Anda di halaman 1dari 38

Bab II Tinjauan Pustaka 1

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan (financial statement) suatu perusahaan merupakan

gambaran yang menjelaskan tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Bagian

inilah yang paling banyak dan paling teliti untuk dilihat oleh investor dalam

rangka mengetahui kondisi suatu perusahaan itu sehat atau tidak.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui PSAK No.01 dalam buku “Standar

Akuntansi Keuangan” (2004;2) memberikan pengertian mengenai laporan

keuangan sebagai berikut:

“Laporan keuangan adalah neraca dan perhitungan laba, laporan


perubahan posisi keuangan (misalnya, laporan arus kas, atau laporan
arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”

Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai kinerja

perusahaan yang tersedia dengan mengukur laba (earning) dan komponennya.

Sebab laporan keuangan yang hanya menunjukkan penerimaan dan pembayaran

kas pada periode yang pendek tidak cukup mampu untuk menunjukkan

kesuksesan kinerja suatu perusahaan (SFAC No. 1 Par 43).

Laporan keuangan menurut Eduardus Tandelilin dalam buku “Analisis

Investasi dan Manajemen Portofolio” (2001;23) dijelaskan sebagai berikut:

“Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang


menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar
penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi-transaksi
ekonomi apa saja yang telah dilakukan perusahaan yang bisa
mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.”
Bab II Tinjauan Pustaka 2

Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan

keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan. Berdasarkan analisis

terhadap informasi laporan keuangan, investor dapat mengetahui perbandingan

antara nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan

bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor dapat membuat

keputusan untuk membeli atau menjual saham bersangkutan.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan Laporan Keuangan menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,

dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2003;30) adalah:

“1. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditur,


dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial (masa yang akan
datang), untuk pembuatan keputusan investasi, kredit, dan
investasi semacam lainnya.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai
eksternal, untuk memperkirakan jumlah, waktu dan
ketidakpastian (yang berarti risiko) penerimaan kas yang
berkaitan.
3. Untuk memperkirakan Aliran kas perusahaan.”

Di samping itu, secara lebih spesifik laporan keuangan bertujuan


membuat pihak luar menganalisis:

1. Likuiditas perusahaan,
2. Fleksibilitas keuangan,
3. Kemampuan operasional perusahaan, dan
4. Kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode
tertentu.”

Sedangkan menurut IAI yang disampaikan melalui PSAK No.01 tahun 2004

dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan (SAK)” No.1 paragraf 5, tujuan umum

laporan keuangan adalah :


Bab II Tinjauan Pustaka 3

“Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas


perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan keuangan, dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) menajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”

Ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan

merupakan media bagi mereka untuk mengkomunikasikan performance keuangan

perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, informasi akuntansi diharapkan

dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang rasional dalam praktik bisnis

yang sehat. Dengan demikian, seorang investor yang rasional tetap harus

mengandalkan laporan keuangan sebagai dasar kebijakan investasinya.

2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan

Pelaporan keuangan yang disiapkan perusahaan memberikan informasi

untuk para pengguna laporan keuangan dengan kebutuhan informasi yang

berbeda-beda. Pengguna laporan keuangan menurut IAI melalui PSAK No.01

tahun 2004 dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (2004;04) meliputi :

“ 1. Investor
2. Karyawan
3. Pemberi Pinjaman
4. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya
5. Pelanggan
6. Pemerintah
7. Masyarakat.”

Selanjutnya dibawah ini akan diuraikan satu per satu mengenai pengguna

laporan keuangan :
Bab II Tinjauan Pustaka 4

1. Investor

Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah

harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham

juga tertarik pada informai yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada

informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dari

kesempatan kerja.

3. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar

pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang

akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada

perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi

pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada

kelangsungan hidup perusahaan.


Bab II Tinjauan Pustaka 5

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjiam jangka

panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga

membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan dalam

menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik

pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan

informsi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran

perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2.4 Komponen-Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang

penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi

perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya.

Seringkali manajemen perlu memahami kondisi keuangan suatu perusahaan

sebelum mengambil keputusan-keputusan penting yang akan berpengaruh


Bab II Tinjauan Pustaka 6

terhadap kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Untuk mengambil

keputusan keuangan, maka kita memerlukan informasi keuangan. Informasi

tersebut, di perusahaan disajikan oleh laporan keuangan yang disusun menurut

prinsip-prinsip akuntansi. Oleh karena itu, kita perlu untuk memahami laporan

keuangan tersebut.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim dalam buku “Analisis

Laporan Keuangan” (2003;49) menyatakan bahwa ada tiga macam laporan

keuangan pokok yang dihasilkan, yaitu:

“1. Neraca,

2. Laporan Rugi-Laba,

3. Laporan Aliran kas.”

Di samping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan

pendukung seperti laporan laba yang ditahan, perubahan modal sendiri, dan

diskusi-diskusi oleh pihak manajemen. Hubungan antara ketiga macam laporan

keuangan pokok tersebut dapat dilihat sebagai berikut:


Bab II Tinjauan Pustaka 7

Laporan Rugi-
Laba:
 Pendap Neraca Akhir:
Neraca Transaksi atan  Aset
Awal: dan kejadian  Biaya  Hutang
 As
et
 Modal
 Hut Laporan Aliran
Kas:
 Aktivitas
Operasional
 Aktivitas
Investasi
 Aktivitas
Pendanaan

Gambar 2.2
Bagan Hubungan Antar Laporan Keuangan

1). Neraca

Neraca meringkaskan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal

tertentu. Neraca menampilkan sumberdaya ekonomis (aset), kewajiban

ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut. Neraca

tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi

informasi tersebut bisa dilihat dengan mempelajari neraca digabung dengan

laporan keuangan yang lain. Secara lebih spesifik, neraca dimaksudkan

membantu pihak eksternal untuk menganalisis (1) likuiditas perusahaan, (2)

fleksibilitas keuangan, (3) kemampuan operasional, dan (4) kemampuan

menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.

