Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PENDIDIKAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Pendidikan yang dibina oleh Ibu Sukamti

Disusun oleh:
Kelompok 2 Offering AC05

1. Adelia Ningtyas N. (190331622885)


2. Adera Suri Wardani (180341617544)

3. Fadya Rizki Pradina (190331622816)

4. Tiara Chairunnisa Zen (180341617587)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
AGUSTUS 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah Pendidikan” dengan tepat waktu. Makalah ini berisikan tentang landasan sejarah
pendidikan di dunia dan sejarah pendidikan di Indonesia. Makalah ini juga membahas
implikasi landasan sejarah pendidikan terhadap pendidikan di masa kini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai
asal-usul sejarah pendidikan di dunia dan di Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami buat belum sempurna, oleh karena itu kami menerima kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Malang, 3 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah atau dalam bahasa Inggris disebut ”history” adalah keadaan dimasa lampau
dengan seluruh kejadian atau segala macam kegiatan yang didasari oleh berbagai konsep
tertentu. Sejarah penuh dengan informasi berupa kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita - cita dan sebagainya (Pidarta, 2009).
Sejarah sendiri merupakan suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau yang
digolongkan sebagai bagian dari kehidupan manusia, sejarah itu diisi oleh para pembuat
sejarah dan dapat ditentukan apakah akan diisi dengan kejadian yang bermanfaat ataupun
sebaliknya. Sebenarnya hingga saat ini pun kita sedang membuat sejarah kehidupan yang
akan dilanjutkan dan diturunkan kepada generasi penerus kita, yakni anak dan cucu serta
semua orang yang terlibat didalam aktivitas kehidupan kita sebagai manusia, bahkan
kejadian berupa berbagai fenomena alam yang mempengaruhi kehidupan manusia juga
dapat diwariskan sebagai salah satu bentuk sejarah.
Sedangkan pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran atau
pengalaman belajar yang berlangsung di lingkungan sepanjang hidup dan merupakan
sebuah usaha sadar oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, dengan melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di dalam maupun luar sekolah
formal guna mempersiapkan diri agar dapat memainkan peran di lingkungan hidup
sekarang dan masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sejarah pendidikan merupakan hasil dari
seluruh kejadian dibidang pendidikan yang dibuat oleh orang – orang yang berjasa dalam
membentuk dan memajukan pendidikan itu sendiri, sehingga dapat dijadikan landasan
atau pembelajaran untuk mengembangkan pendidikan masa sekarang. Pendidikan sendiri
sudah terbentuk sejarahnya sejak ribuan tahun yang lalu sesuai dengan hakikat manusia
yang memiliki hasrat untuk terus belajar. Sejarah pendidikan terus berkembang diseluruh
belahan dunia termasuk di Indonesia dengan dipengaruhi berbagai macam faktor seperti
salah satunya kemajuan zaman (Rohman, 2009).
Demi tujuan memajukan pendidikan suatu bangsa maka kita perlu mempelajari
sejarah pendidikan itu sendiri, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Karena
dengan mernpelajari sejarah pendidikan maka kita dapat mengetahui apa yang sudah
dikerjakan oleh para pendahulu kita serta hasil yang diperoleh, sehingga hal tersebut
dapat dijadikan pembelajaran bagi perkembangan pendidikan di masa kini.
Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan mampu membawa dunia dari
kegelapan dan kesempitan ke masa yang terang benderang, luas, global dan universal.
Seperti di katakan oleh Compayre bahwa tidak berlebihan jika “ L`education d` un peuple
Est a la fois le resume de tout cequ`il croit et la source de tout ce qu`il sera” artinya
pendidikan manusia adalah resume dari semua yang telah tumbuh dan sekaligus menjadi
sumber dari semua yang akan datang, dengan kata lain pendidikan dapat dikatakan turut
membentuk jiwa suatu bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana landasan sejarah pendidikan dunia?

2) Bagaimana landasan sejarah pendidikan di Indonesia?

3) Bagaimana sejarah pendidikan di dunia dari berbagai zaman?

4) Bagaimana perjuangan dan pembangunan pendidikan pada masa reformasi?

5) Bagaimana implikasi landasan sejarah pendidikan terhadap pendidikan masa kini?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui landasan sejarah pendidikan dunia dan di Indonesia.

2) Untuk mengetahui sejarah pendidikan dunia dari berbagai zaman.

3) Untuk mengetahui perjuangan dan pembangunan pendidikan pada masa reformasi.

