IDENTITAS
a. Subjek
Nama : popeye
Tanggal Lahir : 2 juli 1994
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa S2
Asal : Serang
b. Indentitas Keluarga
Ayah Ibu Kakak 1
Usia 60 tahun 58 tahun 38 Tahun
Pendidikan SMA Unknown S1
Pekerjaan Swasta IRT PNS
Status Menikah Menikah Menikah
c. Genogram
II. KELUHAN
Klien mengaku sering mengalami kesulitan ketika berbicara di
depan orang banyak maupun berbicara dengan orang lain yang
belum dikenal dengan akrab oleh klien. Kesulitan untuk berbicara
ini diikuti dengan keluhan fisik seperti jantung berdetak lebih cepat,
ritme bernafas yang tidak beraturan, badan terasa kaku tidak dapat
digerakkan, merasa cemas, takut, dan ingin menghindar.
IV. ANAMNESA
Klien adalah mahasiswa S2 berusia 25 tahun, berasal dari
Serang, Banten. Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien
memiliki seorang kakak perempuan yang berusia 38 tahun yang
telah berkeluarga dan memiliki anak.
Klien tidak memiliki riwayat penyakit medis apapun yang
memerlukan penanganan jangka panjang, serta tidak memiliki
riwayat inap di rumah sakit. Ayah klien beberapa kali harus dilarikan
ke rumah sakit karena menderita hipertensi, begitu juga dengan ibu
klien yang memiliki riwayat penyakit tipus.
Riwayat pendidikan klien sejak SD hingga SMA bersekolah di
pondok pesantren, dan selama berkuliah pada jenjang S1 aktivitas
klien terbatas pada lingkungan pondok pesantren karena klien juga
menjadi tenaga pengajar di pesantren tersebut, dan rumah keluarga
klien berada di lingkungan yang sama dengan pondok pesantren.
Diketahui, bahwa selama menempuh pendidikan sejak SD hingga S1
klien selalu diarahkan oleh ayahnya dalam pemilihan sekolah, ayah
klien tidak mengizinkan klien untuk keluar lingkungan pondok
pesantren karena khawatir terhadap klien, namun klien memandang
hal ini sebagai hal yang tidak disukai oleh klien, klien merasa tidak
memiliki pilihan dan karena tidak ingin berkonflik, maka klien
mengikuti kemauan orang tuanya.
Setelah lulus S1, klien melanjutkan pekerjaan sebagai tenaga
pengajar di pondok pesantren karena permintaan dari ayah klien dan
kebingungannya unuk mencari jenis pekerjaan lain di luar pondok.
namun pada akhir tahun 2017 klien mengalami putus cinta dengan
pacarnya, hal ini diakui klien sebagai salah satu pertimbangannya
saat ingin keluar dari lingkungannya selama ini. Setelah kejadian
tersebut klien memaksakan diri untuk meminta izin dari orangtuanya
agar dapat keluar dari lingkungan pondok pesantren, alsan yang
dikemukakan klien pada orangtuanya yakni untuk dapat melanjutkan
kuliah S2 yang sesuai dengan jurusannya pada saat S1, dan orangtua
klien menyetujui permintaan klien dengan pertimbangan jurusan
yang klien inginkan tersebut memang tidak ada di universitas
manapun yang ada di Banten
Secara umum hubungan klien dengan keluarganya dinilai cukup
baik oleh klien, selama di rumah klien sebisa mungkin menjaga
prilakunya agar tidak menimbulkan masalah dan dimarahi oleh
orangtuanya, hal ini pula yang melatarbelakangi keputusan klien
untuk selalu berusaha mengikuti permintaan orangtuanya terutama
ayahnya.
V. TINJAUAN TEORITIS
A. Kecemasan Sosial
1. Pengertian Kecemasan Sosial
Menurut American Psychiatric Association (APA)
kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap
sebuah (atau lebih) situasi sosial yang terkait berhubungan
dengan performa, yang membuat individu harus berhadapan
dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi
kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya
akan dipermalukan atau dihina (dalam La Geca, et al, 1998 ).
Leitenberg (dalam Ingman et al, 1999) menyatakan
bahwa kecemasan sosial melibatkan perasaan ketakutan,
kesadaran diri, dan tekanan emosional dalam situasi yang
sebenarnya dapat diantisipasi atau evaluasi terhadap
lingkungan social.
Eren - Gümüş (dalam Baltaci dan Hamarta 2013)
mendefinisiskan kecemasan sosial adalah keadaan
ketidaknyamanan dan stres bahwa pengalaman individu
dengan ekspektasi bahwa dia akan bertindak tidak tepat,
membuat bodoh dirinya sendiri, meninggalkan kesan negatif
dan dievaluasi oleh orang lain dalam cara negatif (bodoh,
pecundang, tidak kompeten, dan sebagainya) di berbagai
acara maupun situasi sosial.
Kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam
kehadiran orang- orang lain, yang selalu disertai oleh
perasaan malu, yang ditandai dengan kejanggalan atau
kekakuan, hambatan, dan kecenderungan untuk menghindari
interaksi sosial (Dayakisni dan Hudainah, 2009). Brecht
(dalam Nainggolan, 2011) menjelaskan bahwa kecemasan
sosial merupakan rasa takut dan khawatir yang berlebihan
jika berada bersama dengan orang lain dan merasa cemas
pada situasi sosial karena kekhawatiran akan mendapat
penilaian atau bahkan evaluasi dari orang lain, tetapi akan
merasa baik ketika sedang sendirian.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kecemasan sosial merupakan suatu keadaan dimana adanya
ketakutan ataupun kekhawatiran yang berlebihan terhadap
situasi sosial sehingga membuat individu tersebut merasa
cemas pada situasi sosial karena khawatir akan mendapat
penilaian negatif dari orang lain yang membuat individu
tersebut cenderung menghindari kegiatan sosial.
VI. ASESMEN
a. Rancangan
Metode yang digunakan untuk menggali informasi dari
subjek adalah dengan menggunakan teknik observasi dan
wawancara. Teknik observasi yang digunakan berupa deskripsi
perilaku yang muncul selama proses wawancara berlangsung.
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami subjek, observer
akan menggunakan teknik observasi dalam bentuk behavioral
checklist. Observer membuat behavioral checklist berdasarkan
aspek- aspek dari variabel/ masalah yang hendak diamati agar
memudahkan observer dalam mengamati perilaku subjek.
Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
semi terstruktur. Sebelum melakukan wawancara, interviewer
akan membuat kerangka pertanyaan (guide wawancara) yang
penting dan sesuai dengan tujuan wawancara.
b. Pelaksanaan
Proses asessmen dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2019
pukul 13.40- 15.10 WIB di ruang 103.
c. Hasil
Wawancara:
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, diketahui
bahwa klien terindikasi mengalami gejala kecemasan sosial
yang ditandai dengan adanya rasa takut ketika berbicara di
depan umum, keinginan untuk menghindari situasi yang
membuat dirinya harus berbicara di depan umum, sehingga
membuat klien tidak mampu berbicara di depan umum
maupun berbicara dengan orang asing. Gangguan ini
disebabkan karena adanya peristiwa klien pernah dimarahi,
dibentak, dan dicibir oleh ayahnya ketika menyampaikan
pendapatnya pada ayah. Peristiwa tersebut membuat klien
memiliki rasa takut untuk dievaluasi oleh orang lain, klien
cenderung mengevaluasi dirinya secara berlebihan,
ketidaknyamanan ketika berada di situasi kelompok,
kecenderungan untuk menarik diri, takut untuk dicemooh,
serta takut untuk mengalami penolakan.
Observasi:
Ketika proses wawancara berlangsung, klien terlihat
sering bolak-balik ke kamar mandi, cenderung menghindari
kontak mata dengan interviewer, kurang berinisiatif untuk
memulai percakapan, keringat berlebihan, klien terlihat
seringkali menggerak-gerakkan benda (kunci motor),
menggoyang-goyangkan kaki dan meremas-remas
tangannya ketika berbicara.
e. Dinamika Kasus
Awal mula gangguan kecemasan sosial yang dialami klien
terjadi karena peristiwa tidak menyenangkan di masa lalu. Klien
pernah dimarahi, dibentak dan dicibir oleh ayahnya ketika sedang
menyampaikan pendapatnya kepada ayah. Peristiwa ini kemudian
mempengaruhi performa klien dalam setting interaksi sosialnya,
khususnya ketika klien diminta untuk berbicara di depan orang
banyak maupun membuka pembicaraan dengan orang asing yang
belum terlalu dikenal. Kecemasan sosial ini dipengaruhi oleh
pikiran-pikiran negatif yang klien munculkan selama ini. Klien
berpikir bahwa semua orang akan menyalahkan dirinya ketika
berbicara, teman-teman klien mengolok-ngolok dirinya dengan
candaan dan tertawaan ketika klien tengah berbicara. Selanjutnya
pikiran-pikiran tersebut membuat klien takut untuk disalahkan,
takut untuk dievaluasi, takut dicibir, takut tidak mampu
menyampaikan pemikirannya dengan baik, cemas dan gugup.
Akumulasi dari pikiran negatif ini membuat klien cenderung
menghindar dengan berbohong (berpura-pura ke kamar mandi)
ketika diminta untuk berbicara di depan teman-temannya, atau
berpura-pura mengetahui jalan dari pada harus menanyakan
arah/jalan yang benar kepada orang asing. Perilaku menghindar
ini disertai pula dengan oleh munculnya keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien. Keluhan fisik berupa tubuh terasa kaku tidak
dapat bergerak, jantung berdetang lebih cepat, ritme bernafas
yang meningkat, serta keringat berlebih.
Permasalahan yang dialami klien dapat dilihat melalui
paradigma kognitif- behavioral dengan pendekatan teori rasional
emotif terapi dari Albert Ellis. Pendekatan rasional emotif
tentang kepribadian Ellis, dapat dikaji dari konsep-konsep kunci
teori Ellis, yaitu antecedent even (A) yaitu peristiwa pemicu,
belief (B) yaitu keyakinan individu terhadap suatu peristiwa, dan
emotional consequence (C) yaitu konsekuensi emosional sebagai
akibat/ rekasi individu terhadap antecedent even .