Klasifikasi neraca didasarkan pada tiga blok besar, yaitu aset, hutang, dan

modal sendiri.
Bab II Tinjauan Pustaka 8

2). Laporan Rugi-Laba

Laporan Rugi-Laba meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama

periode akuntansi tertentu. Laporan ini sering dipandang sebagi laporan

akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan. Kegiatan perusahaan

selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional,

disamping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang muncul.

Ada tiga elemen pokok dalam laporan rugi-laba, yaitu: (1) Pendapatan

Operasional, (2) Beban Operasional, dan (3) Untung atau Rugi (Gain or

Loss). Sedangkan isi laporan rugi-laba biasanya mencakup elemen-elemen

seperti berikut ini:

1. Pendapata

n Operasional Perusahaan

2. Hasil dari

Operasional Perusahaan

3. Item-item

luar biasa (bersih pajak pendapatan)

4. Efek

kumulatif perubahan prinsip akuntansi (bersih pajak pendapatan)

5. Laba

bersih

6. Laba per

lembar saham (Earning Per Share)

3). Laporan Aliran kas


Bab II Tinjauan Pustaka 9

Tujuan pokok laporan aliran kas adalah untuk memberikan informasi

mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode

tertentu. Tujuan kedua laporan aliran kas adalah untuk memberikan

informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi

perusahaan selama periode tertentu.

Terdapat dua metode penyusunan laporan aliran kas, yakni metode langsung

dan metode tidak langsung. Metode yang biasa digunkan adalah metode

tidak langsung.

Sedangkan laporan keuangan yang lengkap menurut Tjiptono Darmadji dan

Hendy M. Fakhruddin dalam buku “Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya

Jawab” (2006;191) meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

“1. Neraca (balance sheet)


2. Laporan laba rugi (income statement atau profit and loss
statement)
3. Laporan perubahan ekuitas (statements of changes in
shareholders’ equity)
4. Laporan arus kas (cash flow statement)
5. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).”

Komponen-komponen dari laporan keuangan di atas, dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1). Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan perkembangan

aset (aktiva), kewajiban, dan modal (ekuitas) perusahaan.

2). Laporan

Laba Rugi
Bab II Tinjauan Pustaka 10

Laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan pendapatan

perusahaan serta biaya yang dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah

perusahaan dalam posisi laba atau rugi.

3). Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas merupakan laporan yang menunjukkan

perubahan ekuitas/kepemilikan perusahaan yang menggambarkan

peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode

pelaporan.

4). Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan

pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dan

diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

5). Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan mengenai gambaran

umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan

keuangan, dan informasi penting lainnya.

2.3 Analisis Rasio Keuangan

2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan (financial ratio) memiliki kegunaan yang sangat penting

yaitu untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Menurut

Irham Fahmi dalam “Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi & Politik”

(2006;52) menyatakan bahwa:


Bab II Tinjauan Pustaka 11

“Analisis rasio adalah teknik yang menunjukkan hubungan antara dua

unsur akunting yang memungkinkan pemilik bisnis menganalisis

kinerja keuangan perusahaan.”

Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja

perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Dapat dipahami pula bahwa rasio

keuangan memiliki jumlah banyak. Setiap rasio mempunyai kegunaan masing-

masing. Bagi investor penggunaan rasio harus sesuai dengan analisis yang akan

dilakukan. Jika rasio tersebut tidak mempresentasikan tujuan dari analisis yang

akan dilakukan, maka rasio tersebut tidak akan dipergunakan. Analisis rasio

sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian

prestasi atau kinerja (performance) perusahaan bila dibandingkan dengan rata-rata

industri.

2.3.2 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Irham Fahmi dalam “Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi

& Politik” (2006;52) menyatakan bahwa analisis rasio mempunyai keunggulan

sebagai berikut:

“a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih


mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengahindustri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
e. Menstandarisir size perusahaan.
f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time-
series.
Bab II Tinjauan Pustaka 12

g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di


masa yang akan datang.”

Analisis rasio keuangan digunakan untuk melihat suatu perusahaan yang

akan memberikan gambaran keadaan perusahaan dan prediksi perusahaan tersebut

untuk masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan rasio keuangan juga

memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditor dan investor

dalam memperkirakan bagaimana memperoleh kebutuhan dana. Jadi dapat

dipahami bahwa penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang

relatif terhadap kondisi perusahaan. Oleh karena itu, dengan mengetahui kondisi

perusahaan akan diketahui kesehatan perusahaan.

2.3.3 Kelemahan Analisis Rasio Keuangan

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan mengandung kelemahan dan

tidak memberikan jawaban yang menyeluruh tentang kondisi suatu perusahaan.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Irham Fahmi dalam buku “Analisis

Investasi dalam Perspektif Ekonomi & Politik” (2006;54) bahwa:

“Analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban, kecuali


menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan,
sehingga secara sederhana dapat dipahami bahwa analisis rasio
keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis keuangan
perusahaan.”