4) Untuk mengetahui implikasi landasan sejarah pendidikan terhadap pendidikan masa


kini.
5) Sebagai pembelajaran untuk pengembangan bidang pendidikan dimasa kini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pendidikan Dunia


Sejarah perjalanan pendidikan dunia telah sangat lama berlangsung, mulai dari
zaman Hellenisme (150 – 500 SM), zaman pertengahan (500 – 1500 SM), zaman
Humanisme atau Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra Reformasi (1600-an
SM). Namun pendidikan pada zaman ini belum memberikan kontribusinya pada
pendidikan zaman sekarang (Pidarta, 2009). Oleh karena itu, akan dibahas masa – masa
setelahnya yang meliputi zaman Realisme, Rasionalisme, Naturalisme,
Developmentalisme, Nasionalisme, Liberalisme, Positivisme dan Individualisme serta
Sosialisme.

2.1.1 Zaman Realisme


Pada era ini pembelajaran dikehendaki sebagai pemikiran yang praktis
(Pidarta, 2009) dimana pengetahuan haruslah diperoleh tidak hanya melalui indra
semata tapi juga melalui persepsi dari penginderaan itu sendiri (Mudyahardjo,
2008). Para tokoh pendidikan pada masa ini diantaranya adalah Francis Bacon dan
Johann Amos Cornelius dengan prinsip – prinsip yang diajarkan diantaranya
adalah :
 Pendidikan lebih dihargai dari pengajaran dengan menekankan aktivitas sendiri
dan penanaman pengertian lebih penting dibandingkan hafalan.
 Pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak dengan diawali bahasa
ibu serta harus diberikan perlahan dimulai dari yang mudah dan dibantu dengan
penggambaran.
 Anak - anak juga dapat belajar dari alam.

2.1.2 Zaman Rasionalisme


Pada masa ini manusia memiliki kebebasan untuk berfikir mandiri dan
bertindak untuk dirinya sehingga pengetahuan yang dimiliki menjadi sangat
penting untuk kehidupannya sendiri. Aliran ini muncul saat masyarakat Prancis
berhasil menumbangkan kekuasaan absolut raja mereka.
Tokoh pendidikan yang terkenal antara lain John Locke dengan teori teori
Leon Tabularasa atau A Blank Sheet of Paper dan metodenya mendidik seperti
menulis diatas kertas putih yakni kebebasan dan kekuatan yang dimiliki manusia
digunakan untuk membentuk pengetahuannya sendiri (Suardi, 2012)

2.1.3 Zaman Naturalisme


Naturalisme menyatakan bahwa manusia dengan didorong oleh semua
kebutuhannya dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya (Mudyoharjo,
2008). Naturalisme sendiri muncul di abad ke-18 atas reaksi menentang kehidupan
yang tidak benar akibat korupsi, gaya hidup hedon dan sebagainya. Tokoh pada
masa ini yakni J.J Rousseau menyatakan bahwa ada 3 asas mengajar yakni :
 Asas pertumbuhan, bahwa pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak
bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai kebutuhan -
kebutuhannya.
 Asas aktivitas, bahwa dengan bekerja anak - anak akan menjadi aktif dan akan
memberikan pengalaman yang kemudian menjadi pengetahuan mereka.
 Asas individualitas, bahwa dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan
individualitas masing - masing anak, sehingga mereka berkembang sesuai
alamnya sendiri.

2.1.4 Zaman Developmentalisme


Era ini berkembang pada abad ke-19 dengan anggapan bahwa pendidikan
merupakan sebuah proses bagi perkembangan jiwa sehingga aliran ini disebut
sebagai gerakan psikologis pendidikan. Tokoh pada era ini antara lain Petalozzi,
Johann Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel di Jerman dan Stanley Hall di
Amerika Serikat. Inti dari konsep pendidikan era ini adalah :
 Mengembangkan semua potensi anak yang masih muda, membentuk watak
yang susila, kepribadian harmonis serta meningkatkan derajat sosial manusia.
 Pendidikan adalah pengembangan bawaan (nature) yang beserta asuhan yang
baik (mature) dan mengutamakan pendidikan dasar universal.
2.1.5 Zaman Nasionalisme
Aliran ini muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk para patriot
bangsa dan mempertahankan kaum imperialis. Konsep pendidikan dari aliran ini
adalah untuk menjaga, memperkuat dan mempertinggi kedudukan negara serta
mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani serta kejuruan. Materi ajarannya
sendiri meliputi bahasa dan kesusastraan nasional, lagu – lagu kebangsaan,
pendidikan kewarganegaraan, sejarah, geografi negara dan pendidikan jasmani.
Era Nasionalisme memiliki beberapa tokoh penting seperti La Chatolais
(Perancis), Fichte (Jerman) dan Jefferson (Amerika Serikat). Walaupun populer,
konsep pendidikan era ini memiliki dampak negatif seperti munculnya
Chaufinisme di Jerman yakni kegilaan atau kecintaan berlebih terhadap tanah air
dibeberapa negara seperti di Jerman sehingga menimbulkan perang dunia pertama
(Pidarta, 2009).

