Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara maritim yang berbentuk kepulauan (archipelagostate).


Karena hampir dua pertiga luas wilayah Indonesia adalah lautan yang ditaburi oleh
kurang lebih 17.000 pulau-pulau besar dan kecil yang membujur kurang lebih
5000km sepanjang khatulistiwa. Luas daratan Indonesia mencapai 1.922.570km2, dan
luas perairan 3.257.483km210. Selain sebagai Negara kepulauan, sejarah juga
menceritakan bahwa bangsa Indonesia sejak dahulu telah menguasai jalur pelayaran
laut dengan armada yang cukup tangguh.

Bangsa Indonesia dengan karakteristik social budaya kemaritiman, bukanlah


merupakan fenomena baru, fakta sejarah menunjukkan bahwa fenomena kehidupan
kemaritiman, pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informal yang
menyertainya merupakan kontiunitas dari proses perkembangan kemaritimam
Indonesia masa lalu. Proses perkembangan tersebut memberikan gambaran tentang
bagian – bagian masa yang lebih maju daripada masa sebelum atau sesudahnya.
Munculnya kerajaan maritime Nusantara yang berdaulat dengan system pertahanan
keamanan yang ampuh, tumbuhnya sector – sector ekonomi kemaritiman terutama
pelayaran dan perikanan, aplikasi pengetahuan dan teknologi kelautan yang ada serta
diberlakukannya kebijakan dan hokum perundang – undangan laut merupakan
kreatifitas inovatif local.

Secara sejarah indonesia adalah negara dengan yang sangat eksotis


dimancanegara, terlebih lagi dengan konteks maritimnya di bawah lautnya yang
sungguh mempesona. Secara pandangan Indonesia memiliki masyarakat yang begitu
bnyak didaerah pesisir dan bekerja sebagai nelayan tradisional atau pun modern.
Kondisi ini semakin terpuruk karena banyak nya penilaian masyarakat yang begitu
ambigu terhadap nelayan. Nelayan semakin menjadi memburuk karena pandangan
masyarakat pesisir dipandang sebelah mata. Hal ini terjadi karena umumnya
masyarakat dipesisir lebih tidak bisa memanfaatkan potensi yang didapat.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 1


Potensi - potensi budaya yang mereka memiliki sangat bagus. Baik dari cara -
cara yang mereka miliki dalam tradisinya setiap bulan atau tahunnya. Kini nasib
potensi nelayan harus dikembangkan dari pemerintahnya dan juga kesadaran diri
sendiri juga lebih penting.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa bentuk dan contoh menyangkut bukti kemaritiman ?

2. Bagaimana manajerial dalam potensi kelautan dalam aspek manajeman ?

3. Apa yang menjadi bukti indonesia sebagai negara maritim ?

4. Bagaimana masyarakat pesisir dalam tradisi dan budayanya ?

5. Siapa yang menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan kemampuan


masyarakat pesisir ?

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 2


BAB 2

PEMBAHASAN

BUKTI SEJARAH MARITIM DIINDONESIA

2.1 Penemuan Kapal didaerah Borobudur

Kapal Borobudur dengan panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25
meter buatan As’ad Abdullah, warga Pulau Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep,
Madura, itu ”dihidupkan” dari salah satu relief kapal yang terpahat di dinding Candi
Borobudur, tepatnya relief di sisi utara candi. Di candi tersimpan 10 relief, berupa 6
kapal besar dan 4 kapal kecil. Kapal besar menggunakan layar (cadik), sedangkan
kapal kecil menggunakan dayung.

Phillip Beale, mantan anggota Angkatan Laut Inggris, menggagas rekonstruksi


kapal dari relief candi dari masa Wangsa Sailendra itu. Ia tiba di Borobudur tahun
1982 setelah lama mencari jejak kapal pada masa Nusantara masih berbentuk

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 3


kumpulan kerajaan. Namun, dari banyak candi yang ia datangi, hanya Borobudur
yang menyimpan bukti sebagian bentuk kapal di Nusantara.

Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan


Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri
yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Bukti lain tentang perkembangan perahu tradisional Nusantara pada masa Hindu –
Budha adalah relief-relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur. Bentuk-bentuk
perahu yang terdapat pada relief-relief candi Borobudur antara lain

1. Perahu-perahu besar dengan layar lebar yang dapat memuat barang dagangan
sampai ratusan ton dan penumpang sekitar dua ratus orang.
2. Perahu-perahu kecil tanpa cadik atau yang disebut juga dengan perahu jukung,
perahu lesung, perahu bertiang tunggal dengan cadik, perahu bertiang tunggal
tanpa cadik, perahu dayung tanpa tiang, serta perahu bertiang ganda dengan
cadik.
Sepuluh panel relief kapal yang terpahat di dinding Candi Borobudur berupa 6 panel
dengan relief kapal besar bercadik dan 4 panel dengan relief kapal kecil yang
menggunakan dayung. Ini menunjukkan bahwa, Wangsa Sailendra dari Kerajaan
Mataram Kuno merupakan pelaut yang tangguh. Jejak dinasti ini terentang dari
Sumatera, Malaysia, hingga Thailand. Ini dapat di buktikan dengan adanya penemuan
arkeologis berupa arca arca bergaya Sailendra yang berciri mahkota Bodhisatwa
terbentuk dari rambut yang dipilin. Bahkan dalam Prasati Ligor bertahun 775 yang
ditemukan di Nakhon Sritammarat pada wihara bernama Vat Sema Muang
menyebutkan bahwa pembangunan Trisamaya Caitya (bangunan suci) untuk
Padmapani, Wajrapani, dan Sakyamuni oleh raja Sailendra bernama Rakai
Panangkaran yang disebut sebagai Wairiwirawimardhana (pembunuh musuh-musuh
yang gagah berani).

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 4


2.2 Penemuan kapal didaerah Palembang

Berdasarkan berbagai penemuan perahu maupun kapal kuno di Asia Tenggara atau
Tiongkok, perahu-perahu kuno yang ditemukan di Nusantara jauh lebih tua usianya.
Dari penemuan tersebut, yang paling banyak ditemukan di pesisir timur Sumatera
Selatan. Perahu dan kapal kuno ini diperkirakan dari abad ke-5 hingga 8 Masehi.
Ciri-cirinya menggunakan teknik ikat dan pasak.

Perahu dan kapal kuno ini ditemukan di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin,
Palembang, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Misalnya di Samirejo, Paya Pasir, Kolam Pinisi, Tulungselapan, Cengal, TPKS
Karanganyar, dan Air Sugihan. Di luar Sumatera Selatan seperti di Tanjung Jambu,
Lambur, Laut Jawa utara (Cirebon), Kota Kapur, dan Punjulharjo.

Selain itu, di Asia, mungkin hanya Kerajaan Sriwijaya yang menghargai seorang
nakhoda. Nakhoda yang berarti juragan atau pemilik kapal, komando kapal atau kapten
kapal, mendapatkan posisi penting di sisi raja, seperti terbaca pada Prasasti Telaga Batu.
Dalam prasasti tersebut seorang nakhoda diminta setia kepada raja.

Sementara perahu di Tiongkok berkembang dari abad ke-13 hingga 16 Masehi,


dengan ciri pembuatannya menggunakan teknik pasak dan paku besi. Perahu kuno ini
ditemukan di Quanzhou-Fujian, Buntuan Mindanau, Bukit Jakas-Pulau Bintan di Riau,
Ko Kadrat di Pattaya dan Ko Si Chang III.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 5


BAB 3

PEMBAHASAN

BUDAYA MASYARAKAT PESISIR

A. Sedekah Laut

1.1 Tradisi Sedekah Laut

Tradisi ialah kebiasaan yang turun temurun dalam sebuah masyarakat. Sifatnya
sangat luas, meliputi segala kompleks kehidupan. Tradisi merupakan suatu bentuk
upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dan upacara ini mempunyai
makna yaitu sebagai kesanggupan untuk kewajiban berbakti kepada ibu pertiwi serta
melestarikan warisan dari nenek moyang secara kolektif dalam bentuk upacara.

Tradisi ini dilakukan setahun sekali oleh masyarakat pesisir khususnya nelayan,
ini dilaksanakkan sebagai rasa syukur atas hasil yang diperoleh nelayan dari
menangkap ikan dilaut serta berdo’a agar hasilnya dalam menangkap ikan akan selalu
melimpah dan diberi keselamatan ketika bekerja.