Dibawah ini merupakan beberapa kelemahan atau keterbatasan yang

terdapat dalam analisis rasio keuangan, antara lain yaitu:


Bab II Tinjauan Pustaka 13

1). Terdapat kemungkinan rasio diantara perusahaan yang sama bidang

usahanya tidak menunjukkan hasil yang dapat dibandingkan karena

perbedaan metode pembukuan yang digunakan.

2). Sulit atau hampir tidak mungkin untuk membandingkan rasio

antara perusahaan yang berbeda bidang usahanya.

3). Analisa rasio akan menghasilkan hasil yang keliru jika informasi

perusahaan lebih baik dibanding kondisi sebenarnya.

Rasio keuangan dianggap mengandung kelemahan-kelemahan dalam

menganalisis keuangan perusahaan, maka mengkaji ulang setiap hasil yang

diperoleh dari perhitungan rasio keuangan tersebut sangat penting untuk

dilakukan.

2.3.4 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim dalam buku ”Analisis

Laporan Keuangan Edisi Revisi” (2003;75) menyatakan bahwa pada dasarnya

analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu:

“1. Rasio Likuiditas,


2. Rasio Aktivitas,
3. Rasio Solvabilitas,
4. Rasio Profitabilitas,
5. Rasio Pasar.”

Selanjutnya akan diuraikan satu per satu mengenai analisis rasio

tersebut,yaitu:

1). Rasio Likuiditas


Bab II Tinjauan Pustaka 14

Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Meskipun rasio ini tidak

menyinggung masalah solvabilitas (kewajiban jangka panjang), tetapi rasio

likuiditas yang tidak bagus dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi

solvabilitas perusahaan. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering

digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick (acid test ratio).

2). Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat

aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang

rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin

besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana

kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang

lebih produktif. Rasio ini terbagi ke dalam empat macam yaitu: (1) Rata-rata

umur piutang, (2) Perputaran Persediaan, (3) Perputaran Aktiva Tetap, dan

(4) Perputaran Total Aktiva.

3). Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana

perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh

keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya. Rasio ini

mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total

hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Ada beberapa macam

rasio yang bisa dihitung yaitu: rasio total hutang terhadap total aset, rasio
Bab II Tinjauan Pustaka 15

hutang-modal saham, rasio Times Interest Earned, Rasio fixed charges

coverage.

4). Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham

yang tertentu. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Disamping itu, rasio

profitabilitas juga menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam

menjaga stabilitas finansialnya untuk selalu berada dalam kondisi yang

stabil dan profit. Karena jika kondisi ini mengalami penurunan, hal itu

cenderung membuat perusahaan berada dalam ambang kondisi yang harus

diwaspadai untuk kelayakan dan keamanan dalam berinvestasi. Oleh sebab

itu, investor yang potensial akan menganalisis dengan cermat kelancaran

sebuah perusahaan dan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan

(profitabilitas), karena mereka mengharapkan dividen dan harga pasar dari

sahamnya.

5). Rasio Pasar

Rasio yang terakhir adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif

terhadap nilai buku. Sudut pandang ini lebih banyak berdasar pada sudut

investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga

berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa

dihitung: PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan pembayaran

dividen (dividend payout).


Bab II Tinjauan Pustaka 16

Kelima rasio tersebut bertujuan untuk melihat prospek dan risiko perusahaan

pada masa mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi

harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang. Sedangkan

menurut Irham Fahmi dalam buku ”Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi

& Politik” (2006;55) menyatakan bahwa rasio keuangan terdiri dari:

“ 1. Rasio Likuiditas,
2. Rasio Leverage,
3. Rasio Aktivitas,
4. Rasio Profitabilitas.”

Pengertian dari rasio-rasio keuangan tersebut yaitu seperti berikut di bawah

ini:

1). Rasio Likuiditas

Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam

membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.

2). Rasio Leverage

Adalah menyangkut penggunaan hutang. Saat ini banyak perusahaan yang

membiayai aktivitasnya dengan hutang. Namun yang harus dimengerti

bahwa penggunaan hutang yang berlebihan dapat menimbulkan kondisi

berbahaya atau yang biasa disebut dengan extreme leverage, sehingga

penggunaan hutang yang baik adalah disesuaikan dengan jumlah atau

ketersediaan modal yang dimiliki.

3). Rasio Aktivitas


Bab II Tinjauan Pustaka 17

Rasio Aktivitas atau activity ratio adalah suatu bentuk pengukuran dari

tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan yang memberikan

dampak bagi perusahaan. Dengan kata lain, rasio aktivitas mengukur sejauh

mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.

4). Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas menggambarkan

kemampuan suatu perusahaan dalam menjaga stabilitas finansialnya untuk

selalu berada dalam kondisi yang stabil dan profit. Karena jika kondisi ini

mengalami penurunan, hal itu cenderung membuat perusahaan berada dalam

ambang kondisi yang harus diwaspadai untuk kelayakan dan keamanan

dalam berinvestasi.

