Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gurun tandus yang dikelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang
mana pada masa itu kehidupan manusia sangatlah buruk, jadi disebutlah pada
masa itu zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dibahaslah seorang
manusia pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman dan sebagai panutan
akhlak yang mulia bagi umat manusia dan jin sampai akhir seumur hidup di
dunia ini.beliau bernama Muhammad SAW, seorang manusia pilihan yang
dilahirkan dengan penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya. sungguh begitu
agung dan mulia, namanya telah terukir indah di surge sana dan dihati orang-
orang yang beriman, namanya terus dipuji-puji sebagai tanda kecintaan
kepada insan pilihan, bahkan air mata terus mengalir dimata para perindu sang
nabi yang mulia hingga akhir zaman. Yang mampu memberikan cahaya
kedamaian bagi hati yang sedang kegelapan, beliau adalah” cahaya diatas
cahaya”. NUURUN ALA NUURI”.
Tubuh nabi SAW warnanya putih kemerah-merahan, kulitnya
bercahaya, mukanya indah menawan, dahi beliau luas, kepala beliau besar
sempurna, hidung mancung bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya,
pipinya halus dan sedang, bulu matanya lebat, bola matanya besar dan indah,
matanya luas dan bersangatan hitam bola matanya, putih mata beliau
bercampur kemerah-merahan, gigi dan muka rapi tersusun indah, jika beliau
tersenyum sungguh bercahaya, rambut beliau lebat tidak terlalu keriting dan
lurus indah menawan, yang panjangnya sampai ke telinga kadang panjangnya
sampai ke bahu, jenggotnya lebat dan bila nabi SAW berbicara dan bercahaya
akan senyum manis menyertai raut mukanya. Tatkala beliau berjalan tenang
bagaikan orang yang sedang turun dari tempat yang tinggi dan pandangan

1
beliau lebih banyak memandang kebawah daripada keatas, begitu tampan dan
menawan walaupun dilihat dari jauh, dan apabila sudah dekat tak ada kata
yang bisa diucapkan sebab begitu indahnya. Abu hurairah RA pernah
berkata:” tak pernah aku melihat orang yang lebih tampan dari nabi SAW”.
Setelah beliau wafat bukan berarti islam berhenti dan tidak dikembangkan
lagi, justru setelah beliau wafat kemajuan islam semakin meningkat, itu semua
karena peran sahabat nabi yang begitu baik dalam emajukan dan
menyebarluaskan agama islam. Dan betapa agungnya rasulullah dan para
sahabatnya, maka dari itu penulis akan mempersembahkan sebuah makalah
yang berisikan tentang riwayat hidup nabi Muhammad SAW.

2. Rumusan masalah
a. Bagaimana kehidupan masa kecil Muhammad?
b. Bagaimana kehidupan masa dewasa Muhammad?
c. Bagaimana kehidupan Muhammad setelah menikah?

3. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui kehidupan masa kecil Muhammad
b. Untuk mengetahui kehidupan masa dewasa Muhammad
c. Untuk mengetahui kehidupan Muhammad setelah menikah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehidupan masa kecil Muhammad


Masyarakat di Makkah dan bangsa Arab selalu membicarakan, kedatangan
Nabi yang ditunggu-tunggu sudah semakin dekat. Para pendeta Yahudi dan
Nasrani, serta peramal-peramal Arab selalu membicarakannya. Dan Allah swt
telah mengabulkan do’a Nabi isa. Yang diabadikan dalam al-Qur’an surah As-
Shof 6:
Dan (ingatlah) ketika isa putra maryam berkata, “wahai bani israil!
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab
(yang turun sebelumku) yaitu taurat dan memberi kabar gembira dengan
seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad
(muhammad).” Namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata “ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-
shof : 6).
Tepat pada tanggal 12 rabi’ul Awal tahun Gajah yang bertepatan dengan
tanggal 20 April 570 M, fenomena keajaiban-keajaiban hebat luar biasa yang
terjadi pada saat kelahiran Muhammad yang diwujudkan oleh Allah swt, semata-
mata hanya menunjukkan kepada semua makhluk-makhluk-Nya bahwa Nabi
Muhammad saw adalah makhluk yang paling dicintai-Nya, makhluk yang paling
agung kedudukannya dan yang paling mulia derajatnya di sisi-Nya.
Tahun kelahiran Muhammad dinamai tahun gajah karena 50 hari sebelum
kelahiran beliau, datang Abraha Al-Habsyi, gubernur kerajaan Habsyi (Ethopia) di
Yaman, beserta pasukanya berjumlah 60.000 personel yang mengendari gajah
untuk menghancurkan Ka’bah. Abraha marah karena Gereja Besar yang
dibangunya di Shan’a ibu kota yaman, temboknya dilumuri kotoran oleh seseorang
dari bani Kinanah. Abraha membangun gereja tersebut karena melihat bangsa