2.1.6 Zaman Liberalisme, Positivisme dan Individualisme


Sama seperti Nasionalisme, paham ini juga lahir pada abad ke-19 sebagai
penguat paham yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan alat untuk
memperkuat kedudukan para penguasa atau pemerintah yang dipelopori oleh tokoh
seperti Adam Smith. Pada zaman ini seseorang dengan pengetahuan yang
melimpahlah yang paling berkuasa sehingga kemudian mengarah pada
Individualisme. Sedangkan paham Positivisme sendiri mengajarkan bahwa
kebenaran yang diamati oleh panca indra merupakan kebenaran yang paling benar
sehingga menurunkan rasa kepercayaan terhadap agama. Tokoh aliran positivisme
yang paling dikenal adalah August Comte (O’neill, 2008).

2.1.7 Zaman Sosialisme


Ajaran sosialisme muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak
dari aliran liberalisme, positivisme dan individualisme. Sosialisme memiliki
konsep bahwa masyarakat memiliki arti lebih penting daripada individu, sehingga
pendidikan harus diabdikan dengan tujuan – tujuan bersama. Tokoh yang
memunculkan konsep sosialisme antara lain Paul Nartrop, George Kerchensteiner
dan John Dewey.

2.2 Sejarah Pendidikan Indonesia


Pendidikan di Indonesia telah melalui perjalanan yang sangat panjang, dimulai jauh
sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945 sampai sekarang dimana Indonesia telah
mewujudkan pola Pendidikan Nasional bagi masyarakatnya. Sehingga setiap bidang
kegiatan yang ingin dicapai suatu bangsa, pada umumnya selalu dikaitkan dengan
bagaimana keadaan bidang tersebut dimasa lampau (Pidarta, 2009).
Begitu juga dengan bidang pendidikan, sejarahnya selalu dapat dijadikan
pembanding untuk memajukan aspek – aspek pendidikan. Sejarah pendidikan di
Indonesia sendiri diketahui sudah ada dimulai dari zaman tradisional dengan pengaruh
ajaran Hindu dan Budha, serta telah dituliskan di banyak prasasti atau peninggalan –
peninggalan kuno lainnya.
Pendidikan pada masa ini dipengaruhi oleh tingkat berfikir masyarakat yang masih
sangat tradisional dan bergantung dengan alam. Sehingga tidak mengherankan apabila
masa tersebut digambarkan dengan kentalnya pengaruh sistem kepercayaan dan sistem
mata pencaharian pada sistem pendidikan kala itu. Masyarakat masih hidup dalam taraf
yang sangat sederhana sehingga bersifat langsung, praktis, serbaguna dan efisien melalui
proses pembelajaran dengan contoh – contoh dalam kehidupan sehari – hari (Sumartini,
2006).
Pendidikan akan mengikuti pola kehidupan dan kebudayaan masyarakat yang melatar-
belakanginya sehingga pada umumnya pergantian sistem kekuasaan juga akan
mempengaruhi pola dalam pendidikan masyarakatnya. Seperti di Indonesia yang terus
mengalami perubahan sistem kependidikan dimulai dari zaman tradisional, pertengahan
hingga modern seperti sekarang. Secara garis besar sejarah pendidikan di Indonesia dapat
dibagi menjadi masa perjuangan kemerdekaan, masa pembangunan dan masa reformasi
dimana pendidikan juga tidak terlepas dari dampak perubahan politik (Hasbullah, 2008).

