LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
Kapal Borobudur dengan panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25
meter buatan As’ad Abdullah, warga Pulau Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep,
Madura, itu ”dihidupkan” dari salah satu relief kapal yang terpahat di dinding Candi
Borobudur, tepatnya relief di sisi utara candi. Di candi tersimpan 10 relief, berupa 6
kapal besar dan 4 kapal kecil. Kapal besar menggunakan layar (cadik), sedangkan
kapal kecil menggunakan dayung.
Bukti lain tentang perkembangan perahu tradisional Nusantara pada masa Hindu –
Budha adalah relief-relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur. Bentuk-bentuk
perahu yang terdapat pada relief-relief candi Borobudur antara lain
1. Perahu-perahu besar dengan layar lebar yang dapat memuat barang dagangan
sampai ratusan ton dan penumpang sekitar dua ratus orang.
2. Perahu-perahu kecil tanpa cadik atau yang disebut juga dengan perahu jukung,
perahu lesung, perahu bertiang tunggal dengan cadik, perahu bertiang tunggal
tanpa cadik, perahu dayung tanpa tiang, serta perahu bertiang ganda dengan
cadik.
Sepuluh panel relief kapal yang terpahat di dinding Candi Borobudur berupa 6 panel
dengan relief kapal besar bercadik dan 4 panel dengan relief kapal kecil yang
menggunakan dayung. Ini menunjukkan bahwa, Wangsa Sailendra dari Kerajaan
Mataram Kuno merupakan pelaut yang tangguh. Jejak dinasti ini terentang dari
Sumatera, Malaysia, hingga Thailand. Ini dapat di buktikan dengan adanya penemuan
arkeologis berupa arca arca bergaya Sailendra yang berciri mahkota Bodhisatwa
terbentuk dari rambut yang dipilin. Bahkan dalam Prasati Ligor bertahun 775 yang
ditemukan di Nakhon Sritammarat pada wihara bernama Vat Sema Muang
menyebutkan bahwa pembangunan Trisamaya Caitya (bangunan suci) untuk
Padmapani, Wajrapani, dan Sakyamuni oleh raja Sailendra bernama Rakai
Panangkaran yang disebut sebagai Wairiwirawimardhana (pembunuh musuh-musuh
yang gagah berani).
Berdasarkan berbagai penemuan perahu maupun kapal kuno di Asia Tenggara atau
Tiongkok, perahu-perahu kuno yang ditemukan di Nusantara jauh lebih tua usianya.
Dari penemuan tersebut, yang paling banyak ditemukan di pesisir timur Sumatera
Selatan. Perahu dan kapal kuno ini diperkirakan dari abad ke-5 hingga 8 Masehi.
Ciri-cirinya menggunakan teknik ikat dan pasak.
Perahu dan kapal kuno ini ditemukan di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin,
Palembang, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Misalnya di Samirejo, Paya Pasir, Kolam Pinisi, Tulungselapan, Cengal, TPKS
Karanganyar, dan Air Sugihan. Di luar Sumatera Selatan seperti di Tanjung Jambu,
Lambur, Laut Jawa utara (Cirebon), Kota Kapur, dan Punjulharjo.
Selain itu, di Asia, mungkin hanya Kerajaan Sriwijaya yang menghargai seorang
nakhoda. Nakhoda yang berarti juragan atau pemilik kapal, komando kapal atau kapten
kapal, mendapatkan posisi penting di sisi raja, seperti terbaca pada Prasasti Telaga Batu.
Dalam prasasti tersebut seorang nakhoda diminta setia kepada raja.
PEMBAHASAN
A. Sedekah Laut
Tradisi ialah kebiasaan yang turun temurun dalam sebuah masyarakat. Sifatnya
sangat luas, meliputi segala kompleks kehidupan. Tradisi merupakan suatu bentuk
upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dan upacara ini mempunyai
makna yaitu sebagai kesanggupan untuk kewajiban berbakti kepada ibu pertiwi serta
melestarikan warisan dari nenek moyang secara kolektif dalam bentuk upacara.
Tradisi ini dilakukan setahun sekali oleh masyarakat pesisir khususnya nelayan,
ini dilaksanakkan sebagai rasa syukur atas hasil yang diperoleh nelayan dari
menangkap ikan dilaut serta berdo’a agar hasilnya dalam menangkap ikan akan selalu
melimpah dan diberi keselamatan ketika bekerja.
