Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS)

Disusun Oleh :
YULIANTI
21218270

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA

0
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ISPA

Pokok Bahasan : ISPA


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan Penatalaksanaan ISPA
Sasaran : Keluarga Bpk R khususnya Bpk R
Hari/Tanggal : Jumat, 12-07-2019
Waktu : Pukul 15.00 s/d selesai
Tempat : Kp. Rancawiri Rt 001 Rw 008 Ds. Suka mekarsari
I. LATAR BELAKA

Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi
kemakananya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak.
Sindrom ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami
penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada
gunanya.
Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini
terjadi pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa
dapat mencetus kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2002).
Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling berhubungan
sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa mempengaruhi bagian
saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan utama mengapa pasien lebih
memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting bahwa
perawat perlu dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan
penyuluhan dan informasi mengenai obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi
kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis
yang umum untuk penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk
pencegahan, diagnosa dan perawatan. Anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang
rentan untuk terserang berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan
organisasi kesehatan dunia. (WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang
disebabkan karena diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007).
Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena masih

1
tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA
mengakibatkan sekitar 20% – 30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah satu
penyebab kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% – 60% kunjungan
berobat di puskesmas dan 15% – 30% kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap.

A. TUJUAN
1) Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu memahami
tentang masalah ISPA.

2) Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan sasaran dapat :

1. M
enjelaskan kembali pengertian dari ISPA.
2. M
enyebutkan kembali tanda dan gejala dari ISPA.
3. M
enyebutkan kembali macam-macam dari ISPA.
4. M
enjelaskan bahaya dari ISPA.
5. M
enjelaskan kembali cara perawatan ISPA dirumah.
6. M
enjelaskan cara pencegahan ISPA.
7. M
enjelaskan penatalaksanaan ISPA.

II. TUJUAN UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit tentang ISPA, diharapkan
Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang pencegahan dan penatalaksanaan
ISPA.

III. TUJUAN KHUSUS


a. Peserta mampu menjelaskan pengertian ISPA
2
b. Peserta mampu menyebutkan penyebab terjadinya ISPA
c. Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala ISPA
d. Peserta mampu menyebutkan komplikasi ISPA
e. Peserta mampu menyebutkan penatalaksanaan ISPA

IV. METODE
Ceramah, diskusi/ Tanya jawab

V. MEDIA
a. Leaflet
b. Lembar Balik

VI. PROSES PELAKSANAAN


No Kegiatan Respon Peserta Waktu
1. Pendahuluan
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Menyampaikan pokok bahasan Menyimak 3 menit
c. Menyampaikan tujuan Menyimak
d. Melakukan apersepsi Menyimak
2. Isi
Menyampaikan materi tentang :
a. Pengertian ISPA Memperhatikan
b. Penyebab ISPA Memperhatikan 10 menit
c. Tanda gejala ISPA Memperhatikan
d. Komplikasi ISPA Memperhatikan
e. Penatalaksanaan ISPA Memperhatikan
3. Tanya Jawab Mendengarkan dan menjawab
7 menit
pertanyaan
4. Evaluasi Bertanya kepada Peserta 5 menit
5. Penutup
a. Kesimpulan Memperhatikan
b. Evaluasi Menjawab pertanyaan 5 menit
c. Memberikan salam penutup Menjawab salam

3
VII. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Mahasiswa dan Peserta pada posisi yang sudah direncanakan
b. 60 % pengetahuan Peserta meningkat
c. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
d. Leaflet telah tersedia
e. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Masyarakat/ Peserta dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan sampai
selesai
c. Peserta berperan aktif selama kegiatan berjalan
d. Suasana penyuluhan tertib
3. Evaluasi hasil
a. Minimal 60% Peserta dapat menyebutkan pengertian dari ISPA
b. Minimal 60% Peserta dapat menyebutkan penyebab dari ISPA
c. Minimal 60% Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala dari ISPA
d. Minimal 60% Peserta dapat menyebutkan komplikasi ISPA
e. Minimal 60% Peserta dapat menyebutkan penatalaksanaan dari ISPA

VIII. REFERENSI

C long Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah 2 (Suatu Proses Pendekatan


Keperawatan). Bandung.

