1. Anti-histamin
Histamin merupakan mediator alergi yang merangsang serabut saraf C
dan menimbulkan sensasi gatal
2. Antibiotika
Banyak digunakan untuk infeksi kulit superfisial (pyoderma) dan acne
vulgaris. Bakteri penyebab pryoderma adalah staphylococcus aureus dan
Streptococcus pyogenes.
Antibiotik sistemik digunakan bila topikal tak responsif yakni dapat
menggunakan tetrasiklin atau makrolid. Untuk acne vulgaris dapat
dikombinasi dengan asam retinoid.
3. Antifungus
Azole atau allylamine topikal untuk tinea corporis lokal.
Tinea capitis dapat diobati dengan griseovulin/ terbinafine oral
Tinea pedis berdasarkan keparahanya diobati dengan tipikal
sistemik; azole, terbinafine, griseofulin
4. Glukokortikoid Topikal
Mekanisme kerjanya beragam; menghambat kaskade asam arakidonat,
menekan produksi sitokin yang berefek pada sel radang.
Efek samping: atrofi, striae, telangi ectasia, purpura, erupsi acneiform.
Senyawa berfluor tidak dapat digunakan dikulit muka karena dapat
menimbulkan dermatitis perioral dan rosacca.
5. Glukokortikoid Sistemik
Digunakan untuk penyakit kulit berat seperti dermatitis kontak alergika
terhadap tanaman, dermatitis vesicobulosa. Efek samping penggunaan
jangka lama yakni gangguan psikis, katarak, myopati, osteoporosis,
diabetes, dan hipertensi
6. Antivirus dan Antiscabies
Permathrine untuk scabies dan lice
Ivermectine untuk pengobatan masal scabies
7. Retinoid
Adalah senyawa alami atau sintetik turunan retinol yang berkhasiat
seperti vitamin A. Fungsi retinoid yakni dalam penglihatan, pengaturan
poliferasi dan diferensiasi sel serta pertumbuhan tulang, pertahanan imun,
dan supresi tumor.
Retinoid bersifat teratogenik dan tidak dianjurkan untuk wanita usia
subur.
Retinoid diindikasikan untuk penyakit radang kulit, kanker kulit, kulit
hiperproliferatif, dan photo-ageing