAN BENZODIAZEPIN
n Gener Paten sediaan Dosis
o ik anjuran
1 Sulpir docmatil 50 mg 100 –
. ide 300mg/h
buspir Buspar 10mg 15-30 mg/h
2 on mTran-Q
.

Anda mungkin juga menyukai