2.4 Earning Per Share (EPS)

2.4.1 Konsep Persyaratan Pengungkapan Earning Per Share (EPS)

Penghitungan Earning Per Share (EPS) yang mengarah ke masa depan ini

mencoba untuk memberikan informasi mengenai Earning Per Share (EPS) yang

mungkin akan diperoleh di masa yang akan datang seandainya konversi dan

penggunaan opsi benar-benar dilaksanakan. Karena kondisi yang hanya bersifat

“pengandaian” ini didasarkan pada asumsi, maka hasilnya dapat dihitung dengan

beberapa cara. Dengan mengakui bahwa praktek pelaporan itu dapat dilaksanakan

dengan berbagai cara, APB merasa perlu untuk menetapkan pedoman untuk

penghitungan dan pengungkapan jumlah Earning Per Share (EPS). Hasilnya


Bab II Tinjauan Pustaka 18

tercantum pada Opinion Accounting Principles Board (APB) No.15 yang berlaku

sejak tahun 1969 “Earning Per Share” yang menyimpulkan:

“Selama beberapa tahun pertama dikeluarkannya Opinion APB No.15,


semua satuan usaha diminta untuk mencantumkan data laba per saham
dalam perhitungan rugi-laba mereka. Namun demikian, pada tahun
1978, FASB mengeluarkan statement No.21 yang menghapuskan
persyaratan tersebut untuk satuan usaha nonpublik. Perusahaan
nonpublik (nonpublic company) didefinisikan sebagai sarana
perusahaan selain “perusahaan (a) yang menjual sekuritas hutang atau
sekuritas ekuitasnya di bursa umum dalam negeri atau di pasar
bandingannya...atau (b) yang diwajibkan untuk menyampaikan
laporan keuangan oleh BAPEPAM A.S. (SEC).”

2.4.2 Pengertian Earning Per Share (EPS)

PSAK No.56 tentang Earning Per Share (EPS) telah disahkan oleh Dewan

Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 10 Desember 1999. Earning Per Share

(EPS) merupakan komponen penting pertama yang perlu diperhatikan dalam

analisis perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Eduardus Tandelilin dalam

buku “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” (2001;241) menyatakan

bahwa:

“Informasi Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukkan

besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua

pemegang saham perusahaan.”

Sedangkan Abdul Halim dalam buku “Analisis Investasi” (2003;12)

mengungkapkan Earning Per Share (EPS) sebagai berikut:


Bab II Tinjauan Pustaka 19

“Earning Per Share (EPS) adalah perbandingan antara keuntungan

bersih setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang

beredar.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Earning Per

Share (EPS) memberikan informasi penting mengenai laba yang diperoleh suatu

perusahaan dari laba bersih yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar,

namun tidak menunjukkan pendapatan secara keseluruhan bagi para pemegang

saham. Pengukuran Earning Per Share (EPS) perlu diperhatikan oleh para

investor maupun calon investor yang merupakan indikator penting bagi

kesuksesan perusahaan.

Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan dapat diketahui dari

informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak

mencantumkan besarnya Earning Per Share (EPS) perusahaan bersangkutan

dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya Earning Per Share (EPS) suatu

perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi-

laba perusahaan. Oleh Karena adanya bahaya untuk memusatkan perhatian

semata-mata pada Earning Per Share (EPS), profesi menyimpulkan bahwa

Earning Per Share (EPS) harus diungkapkan pada wajah perhitungan rugi laba.

Earning Per Share (EPS) diperoleh dari laba bersih dikurangi dividen preferen

(laba tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang dari

saham biasa yang beredar. Untuk lebih jelasnya, dapat dijabarkan rumus sebagai

berikut:
Bab II Tinjauan Pustaka 20

Earning Per Share = Laba Bersih

(EPS) Jumlah Saham Beredar

(Sumber : Tjiptono Darmadji & Hendy M. Fakhruddin, 2006;196)

Jumlah laba bersih seringkali digunakan oleh investor dan kreditor untuk

mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Namun, laba bersih itu sendiri sulit

dipakai dalam membandingkan perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran

yang beragam. Dengan demikian, profitabilitas perusahaan biasa diekspresikan

sebagai Earning Per Share (EPS).

2.4.3 Kelemahan Pelaporan Earning Per Share (EPS) dalam Laporan

Keuangan

Penggunaan laporan keuangan secara akuntansi dalam analisis perusahaan

mengandung beberapa kelemahan, khususnya yang berkaitan dengan pelaporan

laba (earning) perusahaan. Permasalahan dalam pelaporan laba (earning) ini

terkait dengan kemungkinan munculnya konflik kepentingan antara investor di

satu sisi sebagai pengguna laporan keuangan, dan manajemen di sisi lainnya

sebagai penyaji laporan keuangan. Investor tentu menginginkan pelaporan

earning yang jujur dan apa adanya. Hal ini penting sebagai sumber informasi

untuk pembuatan keputusan investasi yang akan dilakukan. Sedangkan di pihak

lain, manajemen menginginkan pelaporan laba (earning) dalam laporan keuangan

dibuat sebagus mungkin, dengan berbagai trik dan perilaku khusus. Jika laporan
Bab II Tinjauan Pustaka 21

keuangan yang dihasilkan dapat menunjukkan bahwa perusahaan selalu untung,

maka tentunya kinerja manajemen akan terlihat bagus.

Kelemahan berikutnya berkaitan dengan kemampuan laporan keuangan

untuk menggambarkan kondisi perusahaan yang paling terbaru. Seperti yang telah

diketahui bahwa laporan keuangan disusun pada akhir periode (biasanya 1 tahun)

untuk menggambarkan apa yang telah terjadi pada perusahaan pada periode

tersebut. Akan tetapi, gambaran tersebut dalam kenyataannya masih merupakan

gambaran sesaat mengenai kondisi pada saat laporan keuangan tersebut dibuat.

