Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PEMBUKTIAN ADANYA ALLAH SWT

PUBLISHED DECEMBER 4, 2011 BY ARRUMNYAEPPY

MAKALAH

“PEMBUKTIAN ADANYA ALLAH SWT”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Studi Islam Semester Tiga

OLEH :

ARRUM PUSPITA RATNA (1001050045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Pertanyaan :

Apakah Allah SWT itu ada? Jika ada buktikan!

Jawaban :

Ya. Menurut saya Allah SWT itu ada. Pembuktiannya adalah sebagai berikut.

BUKTI ADANYA ALLAH SWT


Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu hakikat yang
tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang
keberadaan Allah SWT adalah terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah.

Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya
Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya
dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan
pengaturnya.

1. 1. ALAM SEMESTA ADALAH PENGOKOHAN WUJUD MAHA PENCIPTA

Periksalah alam cakrawala yang ada diatas kita, yang didalamnya itu terdapat matahari, bulan,
bintang, dan sebagainya. Demikian pula alam yang berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang
ada di dalamnya baik yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, juga
perihal adanya hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan
diantara alam-alam yang beraneka ragam itu serta yang menguatkan keadaannya masing-masing itu,
semuanya tidak lain kecuali merupakan tanda dan bukti perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan
adanya Dzat itu juga membuktikan keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha Kuasa untuk
menciptakannya.

Kiranya tidak terlukis sama sekali dalam akal fikiran siapapun bahwa benda-benda tersebut terjadi
tanpa ada yang mengadakan atau menjadikan, sebagaimana juga halnya tidak mungkin terlukiskan
bahwa sesuatu buatan itu tidak ada yang membuatnya. Oleh sebab itu, manakala sudah tetap
bahwa penciptaan alam semesta ini memang karena adanya kesengajaan, maka tetap pula lah
perihal adanya Tuhan (Allah) sebagai Dzat Maha Pengatur yang bijaksana, Maha Mulia dan Tinggi
yakni dari jalan yang sama-sama dapat dirasakan.

Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah atau mengingkarinya dan ini tepat sekali
dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT:

“Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan, yaitu Tuhan Maha Pencipta langit dan bumi?”
(S. Ibrahim:10).

Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yg Agung:

“Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yg telah menciptakan langit & bumi dalam masa
enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam pd siang yg
mengikutinya dgn cepat, & diciptakannya pula matahari, bulan & bintang-bintang (masing-masing)
tunduk pd perintah-Nya, Ingatlah menciptakan & memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci
Allah Rabb semesta alam .” (Al Qur’an Surat: Al A`raaf:;54)

1. 2. FITRAH SEBAGAI BUKTI ADANYA ALLAH

Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada didalamnya yang nampak sangat
teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan seluruhnya sebagai ciptaan baru, bukannya itu saja yang
dapat digunakan sebagai saksi tentang adanya Tuhan (Allah) yang maha mendirikan langit dan bumi
ini, tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan dapat lebih
meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa perasaan-perasaan yang tertanam dalam jiwa
setiap insan yang merasakan akan adanya Allah SWT. Perasaan ini adalah sebagai pembawaan sejak
manusia itu dilahirkan dan oleh sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah. Fitrah adalah
keaselian yang diatasnya itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula diibaratkan
dengan kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawaan keagamaan.

Ghazirah dianiah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah antara makhluk Tuhan
yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebeb binatang pasti tidak memikirkannya.
Ghazirah keagamaan ini adakalanya tertutup atau hilang, sebagian atau seluruhnya, dengan adanya
sebab yang mendatang, sehingga manusia yang sedang dihinggapi penyakit ini lalu tidak mengerti
sama sekali tentang kewajiban dirinya terhadap Tuhan. Ia tidak terjaga dari kenyenyakan tidurnya
dan tidak dapat dibangunkan dari kelalaiannya itu, kecuali apabila ada penggerak yang
menyebabkan ia jaga dan bangun. Setelah kebangunannya ini barulah ia akan meneliti penyakit apa
yang sedang dideritanya itu atau bahaya apa yang sedang meliputi tubuhnya dan mengancam
keselamatannya.

Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirnan :

“Dan jikalau manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun berdoalah kepada Kami (Allah) diwaktu
berbaring, diwaktu duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya,
iapun berjalanlah seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami atas bahaya yang telah
menghinggapinya itu”. (S. Yunus.12).