DEPKES RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular, 1993. Buku Pedoman


Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk Kader

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC


Ronald. 2006. Obat-obatan Ramuan Tradisional. Bandung : Yrama Widya [diakses 26
Juni 2011]

Lampiran
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

4
A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penurunan kemampuan
pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing yang terjadi secara
tiba-tiba, menyerang hidung, tenggorokan, telinga bagian tengah serta saluran napas
bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya menyerang anak usia 2 bulan-5 tahun.
(Whaley and Wong; 1991; 1418).
B. Penyebab
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan
penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus,
haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit
maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan
nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

C. Tanda dan Gejala


Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular,
hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya
karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa
hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi

5
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas).
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1) Demam, Suhu tubuh bisa mencapai 39,50 C-40,5 0 C.
2) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
3) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
4) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
5) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
6) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

D. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ISPA


1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian
penyakit ISPA. Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam
maupun luar rumah. Untuk faktor yang berasal dari dalam rumah
sangat dipengaruhi oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri,
seperti :
a. Kelembaban ruangan
b. Suhu ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu
optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah di
bawah 180C atau di atas 300C, keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat (Kemenkes RI,2011a).
c. Penerangan alami
6
Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang
cukup. Suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya,
dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat
mendatangkan penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu
banyak mendapatkan cahaya akan menimbulkan rasa silau,
sehingga ruangan menjadi tidak sehat.
d. Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena
ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang
masuk dan keluar angin sekaligus udara dari luar ke dalam dan
sebaliknya. Kepadatan hunian rumah
Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas lantai
dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga penghuni rumah
tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur menurut Permenkes RI
Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 adalah minimal 8 m2, dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang
tidur, kecuali anak di bawah umur lima tahun (Depkes RI, 1999).
e. Penggunaan anti nyamuk
Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil
bahan pencemar dalam ruang.
f. Bahan bakar untuk memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat
menyebabkan kualitas udara menjadi rusak, terutama akibat
penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan,
g. Keberadaan perokok
h. Debu rumah
i. Dinding rumah
Fungsi dari dinding selain sebagai pendukung atau penyangga
atap juga untuk melindungi rumah dari gangguan panas, hujan
dan angin dari luar dan juga sebagai pembatas antara dalam dan
luar rumah.
j. Status ekonomi dan pendidikan
Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda
dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang
sakit, persepsi terhadap penyakitnyamerupakan hal yang penting
dalam menangani penyakit tersebut.

E. Penatalaksanaan
1. Medis
7
a) Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
b) Antibiotik :
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
 Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
 Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Obat Tradisional
a) Mengatasi batuk
1) Tarik napas dalam dan batuk efektif.
Cara napas dalam dan batuk efektif : Ambil napas dalam (melalui hidung),
tahan sejenak ± 5-10 detik, lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut
ulangi sebanyak 3 X, setelah itu, batukkan dengan keras, jika ada
cairan/lendir/sekret yang keluar, langsung buang ke tempat yang sudah
disediakan (Sputum Pot atau jika tidak ada boleh menggunakan botol
/kaleng /wadah berisi pasir). Lakukan dengan teratur (minimal 3 x sehari).

Cara pembuatan larutan jeruk nipis-kecap, yaitu :


a. Langkah-langkah :
 Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.
 Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.
 Diminum sekali habis, lakukan secara rutin, agar batuknya
hilang.
b. Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:
 Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur
air.
 Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa
dicampur air.
 Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air
matang yang masih hangat.
 Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat

b) Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana


(tradisional)
 Persiapkan alat dan bahan (baskom berisi air panas, minyak kayu putih,
kain/handuk kering).

8
 Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom dengan
perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml (1 gelas) air hangat.
 Tempatkan penderita dan campuran tersebut di ruangan tertutup supaya uap
tidaktercampur dengan udara bebas (bisa ditutupi dengan kain/handuk
kering).
 Hirup uap dari campuran tersebut selama ± 5-10 menit atau penderita sudah
merasa lega dengan pernafasannya.

Anda mungkin juga menyukai