Kelemahan seperti ini dikenal dengan istilah “snapshot”.

2.5 Saham

2.5.1 Pengertian Saham

Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau

kepemilikan seseorang atau badan atas suatu perusahaan. Saham berwujud

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan

tersebut. Adapun pengertian saham yang dikemukakan oleh Rusdin dalam buku

“Pasar Modal” (2006;68) adalah sebagai berikut:

“Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu

perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan

dan aktiva perusahaan.”


Bab II Tinjauan Pustaka 22

Sedangkan pengertian saham menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M.

Fakhruddin dalam buku “Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab”

(2006;6) adalah sebagai berikut:

“Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda

penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas.”

Saham merupakan salah satu jenis investasi yang sangat menarik. Hal ini

lumrah karena diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal,

saham adalah yang paling dikenal masyarakat. Bahkan banyak perusahaan yang

menerbitkan saham, yang digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi,

saham sangat menarik baik bagi sisi investor maupun sisi emiten (perusahaan

yang menerbitkan surat berharga).

Pemegang saham merupakan pemilik perusahaan meski lembar saham yang

dimiliki hanya 1 lembar. Hak-hak penting yang menyertai kepemilikan saham

adalah sebagai berikut:

1). Hak untuk memberikan suara dalam permasalahan yang

berhubungan dengan perusahaan.

2). Hak untuk mendapatkan bagian dari distribusi laba.

3). Hak untuk mendapatkan bagian dari likuidasi aktiva.

Jika perusahaan hanya menerbitkan satu kelas saham, maka saham tersebut

dinamakan dengan saham biasa (common stock). Dalam hal ini setiap lembar

saham biasa memiliki hak-hak yang setara. Untuk memikat investor, suatu
Bab II Tinjauan Pustaka 23

perusahaan mungkin menerbitkan satu atau lebih kelas saham yang memiliki hak-

hak istimewa. Sebagai salah satu contohnya adalah hak istimewa terhadap

dividen. Kelas saham semacam ini dinamakan dengan saham preferen (preferen

stock). Dalam hal ini, saham biasa merupakan jenis saham yang memiliki kaitan

dengan judul penelitian, dan selanjutnya di bawah ini akan diuraikan mengenai

saham biasa.

2.5.2 Pengertian Saham Biasa

Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham

biasa (Common Stock) merupakan saham yang paling dikenal di kalangan

masyarakat. Ardiyos dalam “Kamus Besar Akuntansi” (2002;881) menerangkan

saham biasa sebagai berikut:

“Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.


Kepada pemegang saham biasa ini diberikan hak untuk memperoleh
dividen sepanjang Perseroan memperoleh keuntungan. Hak suara pada
RUPS sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one
vote), dan pada likuidasi perusahaan, mempunyai hak untuk
memperoleh sebagian dari kekayaan perusahaan setelah semua
kewajiban dilunasi.”

Sedangkan pengertian saham biasa yang dikemukakan oleh Rusdin dalam

buku “Pasar Modal” (2006;69) adalah sebagai berikut:

“Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan

oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga

merupakan jenis yang paling populer di Pasar Modal.”

Saham biasa memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:


Bab II Tinjauan Pustaka 24

a.Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.

b. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu

saham satu suara atau one share one vote).

c.Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan,

jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban

dilunasi.

d. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain

sebesar proporsi sahamnya.

e.Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih

dahulu (preemptive right).

2.5.3 Jenis-jenis Saham Biasa

Saham dapat dikelompokkan dengan cara mengaitkan fundamental

perusahaan maupun situasi ekonomi yang sedang berlangsung. Contoh indikator

fundamental adalah laba perusahaan, kualitas manajemen perusahaan, dividen

yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham yang bersangkutan, situasi

ekonomi dan lain-lain. Menurut Rusdin dalam buku “Pasar Modal” (2006;69)

saham berdasarkan fundamentalnya dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu:

“1. Blue Chip Stocks (Saham Unggulan)


6. Income Stocks (Saham Pendapatan)
7. Growth Stocks (Saham Bertumbuh)
8. Cyclical Stocks (Saham Bersiklus)
9. Defensive Stocks (Saham Bertahan)
10. Speculatif Stocks (Saham Spekulasi).”

Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan satu per satu mengenai jenis-jenis

saham biasa tersebut, yaitu sebagai berikut:


Bab II Tinjauan Pustaka 25

(1). Blue Chip Stocks (Saham Unggulan)

Saham yang mempunyai kualitas atau rangking investasi yang tinggi dan

biasanya saham perusahaan besar dan memiliki reputasi baik, mampu

menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten dalam membayar

dividen.

(2). Income Stocks (Saham Pendapatan)

Saham dari suatu emiten, dimana emiten yang bersangkutan dapat

membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada

tahun sebelumnya.

(3). Growth Stocks (Saham Bertumbuh)

Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam industrinya dan beberapa

tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata.

(4). Cyclical Stocks (Saham Bersiklus)

Saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro

atau kondisi bisnis secara umum.

(5). Defensive Stocks (Saham Bertahan)

Saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, maupun

situasi bisnis secara umum.

(6). Speculatif Stocks (Saham Spekulasi)

Saham yang emitennya tidak dapat secara konsisten mendapatkan

penghasilan dari tahun ke tahun.