Berdasarkan teori ABC dari Ellis, dapat dijelaskan bahwa
antecedent event (A) yang terjadi pada subjek adalah pengalaman
pernah dimarahi, dibentak dan dicibir oleh ayah sebelumnya.
Peristiwa tersebut membuat subjek memiliki keyakinan irrasional
(B) dalam bentuk pikiran negatif seperti, klien berpikir semua
orang akan menyalahakan klien. Selanjutnya peristiwa tidak
menyenangkan dan keyakinan irrasional ini akan memunculkan
konsekuensi emosional (C) berupa perasaan takut ditertawakan
lagi, takut tidak bisa menyampaikan dengan baik/ blank, takut
salah, cemas, dan gugup. Kemudian pikiran dan perasaan yang
dialami subjek menyebabkan subjek cenderung menghindar
dengan berbohong (berpura-pura ke kamar mandi) ketika diminta
untuk berbicara di depan teman-temannya, atau berpura-pura
mengetahui jalan dari pada harus menanyakan arah/jalan yang
benar kepada orang asing. Berikut ini skema dinamika psikologi
berdasarkan pendekatan teori ABC dari Ellis dan paradigma
kognitif- behavior:
A
Pernah dimarahi, dibentak
dan dicibir oleh ayahnya
B C
Takut salah/ blank, takut Cemas, takut, gugup,
ditolak, takut dicemooh, badan kaku, berdebar ,
takut dievaluasi, takut nafas tidak beraturan,
ditertawakan/dijadikan menghindar dengan
bahan candaan oleh teman berbohong
PIKIRAN
1. Semua orang akan menyalahkan saya
2. Teman-teman akan mengevaluasi saya
3. Teman- teman akan menolak saya jika
saya salah
4. Orang asing akan menilai saya aneh
PERILAKU
1. Menghindar
2. Berbohong
KECEMASAN SOSIAL
2. Wawancara Umum
Umur, status pernikahan, status dalam keluarga
Aktivitas yang sering dilakukan
Saat ini tiggal dengan siapa
Latar belakang pendidikan
Pekerjaan
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit serius yang pernah di derita
Latar belakang budaya
Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan sosial
Apa yang dirasakan sekarang
Treatment apa yang sudah dilakukan untuk
mengatasinya?
Bagaimana efek dari treatment tersebut?
Peristiwa penting dalam hidup
b. Guidance OW II
1. Observasi Khusus (prilaku cemas)
c. Verbatim
22 Oktober 2019
Sebelumnya saya mau minta izin, nanti di sesi ngobrol kita hari
ini nanti saya akan menggunakan hp saya untuk merekam obrolan
kita. Mas tidak perlu khawatir untuk kerahasiaan datanya, karena
nanti meskipun saya akan melaporkan data mas ke dosen saya,
identitas asli mas akan saya samarkan, dan data ini sendiri aka
saya pergunakan untuk keperluan terbatas di kelas. Apakah mas
setuju?
Baik, jika mas setuju, disini saya berikan informed consent nya,
silahkan di tanda tangan
mmm... mas popay sekegiatan nya belakangan ini apa aja nih?
Kuliahnya di UNY
Jurusannya?
Oalah... coba diminumin jeruk nipis sama madu mas, saya waktu
kecil dulu kalo batuk dikit ibu sering buatin gitu
Hooo.. itu dari kelas 2 sd terus di banten selama berapa lama mas?
Ya nekat aja gituh, kan selama ini di Banten aja, di pondok aja
tinggal
Di pondok?
Iya.. di banten
Ya SMA, dari SD juga udah disitu soalnya abah kan juga disitu
Iya, dari SD,SMP, SMA di pondok cuman pas kuliah kan ga ada
jadi kuliah itu di luar
Pondoknya?
Nggak sih, itu ngontrak sama anak banten juga berempat di jakal
Biasa sih, gitu-gitu aja juga kan udah kenal dari jaman SD
bareng
Ya satu doang dulu yang bareng kelasnya, yang dua itu adek
kelas, satunya bawah kita 2 tahun, satunya lagi dulu selisihnya 4
tahun
Hmm... udah kenal dari lama jadi udah enak gitu ya kalo apa-
apa?
Ya gitulah...
Apa ya... itu yang kaya peminjaman online gitu gitulah lupa
namanya... apa apa gitu... duh ini nih juga nih aku tuh suka lupa
mudah lupa gituh, kenapa ya...
Hehehe... saya juga sering kok mas lupa-lupa, tapi gapapa bikin
jadi cepet lupanya sama mantan
Oh iya.. itu.. itu sih saya tuh mau nanya caranya buat bisa
ngomong gituh yang enak kaya gimana ya?
Cara buat bisa ngomong? Hehehe ini kan mas nya lagi ngomong?
Ya kaya gini ini, susah gitu mau nyampeinnya, gimana ya.... nah
gini nih kalo ngomong tuh di dalam sini (menyentuh kepala) tuh
udah banyak udah tau gitu apa yang mau diomongin, tapi sulit
gituh buat nyampeinnya ke orang