Dalam pelaksanaanya sedekah laut sendiri merupakan sebuah warisan tradisi


yang telah berjalan puluhan tahun silam, tradisi ini di laksanakan sebagai rasa syukur
kepada Tuhan karena selama kurun waktu satu tahun telah diberi kelimpahan dalam
mencari ikan dan diberi kesehatan dalam aktivitas mencari ikan dilaut, biasanya
dalam lingkup keorganisasian para nelayan pelaksaan sedekah laut sendiri sudah di
jadwalkan satu tahun sebelumnya sehingga dari segi pendanaan itu bersifat swadaya
masyarakat sekitar pesisir.

Menurut Indonesia Travel, Tradisi sedekah laut merupakan sebuah bentuk rasa
syukur yang hampir dimiliki banyak masyarakat pesisir di Nusantara. Tradisi sedekah
laut dihelat sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan kekayaan laut yang
dapat menghidupi para nelayan. Sedangkan Menurut Lensa Indonesia, Ungkapan rasa
syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan dengan upacara Larung sesaji ke Laut
ini juga diharapkan, nelayan akan mendapatkan hasil tangkapan yang

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 6


melimpah. Upacara ini menjadi menarik karena kesan etnik dan sakral sehingga
menjadi upacara yang berbeda dengan daerah lain.

1.2 Tujuan Diadakannya Sedekah Laut

Tujuan pokok dari tradisi sedekah laut adalah memberikan persembahan dan
penghormatan yang berupa sesaji yang ditujukan kepada roh-roh para leluhur dan
penguasa laut yang dianggap telah menjaga dirinya dan bumi pertiwi yang ditempati
dalam keadaan aman, tentram, sejahtera jauh dari segala macam persoalan-persoalan
dan masalah.

Nilai-nilai filosofis yang menarik untuk dipelajari antara lain nilai solidaritas, etis,
estetis, kultural, dan religius yang terungkap dalam ekspresi simbolis dari
upacara-upacara yang disajikan melalui bentuk tari-tarian, nyanyian, doa-doa, dan
ritus-ritus lainnya. Pemahaman terhadap nilai-nilai itudapat ditransformasikan dalam
membangun kehidupan masyarakat kelautan ketaraf yang lebih maju dan lebih
baik-baik dari sisi pendidikan, ekonomi maupun solidaritas sosial budaya.

Dalam konteks relasi sosial, lanjutnya, tradisi sedekah laut (nadran) dapat
meningkatkan persaudaraan antar warga desa yang selama ini tinggal di sekitar pesisir,
dan dikenal memiliki watak dan karakter yang keras.

1.3 Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Sedekah Laut

1. Nilai sosial

Wujud dari nilai sosial dalam pranata masyarakat saat acara sedekah laut
masyarakat sekitar yang secara bergotong royong dalam menggelar pelaksanaan
kegiatan baik sebelum dan sesudah acara. Semua warga bekerja sama secara gotong
royong dan guyup rukun dalam menyukseskannya. Sehingga dari upacara tersebut
terlahirlah kerukunan warga, solidaritas, dan kebersamaan masyarakat.

2. Nilai Agama

Tradisi sedekah laut ini diadakan sebagai sebuah simbolisasi terhadap rasa syukur
kepada Tuhan YME.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 7


3. Nilai ekonomi

Dalam pelaksanaan Acara Sedekah Laut menunjukkan tingkat perekonomian


masyarakat pesisir. Jika perayaannya meriah dan banyak pengunjungnya, maka itu
menandakan bahwa perekonomian mereka saat itu semakin meningkat. Dan
harapannya, tingkat perekonomian mereka selalu meningkat seiring berjalannya
waktu.

4. Nilai Pendidikan

Dalam serangkaian prosesi acara Sedekah laut memberikan banyak pelajaran


terhadap generasi muda agar senantiasa menjaga, memelihara dan melestarikan
kebudayaan yang ada, serta saling menjaga kerukunan satu sama lain.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 8


BAB 4
PEMBAHASAN
IMPLIKASI MANAJERIAL

4.1 WILAYAH PESISIR DELI SERDANG

Layaknya kondisi ekonomi masyarakat nelayan di daerah pesisir pantai, kondisi


nelayan di Kabupaten Deli Serdang pun tak jauh beda alias cukup memprihatinkan
lantaran jumlah pendapatannya yang rendah. Sehingga, kemiskinan merupakan
kehidupan yang akrab bagi mereka.