2.2.1 Masa Perjuangan Kemerdekaan


Pada abad ke-16, Indonesia mulai kedatangan tamu – tamu dari benua Eropa yang
membawa misi penyebaran agama Katolik sekaligus untuk berdagang. Namun, seperti
yang telah banyak dituliskan dibuku – buku sejarah, kedatangan bangsa Eropa ke
Indonesia sedikit demi sedikit semakin melenceng dari misi awalnya, mereka mulai
merasakan jiwa superior dan berambisi untuk menguasai dan menjajah Indonesia yang
awalnya masih berupa nusantara.
A. Masa Kolonial Belanda
Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang datang ke Indonesia dan
untuk menjalankan misinya, mereka mendirikan sekolah yang memberikan pendidikan
baca, tulis dan hitung untuk mempermudah penyebaran agama katolik. Tetapi,
kedatangan dan masuknya kependudukan Belanda membuat kegiatan pembelajaran di
sekolah milik Portugis menjadi sempat terhenti. Belanda yang juga memilki misi seperti
Portugis mulai mengaktifkan kembali sekolah – sekolah dan membangun beberapa
sekolah baru di berbagai wilayah. Ambon menjadi tempat pertama yang dipilih oleh
Belanda dan setiap tahunnya, beberapa penduduk Ambon dikirim ke Belanda untuk
dididik menjadi guru. Memasuki tahun 1627, telah terdapat 16 sekolah yang memberikan
pendidikan kepada sekitar 1300 siswa (Nasution, 2011).
Setelah itu Belanda memperluas sistem pendidikannya diseluruh Jawa dan
mendirikan sekolah di Jakarta pada tahun 1617, lulusan dari sekolah ini dijanjikan akan
bekerja di kantor administratif milik Belanda. Memasuki abad ke-19, Van den Bosch
menjabat sebagai Gubernur Jendral dan menerapkan sistem tanam paksa yang juga
membutuhkan banyak tenaga ahli, sehingga Belanda membangun lagi 20 sekolah di
setiap iukota karesiden untuk penduduk Indonesia dimana pelajarnya hanya boleh dari
kalangan bangsawan. Ketika akhirnya era tanam paksa berakhir dan memasuki masa
politik etis, beberapa sekolah Belanda mulai menerima pelajar dari berbagai kalangan
yang kemudian berkembang menjadi bernama ‘Sekolah Rakjat’ (Rifa’i, 2011).
Pada awal abad ke-20, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan baru berupa
sekolah formal bagi masyarakat Indonesia dengan strukturnya sebagai berikut :
 ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah dasar bagi orang eropa.
 HIS (Hollandsch-Inlandsche School) – Sekolah dasar bagi pribumi.
 MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) – Sekolah menengah.
 AMS (Algeme(e)ne Middelbare School) – Sekolah atas.
 HBS (Hogere Burger School) – Pra-Universitas.