3
Arab setiap tahun berbondong-bondong ke mekah untuk menunaikan ibadah haji
sehingga Abraha ingin mengalihkanya agar bangsa Arab menunaikan ibadah haji
kesana. Namun usaha Abraha gagal karena beliau dan seluruh bala tentaranya di
hancurkan oleh Allah SWT. Dengan mendatangkan burung Ababil yang membawa
batu dari neraka dan melempari mereka sehingga terserang wabah penyakit yang
mematikan. Seluruh tentaranya langsung bergelimpangan dengan gajah-gaahnya,
sedangkan Abraha kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal Dunia.
Pada Hari ketujuh kelahiran Muhammad, Abd Muthalib minta di sembelihkan
unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat
Quraisy. Setelah mereka mengetahui kalau anak itu diberi nama Muhammad,
mereka bertanya-tanya mengapa tidak memakai nama nenek moyang. Abd
muthalib menjawab kuinginkan dia akan menjadi orang yang terpuji, bagi tuhan di
langit dan bagi mahluknya di bumi.
Aminah menungguh akan menyerahkan anaknya itu kepada seorang keluarga
Sa’d yang akan menyusukan anaknya. Sementara masih menunggu orang yang
akan menyusukan itu aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak
perempuan pamanya, Abu lahab. Thuwaibah hanya beberapa hari saja
menyusukan, namun ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama
hidupnya. Setelah Thuwaibah Muhammad di Asuh oleh Halimah binti abi
Dua’ibas-sa’diyah dari kampung Bani Sa’ad, Muhammad tinggal dengan bani
Sa’ad sampai mencapai usia lima tahun, menghirup jiwa kebebasan dan
kemerdekaan dalam udara sahara yang lepas itu. Dari kabilah ini ia belajar
mempergunakan bahsa Arab yang murni.
Pada saat Rasulullah berusia 5 tahun, dan saat beliau masih dalam perawatan
(Halimah As-Sa’diyah) di perkampungan Bani Sa’ad, terjadilah peristiwa besar
yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kenabiannya kelak. Peristiwa tersebut
dikenal dengan istilah pembelahan dada (Syaqqus Shadr).
Suatu hari, ketika Rasulullah bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba
datang malaikat jibril menghampiri dan menyergapnya. Lalu dia dibaringkan,

4
kemudian dadanya dibelah, lalu hatinya diambil selanjutnya dikeluarkan segumpal
darah darinya, seraya berkata:” inilah bagian setan yang ada padamu”. Kemudian
hati tersebut dicuci dibejana emas dengan air zam-zam, setelah itu dikembalikan
ketempat semula.
Sementara itu teman-teman sepermainannya melaporkan kejadian tersebut
kepada Halimah seraya berkata:” Muhammad dibunuh…Muhammad dibunuh”.
Maka mereka bergegas menghampiri tempat Rasulullah semula, disana mereka
mendapatkan Rasulullah dalam keadaan pucat pasi.
Setelah kejadian tersebut, Halimah sangat khawatir terhadap keselamatan
Muhammad kecil. Akhirnya tak lama setelah itu, dia memutuskan untuk
memulangkan kepada ibunya dikota Mekkah. Maka berangkatlah halimahke
mekkah dan dengan berat hati dikembalikan Rasulullah kepada ibunya.
Sesudah lima tahun kemudian Muhammad kembali kepada ibunya. kemudian
Muhammad dan ibunya serta pembantu wanita ummu Aiman berziarah kemakam
Ayahnya yang telah meninggal pada saat Muhammad dalam kandungan dan
mengunjungi paman-pamannya, Bani Najjar, selama sebulan di Yastrib. Dalam
perjalanan pulang ke Mekkah, Ibunya meninggal dunia di Abwa’, yaitu suatu
tempat yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Ketika ibunya meninggal Nabi
berusia enam tahun. Setelah Aminah meninggal nabi Muhammad dirawat oleh
Abdul Muthalib selama dua tahun. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada
pamanya Abu Thalib.
Pada saat Nabi berumur 12 tahun beliau turut ikut dalam rombongan kafilah,
hingga sampai di Bushra di sebelah selatata Syam. Dalam perjalanan ia bertemu
dengan pendeta Kristen yang bernama Rahib Buhaira, bahwa pendeta tersebut
telah melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk
cerita-cerita Kristen. Pendeta tersebut menasehati keluarganaya supaya jangan
terlampau dalam memasuki daerah Syam, sebab dikuatirkan orang-orang yahudi
mengetahui tanda-tanda itu dan akan berbuat jahat terhadap Muhammad.