Terjadinya situasi dan kondisi kemiskinan ini disebabkan beberapa hal:

 Nelayan dikebanyakan wilayah pesisir di Indonesia umumnya merupakan


kelompok yang sangat sulit untuk diorganisasikan. Nelayan juga umumnya
merupakan kelompok masyarakat yang tidak memiliki alur-kas sehingga konsep
perencanaan ekonominya sangat tidak pasti. Oleh karena itu, kelompok nelayan
lebih banyak bergerak dalam kesatuan-kesatuan informal tanpa memiliki
perencanaan ekonomi yang jangka panjang. Hal seperti ini juga terjadi pada nelayan
di Kabupaten deli Serdang;
 Kondisi nelayan di Kabupaten Deli Serdang juga belum banyak tersentuh
dengan program-program yang benar-benar dapat mengembangkan ekonomi
mereka secara riil, terorganisasi dan berkelanjutan.
 Belum banyak LSM maupun institusi Perguruan Tinggi lokal yang secara riil
fisik membantu peningkatan ekonomi nelayan, walaupun telah banyak peran
mereka dalam membantu di bidang non-fisik di banyak kelompok nelayan.
Menyikapi kondisi kemiskinan yang dialami nelayan ini, Pemerintah Daerah Deli
Serdang pun melakukan beberapa upaya inisiatif untuk membantu mengatasinya,
yakni:

 Dengan memanfaatkan keberadaan program PEMP, maka diperkenalkanlah


berbagai inovasi/metodologi/teknik penangkapan ikan yang aman dan ramah
lingkungan serta untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 9


 Dilakukan pengorganisasian nelayan melalui pembentukan lembaga yang
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.
 Pengembangan fungsi lembaga nelayan sebagai wadah untuk penciptaan
lapangan usaha dan pemberian fasilitas kredit dan simpan-pinjam.
Dana yang disuntikkan oleh Pemerintah Daerah telah berhasil dikelola dengan
sangat efektif melalui manajemen sederhana dan disalurkan pada pelaksanaan 5 sub
program, yaitu :

1. Pengadaan 14 unit Kapal Penangkap Ikan.


2. Pemberian Modal Usaha Pembudidayaan Ikan dan Udang kepada 20 tambak.
3. Pemberian Modal Usaha untuk Pengolahan Ikan sebanyak 2 unit.
4. Pemberian Modal usaha untuk Pengadaan BBM sebanyak 1 unit.
5. Pemberian Modal usaha untuk Usaha Bakulan sebanyak 10 orang.
Dengan bantuan manajemen dari LEPP-M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan
Pesisir Mikro Mitra Mina), program PEMP telah dapat menggulirkan sub program
pengadaan kapal penangkap ikan (ukuran sedang untuk 4 penumpang) dari jumlah
awal sebanyak 14 menjadi 19 buah dalam jangka waktu selama 6 bulan. Sub program
pengadaan kapal penangkap ikan dilaksanakan dengan memberikan modal kapal
kepada para kelompok nelayan (yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 nelayan)
dengan kewajiban untuk pengembalian modal melalui angsuran selama 1 tahun.

Berjalannya program LEPP-M3 ini, ternyata tak semulus yang dibayangkan


semula. Karena sempat timbul “perlawanan”, terutama berkaitan dengan persaingan
usaha. Pasalnya, LEPP-M3 yang dinilai Pemerintah Daerah sebagai lembaga yang
telah berhasil membangun kinerja organisasi nelayan sehingga mampu meningkatkan
taraf hidup nelayan, justru keberadaannya dianggap sebagai ancaman bagi para
tengkulak yang umumnya berusaha untuk dapat memetik banyak keuntungan dari
tidak terorganisirnya masyarakat nelayan.

Namun, untunglah, melalui fasilitasi Pemerintah Daerah dan dukungan dari tokoh
masyarakat setempat yang dijadikan anggota LEPP-M3, pada akhirnya
masalah-masalah yang mengarah pada berbagai jenis konflik yang lebih tajam
berhasil diminimalisasi. Caranya, LEPP-M3 secara berkala melakukan diskusi
antaranggota atau sering juga disebut Rapat Anggota sebagai wadah tukar informasi

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 10


antarnelayan. Pada kesempatan itulah, pihak Pemerintah Daerah sebagai mitra sejajar
selalu hadir terutama untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan dan menfasilitasi
berbagai kebutuhan pelayanan dari kemitraan antara Pemerintah dengan LEPP-M3
tersebut.

