Anda di halaman 1dari 1

ANGIN DAN PENGUATAN TAUHID

Pada bulan ini bisa dipastikan hampir sebagian besar wilayah di Indonesia sudah mulai
diguyur hujan. Biasanya pada peralihan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan akan diselingi
musim pancaroba. Pada saat ini kondisi cuaca biasanya tidak menentu dan cenderung ekstrem.
Terkadang panas terik di siang hari, kemudian sore dan malam hari musim hujan yang sangat lebat
namun tidak dalam intensitas yang lama, akan tetapi di sela hujan deras ini diperkirakan akan
diselingi pula oleh angin kencang. Bahkan bisa memicu angin puting beliung.
Karena hujan badai dan angin kencang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja pada musim
pancaroba seperti sekarang ini, maka sebaiknya kewaspadaan dan langkah-langkah antisipasi
menghadapi angin kencang seperti memotong dahan dan ranting pohon yang berpotensi menimbulkan
celaka jika diterpa hujan angin. Jangan sampai kita baru tersadar dan bergerak setelah terjadi
kecelakaan. Pemahaman yang benar terhadap fenomena alam sangat membantu dalam
melakukan antisipasi potensi bencana dan menghilangkan kesimpangsiuran informasi yang
tak jelas. Cuaca ekstrem yang menjadi perhatian masyarakat tersebut sebenarnya merupakan
fenomena musiman yang setiap tahun terjadi dengan intensitas bervariasi tergantung efek
gabungan yang mempengaruhinya.
Musim pancaroba merupakan siklus alam musiman yang pasti terjadinya, karena
perubahan pemanasan di permukaan bumi terkait dengan kemiringan sumbu rotasi bumi.
Cara yang terbaik adalah melakukan adapatasi agar kita mampu meminimalisir potensi
bencana bila peristiwa tersebut terjadi. Bukan pula perbuatan yang bijak jika kita hanya
mengeluh atau justru mencela keadan tersebut karena sesungguhnya keberadaan angin adalah
salah satu bukti keagungan dan kasih sayang Allah kepada manusia yang menuntut rasa
syukur dalam bentuk ketaatannya (ar-Rum:46) dan kehadirannya merupakan salah satu soko
guru kehidupan di muka bumi (al-anbiya [21]:30). Meskipun dalam kondisi tertentu angin
bisa berubah menjadi adzab bagi kelangsungan hidup makhluk di muka bumi.
Kita bisa belajar dari tuntunan Nabi Muhammad saat angin bertiup kencang dan
menimbulkan rasa kekhawatiran. Nabi mengajarkan kepada kita untuk senantiasa
melantunkan zikir atau doa yang mengandung perwujudan tauhid seseorang berupa sikap
tawakal, ketergantungan, harapan (raja’), berlindung dari keburukan (isti’adzah) dan rasa
takut (khauf) hanya kepada Allah tiada sekutu bagi-Nya.
Abul Mundzir Ubay bin ka’b, menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Janganlah kalian mencela angin! Bila kalian melihat sesuatu yang kalian benci (dari angin
itu) maka ucapkanlah : ”Allahumma innaa nas’aluka min khairi hadzih ar-rih wa khairi ma
fiiha wa khairi ma umirat bihi wa na’udzu bika min syarri hadzih ar-riih wa syarri ma fiiha
wa syarri ma umirat bihi” (Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan
dari angin ini, kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang angin ini diperintah untuk
bertiup kepadanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini, kejelekan yang
ada padanya dan kejelekan yang angin ini diperintah untuk bertiup kepadanya)” [HR
Tirmidzi).
Apa yang diajarkan nabi di atas menuntut umat manusia sebagai khalifah di muka
bumi untuk mengambil pelajaran betapa agungnya Allah senantiasa mensyukuri nikmat
keseimbangan alam dan lingkungan hidup yang telah di ciptakan-Nya dengan penuh arif dan
bijaksana. Keberadaan angin mendatangkan pelajaran dan nasihat yang sangat berharga serta
tanda kekuasaan yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan sang pencipta.

Anda mungkin juga menyukai