Bab II Tinjauan Pustaka 26

2.5.4 Keuntungan dan Kerugian Saham Biasa

Bagi perusahaan, keuntungan yang bisa didapatkan dari penerbitan saham

biasa adalah:

1. Saham biasa tidak membebani perusahaan dengan kewajiban tetap,

baik yang berupa pembayaran dividen maupun pembelian kembali saham

(karena saham tidak memiliki masa jatuh tempo). Hal ini merupakan

kerugian pembeli saham. Mereka tidak dapat membuat perencanaan tentang

besarnya aliran kas yang akan diperoleh dari investasinya secara pasti.

Investor hanya dapat menentukan pengharapannya terhadap tingkat

keuntungan yang akan diperoleh.

2. Penerbitan saham biasa akan meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam memperoleh sumber dana berupa hutang. Hal ini karena

dengan semakin banyaknya modal sendiri, maka (secara tidak langsung)

risiko usaha yang dialihkan kepada pemilik perusahaan akan semakin besar.

Dengan kata lain, risiko usaha yang dihadapi kreditor akan semakin kecil.

Menghadapi fenomena semacam ini, kreditor akan lebih suka meminjamkan

dananya kepada perusahaan yang struktur modalnya lebih banyak

didominasi oleh modal sendiri.

Sementara itu, kerugian dari penerbitan saham biasa adalah :

1. Penerbitan saham baru dapat melemahkan peranan atau posisi

pemegang saham lama (Existing shareholders) dalam mengendalikan

perusahaan.
Bab II Tinjauan Pustaka 27

2. Dalam kondisi usaha yang cerah dimana perusahaan dapat meraup

tingkat keuntungan setelah pajak yang cukup tinggi, maka penerbitan saham

baru dapat mengurangi pendapatan pemegang saham lama.

3. Biaya penerbitan saham (biasa) baru umumnya lebih tinggi dari

kebijakan pembelanjaan yang lain.

4. Besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham tidak

dapat dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak. Hal ini karena

pembayaran dividen didasarkan pada tingkat keuntungan setelah pajak.

2.5.5 Keuntungan dan Risiko Investasi pada Saham

Salah satu di bidang investasi yang cukup menarik namun tergolong berisiko

tinggi adalah investasi saham (investasi di pasar modal). Saham perusahaan yang

telah go public merupakan komoditi investasi yang tergolong memiliki risiko

tinggi, karena sifat komoditinya yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun di dalam negeri, perubahan di

bidang politik, ekonomi, moneter, Undang-undang atau peraturan maupun

perubahan yang terjadi dalam industri dan perubahan itu sendiri. Perubahan-

perubahan tersebut dapat berdampak positif yang berarti naiknya kurs saham atau

berdampak negatif yang berarti turunnya kurs saham.

Selain memiliki keuntungan, kegiatan investasi dalam bentuk saham juga

memiliki sejumlah risiko yang harus dihadapi. Keuntungan dan risiko memiliki

saham dalam situs www.bej.co.id dapat dijabarkan sebagai berikut:

“Keuntungan memiliki saham:


1. Dividen
Bab II Tinjauan Pustaka 28

Dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada


pemegang saham.
2. Capital Gain
Capital Gain adalah keuntungan ketika kita menjual saham lebih
tinggi dari harga beli.

Sedangkan risiko para investor dalam memiliki saham yaitu:


1. Tidak mendapat dividen
Umumnya perusahaan membagi dividen ketika perusahaan
menunjukkan kinerja yang baik. Jadi ketika perusahaan
mengalami penurunan kinerja atau mengalami kerugian, maka
perusahaan tidak membagikan dividen kepada para pemegang
saham.
2. Capital Loss
Capital Loss merupakan kebalikan dari Capital Gain. Hal ini
terjadi jika harga jual saham yang dimiliki lebih rendah dari
harga beli.”

Bagi para spekulator yang menyukai capital gain, maka pasar modal dapat

menjadi tempat yang menarik, sebab investor dapat membeli saham pada saat

harga turun dan menjual kembali saham tersebut pada saat harga naik. Dalam hal

ini spekulator merupakan pihak yang paling jeli dalam melihat kecenderungan

yang terjadi di pasar modal.

Menurut Rusdin dalam buku “Pasar Modal” (2006;73) keuntungan dan

kerugian dalam membeli saham bagi pemodal adalah sebagai berikut:

“1. Keuntungan Investasi pada Saham:


a. Dividen,
b. Capital Gain.
2. Risiko Investasi pada Saham :
a. Tidak ada pembagian dividen,
b. Capital Loss,
c. Risiko Likuidasi,
d. Saham Delisting dari Bursa.”

Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan satu per satu mengenai keuntungan

dan Risiko Investasi pada saham:

1. Keuntungan:
Bab II Tinjauan Pustaka 29

a. Dividen

Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada

pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh

Dewan Direksi dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Jenis Dividen :

1). Dividen Tunai, jika emiten membagikan dividen kepada

para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap

saham yang dimiliki.

2). Dividen Saham, jika emiten membagikan dividen kepada

para pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan

tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham

yang dimiliki pemegang saham.

b. Capital Gain

Investor dapat menikmati capital gain, jika harga jual melebihi harga

beli saham tersebut.