1. 3. BUKTI KEJADIAN DAN PENGALAMAN

Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian dikabulkanlah apa yang menjadi
permintaannya. Pernah pula memanggilNya dan iapun dijawab apa yang diinginkan serta
dikehendakinya. Ia pernah pula memintaNya dan apa yang diminta itupun diberikan. Tidak sedikit
orang yang sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping berusaha dengan berobat yang
dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh.

Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sudah membimbing


dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada penemuan akan Allah SWT secara kesadaran dan bukan
karena adanya paksaan, sebab pengalaman-pengalaman itu memang dapat membuka segala macam
hakikat yang ia sendiri pasti tidak merasakan dengan panca inderanya.

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu
Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76)

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu.”
(Al Anfaal: 9)

Anas bin Malik Ra berkata, “Pernah ada seorang badui datang pada hari Jum’at. Pada waktu itu
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah. Lelaki itu berkata’ “Hai Rasul Allah, harta
benda kami telah habis, seluruh warga sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk mengatasi kesulitan kami.” Rasulullah lalu mengangkat kedua tanganya
dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rasulullah belum turun
dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada Jum’at yang kedua, orang badui atau orang
lain berdiri dan berkata, “Hai Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam,
doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.” Rasulullah lalu mengangkat kedua
tangannya, seraya berdoa: “Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau
turunkan sebagai bencana bagi kami.” Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu tempat
kecuali menjadi terang (tanpa hujan).” (HR. Al Bukhari)

1. 4. BUKTI-BUKTI DARI NAQAL (KETERANGAN AGAMA)

Diantara bukti-buktinya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah ialah bahwa para nabi dan
rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-hambaNya, mereka itu semua adalah manusia yang
amat pilihan sekali,seluruhnya itu sejak zaman nabiullah Adam a.s sampai ke zaman Rasulullah SAW
mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu memberitahukan
dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa alam semesta ini ada Tuhan (Allah) yang Maha
Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu hanya satu itulah pokok penyiaran yang disampaikannya
yang merupakan hal yang penting sekali.

Allah SWT memberikan pengokohan kepada para nabi dan rasulNya itu untuk mengalahkan segenap
musuh dan lawannya, kemudian menjadikan kalimat Tuhan sebagai mercusuar yang tertinggi dan
kekufuran dibenamkan sampai kebawah sekali.

Sabda Nabi dan Rasul adalah benar dalam ucapannya terhadap Allah SWT, berikhlas hati untukNya,
penganjur untuk mengajak menuju jalanNya yang benar, membela keagungan agamaNya dan
memperoleh pengokohan yang berupa kemukjizatan dari padaNya.

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah
lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63)

Selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu
mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman:

“…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah.” (Ali Imran: 49)

1. 5. DALIL NAQLI

Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Allah, dan dengan akal pikiran bisa
membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (al-Quran dan Sunnah) untuk
membimbing manusia untuk mengenal Tuhan yang sebenarnya (Allah) dengan segala asma dan
sifatNya. Sebab fithrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya itu (Allah).

1. Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujudNya. Dia jugaAl-
Akhir akhirnya tidak ada akhir dari wujudNya.

“Dialah yng awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia Mengetahui segala
sesuatu.” (Al-Hadid 57:3).

1. Tidak ada satu pun yang menyerupaiNya.


“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (As-Syura 42:11).

1. Allah SWT Maha Esa

“Katakanlah : ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa…” (Al-Ikhlas 112:1).

1. Allah SWT memiliki Al-Asma’ was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat) yang disebutkanNya
untuk diriNya di dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat yang dituturkan untukNya oleh
Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al’Aliim, Al-Aziz, As-Sami,
Al-Bashiir dan lain-lain.

Firman Allah :

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaa-ul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
perbuat.” (Al-A’raf 7:18).

1. 6. PENGOKOH KETUHANAN

Bukti-bukti adanya Tuhan diantaranya lagi adalah bahwa umat yang beriman kepada Tuhan (Allah)
dengan keimanan yang sebenar-benarnya, mereka itulah ummat yang tertinggi dari yang lainnya
perihal ilmu pengetahuan dan lebih banyak pula peradaban dan tata kesopanannya.Selain itu juga
pasti lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya dan lebih suka
mengalahkan diri sendiri dan paling banyak memberikan kemanfaatan kepada sesama manusia.