Selain itu Belanda juga mendirikan sejumlah perguruan tinggi di pulau Jawa,
seperti antara lain :
 School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) – Sekolah kedokteran
di Batavia.
 Nederland-Indische Artsen School (NIAS) – Sekolah kedokteran di Surabaya.
 Rechts Hoge School – Sekolah hukum di Batavia.
 De Technische Hoges School (THS) – Sekolah teknik di Bandung.
Seiring berjalannya waktu, banyak bermunculan gerakan – gerakan dalam
bidang kependidikan di Indonesia yang dilakukan dari berbagai kalangan sebagai
bentuk reaksi terhadap sistem pengajaran kolonial Belanda. Berikut adalah beberapa
gerakan yang terjadi pada masa tersebut :
a. Pergerakan Budi Utomo
Banyak tokoh dan masyarakat dari kalangan terpelajar bangsa Indonesia
merasakan kemiskinan bangsa baik lahir maupun batin, sehingga hal ini membuat
mereka untuk berusaha mempertinggi derajat bangsa. Pengambil prakarsa ialah
Dr. Wahidin Sudirohusudo dengan berkeliling Pulau Jawa dan menemui orang
- orang terkemuka untuk membicarakan berbagai kemungkinan mengadakan
“Studiefonds”, yang bisa memberi kesempatan kepada para pemuda terpelajar
untuk melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi dan kelak dapat bergerak
untuk kemajuan bangsa.
Yayasan dan gerakan Dr.Wahidin Sudirohusudo ini diterima baik oleh para
siswa STPOVIA (Sekolah Dokter Jawa), antara lain oleh Dr. Sutomo, Dr.
Gunawan Mangunkusomo, Dr. Suradji, dll. Perkumpulan ini didirikan pada
tanggal 20 Mei 1908 dalam lingkungan STOVIA, dan diberi nama Budi Utomo.
Gerakan Budi Utomo selalu memperjuangkan perluasan pendidikan dan
pengajaran bagi masyarakat Indonesia. Tujuan didirikan sekolah - sekolah yaitu
untuk menghidupkan rasa kebangsaan, dan kecintaan pada kebudayaan sendiri,
mempelajari kesenian sendiri, memelihara bahasa sendiri, mempelajari
kesusastraan sendiri dan lain sebagainya.
b . Pergerakan Muhammadiyah
Pendiri gerakan Muhammadiyah adalah Kyai Ahmad Dahlan (1868 – 1925).
Kyai Haji Ahmad Dahlan dikenal sebagai seorang ulama adalah tegas, bercita –
cita untuk memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan agama Islam. Usaha -
usahanya ditujukan kepada perbaikan kehidupan rakyat dengan cara memperbaiki
hidup beragama (Abudin, 2004).
Jadi pergerakan Muhammadiyah melakukan fokus perbaikan pada
kehidupan beragama dengan amal - amal pendidikan dan sosial, sehingga dapat
terbentuk masyarakat dan manusia muslimin yang bermoral berdasarkan Al-
Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman agama luas dan bersifat positif sehingga
dapat membantu persoalan masyarakat dengan pengetahuannya.
c. Perguruan Nasional Taman Siswa
Pendirinya adalah Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama kecil Raden Mas
Suwardi Suryaningrat, merupakan bangsawan Yogyakarta dan seorang putra dari
Pangeran Ario Suryaningrat atau cucu Pakualan III. Meskipun seorang bangsawan,
beliau selalu bergaul dengan anak - anak rakyat jelata.
Taman Siswa didirikan pada tahun 1922 dengan sistem berupa “Non -Cooperation”
dan “Self - help” atau “Zelf - Bedruipings System”, yakni sikap menolak kerjasama
pemerintahan kolonial Belanda dan memilih bersandar pada kemampuan sendiri,
dengan tujuan membangun perekonomian rakyat yang berdasar pada koorperasi serta
pendidikan kebangsaan.
B. Masa Kolonial Jepang
Setelah masa kependudukan Belanda berakhir, Jepang mengambil alih
pemerintahan dan mengkolonisasi Indonesia dengan mengadakan perubahan besar –
besaran salah satunya pada sistem pendidikan di Indonesia. Jepang menghapus dualisme
pendidikan Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama rata, yakni
dengan mendirikan hanya satu jenis sekolah rendah dan untuk seluruh golongan
dimasyarakat (Hasan, 1996).
Selain itu, pemakaian Bahasa Inggris dan Belanda dilarang, namun Bahasa
Indonesia diizinkan dan diintruksikan untuk dipakai secara luas di berbagai lembaga
formal maupun dalam pergaulan sehari – hari, sehingga hal ini juga mempermudah
perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka karena memudahkan dalam menyampaikan
teks proklamasi (Djumhur, 1976).
Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pendidikan Sekolah Rakyat/ sekolah rendah, lama studi 6 tahun dan merupakan
Sekolah Pertama (SR) dari konversi Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi
pada masa Belanda.
2. Pendidikan Lanjutan, terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah
Pertama) dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) dengan lama studi
masing – masing 3 tahun.
3. Sekolah guru ada tiga jenis yakni Sjootoo Sihan Gakoo dengan lama studi 2
tahun, Guutoo Sihan Gakko yakni sekolah guru menengah 4 tahun dan Kooto
Sihan Gakko, yaitu sekolah tinggi guru 6 tahun.
Pendidikan dengan sistem yang diterapkan oleh Jepang ini mempunyai
progresivitas dan lebih dinamis, tetapi dinamika pendidikan yang terjadi bukan
ditekankan pada mental disiplin tetapi lebih kepada physical training atau pelatihan fisik.
Hal ini dikarenakan demokratisasi pendidikan Jepang memiliki tujuan politis, bukan
untuk memajukan bangsa namun untuk mendidik anak – anak agar dapat menunjang
kepentingan perang Jepang dalam melawan sekutu.
2.2.2 Masa Pembangunan
2.2.3 Masa Reformasi
DAFTAR PUSTAKA

Abudin, Nata. Prof. DR.M.A. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Rajawali Press.

Djumhur, I dan Drs. H. Danasuparta. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung : CV Ilmu.

Hasan, S. H., Helius S., Drs. Kosoh S. 1996. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta :
Depdiknas.

Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2011. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

O’neill, William F. 2008. Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Pustaka


Pelajar.

Pidarta, Made. 2009. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rifa’i, Muhammad. 2011. Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga Modern.
Jogjakartav: AR-RUZZ MEDIA.

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakartav: LaksBang
Mediatama Yogyakarta.

Suardi. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta Barat : PT INDEKS.

Sumartini. 2006. Sejarah Pendidikan. Buku Ajar : Makassar

Anda mungkin juga menyukai