2. Risiko:

a. Tidak ada pembagian dividen

Jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan atau

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan untuk tidak

membagikan dividen kepada pemegang saham karena laba yang

diperoleh akan dipergunakan untuk ekspansi usaha.

b. Capital Loss
Bab II Tinjauan Pustaka 30

Investor akan mengalami Capital Loss, jika harga beli saham lebih

besar dari harga jual.

c. Risiko Likuidasi

Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, para pemegang saham memiliki

hak klaim terakhir terhadap aktiva perusahaan setelah seluruh

kewajiban emiten dibayar.

d. Saham Delisting dari Bursa

Karena beberapa alasan tertentu, saham dapat dihapus pencatatannya

(delisting) di Bursa, sehingga pada akhirnya saham tersebut tidak dapat

diperdagangkan.

Untuk meminimalkan risiko dalam membeli dan menjual saham, disarankan

untuk menghubungi dan meminta nasihat dari pialang/broker atau penasehat

investasi.

2.6 Harga Saham

2.6.1 Pengertian Harga Saham

Menurut Eduardus Tandelilin dalam buku “Analisis Investasi dan

Manajemen Portofolio” (2001;183) mengungkapkan bahwa dalam penilaian

saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu:

“1. Nilai Buku,

2. Nilai Pasar, dan

3. Nilai Intrinsik.”
Bab II Tinjauan Pustaka 31

Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan satu per satu mengenai pengertian

dari nilai-nilai tersebut di atas:

1. Nilai Buku

Merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit

saham (emiten).

2. Nilai Pasar

Adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di

pasar.

3. Nilai Intrinsik

Nilai Intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang

sebenarnya atau seharusnya terjadi.

Para investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai

informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam

membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik

dengan harga pasar saham bersangkutan. Apabila harga pasar saham yang

terbentuk lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong

mahal (overvalued). Dengan demikian dalam situasi seperti ini, sebaiknya investor

segera mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Tetapi sebaliknya

apabila harga pasar saham yang terbentuk lebih rendah dari nilai intrinsiknya,

berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi

seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut.

Sedangkan yang dikemukakan Abdul Halim dalam buku “Analisis

Investasi” (2003;16) bahwa penilaian saham, terdiri dari:


Bab II Tinjauan Pustaka 32

“1. Nilai Buku,

2. Harga Pasar, dan

3. Nilai Intrinsik.”

Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan satu per satu mengenai pengertian

nilai-nilai tersebut:

1. Nilai Buku

Nilai Buku saham sangat menentukan harga pasar saham yang bersangkutan.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham,

investor harus memperhatikan nilai buku saham yang bersangkutan dan

membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku saham

mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai

kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku saham bersifat

dinamis tergantung pada perubahan nilai kekayaan bersih ekonomis pada

suatu saat.

2. Harga pasar

Harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.

3. Nilai intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai saham yang seharusnya terjadi.

Dari ketiga jenis nilai tersebut, investor sangat berkepentingan terhadap

harga pasar dan nilai intrinsik sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

membeli atau menjual saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang digunakan

adalah harga pasar.


Bab II Tinjauan Pustaka 33

Berdasarkan Surat Edaran BEJ Nomor SE-012/BEJ/12-2004 tanggal 23

Desember 2004, maka sejak tanggal 3 Januari 2005 minimal harga saham yang

berlaku dalam sistem perdagangan BEJ adalah Rp 25. Dengan demikian, di BEJ

tidak terdapat saham dengan harga di bawah Rp 25.

2.6.2 Penilaian Harga Saham

Salah satu tujuan dari adanya penilaian adalah untuk mengidentifikasi efek

yang salah harga (mispriced), apakah harga saham yang terbentuk terlalu tinggi

atau bahkan terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat

dipergunakan, yaitu:

1). Pendekatan Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh

emiten maupun administratur bursa efek. Dalam analisis ini dinyatakan bahwa

saham memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Analisis ini

membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna

menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah benar-benar mencerminkan

nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-

faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor fundamental tersebut

dapat berasal dari dalam perusahaan (emiten), industri, maupun keadaan

perekonomian makro.
Bab II Tinjauan Pustaka 34

Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh

kinerja perusahaan, dan kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi

industri dan perekonomian secara umum. Hal ini karena perusahaan berada dalam

suatu suprasistem, yaitu lingkungan. Jadi usaha untuk memperkirakan prospek

suatu sekuritas khususnya saham, harus dikaitkan dengan faktor-faktor

fundamental yang mempengaruhinya.

2). Pendekatan Teknikal

Pendekatan ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan saham itu

sendiri dari waktu-waktu. Pendekatan ini beranggapan bahwa harga suatu saham

akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut. Sehingga

asumsi dasar yang berlaku dalam pendekatan ini adalah:

a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand.

b. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor,

baik yang rasional maupun irasional.

c. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.

d. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya Supply dan demand.

e.Pergeseran Supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari

diagram dari perilaku pasar.

f. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di

masa mendatang.

Pendekatan Teknikal yang dikemukakan oleh Abdul Halim dalam buku

“Analisis Investasi” (2003;3) adalah sebagai berikut:


Bab II Tinjauan Pustaka 35

“Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di

masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa

mendatang.”

Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran supply dan

demand dalam jangka pendek, serta berusaha untuk cenderung mengabaikan

risiko dan pertumbuhan earning dalam menentukan barometer dari supply dan

demand. Namun demikian, pendekatan ini lebih mudah dan cepat dibanding

pendekatan fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa

saham.