5
B. Kehidupan masa muda Muhammad
Waktu berusia 14 tahun, Nabi Muhammad SAW. Ikut terlibat dalam perang
Fijar ke IV, antara suku Quraisy dan Kinanah di satu pihak dengan suku Hawazin
di pihak lain. Beliau ikut memberikan anak panah kepada paman-pamanya.
Peperangan tersebut terjadi lima kali dalam waktu empat tahun. Dalam usia muda
Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing
penduduk Mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat
untuk berfikir dan merenung. Dalam suasana demikian dia ingin melihat sesuatu di
balik semuanya, pemikiran dan perenunganya ini membuatnya jauh dari segala
pemikiran nafsu dunia. Sehingga dia terhindar dari berbagi macam noda yang
dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia telah dijuluki Al-Amin, orang
yang terpercaya.
Suatu ketika paman Muhammad Abu Thalib mendengar berita bahwa
Khadijah bint khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan
perdaganganya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan sangat
di hormati, mengupah orang-orang yang memperdagangkan hartanya itu. Tatkala
Abu Thalib mengetahui bahwa khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang
akan di bawah dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakanya yang ketika
itu sudah berumur 25 tahun.
Anakku kata Abu Thalib, aku bukan orang yang berpunya keadaan makin
menekan kita juga, aku mendengar bahwa khadijah mengupah orang-orang dengan
dua ekor unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapatkan upah semacam iut.
Setujukah kau kalau hal ini kubiccarakan dengan dia?.
“Terserah paman”, jawab Muhammad.
Abu Thalibpun pergi mengunjungi Khadijah:
Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad? Tanya Abu Thalib. Aku
mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat
Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor.

6
“Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan
kukabulakan, apalagi orang yang dekat dan kusukai”. Demikian jawab Khadijah.
Kembalilah sang paman kepada kemenakanya dengan menceritakan peristiwa
itu. “Ini adalah rejeki yang dilimpahkan tuhan kepadamu”. Kata Abu Thalib.
Setelah mendengar nasihat pamanya Muahammad pergi dengan Maisara,
budak khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir khafilah itupun berangkat
menuju Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, madyan dan Diar Thamud serta
daerah-ddaerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamanya Abu Thalib
tatkala umurnya baru 12 tahun. Perjalanan sekali ini telah menghidupkan kembali
kenanganya tentang perjalanan yang pertama dulu.
Setelah sampai di Bushra ia bertemu dengan Agama Nasrani Syam. Ia bicara
dengan rahib-rahib dan pendeta-pendeta agama itu, dan seorang rahib Nestoria
juga mengajaknya bicara. Barangkali dia atau rahib-rahib lain pernah juga
mengajak Muhammad berdebat tentang agama Isa. Agama yang waktu itu telah
berpecah-belah menjadi beberapa golongan dan sekta-sekata.
Dengan kejujuran dan kemampuanya ternyata Muhammad mampu benar
memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih
banyak menguntungkan dari pada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Setelah
tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dari Syam
yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Dalam perjalanan kembali khafilah itu
singgah di Mar’z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: “Muhammad, cepat-cepatlah
kamu menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti akan
hal itu”.
Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di mekah. Ketika itu
Khadijah berada di ruang atas. Ketika melihat Muhammad di atas unta dan sudah
masuk kedalam halaman rumahnya, Ia turun dan menyambutnya. Di dengarnya
Muhammad bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalananya serta
labah yang diperolehnya, demikian juga mengenai barang-barang Syam yang di
bawahnya. Khadijah gembira dan tertarik sekali mendengarkanya. Sesudah itu

