AUDIT ENERGI
Audit energi merupakan bentuk analisa energi untuk menghitung
jumlah energi yang digunakan dalam setiap tahap di dalam suatu sistem
secara keseluruhan (Abdullah, 1998). Audit energi adalah kegiatan untuk
mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi
dan biaya yang dapat dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu
sistem, sarana maupun peralatan yang telah ada (KEPRES 43/1993,
Konservasi Energi).
), metode audit energi terdiri dari dua tahapan yaitu audit energi awal
(preliminary energi audit) dan audit energi terinci (detailed energy audit)
1. Audit energi awal (preliminary energy audit)
Audit energi awal (preliminary energy audit) adalah berupa
pengumpulan data awal dan analisa pendahuluan, yang terdiri dari
pengelempokan sumber data, mengidentifikasi data yang diperlukan,
pengumpulan data, analisa data, pembuatan rencana pengembangan.
2. Audit energi terinci (detailed energy audit)
Audit energi terinci (detailed energy audit) adalah dengan melakukan
penjajagan terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan
melakukan analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara
kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap.
Tahapan pada audit energi terinci yaitu :
a. Evaluasi pengelolaan energi harian
b. Melakukan audit energi awal
c. Rencana pengembangan kegiatan pabrik
d. Pemilihan bagian-bagian yang akan diaudit secara rinci
e. Persiapan kelengkapan kerja
f. Pemeriksaan data lapangan
g. Evaluasi data yang dikumpulkan
h. Mengidentifikasi peluang konservasi energi
i. Rencana pengembangan aktivitas peralatan
j. Pengawasan penggunaan energi secara kontinyu
k. Penyempurnaan pengelolaan energi secara menyeluruh
Tahapan audit energi yang dilakukan oleh Suryadi (1994)
dalam kegiatan audit energi pada proses produksi pupuk urea di PT
Pupuk Kujang adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data awal
Pengumpulan data-data mengenai produksi dan energi (jenis,
sumber, konsumsi dan kapasitas konsumsi)
2. Evaluasi awal
Melakukan perhitungan untuk mendapatkan konsumsi energi
spesifik untuk listrik, panas dan mekanis dari suatu produk, dan
membandingkan dengan data konsumsi energi secara internasional.
3. Pelaksanaan pengukuran energi
Data-data yang sebenarnya diperoleh melalui pengukuran
variabel secara detil dan dilakukan dengan sistem akusisi data, seperti
laju aliran udara, laju aliran listrik, temperatur, data cuaca.
4. Evaluasi hasil pengukuran
Pelaksanaan konservasi energi akan didasarkan pada hasil
perbandingan data spesifikasi dengan data hasil pengukuran
sesungguhnya, sehingga dari tahapan ini akan dapat dihasilkan
rekomendasi cara penghematan energi.
5. Realisasi
Pihak industri akan melaksanakan penghematan energi
melalui penataan, modifikasi, atau penggantian peralatan proses
energi sesuai dengan bagian yang direnovasi dan sesuai dengan
kemampuan industri, sehingga pemborosan energi dapat diatasi.
6. Kontrol unjuk kerja
Setelah pelaksanaan pencegahan pemborosan terealisasi, tim
audit akan melakukan control unjuk kerja untuk mencocokan potensi
penghematan energi yang sudah dihitung sebelumnya.