2.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Pergerakan harga di pasar saham sangat sulit untuk ditebak, hal ini

merupakan suatu analisis yang wajar sehingga para pakar pasar modal

mengatakan bahwa harga suatu saham pada suatu saat telah mencerminkan segala

sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat tersebut. Tetapi meskipun

demikian, pergerakan harga saham merupakan sesuatu yang dapat dianalisis dan

dihitung. Menurut Aditya Kesuma dalam “Pengaruh Earning Per Share (EPS)

Dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Saham” (2006;21) menyatakan bahwa:

“Harga saham dibentuk karena adanya permintaan dan penawaran


atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya
banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja
perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak)
maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara,
kondisi sosial dan politik, maupun informasi-informasi yang
berkembang.”
Bab II Tinjauan Pustaka 36

Secara umum pergerakan harga saham ditentukan oleh supply dan demand

atas saham tersebut. Ketika demand meningkat, maka harga saham pun akan naik,

begitupun sebaliknya. Fakta yang terlihat adalah investor yang berlaku secara

capital gain akan melakukan pembelian saham pada saat harga turun dan menjual

pada saat harga naik. Tetapi ada pula investor yang membeli saham pada saat

harga sedang naik, maka setelah periode penjualan dan pada saat suku bunga

turun, maka investor akan meningkatkan terus kesempatannya untuk memperoleh

keuntungan. Kejadian seperti ini mengindikasikan bahwa investor mengetahui dan

memahami kecenderungan arah pergerakan saham di pasar.

Dalam situs www.bej.co.id diungkapkan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu sebagai berikut:

 “Pergerakan suku bunga bank


 Tingkat Inflasi
 Nilai tukar rupiah
 Kinerja perusahaan seperti penjualan dan laba meningkat,
membagikan dividen dan seterusnya.
 Faktor non-ekonomi seperti kondisi sosial dan politik.”

Para investor dapat memantau pergerakan atau posisi harga saham melalui

beberapa cara antara lain:

 Memantau pergerakan harag saham melalui monitor yang terdapat di

kantor Perusahaan Efek. Demi memberikan pelayanan kepada para

nasabahnya, kantor-kantor Perusahaan Efek dilengkapi dengan beberapa

monitor yang menampilkan pergerakan harga-harga saham. Informasi yang

tertera pada sistem ini bersifat real time, artinya sama persis waktunya

dengan yang terjadi di Bursa Efek.


Bab II Tinjauan Pustaka 37

 Melihat pergerakan saham melalui situs Web Bursa atau fasilitas Internet

lainnya. Seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti halnya

Internet, maka para investor dapat memantau pergerakan harga saham

melalui beberapa situs Internet, baik yang disediakan Bursa Efek, maupun

situs-situs lainnya. Pergerakan harga saham yang terdapat pada fasilitas ini

umumnya tidak bersifat real time, artinya terdapat delay atau telat beberapa

menit dibanding pergerakan harga saham di Bursa Efek.

 Melihat Perubahan saham melalui surat kabar. Posisi harga suatu saham

dapat kita temukan di beberapa surat kabar terkemuka, seperti Bisnis

Indonesia, Kompas, dan beberapa surat kabar lainnya. Tetapi perlu diingat

bahwa posisi harga saham yang tertera di surat kabar adalah harga

penutupan pada hari sebelumnya.

 Memantau dan mengikuti perkembangan melalui radio. Sebagian radio,

khususnya radio yang banyak menyiarkan perihal perkembangan bisnis,

pada acara tertentu menyajikan beberapa informasi atau berita seputar

perdagangan saham, yang dapat membantu investor memantau

perkembangan harga-harga saham.

2.7 Hubungan Earning Per Share (EPS) dan Harga Saham

Salah satu penyebab Earning Per Share (EPS) sangat populer adalah karena

adanya anggapan bahwa Earning Per Share (EPS) mengandung informasi yang

penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen dan tingkat harga

saham di kemudian hari. Besarnya Earning Per Share (EPS) yang diharapkan
Bab II Tinjauan Pustaka 38

akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap investasi pada

perusahaan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa saham dipengaruhi oleh

informasi laba yang dalam hal ini diwakili oleh Earning Per Share (EPS) sebagai

cerminan kinerja perusahaan selama periode tertentu.

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin dalam buku “Pasar

Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab” (2006;194) menyatakan bahwa:

“EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada


setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, tentu saja
menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan
jumlah dividen yang diterima pemegang saham.”

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin

besar informasi laba yang diwakili oleh Earning Per Share (EPS), maka semakin

besar pengaruhnya tehadap saham. Oleh karena itu para investor biasanya tertarik

dengan angka Earning Per Share (EPS) yang dilaporkan perusahaan. Dengan

demikian dapat ditegaskan bahwa pernyataan tersebut menyimpulkan Earning

Per Share (EPS) memiliki hubungan yang erat dengan harga saham, serta

peningkatan Earning Per Share (EPS) dapat mempengaruhi hasil pengembalian

yang berhak diperoleh investor dalam bentuk dividen dan capital gain.

Sedangkan menurut Aditya Kesuma dalam “Pengaruh Earning Per Share

(EPS) Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham” (2006;21) menyatakan

bahwa keterikatan antara Earning Per Share (EPS) dengan harga saham adalah

sebagai berikut:

“Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning Per


Share (EPS) terkait erat dengan peningkatan harga saham, apabila
fluktuasi Earning Per Share (EPS) semakin tinggi, maka semakin tinggi
pula harga pasarnya.”

Anda mungkin juga menyukai