4.2 EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR

Banyak sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya


adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:

(a) Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat, mereka


haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh, sehingga segala aspirasi
dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Kelembagaan ini juga dapat
menjadi penghubung (intermediate) antara pemerintah dan swasta. Selain itu
kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin terjadinya
perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.

(b) Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat


dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan
sendiri mungkin karena kekurangtauan, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang
rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan mereka karena belum
pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-paradigma pembangunan masa
lalu. Terlepas dari itu semua, peran pendamping sangatlah vital terutama mendapingi
masyarakat menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari
pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada kelompok yang tepat
pula.

(c) Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana
untuk mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat
itu sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus
menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang
membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya akan disepakati di dalam forum atau

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 11


lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan fasilitasi pemerintah setempat
dan tenaga pendamping.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 12


BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemaritiman adalah suatu suatu bentuk kegiatan yang terdapat dilaut. Banyak
bukti - bukti sejarah sebagai contoh Kapal borobudur yaitu Kapal Borobudur dengan
panjang 18,29 meter, lebar 4,50 meter, dan tinggi 2,25 meter buatan As’ad Abdullah,
warga Pulau Pagerungan Kecil, Kabupaten Sumenep, Madura, itu ”dihidupkan” dari
salah satu relief kapal yang terpahat di dinding Candi Borobudur, tepatnya relief di
sisi utara candi. Di candi tersimpan 10 relief, berupa 6 kapal besar dan 4 kapal kecil.
Kapal besar menggunakan layar (cadik), sedangkan kapal kecil menggunakan dayung,
dan juga Kapal Peninggalan Sriwijaya. Kapal kuno ini ditemukan di Kabupaten
Banyuasin, Musi Banyuasin, Palembang, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Penukal
Abab Lematang Ilir (PALI). Misalnya di Samirejo, Paya Pasir, Kolam Pinisi,
Tulungselapan, Cengal, TPKS Karanganyar, dan Air Sugihan. Di luar Sumatera
Selatan seperti di Tanjung Jambu, Lambur, Laut Jawa utara (Cirebon), Kota Kapur,
dan Punjulharjo. Berikut juga dengan banyaknya potensi kelautan yang ada, hal ini
juga di lihat dari segi utama Indonesia ang di canangkan menjadi negara dengan
pesona kemaritiman. Buday budaya yang berkembang pun sangat bnyak di daerah
pesisir baik dari Sedekah Laut dan lain - lainnya. Ini membuktikan bahwa Indonesia
kaya akan tradisi budaya dan juga kaya sumber daya alam yang dimiliki nya.

B. SARAN

Dari kesimpulan diatas, maka yang dapat disarankan adalah :

1. Mengembangkan wawasan mengenai pemanfaatan dan pemberian alat modern


kepada masyarakat pesisir sehingga membuat kekuatan dan kepahaman nelayan
berkembang.

2. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah yang dapat dimanfaatkan


sebagai corak kemaritiman dan menjadi faktor pendukung pembentuk negara
maritim.

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 13


3. Membudayakan masyarakat pesisir dengan selalu memantau dan melakukan
kegiatan konsoliditas yang baik untuk para masyarakat pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

D.H. Burger. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia I. (Jakarta:


Pradnjaparamita, 1962.

Marwati Joened Poesnegoro. Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional


Indenesia III. 1998

Tim Penyusun MKU, Wawasan Sosial Budaya Maritim. (Universitas


Hasanuddin: Makassar, 2012).

V. Anstey, The Trade Of The Indian Ocean (London-New-Toronto:


Longman Green, 1929). (diterjemahkan)

https://www.google.com/sejarah-kemaritiman-nusantara-2013-632547198.
diakses pada hari minggu tanggal 28 pukul 12.23 WIB

https://www.google.com/kerajaan-maritim-sulawesi-selatan-2012.875364.
blogspot.com. diakses pada hari minggu tanggal 28 pukul 12.30 WIB
https://japanesebuginese.wordpress.com/2012/10/06/kemiskinan-dalam-li
ngkup-kehidupan-masyarakat-pesisir/ diakses pada hari senin tanggal 29 pukul 22.33

Pengantar Ilmu & Tegnologi Kemaritiman 14

Anda mungkin juga menyukai