7
Maisarapun datang pula yang lalu bercerita tentang Muhammad, betapa halusnya
wataknya, betapa tingginya budi pekertinya. Hal ini menambah pengetahuan
Khadijah disamping yang telah diketahuinya sebagai pemuda Mekkah yang besar
jasanya.
Dalam waktu singkat kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi cinta,
sehingga dia yang sudah beruisia 40 tahun, dan yang sebelum itu telah menolak
lamaran pemuka-pemuka dan pembesr-pembesar Quraisy, tertarik juga hatinya
ingin mengawini pemuda ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah
menembusi kalbunya. Pernah ia membicarakan hal itu kepada saudaranya yang
perempuan atau dengan sahabatnya, Nufaisa bint Munya, Nufaisa pergi menjajaki
Muhammad serayaa berkata: “kenapaa kamu tidak mau menikah?”
“aku tidak punya apa-apa untuk persiapan perkawinan”, jawab Muhammad.
“kalau itu disediakan dan yang melamarrmu itu cantik, berharta, terhormat
dan memenuhi syarat, tidakkah akan kamu terima?”
“siapa itu?”
Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata: “Khadijah”
“dengan cara bagaimana?” tanya Muahammad. Sebenarnya ia sendiri
berkenan kepada Khaadijah sekalipun hati kecilnya belum lagi memikirkan
perkawinan, mengingat Khadijah sudah menolak hartawan-hartawan dan
bangsawan-bangsawaan Quraisy.
Setelaah Atas pertanyaan itu Nufaisah mengatakan: “serahkan hal itu
kepadaku” maka iapun menyatakan persetujuanya. Tak lama kemudian Khadijah
menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri oleh paman-paman Muhammad
supaya dapat bertemu dengan keluarga Khadijah guna menentukan hari
perkawinan.

8
C. Kehidupan Muhammad setelah menikah
Dengan 20 ekor unta muda sebagai maskawin Muhammad melangsungkan
perkawinanya itu dengan Khadijah. Ia pindah kerumah Khaddijah dan memulai
hidup barunya, hidup suami-istri dan ibu-bapak, saling mencintai cinta sebagai
pemuda berumur 25 tahun. Muhammad yang telah mendapat karunia tuhan dalam
perkawinanya dengan Khadija itu berada dalam kedudukan yang tinggi dan harta
yang cukup. Seluruh penduduk Mekkah memandangnya dengan rasa gembira dan
hormat.
Pergaulan Muhammad dengan penduduk Mekkah tidak terputus, juga
partisipasinya dalam masyarakat. Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena
bencana banjir besar yang turun dari gunung, pernah menimpa dan meretakkan
dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuk. Sebelum itupun pihak
Quraisy memang sudah memikirkanya. tempat yang tidak beratap itu menjadi
sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya, merekapun
memperbaiki bangunan Ka’bah.
Sudut-sudut ka’bah itu oleh Quraisy dibagi empat bagian, tiap kabilah
mendapatkan satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali. setelah
mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat di situ dengan pacul tidak
berhasil, dibiarkanya batu itu menjadi fondaasi bangunan. Dari gunung-gunung
sekitar tempat itu sekarang orang-orang Quraisy mulai mengangkut batu-batu
granit yang berwarna biru, dan pembangunanpun segera dimulai. Setelah
bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad
yang disucikan ditempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan di
kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu
itu di tempatnya. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja
timbul perang saudara karenanya.
Abu Umayya bin’I-Mughira dari banu Makhzum, adalah orang yang tertua di
antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaaan serupa itu ia
berkata kepada mereka:

9
“serahkanlah putusan kamu ini di tangan orng yang pertama sekali memasuki
pintu Shafa ini”.
Tatkala mereka melihat Muhammad adaalah orang pertama memasuki tempat
itu, mereka berseru: “ini Al-Amin, kami dapat menerima keputusanya”.
Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Muhammad. Iapun
mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar. Kemudian berkata: “kemarikan sehelai kain”.
Setelah kain dibawkan dihamparkanya dan di ambilnya batu itu lalu diletakkanya
dengan tangan sendiri. Kemuudian katanya “hendaknya setiap ketua kabilah
memegang ujung kain ini”.
Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan
diletakkan. Lalu Muhammad mengeluaarkan batu itu dari kain dan meletakan di
tempatnya. Dengan demikian perelisihan itu berahir dan bencana dapat
dihindarkan. Quraisy kemudian melanjutkan pembangunan Ka’bah hingga selesai
dan ka’bah kembali berdiri kokoh.
Selama bertahun-tahun Muhammad tetap bersama-sama penduduk Mekkkah
dalam kehidupan masyarakat hari-hari. Ia menemukan dalam diri Khadijah teladan
wanita terbaik, waanita subur dan penuh kasih, menyerahkan seluruh dirinya
kepadanya, dan telah melahirkan anak-anak seperti Zainab, Ruqayya, Umm
Kulthum dan Fatimah. Tentang Al-Qasim dan Abdullah tidak banyak yang
diketahui, kecuali disebutkan bahwa mereka mati kecil pada zaman jahiliah dan
tak ada meninggalkan sesuatu yang patut dicatatat. Tetapi yang pasti kematian itu
meninggalkan bekas yan mendalam ada orang tua mereka. Demikian juga ppadaa
diri Khadijah terasa sangat memedihkan hatinya.
Dikalangan masyarakat Mekkah Muhammadlah yang paling banyak berpikir
dan merenung, jiwa yang kuat dan berbakat ini. Jiwa yang sudah mempunyai
persiapan kelak akan menyampaikan risalah tuhan kepada ummmat manusia, serta
mengantarkanya kepada kehidupan rohani yang hakiki, jiwa demikian tidak
mungkin berdiam diri saja melihat manusia yang sudah hanyut kedalam lembah