Kaum mukmin sengaja diberi oleh Allah SWT suatu pertolongan yang berupa kekuatan yang dapat
digunakan untuk membetulkan peri kemanusiaannya, agar dengan demikian dapatlah dicapai
setinggi-tinggi kesempurnaan hidup yang dapat diperoleh manusia sebagai makhluk Allah. Jadi,
adanya perubahan dalam jiwa kaum mukmin, sifat-sifat, akhlak atau budi pekerti serta
kecondongan-kecondongan itu adalah merupakan bukti yang seterang-terangnya tentang adanya
kekuatan rohaniah yang amat rahasia dan tersembunyi yang bekerja secara diam-diam dibalik tubuh
yang kasar ini. Kesan-kesan demikian ini nampak jelas dalam apa yang ditempuh oleh kaum mukmin
dalam perjalanan hidupnya dan dengan ikatan-ikatan yang penuh rahasia itu pula akan dicapainya
kedudukan yang setinggi-tingginya.

WUJUD ALLAH SWT :

Wujud Allah SWT adalah nyata benar, dan tetap ada di dalam jiwa serta merupakan penarik
keajaiban-keajaiban, keindahan segala yang dibuatNya dan keagungan tanda-tandaNya.

Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?’. Tentu mereka akan menjawab : ‘Allah’”. (S. Luqman:25)
DZAT ALLAH HANYA DAPAT DISIFATKAN DAN TIDAK DAPAT DILIHAT

Qur’an ketika memperkenalkan Allah SWT kepada manusia sebagai penciptanya, selalu
memperhunakan bukti-bukti dan bekas-bekas (kejadian-kejadian) yang menunjukkan sifat-sifat
Tuhan, kesempurnaan, keindahan dan kemurnianNya serta suci dari menyerupai makhlukNya.
Disamping itu, Qur’an menutup pintu penyelidikan manusia untuk meninjau lebih jauh dan
memikirkan dengan mendalam sekitar hakikat Allah dan DzatNya.

Firman Allah :

“Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain dari padaNya, Pencipta segala sesuatu. Sebab itu,
sembahlah Dia, dan Dia pengurus segalanya. Penglihatan tidak sampai melihatNya, tetapi Dia
mengetahui segala penglihatan. Dia Lemah Lembut dan Maha Tahu.” (Qur’an 6: 102-103).

Diceritakan dalam Qur’an, pada suatu ketika Nabi Musa memohon kepada Tuhan supaya dapat
melihatNya, dengan arti Tuhan memperlihatkan diriNya dengan nyata kepada Musa. Tuhan
menjawab, bahwa Musa tidak akan dapat melihatNya.

Firman Allah :

“Setelah Musa sampai kepada waktu yang ditentukan itu, dan Tuhan telah berfirman kepadanya,
lalu dia mengatakan : Wahai Tuhanku. Perlihatkanlah diri engkau kepadaku supaya dapat kulihat.
Tuhan menjawab : engkau tidak akan dapat melihat Aku. Memandanglah kepada bukit itu, kalau dia
tetap ditempatnya, nanti engkau dapat melihat Aku. Tetapi setelah Tuhan memperlihatkan
kebesaran diriNya kepada bukit itu, ia jadi runtuh dan Musa jatuh pingsan. Setelah Musa sadar akan
dirinya, dia mengatakan : Maha Suci Engkau. Aku kembali (tobat) kepada Engkau, dan akulah orang
yang mula-mula beriman.

“Tuhan mengatakan : Hai Musa. Sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari orang lain,
untuk menyampaikan risalahKu (perutusanKu) dan perkataanKu. Sebab itu, ambillah apa yang Ku
berikan kepada engkau, dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang tahu berterima
kasih.” (Qur’an 7 : 143 : 144).

Dari keterangan diatas ternyata kelemahan manusia untuk mengetahui hakikat Allah yang Maha Suci
itu. Hal itu merupakan ‘aqidah iman kepada Allah. Dengan sendirinya, kelemahan manusia itu sendiri
menjadi bukti yang nyata tentang ketinggian sifat Ketuhanan, sehingga tidak dapat dimasukkan ke
dalam lingkungan obyek pemikiran akal manusia yang sangat terbatas kekuatannya. Pemikiran itu
tidak mempunyai kemampuan untuk menembus alam gaib (meta physic) dibalik alam benda ini.
Alam gaib itu tidak dapat disamakan dengan alam benda yang nyata ini. Jalan untuk mengetahui
Tuhan dan mempercayai, bahwa Dia Ada dan Esa adalah dengan memperhatikan bekas-bekas
(perbuatan) Tuhan dan juga dengan memperhatikan kesadaran batin yang ada dalam jiwa,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam keterangan lain.

Anda mungkin juga menyukai