Menurut Indonesia Travel, Tradisi sedekah laut merupakan sebuah bentuk rasa
syukur yang hampir dimiliki banyak masyarakat pesisir di Nusantara. Tradisi sedekah
laut dihelat sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan kekayaan laut yang
dapat menghidupi para nelayan. Sedangkan Menurut Lensa Indonesia, Ungkapan rasa
syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan dengan upacara Larung sesaji ke Laut
ini juga diharapkan, nelayan akan mendapatkan hasil tangkapan yang
Tujuan pokok dari tradisi sedekah laut adalah memberikan persembahan dan
penghormatan yang berupa sesaji yang ditujukan kepada roh-roh para leluhur dan
penguasa laut yang dianggap telah menjaga dirinya dan bumi pertiwi yang ditempati
dalam keadaan aman, tentram, sejahtera jauh dari segala macam persoalan-persoalan
dan masalah.
Nilai-nilai filosofis yang menarik untuk dipelajari antara lain nilai solidaritas, etis,
estetis, kultural, dan religius yang terungkap dalam ekspresi simbolis dari
upacara-upacara yang disajikan melalui bentuk tari-tarian, nyanyian, doa-doa, dan
ritus-ritus lainnya. Pemahaman terhadap nilai-nilai itudapat ditransformasikan dalam
membangun kehidupan masyarakat kelautan ketaraf yang lebih maju dan lebih
baik-baik dari sisi pendidikan, ekonomi maupun solidaritas sosial budaya.
Dalam konteks relasi sosial, lanjutnya, tradisi sedekah laut (nadran) dapat
meningkatkan persaudaraan antar warga desa yang selama ini tinggal di sekitar pesisir,
dan dikenal memiliki watak dan karakter yang keras.
1. Nilai sosial
Wujud dari nilai sosial dalam pranata masyarakat saat acara sedekah laut
masyarakat sekitar yang secara bergotong royong dalam menggelar pelaksanaan
kegiatan baik sebelum dan sesudah acara. Semua warga bekerja sama secara gotong
royong dan guyup rukun dalam menyukseskannya. Sehingga dari upacara tersebut
terlahirlah kerukunan warga, solidaritas, dan kebersamaan masyarakat.
2. Nilai Agama
Tradisi sedekah laut ini diadakan sebagai sebuah simbolisasi terhadap rasa syukur
kepada Tuhan YME.
4. Nilai Pendidikan
Namun, untunglah, melalui fasilitasi Pemerintah Daerah dan dukungan dari tokoh
masyarakat setempat yang dijadikan anggota LEPP-M3, pada akhirnya
masalah-masalah yang mengarah pada berbagai jenis konflik yang lebih tajam
berhasil diminimalisasi. Caranya, LEPP-M3 secara berkala melakukan diskusi
antaranggota atau sering juga disebut Rapat Anggota sebagai wadah tukar informasi
(c) Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana
untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat
itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus
menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang
membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya akan disepakati di dalam forum atau
A. Kesimpulan
Kemaritiman adalah suatu suatu bentuk kegiatan yang terdapat dilaut. Banyak
bukti - bukti sejarah sebagai contoh Kapal borobudur yaitu Kapal Borobudur dengan
panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25 meter buatan As’ad Abdullah,
warga Pulau Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep, Madura, itu ”dihidupkan” dari
salah satu relief kapal yang terpahat di dinding Candi Borobudur, tepatnya relief di
sisi utara candi. Di candi tersimpan 10 relief, berupa 6 kapal besar dan 4 kapal kecil.
Kapal besar menggunakan layar (cadik), sedangkan kapal kecil menggunakan dayung,
dan juga Kapal Peninggalan Sriwijaya. Kapal kuno ini ditemukan di Kabupaten
Banyuasin, Musi Banyuasin, Palembang, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Penukal
Abab Lematang Ilir (PALI). Misalnya di Samirejo, Paya Pasir, Kolam Pinisi,
Tulungselapan, Cengal, TPKS Karanganyar, dan Air Sugihan. Di luar Sumatera
Selatan seperti di Tanjung Jambu, Lambur, Laut Jawa utara (Cirebon), Kota Kapur,
dan Punjulharjo. Berikut juga dengan banyaknya potensi kelautan yang ada, hal ini
juga di lihat dari segi utama Indonesia ang di canangkan menjadi negara dengan
pesona kemaritiman. Buday budaya yang berkembang pun sangat bnyak di daerah
pesisir baik dari Sedekah Laut dan lain - lainnya. Ini membuktikan bahwa Indonesia
kaya akan tradisi budaya dan juga kaya sumber daya alam yang dimiliki nya.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/sejarah-kemaritiman-nusantara-2013-632547198.
diakses pada hari minggu tanggal 28 pukul 12.23 WIB
https://www.google.com/kerajaan-maritim-sulawesi-selatan-2012.875364.
blogspot.com. diakses pada hari minggu tanggal 28 pukul 12.30 WIB
https://japanesebuginese.wordpress.com/2012/10/06/kemiskinan-dalam-li
ngkup-kehidupan-masyarakat-pesisir/ diakses pada hari senin tanggal 29 pukul 22.33