10
kesesatan. Sudah seharusnya ia mencari petunjuk dalam alam semsta ini, sehingga
tuhan nanti menentukanya sebagai orang yang akan menerima risalahnya. Begitu
besar dan kuatnya kecenderungan rohani yang ada padanya. Ia tidak ingin
menjadikan dirinya sebangsa dukun atau ingin menempatkan diri sebagai ahli pikir
seperti dilakukan oleh Waraqa bin naufal daan sebangsanya.
Sudah menjadi kebiasaaan orang-orang Arab masa itu bahwa golongan
berpikir mereka selama beberapa waktu tiap tahun menjauhkan diri dari keramaian
orang, berkhalwat dan mendekatkan diri pada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa
dan berdo’a, mengharapkan diberi rejeki dan pengetahuan. Pengasingan untuk
beribadat semacam ini merekaa namakan thannuf dan thannuuuth.
Di tempat ini rupanya Muhammad mendapat tempat yang paling baik guna
mendalami pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam dirinya. Juga di tempat
ini ia mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat hati yang
ingin menyendiri, ingin mencari jalan memenuhi kerinduanya yang semakin besar
ingin mencapai Ma’rifat serta mengetahui rahasia alam semesta.
Di puncak gunung Hira sebelah utara Mekkah terdapat sebuah gua yang baik
sekali buat tempat menyendiri dan tahannuth. Sepanjang bulan ramadan tiap tahun
ia pergi disana dan berdiam di tempat itu, ia bertekun dalam renungan dan ibadat,
jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari kebenaraan,
dan hanya kebenaraan semata.
Ketika usia Rasulullah 40 tahun, 13 tahun sebelum hijrah tepatya tanggal 17
Ramadhan atau 6 Agustus 661 M, saat itulah tahun kenabian dihitung.
Kejadiannya ditandai dengan hadirnya Jibril yang dating kepadanya dan
memeluknya sebanyak tiga kali. Setiap kali memeluknya dia berkata: “Bacalah”
Setiap kali itu pula rasulullah berkata: “Saya tidak dapat membaca”
Rasulullah sangat ketakutan sekali. Takut dan panic menghantui dirinya. Setelah
itu Jibril membacakn (QS. Al-Alaq 1-5) kemudian Jibril pergi meninggalkannya.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari perjalanan kehidupan Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul,
dapat disimpulkan bahwa kehidupan Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul
sudah memiliki akhlak yang baik dan tidak pernah menyembah berhala-berhala
yang di sembah kaum Quraisy dan jauh dari godaan nafsu dunia. Selain
mempunyai ahlak yang mulia, jiwa kepemimpinan Nabi Muhammad sudah terlihat
dari ia remaja sampai dewasa, dimana beliau mampu mendamaikan beberapa
kabilah yang bersikukuh ingin memasang hajar Aswad pada saat pembangunan
Ka’bah, dan beliau diberi gelar Al-Amin.

B. Saran
Saran penulis semoga dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat
mengaplikasikan akhlak-akhlak Nabi Muhammad SAW dalaam kehidupan sehari-
hari. Karena betapa pentingnya mencontoh perilaku dan akhlak rasulullah seperti
akhlak siddiq, amanh, fatonah dan tabligh. Sehingga apabila perilaku tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pastinya kita akan terhindar dari
sifat-sifat tercela yang dapat menimbulkan kerusakan di dunia ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, sejarah peradaban islam, Jakarta: RajaGrafindo Yatim, 2000.


Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Tintamas, 1984.
Ratu Suntiah & Maslani, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Insan Mandiri, 2010.
http://ikhwansiyamto.blogspot.com/2013/05/kisah-bertemunya-nabi-muhammad-
saw.html

13

Anda mungkin juga menyukai